PEMERIKSAAN SIANIDA
KELOMPOK 1
ANA PEPIANA
DEVRIYANTI OSKAR BAU
DIRGAHAYU RAHMAN
ELSYA NOVYANA YAHYA
LIN AGUSTIYANI ADAM
MOH. ILHAM AD. MALANUA
1
LEMBAR ASISTENSI
2
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : 1 (Satu)
Kelas :B
Asisten
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Pemeriksaan Sianida” ini untuk memenuhi tugas dengan mata kuliah
TOKSIKOLOGI (P).
Laporan ini dibuat sebagai panduan belajar, meskipun penulis tahu bahwa
laporan yang penulis buat ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis
berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi orang lain, dan untuk diri sendiri
khususnya.
Dalam menyusun laporan ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari teman-teman
dan orang terdekat penulis bisa menyelesaikannya, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan laporan ini, Dan juga kepada pembaca yang telah menggunakan
laporan ini sebagai panduan belajar untuk kedepan.
Penulis
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
2.1 Asam Sianida (HCN) .................................................................. 3
2.2 Sifat - Sifat Sianida ..................................................................... 4
2.3 Toksisitas Sianida ........................................................................ 4
2.4 Efek Racun Sianida ..................................................................... 6
2.5 Cara Mengurangi Kadar Sianida ................................................. 6
2.6 Pengujian Kadar Sianida ............................................................. 7
2.7 Ubi Kayu ..................................................................................... 8
2.8 Sifat Kimiawi Ubi Kayu .............................................................. 9
2.9 Kandungan Gizi Yang Terdapat Dalam Ubi Kayu ..................... 10
BAB III METODE PRAKTIKUM ............................................................ 12
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................. 12
3.2 Metode .......................................................................................... 12
3.3 Prinsip........................................................................................... 12
3.4 Pra Analitik .................................................................................. 12
3.5 Analitik ......................................................................................... 12
3.6 Pasca Analitik ............................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 14
4.1 Hasil ............................................................................................. 14
4.2 Pembahasan .................................................................................. 15
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 21
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 21
5.2 Saran ............................................................................................. 21
5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
DAFTAR TABEL
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 14
4.1 Hasil ................................................................................................. 14
7
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda
dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki
dengan cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup
makanan), zat gas (CO2), dan zat cair (alkohol, bensin, minyak tanah, zat
kimia, pestisida, bisa/ racun hewan). Racun racun tersebut masuk ke dalam
tubuh manusia melalui beberapa cara, diantaranya melalui kulit, melalui jalan
digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. Sianida juga banyak digunakan pada
saat perang dunia pertama. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat
2013)
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap
produk yang biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh
8
bakteri, jamur dan ganggan. Sianida juga ditemukan pada rokok, asap
tapioka dan singkong. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk
Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui uji kandungan
sianida yang terdapat dalam bahan pangan seperti singkong/ubi agar kita bisa
tersebut.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
makanan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat terurai dan
berbeda seperti amigladin pada biji almonds, aprikot dan apel, dhurin pada
biji shorgum, dan linamarin pada kara (lima bean) dan Ubi kayu. Nama kimia
Zat glikosida ini diberi nama linamarin yang berasal dari aseton sianidrin
yang bila dihidrolisis akan terurai menjadi glukosa, aseton dan HCN. Rumus
dalam air (Sosrosoedirdjo, 1993). Asam sianida disebut juga Hidrogen sianida
(HCN), biasanya terdapat dalam bentuk gas atau larutan dan terdapat pula
murni mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap pada suhu kamar
dan mempunyai bau khas. HCN mempunyai berat molekul yang ringan, sukar
10
HCN dikenal sebagai racun yang mematikan. HCN akan menyerang
langsung dan menghambat sistem antar ruang sel, yaitu menghambat sistem
dicerna, HCN sangat cepat terserap oleh alat pencernaan masuk ke dalam
(Winarno, 2004 ).
Sianida sebagai hidrogen sianida, atau salah satu garamnya yang banyak
(reaktif). Sianida tidak stabil dalam air dan dapat dihilangkan dengan
perlakuan biologi atau dengan klronasi. Hal ini mungkin terjadi dalam air
suhu kamar, dan mempunyai bau yang khas. Hidrogen sianida mempunyai
berat molekul yang ringan, sukar terionisasi, mudah berdifusi dan cepat
diserap melalui paru - paru, saluran cerna, dan kulit ( Dep Kes RI, 1999).
Yang dimaksud dengan toksis ( racun ) dari suatu zat pada dasarnya
11
kerugian pada organisme hidup. Zat beracun alami yang terdapat pada bahan
enzim glikosidase serta adanya air. Senyawa HCN mudah menguap pada
menghasilkan racun biru / HCN yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida
mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap pada suhu kamar dan
mempunyai bau khas. HCN mempunyai berat molekul yang ringan, sukar
cerna dan kulit ( Dep Kes RI, 1987). Dosis HCN yang dapat mengakibatkan
kematian adalah 0,5 - 3,5 mg HCN per kg berat badan. Gejala yang timbul
mati rasa pada seluruh tubuh dan pusing - pusing. Hal ini diikuti oleh
kekacauan mental dan pingsan, kejang - kejang dan akhirnya koma (pingsan
lama).
Dosis yang lebih rendah dapat mengakibatkan sakit kepala, sesak pada
tenggorokan dan dada berdebar - debar serta kelemahan pada otot - otot. HCN
akan terjadi kelumpuhan dan kegagalan pernafasan, jika tidak segera ditolong
12
2.4 Efek Racun Sianida
HCN dalam bentuk gas maupun cairan sangat beracun dan dikenal
oksidase dalam sel - sel, hal ini menyebabkan zat pembakaran ( oksigen )
tidak dapat beredar ke tiap - tiap jaringan sel - sel dalam tubuh. Dengan
sehingga bila ubi kayu dikonsumsi tidak akan membahayakan bagi tubuh.
kandungan racun. Pada ubi kayu, kulitnya dikupas sebelum diolah, direndam
tersebut linamarin banyak yang rusak dan hidrogen sianidanya ikut terbuang
keluar sehingga tinggal sekitar 10-40 mg/kg (Winarno , 2004). Asam biru
(HCN) dapat larut di dalam air maka untuk menghilangkan asam biru tersebut
13
cara yang paling mudah adalah merendamnya di dalam air pada waktu
1. Analisa Kualitatif
pengujiannya yakni HCN larut dalam air, dalam suasana panas dan asam
HCN akan menguap, lalu uap HCN akan bereaksi dengan asam pikrat
2. Analisa kuantitatif
a. Metode spektrofotometri
barbiturat dalam piridin dan warna yang terjadi dibaca pada panjang
b. Metode Titrimetri
14
endapan dengan ion perak, titrasi ini berdasarkan atas reaksi
AgNO3 (Sudarmadji,dkk.,2007).
karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan
tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil.
India, dan Tiongkok. Ubi kayu berkembang di negara -negara yang terkenal
1914-1918, yaitu saat terjadi kekurangan atau sulit pangan. Tanaman ubi
kayu dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki ketinggian
sampai dengan 2.500 m dari permukaan laut. Demikian pesatnya tanaman ubi
kayu berkembang di daerah tropis, sehingga ubi kayu dijadikan sebagai bahan
makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung. Pada daerah yang kekurangan
pula dijadikan sebagai sumber kabohidrat utama. Adapun produksi ubi kayu
umbinya, sehingga segala upaya yang selama ini dilakukan adalah untuk
15
masyarakat di lahan marginal. Untuk menghapus kesan tersebut telah
dikembangkan produk dari bahan ubi kayu dan diberi nama “Kasava”. Nama
kasava berasal dari kata “Cassava” (bahasa inggris) artinya ubi kayu.
2013).
Berdasarkan sifat kimiawi, ubi kayu segar mengandung kadar air tinggi
(60-65 %), kadar sianida (HCN) ada yang beracun (lebih dari 100 ppm),
kurang beracun (50-100 ppm) dan tidak beracun (kurang dari 50 ppm),
setelah tiga hari (Trisnanto, 2013). Ubi kayu merupakan salah satu makanan
pokok rakyat Indonesia, dengan nama binomial manihot esculenta crantz dari
mudah rusak, cepat busuk dan meruah. Ubi yang telah rusak menyebabkan
warna berubah, rasa menjadi kurang enak, dan bahkan kadang-kadang pahit
karena adanya asam sianida (HCN) yang bersifat toksik (racun). Pengolahan
ubi kayu secara tepat akan mengurangi resiko terjadinya kerusakan dan
16
pembusukan, dan memperpanjang umur simpan serta dapat meningkatkan
nilai jualnya. Ubi kayu memiliki berbagai macam kegunaan, yaitu sebagai
karbohidrat tinggi dengan kadar amilosa yang rendah dan amilopektin yang
pengganti beras. Karbohidrat yang tinggi pada ubi kayu ternyata merupakan
sifat yang tidak dimiliki oleh umbi-umbian lainnya sehingga ubi kayu dapat
Ubi kayu umumnya dikenal dengan nama ubi kayu merupakan komoditi
lain. Ubi kayu berbentuk seperti silinder yang ujungnya mengecil dengan
diameter rata-rata 2-5 cm dan panjang sekitar 20 - 30 cm. Ubi kayu biasanya
terdiri dari dua lapis yaitu kulit luar dan kulit dalam. Daging ubi berwarna
putih atau kuning. Dibagian tengah daging umbi terdapat suatu jaringan yang
tersusun atas serat. Ubi kayu segar banyak mengandung air dan pati.
(Muchtadi, 1989).
Adapun produksi ubi kayu dibengkulu pada tahun 2015 sebanyak 76.967
ton, sedangkan produksi ubi kayu di kabupaten kaur pada Tahun 2015
penghasil ubi kayu, namun saat ini umumnya masyarakat hanya menjual ubi
17
kayu mentah, sedangkan bentuk olahan belum banyak dilakukan oleh
Kandungan gizi yang terdapat dalam ubi kayu sudah kita kenal sejak
dulu. Umbi ubi kayu merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun
miskin akan protein. Selain umbi akar ubi kayu banyak mengandung glukosa
dan dapat dimakan mentah. Berbagai macam upaya penanganan ubi kayu
Selain sebagai bahan makanan pokok, banyak macam produk olahan ubi
kayu yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat kita antara lain adalah tape
Selain kandungan gizi di atas, ubi kayu juga mengandung racun yang
dalam jumlah besar cukup berbahaya. Racun ubi kayu yang selama ini kita
kenal adalah asam biru atau asam sianida. Baik daun maupun umbinya
dapat menghasilkan racun biru atau HCN yang bersifat sangat toksik
(Sosrosoedirdjo, 1993).
Kandungan sianida dalam ubi kayu sangat bervariasi. Kadar sianida rata-
rata dalam singkong manis dibawah 50 mg/kg berat asal, sedangkan singkong
18
mg/kg masih aman untuk dikonsumsi manusia (Winarno, 2004). Besarnya
racun dalam singkong setiap varietas tidak konstan dan dapat berubah. Hal ini
19
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Gorontalo.
3.2 Metode
3.3 Prinsip
Sianida dalam suasana asam akan terurai menjadi HCN yang menguap.
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum percobaan
Asam tatrat 10%, Na2Co3, tabung reaksi, pipet tetes, mortar, rak tabung,
sampel singkong, Cawan porselin, gelas kimia, Larutan PbSO4 dan H2SO4 dan
Aquadest.
3.5 Analitik
3. Kemudian labu erlenmeyer ditutup dengan prop karet yang telah digantung
kertas saring yang telah diinfiltrasi dengan AgNo3 dan kertas Pb Asetat
sebagai contoh.
20
4. Biarkan 5 menit sampai beberapa jam dalam ruang gelap
3.6.1 Negatif
pikrat yang telah diberi Na2CO3 tidak terbentuk endapan merah bata
3.6.2 Positif
yang telah diberi Na2CO3 terbentuk endapan merah bata reaksi terbentuk
Natrium Purpurat.
21
BAB IV
4.1 Hasil
Kertas Saring
Infiltrasi
Terjadi
perubahan
berwarna
hitam
A Tidak terjadi
perubahan
warna pada
Asam Tartrat Positif
Pb Asetat kertas saring,
10 % (+)
tetap
berwarna
putih
22
Terjadi
perubahan
berwarna
hitam
B Tidak terjadi
perubahan
warna pada
Asam Tartrat
Pb Asetat Positif (+) kertas saring,
10 %
tetap
berwarna
putih
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan analisa HCN pada sampel bahan makanan.
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya sianida
(CN) pada bahan makanan. Pada praktikum ini bahan makanan yang dianalisa
adalah singkong. Metode yang digunakan untuk analisa CN ini adalah metode
kromatografi kertas dimana kertas saring telah dicelupkan oleh asam pikrat
dan kertas ini akan diletakkan dalam Erlenmeyer tertutup berisi sampel dan
asam tartarat 5%, maka dalam suasana asam uap dari sampel ini yang
merah muda pada bagian kertas saring yang tercelup oleh natrium karbonat
23
10%. Terbentuknya warna merah pada kertas pikrat tersebut menunjukan
sampel yang diuji mengandung asam sianida ( HCN ). Prinsip dari metode
kromatografi kertas ini adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua
cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara
kompleks selulosa-air dan fasa gerak yang melewati berupa pelarut organik
yang sudah dijenuhkan dengan air dan melalui serat dari kertas oleh gaya
jarak pada arah aliran pelarut. Dalam hal uji sianida ini, yang merupakan fase
gerak adalah natrium karbonat dan yang merupakan fase gerak adalah asam
sianida yang beruapa uang di didalam suatu bejana yang dalam hal ini adalah
singkong tersebut maka akan terbentuk warna merah mudah pada kertas
saring.
Pada praktikum sampel atau cuplikan yang digunakan untuk uji CN pada
bahan makanan adalah singkong yang berupa daging ubi itu sendiri. Untuk
dengan ukuran 1x7 yang telah dicelupkan dalam larutan asam pikrat jenuh
24
Setelah 15 menit pemanasan maka hasil yang diperoleh adalah kertas
saring tidak menunjukan perubahan warna dari putih menjadi hitam. Kertas
saring tetap berwarna putih seperti semula . Hal ini menunjukan bahwa di
terdisosiasi dalam larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun
kurang beracun dari H2S), tidak bewarna dan terbentuk bila sianida
direaksikan dengan sianida. Dalam larutan air, HCN adalah asam yang sangat
lemah, pK25°= 9,21 dan larutan sianida yang larut terhidrolisis tidak terbatas
namun cairan murninya adalah asam yang kuat. Asam sianida cepat terserap
oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu bergabung dengan
sakit atau kematian dengan dosis mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan.
bersifat mengikat sianida (HCN). Beberapa jenis ubi singkong ternyata cukup
sianida tertinggi terdapat pada bagian paling luar ubi singkong. Selain itu
daun singkong ternyata juga mengandung sianida. Asam sianida ini tersebar
merata dipermukaan daun hingga dermis dari umbi akar. Kandungan unsur
penggangu yang bersifat racun (HCN) berbeda untuk setiap jenis atau
25
beracun. (Johan, 2005). Pada siang ataupun sore hari hasil fotosintesis sudah
(bakal racun), yaitu linamarin dan mertil linamarin dimana kedua senyawa ini
kontak dengan enzim linamarase dan oksigen dari udara yang merombaknya
menjadi glukosa, aseton dan asam sianida. Asam sianida mempunyai sifat
mudah larut dan mudah menguap, oleh karena itu untuk menurunkan atau
perendaman karena asam sianida akan larut dan ikut terbuang dengan air.
sianida menikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidasae sehingga akan
Sianida dapat dibuang melalui proses tertentu sebelum sianida berhasil masuk
Sianida dapat dengan mudah menembus dinding sel. Oleh karena itu pihak
memakan atau menelan garam sianida atau senyawa siagenik lainnya. Sianida
sebenarnya telah ada di alam walaupun dengan dosis yang rendah, maka tidak
26
sianida ini adalah pembentukan tiosianat (SCN-) yang dieksresikan melalui
urine. Tiosianat ini dibentuk secara langsung sebagai hasi katalisis dari enzim
rhodanese dan secara indirek sebagai reaksi spontan antara sianida sulfur
persulfida.
Sianida dalam jumlah kecil akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman
vitamin B12, tapi bila jumlah sianida yang masuk dalam jumlah besar, tubuh
dalam otak. Penelitian pada tikus membuktikan bahwa garam sianida dapat
sianida dalm bentuk ruhalasi baru dapat menimbulkan efek dalam jangka
waktu delapan hari. Bila timbul squele sebagai akibat keracunan sianida maka
akan mengakibatkan perubahan pada otak dan hipoksia pada otak dan
kematian dapat timbul dalam jangka waktu satu tahun. Sianida dapat
dan sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih
saluran pernapasan. Gas sianida sangat berbahaya apalagi jika terpapar dalam
konsentrasi yang tinggi. Hanya dalam jangka waktu 5-8 menit, akan
27
mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat dengan berakhir dengan
kematian.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada sampel ubi kayu maka
digantungkan dengan kertas asam pikrat yang telah dibasahi dengan Na2CO3.
5.2 Saran
dalam pengujian sianida praktikan harus memilih sampel ubi yang benar-
benar mengandung sianida. Karena ada beberapa jenis ubi yang tidak
mengandung sianida.
29
DAFTAR PUSTAKA
Muchtadi, D., 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB,
Bogor.
Rismayani, 2007. Analisis Usaha tani dan Pemasaran Hasil. USU Press. Medan.
Rukmana, H.R. dan Yuniarsih. H. Yuyun., 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu.
Kanisius, Yogyakarta.
30
LAMPIRAN
31