I. JUDUL PERCOBAAN
Titrasi Iodo-Iodimetri dan Aplikasinya
V. TINJAUAN PUSTAKA
Dasar reaksi titrasi oksidimetri ialah reaksi oksidasi-reduksi antara zat
penitrasi dan zat yang dititrasi. Dalam titrasi oksidimetri meliputi dua titrasi yaitu
titrasi permanganometri (melibatkan senyawa KMnO4) dan titrasi iodo-iodimetri
(melibatkan ion I-). Titrasi iodo-iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi-reduksi. Metode titrasi langsung dinamakan iodimetri
mengacu kepada titrasi dengan suatu iod standar. Sedangkan metode titrasi tak
langsung dinamakan iodometri adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia.
a) Prinsip Iodo-Iodimetri
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat
bereaksi dengan I- (iodida) untuk menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara
kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka
titrasi iodometri dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali.
Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika
direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titran, hal ini
disebabkan karena faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang
dapat dipakai untuk iodida. Oleh sebab itu titrasi kembali merupakan proses titrasi
yang sangat baik untuk titrasi yang melibatkan iodida. Senyawa iodida umumnya
KI ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I 2.
I2 yang terbentuk adalah ekuivalen dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan.
1
Jumlah I2 ditentukan dengan menitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat
(umumnya yang dipakai adalah Na2S2O3) dengan indikator amilum, jadi
perubahan warnanya dari biru tua kompleks amilum-I2 sampai warna ini tepat
hilang.Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah
sebagai berikut:
IO3- + 5 I- + 6H+ 3I2 + H2O
I2 + 2 S2O32- 2I- + S4O62-
Jadi, prinsip dasar dari titrasi iodometri adalah zat uji (oksidator) mula-
mula direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian iodium yang dihasilkan
dititrasi dengan larutan tiosulfat.
Oksidator + KI I2 + 2e
I2 + Na2S2O3 NaI + Na2S4O6
Sedangkan prinsip dasar dari titrasi iodimetri adalah zat uji (reduktor) langsung
dititrasi dengan larutan iodium. dimana I2 sebagai larutan standardnya.
Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimetri), digunakan
suatu larutan iod dalam kalium iodida, dan karena itu spesi reaktifnya adalah ion
tri-iodida, I3-. Untuk tepatnya, semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod
seharusnya ditulis dengan I3- dan bukan dengan I2, misalnya:
I3- + 2S2O32- 3I- + S4O62-
akan lebih akurat daripada:
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
(Bassett, 1994).
2
demikian, biasanya larutan tersebut distandarisasi terhadap larutan standar primer
seperti As2O3. Kekuatan reduksi dari HAsO2 tergantung pada pH, seperti yang
ditunjukkan oleh persamaan di bawah :
HAsO2 + I2 + 2H2O H3AsO4 + 2H+ + 2I-
Nilai konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini adalah 0,17; karena itu reaksi ini
tidak berjalan sampai selesai pada titik ekivalen. Namun demikian, jika
konsentrasi ion hidrogen diturunkan, reaksi dipaksa bergeser ke kanan sehingga
bisa digunakan untuk titrasi. Biasanya larutannya disangga pada pH sedikit diatas
8 menggunakan natrium bikarbonat (Underwood, 2002).
Kelemahan larutan iod adalah :
1. Larutan iod adalah oksidator lemah, tak stabil karena mudah menguap.
2. Dapat mengoksidasi karet, gabus dan zat-zat organik lainnya.
3. Dipengaruhi oleh udara dengan reaksi sebgai berikut :
4 I- + O2 + 4H+ 2I2 + 2H2O
4. Tidak dapat dilakukan pada suasana basa yakni pada Ph > 9 karena akan
terjadi reaksi :
I2 + OH- HOI + 2H2O
3HOI + 3OH- 2I- + IO3- + 3H2O
3
mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, namun reaksinya tidak kuantitatif.
(Underwood,2002).
4
dibakukan sambil terus dikocok. Bila larutan menjadi kuning pucat tambah
100 ml air dan 3 ml larutan kanji. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat
hilang (tidak berwarna).
Pada pembakuan di atas reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
KIO + 5KI + 6HCl 3I + 6KCl + 3HO
I + 2NaSO 2NaI + NaSO
Pada reaksi di atas valensinya adalah 6 karena 1 mol KIO setara dengan 3
mol I, sedangkan 1 mol I setara dengan 2e. Sehingga 1 mol KIO setara
dengan 6e akibatnya BE KIO sama dengan BM/6.
e) Indikator Iodo-Iodimetri
Larutan I2 dalam larutan KI encer berwarna coklat muda. Bila 1 tetes
larutan I2 0,1 N dimasukkan kedalam 100 ml aquadest akan memberikan warna
kuning muda, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu larutan yang tidak
berwarna I2 dapat berfungsi sebagai indikator. Warna dari larutan iodin 0,1 N
cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri.
Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut
seperti karbon tetraklorida dan kloroform dan terkadang kondisi ini digunakan
untuk mendeteksi titik akhir titrasi. Namun demikian, suatu larutan (penyebaran
koloidal) dari kanji lebih umum digunakan, karena warna biru gelap dari
kompleks iodin-kanji bertindak sebagai tes yang sensitif untuk iodin.
(Underwood,2002)
Komponen utama kanji yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki
rantai lurus dan memberikan warna biru jika bereaksi dengan iodium. Amilopektin
memiliki rantai bercabang dan memberikan warna merah violet jika bereaksi
dengan iodium.
Keuntungan penggunaan kanji adalah harganya murah, sedangkan
kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak stabil pada suspensi
dengan air, karenanya dalam proses pembuatannya harus dibantu dengan
pemanasan.
Penambahan indikator kanji sebaiknya dilakukan pada saat medekati titik
akhir titrasi karena iod dengan kanji membentuk kompleks yang berwarna biru
yang tidak larut dalam air dingin sehingga dikhawatirkan mengganggu penetapan
titik akhir titrasi. Karena adanya kelemahan ini, dianjurkan pemakaian kanji
5
natrium glukonat yang mana indikator ini tidak higroskopis; cepat larut dan stabil
dalam penyimpanan; tidak membentuk kompleks yang tidak larut dengan iodium
sehingga boleh ditambahkan pada awal titrasi dan titik akhir jelas; reprodusibel
dan tidak tiba-tiba. Namun indikator ini harganya mahal.
Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai berikut :
Iodimetri : Amilum (tak berwarna) + I2 iod-amilum (biru)
Iodometri : Iod-amilum (biru) + Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6 + amilum (tak
berwarna)
Perbedaan dari iodometri dan iodimetri berdasarkan perbedaan warna pada
titik ekivalennya adalah : pada iodometri perubahan warna pada titik ekivalen
(TE) dari biru menjadi tak berwarna, sedangkan pada iodimetri perubahan warna
pada titik ekivalen (TE) dari tak berwarna menjadi biru.
6
- Labu Erlenmeyer 250 mL
- Pipet tetes
- Buret
- Statif dan Klem
- Neraca analitik
- Gelas ukur
- Picnometer
- Spatula
- Gelas kimia
- Corong
- Kaca arloji
b. BAHAN:
- Serbuk KIO3
- Larutan Na2S2O3
- Larutan HCl 4N
- Larutan KI 0,1 N 20%
- Larutan kanji
- Larutan H2SO4 1:6
- Larutan ammonium molibdat 3%
- Air suling (air aquades)
- Sampel (larutan pemutih proclean)
Ditimbang
Dilarutkan dalam 1L air yang baru dipanaskan
Didinginkan
Ditambahkan 0,2 gram Na2CO3
Disimpan dalam botol berwarna
9
Serbuk KIO3 = Serbuk KIO3 +
B. Penentuan (standarisasi) larutan Natrium 2IO3- (aq) + 12H+ + 10e- Berdasarkan
Tiosulfat 0,1 N dengan Kalium Iodidat berwarna air suling = I (aq) + 6H O (l) perhitungan diperoleh
2 2
baku putih tidak berwarna Normalitas Na2S2O3 :
Air suling = (larutan standar x1
0,3974 gram KIO3 Cl (aq)
tidak KIO3) 2Cl- (aq) 2 N1Na2S2O3 = 0,1022
Dipindahkan kedalam labu ukur 100mL berwarna Larutan standar -
+ 2e x5 N
Larutan standar KIO3 + KI =
Dilarutkan dengan air suling
Diencerkan sampai tanda batas KIO3 = tidak tidak berwarna 2IO3- (aq) + 12H+ + 10Cl- N2Na2S2O3 = 0,1114
berwarna Larutan standar
Dikocok dengan baik agar tercampur sempurna I (aq) + 5Cl (aq) + N
Larutan KIO3 + KI + 2 2
(aq) + 2e-
10
HCl + dititrasi
+ larutan kanji
+ dititrasi =
tidak berwarna
V1Na2S2O3 =
10,9 mL Amati perubahan warna sampai menjadi kuning muda
V2Na2S2O3 = 10
mL
V3Na2S2O3 = 9 Ditambahkan larutan kanji
mL Ditritasi (titrasi di ulang sebanyak 3 kali)
Konsentrasi Na2S2O3
11
2. 3. Penentuan kadar Cl2 dalam sampel Larutan Larutan pemutih OCl- (aq) + 2I- (aq) + 2H+ 48. Berdasarkan
(larutan pemutih Proclin) Na2S2O3 = + aquades = I (aq) + Cl- perhitungan
(aq) 2
4. tidak tidak berwarna kadar Cl2
5. 2 mL larutan Pemutih berwarna Larutan pemutih (aq) + 2H2O (l) dalam
Dihitung berat jenis larutan pemutih
6. Larutan + KI = kuning 42. pelarutan
Dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL
7. 43.
Ditambahkan 75 mL aquades
8. pemutih = jingga pemutih
tidak Larutan pemutih I2 (aq) +2e- 2I- (aq) Proclin sebesar
9.
Ditambahkan 3 gram KI
10.
Ditambahakan 16 tetes H2SO4 1 : 6 berwarna + KI + H2SO4 = = 6,4937%
44. 2S2O32- (aq)
11. Aquades = merah
Ditambahkan 3 tetes ammonium molibdat 3%
12. tidak kecoklatan S4O62- (aq) + 2e-
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3
13. berwarna Larutan pemutih 45.
14. Serbuk KI = + KI + H2SO4+ 46. I2 (aq) + 2S2O32-
15.
tidak ammonium (aq) 2I- (aq)
16.
Perubahan warna coklat iodida hilang
17. berwarna molibdat =
H 2SO4 = coklat + S4O62- (aq)
18.
19. tidak Larutan pemutih 47.
20. berwarna + KI + H2SO4+ Perubahan warna coklat iodida hilang
21. Larutan ammonium
22. kanji = Ditambahkan larutan kanji 3 tetes
molibdat +
23. Ditritasi (titrasi di ulang sebanyak 3 kali)
tidak dititrasi =
24.
25. berwarna kuning muda
26. Massa Larutan pemutih
27. piknomete + KI + H2SO4+
Perubahan warna sampai biru hilang
28. r kosong = ammonium
29. 23,4593 g molibdat +
30. Dihitung volume Na2S2O3
Massa dititrasi +
31. Dihitung kadar Cl2 dalam sampel
piknomete larutan kanji =
32.
r isi = ungu
33.
34. 49,2343 g kecoklatan
Kadar Cl2 dalam sampel
35. Larutan pemutih
36. + KI + H2SO4+
12
37. ammonium
38. molibdat +
39. dititrasi +
40.
larutan kanji +
dititrasi = tidak
berwarna
V1Na2S2O3 =
10,9 mL
V2Na2S2O3 = 10
mL
V3Na2S2O3 = 9
mL
41.
49.
50.
13
51.
IX. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
52.
1. Menentukan (standarisasi) larutan Na2S2O3 dengan KIO3 sebagai baku
14
larutan kanji ini berfungsi sebagai indicator untuk memperjelas perubahan warna
larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas warnanya tergantung pada
pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang kecil
dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi. Kemudian titrasi
dilanjutkan lagi hingga warna biru kehitaman tepat hilang menjadi tak berwarna hal
ini menunjukkan bahwa didalam larutan tidak terdapat lagi I 2 melainkan telah menjadi
I- . Sehingga reaksi pada saat ekivalen adalah sebagai berikut :
56.
Mol ekivalen IO3- = mol ekivalen S2O32-
57. Hal ini dapat ditunjukkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
58. 10 e- + 12 H+ + 2 IO3- I2 + 6 H2O x1
59. 2 I- I2 + 2 e- x5
60. +
61. 10 e- + 12 H+ + 2 IO3- I2 + 6 H2O
62.
10 I- 5 I2 + 10 e-
63. +
64. 12 H+ + 2 IO3- + 10 I- 6 I2 + 6 H2O :2
65. 6H+ + IO3- + 5 I- 3I2 + 3H2O
66. Perlu diketahui bahwa ion iodat mendapatkan 5 elektron dalam reaksi
1
dengan ion iodide, dan untuk itu berat ekivalennya dalam reaksi ini adalah 5 dari
berat molekularnya. Namun demikian, reaksi yang terlibat dalam titrasi adalah reaksi
antara iodine dengan tiosulfat. Mengingat 1 mmol iodat menghasilkan 3 mmol atau 6
1
meq iodine, berat ekivalen dari iodat untuk menyelesaikan proses adalah 6 dari
15
74. Mol ekivalen I2 = mol ekivalen S2O32-
75. Jadi, mol ekivalen IO3- = mol ekivalen S2O32-
76.
77. Percobaan ini dilakukan sampai tiga kali dengan diperoleh data volum
Na2S2O3 yang digunakan sebagai berikut: V1= 10,9 mL, V2= 10 mL, V3= 9 mL. Untuk
menentukan konsentrasi Na2S2O3 maka harus diketahui konsentrasi KIO3.
n x gr
N=
Konsentrasi KIO3 dapat dicari dengan rumus Mr V , dengan n = 6, massa
yang digunakan 0,3974 gram, Mr 214 dan volume 0,1 Liter maka diperoleh
konsentrasi KIO3 sebesar 0,1 N. Kemudian, V Na2S2O3 yang kami peroleh tersebut
bersama normalitas KIO3 (N KIO3) dan V KIO3 digunakan untuk menentukan
normalitas Na2S2O3 (N Na2S2O3) dengan memasukkan nilai-nilai tersebut dalam
persamaan berikut :
78. mmol ekuivalen KIO3 = mmol ekuivalen Na2S2O3
79. N KIO3 . V KIO3 = N Na2S2O3 . V Na2S2O3
16
supaya semua analit dapat bberubah seluruhnya menjadi produk. Selain itu fungsi
lainnya supaya dari mol I2 yang terbentuk dapat ditunjukkan dari mol sampel.
Kemudian ditambahkan dengan 16 tetes H2SO4 1:6 (tidak berwarna), fungsi
penambahan H2SO4 yaitu memberikan suasana asam sebab larutan yang terdiri dari
kalium iodat dan kalium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki tingkat
keasamaan rendah yang menghasilkan warna kuning kemerahan serta ditambahkan
juga dengan 3 tetes Amonium molibdat 3% (jernih tak berwarna) sebagai katalis
untuk mempercepat reaksi. Dari penambahan-penambahan yang dilakukan ini
diperoleh larutan berwarna kuning kecoklatan. Kemudian dititrasi dengan Na2S2O3
tidak berwarna sampai larutan berwarna kuning muda. Setelah menjadi kuning muda
larutan ditambah dengan 3 tetes larutan kanji tidak berwarna maka larutan berubah
warna menjadi biru kehitaman (lembayung). Hal ini menunjukkan bahwa didalam
larutan terdapat I2 dan larutan kanji ini berfungsi berfungsi untuk memperjelas
perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas
warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum
memiliki kelarutan yang kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik
akhir titrasi. Kemudian titrasi dilanjutkan lagi hingga warna biru kehitaman tepat
hilang menjadi jernih tak berwarna hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan tidak
terdapat lagi I2 melainkan telah menjadi I-.
83. Reaksi 1 : OCl- + 2I- +2H+ I2 + Cl- + 2H2O
84. ReaksI 2 : I2 + 2e- 2I-
85.
2S2O32- S4O62- + 2e-
86.
87.
I2 + S4O62- 2I- + S4O62-
88. Percobaan ini dilakukan sampai tiga kali dengan diperoleh data volume
Na2S2O3 yang digunakan sebagai berikut: V1= 16 mL, V2= 13 mL, V3= 13,6 mL
dikarenakan larutan pemutih merk Proclin sangat kental.Dengan konsentrasi Na2S2O3
Mx V
N x
0,1125 N maka dapat dicari massa (gram) Cl2 dengan rumus .
n. g
sampel=
Mr
17
75
N Na S O V Na S O BE .
89. % Cl2
2 2 3 2 2 3
2
x 100
massa total
92.
93.
X. DISKUSI
94. Pada percobaan menentukan kadar Cl2 dalam sampel larutan pemutih
(proclin) didapat volume Na2S2O3 sebesar 16 mL, 13 mL, dan 13,6 mL. Dalam hal
ini dikarenakan sampel proclin yang digunakan sangat kental dan pekat sehingga
menghasilkan banyak volume penitran saat proses titrasi. Perbedaan volume dari
percobaan 1, 2, dan 3 diakibatkan kurang teilti saat meneteskan larutan H2SO4 1:6,
perbedaan massa dari serbuk KI, dan pada percobaan 1 sampel setelah ditambahan
larutan H2SO4 1:6 dan serbuk KI tidak langsung dititrasi sehingga banyak
kemungkinan sampel terkontaminasi dengan zat-zat lain diudara.
95.
XI. KESIMPULAN
96. Percobaan yang dilakukan untuk menentukan standarisasi larutan
Na2S2O4 (Iodometri) dilakukan sampai tiga kali dengan diperoleh data volum Na 2S-
2O3 yang digunakan sebagai berikut: V1= 10,9 mL, V2= 10 mL, V3= 9 mL. Untuk
menentukan konsentrasi Na2S2O3 maka harus diketahui konsentrasi KIO3.
n x gr
N=
Konsentrasi KIO3 dapat dicari dengan rumus Mr V , dengan n = 6, massa
yang digunakan 0,3974 gram, Mr 214 dan volume 0,1 Liter maka diperoleh
konsentrasi KIO3 sebesar 0,1 N. Dengan diketahuinya konsentrasi KIO3 maka dapat
dicari konsentrasi Na2S2O3 dengan rumus : (N x V)KIO3 = (N x V) Na2S2O3 sehingga
diperoleh konsentrasi Na2S2O3 : N1= 0,1022 N, N2= 0,1114 N, N3= 0, 1238 N,
sehingga diperoleh N rata-rata = 0,1125 N
97. Percobaan untuk membuktikan adanya Cl2dilakukan sampai tiga kali
dengan diperoleh data volum Na2S2O3 yang digunakan sebagai berikut: V1= 16 mL,
V2= 13 mL, V3= 13,6 mL. Dengan konsentrasi Na2S2O3 0,1125 N maka dapat dicari
18
Mx V
N x
massa (gram) Cl2 dengan rumus . Sehingga diperoleh massa Cl2
n. g
sampel=
Mr
x 100
massa total
19
118.
119.
120.
B. Aplikasi Titrasi Iodo-Iodimetri
1. Jelaskan beberapa kekurangan amilum digunakan sebagai indikator!
121. Jawab:
122. Beberapa kekurangan amilum digunakan sebagai indikator dalam
proses titrasi iodo-iodimetri adalah sebagai berikut :
1. Sukar larut dalam air dingin.
2. Ketidak stabilan suspensinya dalam air.
3. Tidak stabil mudah terhidolisa menjadi dekstrin.
4. Dalam suasana asam kuat akan terhidrolisa.
5. Larutan amilum dengan iodium menjadi kompleks yang sukar larut maka
123. pemberian amilum mendekati titik akhir titrasi.
6. Jika larutanya sangat encera kan terjadi pergeseran titik akhir titrasi.
124.
125.
126.
2. Mengapa pada titrasi iodometri indikator amilum ditambahkan pada saat
mendekati titik ekivalen?
127. Jawab:
128. Penambahan amilum dilakukan saat menjelang akhir titrasi yaitu pada
saat mendekati titik ekivalen, dimana hal ini ditandai dengan warna larutan
menjadi kuning muda (dari kuning kecoklatan sampai coklat akibat terdapatnya I 2
dalam jumlah banyak), alasannya kompleks amilum I 2 terdisosiasi sangat lambat
akibatnya maka banyak I2 yang akan terabsorbsi oleh amilum jika amilum
ditambahkan pada awal titrasi, alasan kedua adalah biasanya iodometri dilakukan
pada media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis amilum.
Penambahan kanji menyebabkan larutan menjadi berwarna biru tua dan setelah
dititrasi lagi warna biru tua akan hilang menjadi tidak berwarna dan warna yang
hilang tersebut menandakan titrasi harus dihentikan, larutan kanji ditambahkan
pada saat warna coklat hasil titrasi Na2S2O3 hampir hilang menjadi kuning muda
atau pada saat mendekati titik akhir titrasi.
129.
3. Mengapa penambahan larutan Na2S2O3 menggunakan aquades yang mendidih?
130. Jawab:
131. Pada pembuatan larutan Na2S2O3 harus menggunakan aquades yang
mendidih dikarenakan supaya padatan/serbuk dari Na2S2O3.5H2O tetap berada
dalam keadaan yang steril. Selain itu sifat dari padatan/serbukNa2S2O3.5H2O tidak
stabil pada jangka waktu yang lama, sehingga diperlukan natrium karbonat atau
boraks sebagai bahan pengawet.
20
132. Penggunaan air yang masih mengandung CO 2 sebagai pelarut akan
menyebabkan peruraian S2O32- membentuk belerang bebas. Belerang ini
menyebabkan kekeruhan. Terjadinya peruraian itu juga dipicu oleh bakteri
Thiobacillus thioparus. Bakteri yang memakan belerang akhirnya masuk kelarutan
itu, dan proses metaboliknya akan mengakibatkan belerang koloidal. Belerang ini
akan menyebabkan kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus dibuang.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
21
161. DAFTAR PUSTAKA
162.
163. Annisa.(2009).Iodometri dan Iodimetri
https://annisanfushie.wordpress.com/2009/07/17/iodometri-dan-iodimetri/
(online) (diakses pada hari Kamis, tanggal 29 Oktober 2015; pukul 19.10 wib)
164. Basset,J.et.al.(1978).Vogels Textbook of Quantitative Inorganic Analysis
(ed.4).London:Longman Group Limited
165. Faturachmi, Ridha.(2013).Titrasi Iodometri
http://www.slideshare.net/ridhafaturachmi/titrasi-iodometri (online) (diakses pada
hari Kamis, tanggal 29 Oktober 2015; pukul 20.14 wib)
166. Hidayat, syarif.(2013).Laporan_Praktikum_Dasar_Kimia_Analitik
167. http://www.rifnotes.blogspot.co.id (online)(diakses pada tanggal 25 Oktober
2015; pukul 18.15)
168.Kim, Thayban.(2014).Laporan_Oksidimetri
169. www.akademia.edu(online)(diakses pada tanggal 24; pukul 19.00)
170. L.Underwood, A.(1993). Analisis Kimia Kualitatif edisi V.Jakarta:Erlangga
171. Setiarso, Pirim.dkk(2015).Petunjuk Praktikum Kimia Analitik
1.Surabaya:Unesapress
172. Widodo, Didik Setiyo dan Retni Ariadi Lusiana.(2010).Kimia Analisis Kuantitatif:
Dasar Penguasaan Aspek Eksperimental.Yogyakarta:Graha Ilmu
173. Svehla, S.(1985). Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan
Semimikro (Jilid I). Jakarta: PT Kalman Media Pusaka
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
22
186.
187. PERHITUNGAN TITRASI OKSIDIMETRI
188. (IODO-IODIMETRI)
189.
1. Penentuan (Standarisasi) Larutan Na2S2O3 dengan Kalium Iodidat Baku
190. Reaksi:
191.
192. 2IO3-(s) + 12H+(aq) + 10Cl-(aq) I2(aq) + 5Cl2(aq) + 6H2O(l)
193.
I) Cl2(aq) + 2e- 2Cl-(aq)
194. 2I-(aq) I2(aq) + 2e-
195.
I) 2IO3-(s) + 12H+(aq) + 10e- I2(aq) + 6H2O(l) x1 196.
1. 2Cl-(aq) Cl2(aq) + 2e- x5 196.
2.
Cl2(aq) + 2I-(aq) 2Cl-(aq) + I2(aq)
197.
II) I2(aq) + 2e- 2I-(aq)
198. 2S2O32-(aq) S4O62-(aq) + 2e-
199. I2(aq) +2S2O32-(aq) 2I-(aq) + S4O62-(aq)
200.
201. Diket : massa KIO3 = 0,3974 gram
202. Mr. KIO3 = 214
203. Dit: N. KIO3=?
204. N. Na2S2O3=?
205. Jawab:
- Menghitung Normalitas dari larutan KIO3
n. g
206. N = Mr . V
6 x 0,3974
207. N= 214 x 0,1
208. N = 0,1114 N
- Menghitung Normalitas dari larutan Na2S2O3
a. Percobaan 1
209. N. KIO3 = 0,1114N
210. V. KIO3 = 0,001 liter
211. V. Na2S2O3 = 10,9mL = 0,0109 liter
212.
213. (N.V) KIO3 = (N.V) Na2S2O3
214. 0,1114N x 0,01L = N2 x 0,0109L
215. 1,114 x 10-3N = N2 x 0,0109
1,114 x 103
216. N2 = 0,0109 N
217. N2 = 0,1022 N
b. Percobaan 2
23
218. N. KIO3 = 0,1114N
219. V. KIO3 = 0,01 liter
220. V. Na2S2O3 = 10mL = 0,01 liter
221.
222. (N.V) KIO3 = (N.V) Na2S2O3
223. 0,1114 x 0,01L = N2 x 0,01
224. 1,114 x 10-3 = N2 x 0.01
1,114 x 103
225. N2 = 0,01
226. N2 = 0,114 N
227.
c. Percobaan 3
228. N. KIO3 = 0,1114N
229. V. KIO3 = 0,01 liter
230. V. Na2S2O3 = 9mL = 0,009 liter
231.
232. (N.V) KIO3 = (N.V) Na2S2O3
233. 0,114 x 0,01L = N2 x 0,009 L
234. 1,114 x 10-3 = N2 x 0,009L
1,114 x 103
235. N2 = 0,009
236. N2 = 0,1238 N
237.
- Normalitas Na2S2O3 rata-rata:
N 1+ N 2+ N 3 0,1022+ 0,1114+0,1238
238. = 3 = 3 = 0,1125 N
239.
240.
2. Penentuan Kadar Cl2 dalam sampel (larutan pemutih)
241. Reaksi:
242. # OCl-(aq) + 2I-(aq)+ 2H+(aq) I2(aq) + Cl-(aq) + 2H2O(l)
243. # I2(aq) + 2e- 2I-(aq)
244. 2S2O32-(aq) S4O62-(aq) + 2e-
245. I2(aq) + 2S2O32-(aq) S4O62-(aq) + 2I-(aq)
246.
247. Diket: massa piknometer kosong = 23,4593 gram
248. massa piknometer isi = 49,2343 gram
249. massa larutan pemutih = 49,2343 23,4593 = 25,775
gram
m 25,775
250. = v = 25 = 1,031 gram/ml
24
251. massa larutan pemutih (sampel) = x v = 1,031 g/ml x 2 ml = 2,062
gram
252. Mr. Cl2 = 71
253. M. Na2S2O3 = 0,1125 M
254. V1 Na2S2O3 = 16 ml = 0,016L
255. V2 Na2S2O3 = 13 ml = 0,013L
256. V3 Na2S2O3 = 13,6 ml = 0,0136L
257. Dit: Kadar Cl2 dalam sampel (larutan pemutih)
258. Jawab:
a. Percobaan 1
75
N Na S O V Na S O BE .
259. %Cl2
2 2 3 2 2 3
2
x 100
massa total
molek 3 g 75
0,1125 .16 x 10 L . 35,5 .
260. L molek 2
x 100
25,775 g
271. = 8,2508%
272.
273.
25
274.
275.
276.
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
287.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
26