Anda di halaman 1dari 31

PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI (P)

PEMERIKSAAN SIANIDA

KELOMPOK 1

ANA PEPIANA
DEVRIYANTI OSKAR BAU
DIRGAHAYU RAHMAN
ELSYA NOVYANA YAHYA
LIN AGUSTIYANI ADAM
MOH. ILHAM AD. MALANUA

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


STIKES BINA MANDIRI GORONTALO
2019

1
LEMBAR ASISTENSI

KELOMPOK : SATU (1)


KELAS :B
PRODI : D-III ANALIS KESEHATAN
No. Hari/tanggal Perbaikan Paraf

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Toksikologi dengan judul Pemeriksaan Sianida di susun


oleh :

Kelompok : 1 (Satu)

Kelas :B

Prodi : D-III Analis Kesehatan

Pada hari ini............... tanggal......... bulan.................. tahun.......... telah


diperiksa dan disetujui oleh asisten, maka dengan ini dinyatakan diterima dan
dapat mengikuti praktikum berikutnya.

Gorontalo, ............................ 2018/2019

Asisten

Jefri Sangka, Amd.AK

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Pemeriksaan Sianida” ini untuk memenuhi tugas dengan mata kuliah
TOKSIKOLOGI (P).
Laporan ini dibuat sebagai panduan belajar, meskipun penulis tahu bahwa
laporan yang penulis buat ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis
berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi orang lain, dan untuk diri sendiri
khususnya.
Dalam menyusun laporan ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari teman-teman
dan orang terdekat penulis bisa menyelesaikannya, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan laporan ini, Dan juga kepada pembaca yang telah menggunakan
laporan ini sebagai panduan belajar untuk kedepan.

Gorontalo, April 2019

Penulis

4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
2.1 Asam Sianida (HCN) .................................................................. 3
2.2 Sifat - Sifat Sianida ..................................................................... 4
2.3 Toksisitas Sianida ........................................................................ 4
2.4 Efek Racun Sianida ..................................................................... 6
2.5 Cara Mengurangi Kadar Sianida ................................................. 6
2.6 Pengujian Kadar Sianida ............................................................. 7
2.7 Ubi Kayu ..................................................................................... 8
2.8 Sifat Kimiawi Ubi Kayu .............................................................. 9
2.9 Kandungan Gizi Yang Terdapat Dalam Ubi Kayu ..................... 10
BAB III METODE PRAKTIKUM ............................................................ 12
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................. 12
3.2 Metode .......................................................................................... 12
3.3 Prinsip........................................................................................... 12
3.4 Pra Analitik .................................................................................. 12
3.5 Analitik ......................................................................................... 12
3.6 Pasca Analitik ............................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 14
4.1 Hasil ............................................................................................. 14
4.2 Pembahasan .................................................................................. 15
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 21
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 21
5.2 Saran ............................................................................................. 21

5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

6
DAFTAR TABEL
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 14
4.1 Hasil ................................................................................................. 14

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keracunan adalah masuknya zat kedalam tubuh yang dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua zat dapat

menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda

dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki

dengan cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup

kemungkinan hanya akan memperparah keracunan yang dialami penderita.

(Agustini dkk. 2013)

Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal, berdasarkan wujudnya, zat

yang dapat menyebabkan keracunan antara lain: zat padat (obat-obatan,

makanan), zat gas (CO2), dan zat cair (alkohol, bensin, minyak tanah, zat

kimia, pestisida, bisa/ racun hewan). Racun racun tersebut masuk ke dalam

tubuh manusia melalui beberapa cara, diantaranya melalui kulit, melalui jalan

napas (inhalasi), melalui saluran pencernaan (mulut), melalui suntikan,

melalui mata (kontaminasi mata). (Winarno F.G 2008)

Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Sianida telah

digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. Sianida juga banyak digunakan pada

saat perang dunia pertama. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat

mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit. . (Agustini dkk.

2013)

Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap

produk yang biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh

8
bakteri, jamur dan ganggan. Sianida juga ditemukan pada rokok, asap

kendaraan bermotor, dan makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung

tapioka dan singkong. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk

sintetik. Sianida banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan

garam seperti natrium, kalium atau kalsium sianida.

Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui uji kandungan

sianida yang terdapat dalam bahan pangan seperti singkong/ubi agar kita bisa

mengetahui berapa kadar sianida yang terkandung di dalam bahan pangan

tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ciri-ciri dari makanan yang mengandung sianida?

2. Bagaimana cara mengidentifikasi sampel yang mengandung sianida?

1.3 Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri dari makanan yang mengandung

sianida dan bagaimana cara mengidentifikasi sampel apakah mengandung

sianida atau tidak mengandung sianida.

1.4 Manfaat Praktikum

Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana ciri-ciri dari makanan yang

mengandung sianida dan bagaimana cara mengidentifikasi sampel apakah

mengandung sianida atau tidak mengandung sianida.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Sianida (HCN)

Glikosida sianogenetik merupakan senyawa yang terdapat dalam bahan

makanan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat terurai dan

mengeluarkan hidrogen sianida. Hidrogen sianida dikeluarkan bila komoditi

tersebut dihancurkan, dikunyah, mengalami pengirisan, atau rusak. Glikosida

sianogenetik terdapat pada berbagai tanaman dengan nama senyawa yang

berbeda seperti amigladin pada biji almonds, aprikot dan apel, dhurin pada

biji shorgum, dan linamarin pada kara (lima bean) dan Ubi kayu. Nama kimia

bagi amigladin adalah glukosida benzaldehida sianohidrin; dhurin; glukosida

p-hidroksida- benzaldehida sianohidrin; linamarin; glukosida aseton

sianohidrin (Winarno, 2004).

Zat glikosida ini diberi nama linamarin yang berasal dari aseton sianidrin

yang bila dihidrolisis akan terurai menjadi glukosa, aseton dan HCN. Rumus

molekul linamarin C10H17O6N dan mempunyai sifat yang mudah larut

dalam air (Sosrosoedirdjo, 1993). Asam sianida disebut juga Hidrogen sianida

(HCN), biasanya terdapat dalam bentuk gas atau larutan dan terdapat pula

dalam bentuk garam-garam alkali seperti potasium sianida. Sifat-sifat HCN

murni mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap pada suhu kamar

dan mempunyai bau khas. HCN mempunyai berat molekul yang ringan, sukar

terionisasi, mudah berdifusi dan lekas diserap melalui paru-paru, saluran

cerna dan kulit (Dep Kes RI, 1989).

10
HCN dikenal sebagai racun yang mematikan. HCN akan menyerang

langsung dan menghambat sistem antar ruang sel, yaitu menghambat sistem

cytochroom oxidase dalam sel-sel, hal ini menyebabkan zat pembakaran

(oksigen) tidak dapat beredar ketiap-tiap jaringan sel-sel dalam tubuh.

Dengan sistem keracunan ini maka menimbulkan tekanan dari alat-alat

pernafasan yang menyebabkan kegagalan pernafasan, menghentikan

pernafasan dan jika tidak tertolong akan menyebabkan kematian. Bila

dicerna, HCN sangat cepat terserap oleh alat pencernaan masuk ke dalam

saluran darah. Tergantung jumlahnya HCN dapat menyebabkan sakit hingga

kematian (dosis yang mematikan 0,5 - 3,5 mg HCN/kg berat badan )

(Winarno, 2004 ).

Sianida sebagai hidrogen sianida, atau salah satu garamnya yang banyak

digunakan dalam elektroplating , adalah racun yang bertindak sangat cepat

(reaktif). Sianida tidak stabil dalam air dan dapat dihilangkan dengan

perlakuan biologi atau dengan klronasi. Hal ini mungkin terjadi dalam air

hanya sebagai hasil dari tumpahan bahan kimia (Dean, 1981).

2.2 Sifat - Sifat Sianida

Sianida murni mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap pada

suhu kamar, dan mempunyai bau yang khas. Hidrogen sianida mempunyai

berat molekul yang ringan, sukar terionisasi, mudah berdifusi dan cepat

diserap melalui paru - paru, saluran cerna, dan kulit ( Dep Kes RI, 1999).

2.3 Toksisitas Sianida

Yang dimaksud dengan toksis ( racun ) dari suatu zat pada dasarnya

merupakan kemampuan zat yang dapat menyebabkan kerusakan atau

11
kerugian pada organisme hidup. Zat beracun alami yang terdapat pada bahan

pangan nabati disebut toksitan nabati. Toksitan nabati pada tanaman

berfungsi untuk membantu dan mengatur metabolisme serta melindungi

tanaman terhadap serangan hama. Pelepasan HCN tergantung dari adanya

enzim glikosidase serta adanya air. Senyawa HCN mudah menguap pada

proses perebusan, pengukusan, dan proses memasak lainnya.

Glikosida sianogenik artinya suatu ikatan organik yang dapat

menghasilkan racun biru / HCN yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida

dinamakan linamarin. Linamarin oleh enzim P glikosidase akan diuraikan

menjadi HCN, benzaldehid, dan glukosa. Sifat-sifat murni HCN, yaitu

mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap pada suhu kamar dan

mempunyai bau khas. HCN mempunyai berat molekul yang ringan, sukar

terionisasi, mudah berdifusi 12dan cepat diserap melalui paru-paru, saluran

cerna dan kulit ( Dep Kes RI, 1987). Dosis HCN yang dapat mengakibatkan

kematian adalah 0,5 - 3,5 mg HCN per kg berat badan. Gejala yang timbul

mati rasa pada seluruh tubuh dan pusing - pusing. Hal ini diikuti oleh

kekacauan mental dan pingsan, kejang - kejang dan akhirnya koma (pingsan

lama).

Dosis yang lebih rendah dapat mengakibatkan sakit kepala, sesak pada

tenggorokan dan dada berdebar - debar serta kelemahan pada otot - otot. HCN

dapat menyebabkan tekanan pada sistem pernafasan saraf pusat sehingga

akan terjadi kelumpuhan dan kegagalan pernafasan, jika tidak segera ditolong

akan menyebabkan kematian.

12
2.4 Efek Racun Sianida

HCN dalam bentuk gas maupun cairan sangat beracun dan dikenal

sebagai racun yang mematikan. HCN akan menyerang langsung serta

menghambat sistem antar ruang sel, yaitu menghambat sistem sitokrom

oksidase dalam sel - sel, hal ini menyebabkan zat pembakaran ( oksigen )

tidak dapat beredar ke tiap - tiap jaringan sel - sel dalam tubuh. Dengan

sistem keracunan itu maka menimbulkan tekanan sistem pernafasan saraf

pusat sehingga terjadilah kelumpuhan dari alat - alat pernafasan yang

menyebabkan kegagalan pernafasan, menghentikan pernafasan dan jika tidak

tertolong akan menyebabkan kematian. Dosis HCN yang dapat menyebabkan

kematian adalah 0,5 -3,5 mg HCN / kg berat badan (Winarno,2004).

2.5 Cara Mengurangi Kadar Sianida

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan

HCN yang terdapat dalam singkong, yaitu dengan cara perendaman,

pencucian, perebusan, pengukusan, penggorengan atau pengolahan lain.

Dengan adanya pengolahan dimungkinkan dapat mengurangi kadar HCN

sehingga bila ubi kayu dikonsumsi tidak akan membahayakan bagi tubuh.

Pengolahan secara tradisional dapat mengurangi/bahkan menghilangkan

kandungan racun. Pada ubi kayu, kulitnya dikupas sebelum diolah, direndam

sebelum dimasak dan difermentasi selama beberapa hari. Dengan perlakuan

tersebut linamarin banyak yang rusak dan hidrogen sianidanya ikut terbuang

keluar sehingga tinggal sekitar 10-40 mg/kg (Winarno , 2004). Asam biru

(HCN) dapat larut di dalam air maka untuk menghilangkan asam biru tersebut

13
cara yang paling mudah adalah merendamnya di dalam air pada waktu

tertentu (Kuncoro, 1993).

2.6 Pengujian Kadar Sianida

Ada 2 macam analisa yang dapat digunakan dalam pengujian Asam

sianida, yaitu analisa kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisa Kualitatif

Analisa kualitatif yang dipergunakan dalam pengujian sianida, prinsip

pengujiannya yakni HCN larut dalam air, dalam suasana panas dan asam

HCN akan menguap, lalu uap HCN akan bereaksi dengan asam pikrat

membentuk warna merah.

2. Analisa kuantitatif

Analisa kuantitatif dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode

spektrofotometri dan titrimetri yaitu:

a. Metode spektrofotometri

Prinsip kerja metode ini adalah cianida dalam sampel diubah

menjadi cianogen chlorida (CNCl) karena bereaksi dengan khloramin

T pada pH kurang dari 8 terhidrolisa menjadi cianat. Setelah bereaksi

secara sempurna, CNCl membentuk warna merah biru dengan asam

barbiturat dalam piridin dan warna yang terjadi dibaca pada panjang

gelombang 578 nanometer.

b. Metode Titrimetri

Metode titrimetri yang dimaksud adalah titrasi Argentometri.

Titrasi argentometri digunakan untuk penetapan kadar zat uji yang

mengandung ion halogenida atau anion yang dapat membentuk

14
endapan dengan ion perak, titrasi ini berdasarkan atas reaksi

pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan larutan baku

AgNO3 (Sudarmadji,dkk.,2007).

2.7 Ubi Kayu

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu sumber

karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan

tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil.

Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar,

India, dan Tiongkok. Ubi kayu berkembang di negara -negara yang terkenal

dengan wilayah pertaniannya (Purwono, 2009).

Penyebaran tanaman ubi kayu di Indonesia, terjadi pada sekitar tahun

1914-1918, yaitu saat terjadi kekurangan atau sulit pangan. Tanaman ubi

kayu dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki ketinggian

sampai dengan 2.500 m dari permukaan laut. Demikian pesatnya tanaman ubi

kayu berkembang di daerah tropis, sehingga ubi kayu dijadikan sebagai bahan

makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung. Pada daerah yang kekurangan

pangan tanaman ini merupakan makanan pengganti (subtitusi) serta dapat

pula dijadikan sebagai sumber kabohidrat utama. Adapun produksi ubi kayu

di Indonesia adalah Jawa, Lampung, dan NTT (Sunarto, 2002). Umumnya

tanaman ini dibudidayakan oleh manusia terutama adalah untuk diambil

umbinya, sehingga segala upaya yang selama ini dilakukan adalah untuk

mempertinggi hasil umbinya.

Ubi kayu di Indonesia merupakan bahan pangan sumber karbohidrat

yang dianggap rendah, karena banyak ditanam dan dikonsumsi oleh

15
masyarakat di lahan marginal. Untuk menghapus kesan tersebut telah

dikembangkan produk dari bahan ubi kayu dan diberi nama “Kasava”. Nama

kasava berasal dari kata “Cassava” (bahasa inggris) artinya ubi kayu.

Dibanding dengan tanaman pangan lainya, budidaya ubi kayu paling

sederhana dan mudah. Potensi hasilnya tinggi, rata-rata 20 ton/ha. Bahkan

dengan perawatan intensif berpotensi hasil lebih dari 50 ton/ha (Trisnanto,

2013).

2.8 Sifat Kimiawi Ubi kayu

Berdasarkan sifat kimiawi, ubi kayu segar mengandung kadar air tinggi

(60-65 %), kadar sianida (HCN) ada yang beracun (lebih dari 100 ppm),

kurang beracun (50-100 ppm) dan tidak beracun (kurang dari 50 ppm),

senyawa phenol yang menyebabkan pencoklatan oleh enzim phenolase yang

mengalami proses oksidasi menyebabkan ubi kayu segar mudah mengalami

kerusakan apabila tidak mendapatkan penanganan (penundaan) pasca panen

setelah tiga hari (Trisnanto, 2013). Ubi kayu merupakan salah satu makanan

pokok rakyat Indonesia, dengan nama binomial manihot esculenta crantz dari

kerajaan plantae, merupakan tumbuhan tropik dan subtropika dari keluarga

euphorbiaceae. Umbinya biasa dimakan karena sumber karbohidrat

begitupun daunnya yang dimanfaatkan sebagai sayuran.

Rukmana, dkk (2001) juga menyebutkan ubi kayu mempunyai sifat

mudah rusak, cepat busuk dan meruah. Ubi yang telah rusak menyebabkan

warna berubah, rasa menjadi kurang enak, dan bahkan kadang-kadang pahit

karena adanya asam sianida (HCN) yang bersifat toksik (racun). Pengolahan

ubi kayu secara tepat akan mengurangi resiko terjadinya kerusakan dan

16
pembusukan, dan memperpanjang umur simpan serta dapat meningkatkan

nilai jualnya. Ubi kayu memiliki berbagai macam kegunaan, yaitu sebagai

bahan makanan, bahan industri, dan bahan pakan ternak.

Ubi kayu merupakan sejenis tanaman umbi-umbian yang mengandung

karbohidrat tinggi dengan kadar amilosa yang rendah dan amilopektin yang

tinggi sehingga dapat dijadikan bahan makanan sumber karbohidrat sebagai

pengganti beras. Karbohidrat yang tinggi pada ubi kayu ternyata merupakan

sifat yang tidak dimiliki oleh umbi-umbian lainnya sehingga ubi kayu dapat

dimanfaatkan secara luas (Rismayani, 2007).

Ubi kayu umumnya dikenal dengan nama ubi kayu merupakan komoditi

yang banyak ditanam di Indonesia. Ubi kayu (Manihot esculenta cranzt)

mempunyai arti terpenting dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang

lain. Ubi kayu berbentuk seperti silinder yang ujungnya mengecil dengan

diameter rata-rata 2-5 cm dan panjang sekitar 20 - 30 cm. Ubi kayu biasanya

diperdagangkan dalam bentuk masih berkulit. Umbinya memiliki kulit yang

terdiri dari dua lapis yaitu kulit luar dan kulit dalam. Daging ubi berwarna

putih atau kuning. Dibagian tengah daging umbi terdapat suatu jaringan yang

tersusun atas serat. Ubi kayu segar banyak mengandung air dan pati.

Pengeringan umbi- umbian sering dilakukan sebagai usaha pengawetan

(Muchtadi, 1989).

Adapun produksi ubi kayu dibengkulu pada tahun 2015 sebanyak 76.967

ton, sedangkan produksi ubi kayu di kabupaten kaur pada Tahun 2015

sebanyak 3.506 ton. Dengan demikian kabupaten kaur memiliki potensi

penghasil ubi kayu, namun saat ini umumnya masyarakat hanya menjual ubi

17
kayu mentah, sedangkan bentuk olahan belum banyak dilakukan oleh

masyarakat seperti pengolahan ubi kayu menjadi tepung. Kabupaten Kaur

adalah salah satu kabupaten pemerintah daerah yang menganjurkan

masyarakat bertanam ubi kayu dan memiliki unit pengolahan mocaf.

2.9 Kandungan Gizi Yang Terdapat Dalam Ubi Kayu

Kandungan gizi yang terdapat dalam ubi kayu sudah kita kenal sejak

dulu. Umbi ubi kayu merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun

miskin akan protein. Selain umbi akar ubi kayu banyak mengandung glukosa

dan dapat dimakan mentah. Berbagai macam upaya penanganan ubi kayu

yang telah banyak dilakukan adalah dengan mengolahnya menjadi berbagai

macam produk olahan baik basah maupun kering.

Selain sebagai bahan makanan pokok, banyak macam produk olahan ubi

kayu yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat kita antara lain adalah tape

singkong, enyek-enyek singkong, peuyeum, opak, tiwul, kerupuk singkong,

keripik singkong, kue, dan lain- lain.

Selain kandungan gizi di atas, ubi kayu juga mengandung racun yang

dalam jumlah besar cukup berbahaya. Racun ubi kayu yang selama ini kita

kenal adalah asam biru atau asam sianida. Baik daun maupun umbinya

mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya suatu ikatan organik yang

dapat menghasilkan racun biru atau HCN yang bersifat sangat toksik

(Sosrosoedirdjo, 1993).

Kandungan sianida dalam ubi kayu sangat bervariasi. Kadar sianida rata-

rata dalam singkong manis dibawah 50 mg/kg berat asal, sedangkan singkong

pahit/ racun diatas 50 mg/kg. Menurut FAO, singkong dengan kadar 50

18
mg/kg masih aman untuk dikonsumsi manusia (Winarno, 2004). Besarnya

racun dalam singkong setiap varietas tidak konstan dan dapat berubah. Hal ini

disebabkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu antara lain :

keadaan iklim, keadaan tanah, cara pemupukan dan cara budidayanya.

19
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat pratikum

Pelaksanaan praktikum Toksikologi dilaksanakan pada hari selasa, tanggal

30 April 2019. Bertempat dilaboratorium Fitokimia STIKES Bina Mandiri

Gorontalo.

3.2 Metode

Pada praktikum pemeriksaan sianida ini menggunakan metode kualitatif.

3.3 Prinsip

Sianida dalam suasana asam akan terurai menjadi HCN yang menguap.

Selanjutnya bereaksi dengan kertas pikrat yang telah diberi Na2CO3

membentuk Natrium Iso Purpurat yang berwarna merah bata.

3.4 Pra Analitik

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum percobaan

Pemeriksaan Sanida yaitu Erlenmeyer, Penutup karet, Kertas asam pikrat,

Asam tatrat 10%, Na2Co3, tabung reaksi, pipet tetes, mortar, rak tabung,

sampel singkong, Cawan porselin, gelas kimia, Larutan PbSO4 dan H2SO4 dan

Aquadest.

3.5 Analitik

1. Siapkan alat dan bahan

2. Masukkan sampel kedalam labu erlenmeyer, tambahkan asam tatrat 10%

3. Kemudian labu erlenmeyer ditutup dengan prop karet yang telah digantung

kertas saring yang telah diinfiltrasi dengan AgNo3 dan kertas Pb Asetat

sebagai contoh.

20
4. Biarkan 5 menit sampai beberapa jam dalam ruang gelap

5. Amatilah hasilnya, perubahan warna.

3.6 Pasca Analitik

3.6.1 Negatif

Sampel yang tidak mengandung Cn- jika di reaksikan dengan kertas

pikrat yang telah diberi Na2CO3 tidak terbentuk endapan merah bata

reaksi tidak terbentuk Natrium Purpurat.

3.6.2 Positif

Sampel yang mengandung Cn- jika di reaksikan dengan kertas pikrat

yang telah diberi Na2CO3 terbentuk endapan merah bata reaksi terbentuk

Natrium Purpurat.

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pengamatan terhadap pemeriksaan sianida, hasil yang

diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Sianida

Kertas Saring

Sampel Reagen Yang Di Hasil Ket.

Infiltrasi

Terjadi

perubahan

Asam Tartrat Positif pada kertas


AgNO3
5% (+) saring, yaitu

berwarna

hitam

A Tidak terjadi

perubahan

warna pada
Asam Tartrat Positif
Pb Asetat kertas saring,
10 % (+)
tetap

berwarna

putih

22
Terjadi

perubahan

Asam Tartrat pada kertas


AgNO3 Positif (+)
5% saring, yaitu

berwarna

hitam

B Tidak terjadi

perubahan

warna pada
Asam Tartrat
Pb Asetat Positif (+) kertas saring,
10 %
tetap

berwarna

putih

4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan analisa HCN pada sampel bahan makanan.

Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya sianida

(CN) pada bahan makanan. Pada praktikum ini bahan makanan yang dianalisa

adalah singkong. Metode yang digunakan untuk analisa CN ini adalah metode

kromatografi kertas dimana kertas saring telah dicelupkan oleh asam pikrat

dan dikeringkan kemudian dicelupkan dalam larutan natrium karbonat 10%

dan kertas ini akan diletakkan dalam Erlenmeyer tertutup berisi sampel dan

asam tartarat 5%, maka dalam suasana asam uap dari sampel ini yang

mengandung HCN akan berikatan dengan pikrat dan menghasilkan warna

merah muda pada bagian kertas saring yang tercelup oleh natrium karbonat

23
10%. Terbentuknya warna merah pada kertas pikrat tersebut menunjukan

sampel yang diuji mengandung asam sianida ( HCN ). Prinsip dari metode

kromatografi kertas ini adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua

cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara

kompleks selulosa-air dan fasa gerak yang melewati berupa pelarut organik

yang sudah dijenuhkan dengan air dan melalui serat dari kertas oleh gaya

kapiler dan menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan

jarak pada arah aliran pelarut. Dalam hal uji sianida ini, yang merupakan fase

gerak adalah natrium karbonat dan yang merupakan fase gerak adalah asam

sianida yang beruapa uang di didalam suatu bejana yang dalam hal ini adalah

Erlenmeyer tertutup, maka apabila asam sianida terkandung dalam cuplikan

singkong tersebut maka akan terbentuk warna merah mudah pada kertas

saring.

Pada praktikum sampel atau cuplikan yang digunakan untuk uji CN pada

bahan makanan adalah singkong yang berupa daging ubi itu sendiri. Untuk

melakukan uji ini dilakukan terlebih dahulu preparasi sampel . Sampel

ditimbang sebanyak 15 gram kemudian dihaluskan . Sampel yang telah

homegen ini selanjutnya dimasukkan ke dalam Erlenmeyer tertutup dan

larutan asam tartrat 5% sebanyak 10 ml. Selanjutnya dimasukan kertas saring

dengan ukuran 1x7 yang telah dicelupkan dalam larutan asam pikrat jenuh

dan sudah dikeringkan sebelumnya yang kemudian dibasahi oleh larutan

Na2CO3 8%. Kertas saring tersebut digantungkan pada leher erlemeyer

kemudian ditutup sedemikian rupa sehingga kertas tidak kontak dengan

cairan dalam erlemeyer. Setelah itu simpan ditempat gelap.

24
Setelah 15 menit pemanasan maka hasil yang diperoleh adalah kertas

saring tidak menunjukan perubahan warna dari putih menjadi hitam. Kertas

saring tetap berwarna putih seperti semula . Hal ini menunjukan bahwa di

dalam sampel singkong tersebut tidak mengandung CN ( Sianida ).

Sianida (HCN) adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu

terdisosiasi dalam larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun

kurang beracun dari H2S), tidak bewarna dan terbentuk bila sianida

direaksikan dengan sianida. Dalam larutan air, HCN adalah asam yang sangat

lemah, pK25°= 9,21 dan larutan sianida yang larut terhidrolisis tidak terbatas

namun cairan murninya adalah asam yang kuat. Asam sianida cepat terserap

oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu bergabung dengan

hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan oksigen

tidak dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat menyebabkan

sakit atau kematian dengan dosis mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan.

Ubi Singkong banyak mengandung linamarin, yaitu suatu glikosida yang

bersifat mengikat sianida (HCN). Beberapa jenis ubi singkong ternyata cukup

banyak mengandung sianida(HCN) yang bisa menimbulkan keracunan. Kadar

sianida tertinggi terdapat pada bagian paling luar ubi singkong. Selain itu

daun singkong ternyata juga mengandung sianida. Asam sianida ini tersebar

merata dipermukaan daun hingga dermis dari umbi akar. Kandungan unsur

penggangu yang bersifat racun (HCN) berbeda untuk setiap jenis atau

varietasnya, sehingga sinkong dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok

berdasarkan kandungan asam sianida antara lain golongan yang tidak

beracun, golongan beracun sedikit, golongan beracun, serta golongan sangat

25
beracun. (Johan, 2005). Pada siang ataupun sore hari hasil fotosintesis sudah

berlansung dan mengakibatkan peningkatan asam sianida.

Asam sianida terbentuk secara enzimatis dari dua senyawa prekursor

(bakal racun), yaitu linamarin dan mertil linamarin dimana kedua senyawa ini

kontak dengan enzim linamarase dan oksigen dari udara yang merombaknya

menjadi glukosa, aseton dan asam sianida. Asam sianida mempunyai sifat

mudah larut dan mudah menguap, oleh karena itu untuk menurunkan atau

mengurangi kadar asam sianida dapat dilakukan dengan pencucian atau

perendaman karena asam sianida akan larut dan ikut terbuang dengan air.

Sianida dapat mengikat dan menginaktifkan beberapa enzim, tetapi yang

mengakibatkan timbulnya kematian atau histotoxic anoxia adalah karena

sianida menikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidasae sehingga akan

mengakibatkan terhentinya sel secara aerobik. Sebagai akibatnya, hanya

dalam waktu beberapa menit, akan mengganggu transmisi secara neuronal.

Sianida dapat dibuang melalui proses tertentu sebelum sianida berhasil masuk

kedalam sel. Proses yang paling berperan disini adalah pembentukan

Cyanomethemoglobin (CNMe+Hb), sebagai hasil dari reaksi antara ion

sianida (CN+) dan Me+Hb.

Sianida dapat dengan mudah menembus dinding sel. Oleh karena itu pihak

militer sering menggunakan racun sianida walaupun secara inhalasi ,

memakan atau menelan garam sianida atau senyawa siagenik lainnya. Sianida

sebenarnya telah ada di alam walaupun dengan dosis yang rendah, maka tidak

heran, jika kebanyakan hewan mempunyai jalur biokimia intrisik tersendiri

untuk mendetoksifikasi asam sianida ini. Jalur terpenting dari pengeluaran

26
sianida ini adalah pembentukan tiosianat (SCN-) yang dieksresikan melalui

urine. Tiosianat ini dibentuk secara langsung sebagai hasi katalisis dari enzim

rhodanese dan secara indirek sebagai reaksi spontan antara sianida sulfur

persulfida.

Sianida dalam jumlah kecil akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman

dan disekresikan melalui urine,selain itu sianida dapat berikatan denga

vitamin B12, tapi bila jumlah sianida yang masuk dalam jumlah besar, tubuh

tak akan mampu mengikatnya dengan vitamin B12.

Bila sianida masuk kedalam sistem pencernaan maka kadar tertinggi

adalah hati. Sianida dapat mengakibatkan banyak efek pada sistem

kardiovaskuler termasuk peningkatan resistensi vaskuler dan tekanan darah

dalam otak. Penelitian pada tikus membuktikan bahwa garam sianida dapat

mengakibatkan kematian ataupun juga penyembuhan total. Selain itu, pada

sianida dalm bentuk ruhalasi baru dapat menimbulkan efek dalam jangka

waktu delapan hari. Bila timbul squele sebagai akibat keracunan sianida maka

akan mengakibatkan perubahan pada otak dan hipoksia pada otak dan

kematian dapat timbul dalam jangka waktu satu tahun. Sianida dapat

menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan darah,

penglihatan, paru-paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom

dan sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih

di mata karena iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa

saluran pernapasan. Gas sianida sangat berbahaya apalagi jika terpapar dalam

konsentrasi yang tinggi. Hanya dalam jangka waktu 5-8 menit, akan

27
mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat dengan berakhir dengan

kematian.

28
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada sampel ubi kayu maka

didapatkan hasil bahwa sampel tidak mengandung sianida karena sampel

tersebut masih tergolong muda. Pada identifikasi sianida maka sampel

dimasukkan pada erlenmeyer dan ditutup dengan penutup karet uang

digantungkan dengan kertas asam pikrat yang telah dibasahi dengan Na2CO3.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapaat disampaikan pada praktikum ini sebaiknya

dalam pengujian sianida praktikan harus memilih sampel ubi yang benar-

benar mengandung sianida. Karena ada beberapa jenis ubi yang tidak

mengandung sianida.

29
DAFTAR PUSTAKA

Dean, R. B. 1981. Water Reuse : Problems And Solutions. London: Academic


Press.

Depkes RI, (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.

Kuncoro, D.M., 1993. Tanaman Yang Mengandung Zat Pengganggu. Jakarta :


CV. Amalia.

Muchtadi, D., 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB,
Bogor.

Purwono, 2009. Tanaman Ubi Kayu. http:www.psychologymania.com. Diakses


pada tanggal 09 Mei 2019

Rismayani, 2007. Analisis Usaha tani dan Pemasaran Hasil. USU Press. Medan.

Rukmana, H.R. dan Yuniarsih. H. Yuyun., 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu.
Kanisius, Yogyakarta.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi.,2007. Prosedur Analisa Untuk Bahan


Makanan dan Pertanian. Edisi keempat Penerbit.Liberty, Yogyakarta.

Sunarto, 2002. Membuat Kerupuk Singkong Dan Keripik Kedelai. Penerbit


Kanisius. Yogyakarta.

Trisnanto, A., 2013. Pangan Nusantara dan Kemandirian Bangsa. Kementerian


Pertanian RI. Jakarta.

Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT . Gramedia Pustaka


Utama:Jakarta.

30
LAMPIRAN

Gambar 1. Pada Saat Gambar 2.


Bahan Dihaluskan Penimbangan Bahan

Gambar 3. Bahan Gambar 4. Perendaman


Dimasukkan Didalam Kertas Saring Menggunakan
Erlenmeyer Larutan AgNO3

Gambar 5. Terjadi Perubahan Warna Pada Kertas Saring


Yang Telah Diberi Larutan AgNO3

31

Anda mungkin juga menyukai