Anda di halaman 1dari 24

Titrasi

Redoks
metode analisis titrimetri yang
berdasarkan pada reaksi oksidasi dan
reduksi antara zat yang akan
ditentukan dengan larutan pentiter
Reaksi Oksidasi Reduksi
Oks + n e → Red
Ce4+ + Fe2+ → Ce3+ + Fe3+
Ce4+ + e → Ce3+
Fe2+ → Fe3+ + e

• Oksidasi → pembuangan
elektron
• Reduksi → pengambilan
elektron
• Redoks → serah terima
elektron
• Pengoksidasi (oksidator) →
penerima elektron
• Pereduksi (reduktor) →
Perbandingan dengan
reaksi asam basa

Reaksi asam basa


Asam1 + basa2 → basa1 + asam2

Reaksi redoks
Ared + Boks → Aoks + Bred
Titrasi
iodium (I2) kalium
Iodometri/ permanganat
Iodimetri (KMnO4)

Titrasi Titrasi
Bromatometri Permanganometr
i
kalium bromat
(KBrO3)
Titrasi
Redoks
Titrasi
Titrasi Bikromatometri
Iodatometri kalium bikromat
(K2Cr2O7)
standar kalium
iodat (KIO3) Titrasi
Serimetri standar serium(IV)
sulfat Ce(SO4)2
Iodometri dan Iodimetri

titrasi yang melibatkan iodium (I2) dalam titrasi

Perbedaa
n
Iodometri Iodimetri

Perubahan warna indikator : Perubahan warna indikator :


Biru ke bening Bening-biru

Titrasi tidak langsung Titrasi langsung dengan


dengan larutan standar iodium/KI sebagai larutan
natrium sulfat standar
Penambahan Indikator
Penambahan Indikator bisa
dilakukan apabila telah
ditambahkan kapan saja
mendekati titik akhir titrasi
IODOMETRI
Iodometri
analisis titrimetri berdasarkan reaksi redoks antara
analit dan KI sehingga dihasilkan I2 dan I2 yang
terbentuk itu dititrasi dengan larutan standar
natrium tiosulfat
Reduksi dengan kalium iodida membentuk iod,
kemudian iod yang terbentuk dititrasi dengan
larutan standar natrium tiosulfat

2 CuSO4 + 4 KI → 2 CuI + I2 + 2 K2SO4


I2 + 2 Na2 S2O3 → Na2S4O6 + 2 NaI
Reaksi Iodium dengan
Tiosulfat

Reduksi: I2 + 2e  2I-
Oksidasi: 2S2O32-  S4O62- + 2e
–––––––––––––––––––
Redoks: I2 + 2S2O32-  2I- + S4O62-
1 mol I2 = 2 ekuivalen
1 ek I2 = ½ mol  BE = ½ BM
2 mol S2O32- = 2 ek
1 ek S2O32- = 1 mol  BE = BM
Lingkungan titrasi Iodometri
Dalam suasana asam sedikit basa (pH 5-9)
Pada pH > 9

I2 banyak terhidrolisis menjadi hipoiodit sehingga menimbulkan


kesalahan titrasi
I2 + H2O  HOI + I- + H+

• Sebagian I2 terurai menjadi I- (sehingga pemakaian tiosulfat akan


berkurang)
• HOI dapat bereaksi dengan Na2S2O3(sehingga pemakaian tiosulfsat
akan bertambah)
• 4HOI + S2O32-  4I- + SO42- + 6H+

Pada pH < 5

ion I- teroksidasi oleh udara, sehingga menimbulkan kesalahan titrasi


(dapat dicegah dengan menutup labu titrasi)
4I- + O2 + 4H+  2I2 + 2H2O
O2 dapat mengoksidasi I- menjadi I2 sehingga yang terbentuk sangat
banyak dan pemakaian tiosulfatpun akan besar
INDIKATOR
Iod membentuk warna biru dengan kanji (amilum =
-amilose). -amilose memberikan warna merah,
sudah dihilangkan dari amilum.
Amilum dapat teroksidasi oleh iod pada konsentrasi
tinggi
Iod pada konsentrasi tinggi bewarna coklat
Karena itu indikator tidak bisa ditambahkan
sebelum titrasi dimulai. Iod terlebih dahulu
dititrasi dengan natrium tiosulfat sampai manjadi
warna kuning muda, baru ditambahkan indikator
(amilum). Warna biru akan terbentuk, kemudian
titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang.

Larutan amilum juga mudah dirusak bakteri, karena


itu pada pembuatan ditambahkan sedikit merkuri
iodida.
Penentuan Titik Akhir Titrasi
• Dipakai indikator larutan kanji
• Penambahan indikator harus dekat titik ekuivalen, ketika
larutan telah berubah dari merah-coklat menjadi kuning
muda
• Penambahan indikator yang terlalu dini menyebabkan
indikator terurai oleh I2 yang banyak.
• Titik akhir tercapai bila warna biru dalam larutan hilang

Penambahan amillum Penambahan amillum mendekati


Langsung titik akhir titrasi

Coklat
Coklat

Kuning muda
Hitam Amilum

Biru

bening
Bening
Penentuan Titik Akhir Titrasi

Sampai warna kuning


Larutan awal Penambaham KI Titrasi dengan tiosulfat
muda

Tambahkan amilum Lanjutkan titrasi Menjelang titik akhir Titik akhir tercapai
Larutan Standar Yang digunakan dalam titrasi
Iodometri :
Natrium tiosulfat
Na2S2O3

Hal yang harus diperhatikan


Pembuatan Larutan Standar
Na2S2O3

 Tidak Stabil dalam waktu lama.


 Perlu distandarisasi saat digunakan
 Bakteri mudah berkembang biak karena
mengandung S (larutan menjadi keruh)
 Air yang digunakan untuk pelarutan
harus didihkan untuk membembebaskan
bakteri
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kestabilan Larutan Natrium
Tiosulfat

Pengaruh pH

Pengaruh Mikroorganisme

Pengaruh Kotoran dalam


larutan

Pengaruh Cahaya

Pengaruh Oksigen dalam


udara

Pengaruh Konsentrasi
Natrium Tiosulfat
Pengaruh pH (1)

 Pada pH  5, tiosulfat terurai sbb:


S2O32- + H+  HS2O3-  HSO3- + S
Karena itu larutan Na2S2O3 tidak boleh
disimpan dalam suasana asam.

 Namun demikian, larutan I2 yang bersifat


asam (3-4 M) bisa dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 tanpa kesalahan yang besar dengan
syarat:
–Penambahan larutan Na2S2O3 secara
perlahan-lahan
–Pengadukan yang baik selama titrasi
Pengaruh pH (2)
Kestabilan maksimum larutan
Na2S2O3 pada pH 9-10.
Untuk mendapatkan pH 9-10,
ditambahkan sedikit basa,
seperti:
• Natrium karbonat, Na2CO3
• Borax, Na2B4O7
• Dinatrium hidrogenfosfat,
Na2HPO4
Pengaruh pH (3)
Larutan I2 yang dititrasi harus cukup
asam untuk menetralkan basa yang
ditambahkan tsb di atas. Kalau tidak,
pembentukan hipoiodit (HOI) terjadi
sebelum titik ekuivalen tercapai
sehingga menyebabkan oksidasi parsial
tiosulfat menjadi sulfat:
I2 + H2O  HOI + I- + H+
HOI + S2O32- + H2O  2SO42- + 4I- + 6H+
Pengaruh
Mikroorganisme
– Bakteri Thiobacillus thioparus bisa
memetabolisme ion tiosulfat
menjadi ion sulfit, ion sulfat dan
sulfur, karena itu pembuatan
larutan natrium tiosulfat harus
dalam kondisi steril
– Untuk menghambat pertumbuhan
bakteri dapat ditambahkan
kloroform, natrium benzoat atau
HgI2
– Aktivitas mikroba minimum pada
Pengaruh Kotoran dalam larutan
Penguraian tiosulfat dikatalisis oleh ion Cu2+ dan
oleh hasil uraiannya sendiri
Pengaruh Cahaya
Cahaya matahari langsung meningkatkan
laju penguraian larutan natrium tiosulfat

Pengaruh Oksigen dalam Udara


Oksigen dalam udara dapat mempercepat
penguraian natrium tiosulfat

Pengaruh Konsentrasi Natrium Tiosulfat


Laju penguraian natrium tiosulfat lebih
cepat dalam larutan yang lebih encer
Standarisasi Larutan
Natrium Tiosulfat
Zat standar primer lain:

Kalium Iodat, KIO


3

Kalium bikromat, K2Cr2O7


Kalium bromat, KBrO3
Kalium hidrogen iodat, KH(IO3)2
Kalium ferisianida, K3[Fe(CN)6] dan
Titrasi Logam tembaga, Cu
Iodometri 20
Standarisasi Larutan Natrium
Tiosulfat

Standarisasi dengan zat baku primer KIO3


Reaksinya:
IO3- + 5I- + 6H+  3I2 + 3H2O
3I2 + 6e  6I-
Kesetaraan:
1 mol KIO3 = 3 mol I2 = 6e
1 ek KIO3 = 1/6 mol
BE KIO3 = 1/6 BM = 35,67
Kelemahan : BE kecil, hanya 35,67 g/ek
STANDARDISASI
Standar primer digunakan adalah
kalium dikromat

K2Cr2O7 Mr =
294,19
K2Cr2O7 + 6 KI + 7 H2SO4 → Cr2(SO4)3 + 3 I2 + 4 K2SO4 + 7 H2O
I2 + 2 Na2 S2O3 → Na2S4O6 + 2 NaI

Cr2O7-2+ 14 H+ +6 e ⇄ 2Cr-3 + 7 H2O


Sumber Kesalahan Metode Iodometri
 Penguraian larutan natrium tiosulfat
 Perubahan hubungan stoikiometri antara I2 dan
ion tiosulfat dalam adanya basa
 Penambahan indikator kanji yang terlalu dini
jauh sebelum titik ekuivalen
 Hilangnya I2 karena penguapan, yang dapat
dicegah dengan cara:
– Menggunakan wadah tertutup ketika
penyimpanan larutan yang dititrasi
– Menjaga agar ion iodida berlebihan dalam
larutan yang dititrasi
– Mencegah naiknya suhu
 Oksidasi iodida oleh oksigen dari udara yang
dipermudah oleh adanya ion H+, cahaya, Cu(I)
Titrasi Iodometri 23
dan NO
Pemakaian Metode
Senyawa yang dianalisis
Iodometri
Paro-reaksi Kondisi
IO4- IO4- + 8H+ + 7e  ½I2 + 4H2O Asam
IO4- + 2H+ + 2e  IO3- + H2O Netral

IO3- IO3- + 6H+ + 5e  ½I2 + 4H+ Asam kuat


BrO3-, ClO3- XO3- + 6H+ + 6e  X- +3H2O Asam kuat
Br2, Cl2 X2 + I-  I2 + 2X-

NO2- HNO2 + H+ + e  NO + H2O

Cu2+ Cu2+ + I- + e CuI(s)

O2 O2 + 4Mn(OH)2(s) + 2H2O  4Mn(OH)3(s) Basa


Mn(OH)3(s) + 3H+ + e  Mn2+ + 3H2O asam

Peroksida organik ROOH + 2H+ + 2e  ROH + H2O

Anda mungkin juga menyukai