Judul :
(07.00 – Selesai)
IV. Tujuan :
V. Dasar Teori :
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam
titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan
larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (W. Haryadi, 1990).
Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi
kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol.
Salah satu jenis reaksi kimia yang digunakan analisis volumetri adalah
reaksi oksidasi reduksi, yang dikenal dengan istilah oksidimetri. Jenis reaksi ini
melibatkan adanya transfer elektron antara oksidator dan reduktor. Ada dua cara
perhitungan reaksi oksidasi reduksi yaitu:
2. Berdasarkan cacah elektron yang terlibat dalam senyawa oksidator yang dikenal
dengan berat ekivalen
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
biloks, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan biloks. Oksidator
adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan biloks.
Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan biloks
(Khoper, 1984).
Dalam banyak prosedur analitik , analit ada dalam lebih dari satu keadaan
oksidasi dan harus dirubah menjadi keadaan oksidasi tunggal sebelum dilakukan
titrasi. Pereaksi redoks yang digunakan harus mamp untuk mengubah analit secara
lengkap dan cepat ke dalam oksidasi yang diinginkan (Day, 1999).
4. Titrasi reaksi, titrasi senyawa dengan iodium melalui adisi atau substitusi.
Natrium tiosulfat
Hasil
Kalium iodidat
Hasil
Reaksi :
Reaksi:
Reduksi: I2 + 2e-
Reaksi:
1. OCl- (aq) + 2H+ (aq) + 2I- (aq) → I2 (aq) + Cl- (aq) + H2O (aq)
sama V2 = 9,3 ml
V3= 9,3 ml
hasil
V = 9,3 ml
Larutan -Larutan sampel 1. OCl- (aq) + 2H+ (aq) Berdasarkan hasil
2. Pemutih dengan larutan NaS2O3 ±0,1N
Na2S2O3: tidak (pemutih) 10ml + 2I- (aq) → I2 (aq) + praktikum didapatkan
berwarna + aquades: tidak normalitas sebesar
NaS2O3 ±0,1N pemutih Cl- (aq) + H2O (aq)
berwarna 0,18725 N
1. Dibilas dalam buret 1. Dipipet Reduksi: 2e- + ClO- +
Larutan sampel -Larutan sampel
2. Diisikan kedalam sebanyak 2H+ → Cl- + H2O
(pemutih) : tidak pemutih 10ml +
buret sampai melebihi 10ml Okasidasi: 2I- → I2 +
berwarna larutan KI 20%:
titik skala nol menggunakan
berwarna kuning 2e-
3. Diturunkan cekungan pipet gondok
Larutan KI 20%; menjadi tidak Redoks: ClO- + 2I- +
sampai pas pada skala 2. Dimasukkan
Tidak berwarna berwarna 2H+ → Cl- + H2O +I2
nol kedalam labu
-Larutan sampel
4. Dicatat angkanya erlenmeyer 2. I2 (aq) + 2Na2S2O3
Larutan HCl 4N: pemutih 10ml
250 mL (aq) → 2NaI (aq) +
tidak berwarna +HCl 4N 1ml:
3. Ditambahkan Na2S4O6 (aq)
kuning cerah
10 ml aquades Oksidasi: 2S2O32- →
Aquades: tidak -Larutan ditutup
4. Ditambahkan S4O62- + 2e-
berwarna dengan plastic
1ml HCl 4N Reduksi: I2 + 2e- → 2I-
wrap dan di
Larutan diamkan 10 Redoks: 2S2O32- + I2 →
Amilum: tidak menit: tidak
2I- + S4O62-
berwarna berwarna
5. Ditunggu ditempat
gelap selama 10 -Larutan yang
menit dan dilihat sudah di
Larutan merah kekuningan diamkan +
6. Ditambah 2Ml larutan amilum
amilum
2ml: biru
hasil
3. Menentukan konsentrasi betadine dan kadar Larutan -Larutan sampel I2 (aq) + 2Na2S2O3 (aq) Berdasarkan hasil
povido iodin
Betadine Na2S2O3: Tidak (betadine) 10ml → 2NaI (aq) + Na2S4O6 percobaan didapatkan
Na2S2O3 1. Dipipet 10ml berwarna + aquades 10ml: nilai normalitas
(aq)
1. Dibilas buret larutan sampel cokelat sebesar 0,0642N
Oksidasi: 2S2O32-
dengan larutan 2. Dimasukkan Larutan sampel kemerahan
→S4O62- + 2e-
NaS2O3 kedalam labu (betadine): -Larutan sampel
2. Diisi dengan larutan Reduksi: I2 + 2e-
erlenmeyer merah (betadine) +
NaS2O3 sampai kecokelatan aquades 10 ml + Redoks: I2 + 2S2O32- →
250ml
melebihi titik nol 3. larutan KI 20% : 2I- + S4O62-
3. Diturunkan tepat 4. Ditambahkan Aquades: tidak Cokelat
dititik nol 2ml larutan KI berwarna kemerahan
4. Dicatat volume awal 20% -Larutan sampel
5. Ditambahkan Larutan HCl 4N: (betadine) 10ml
tidak berwarna + aquades 10ml
+ larutan KI
Larutan KI 20%: 20% + Larutan
Tidak berwarna HCl 4N 1 ml:
cokelat
Larutan kemerahan
Amilum: Tidak - Larutan sampel
1. Ditambahkan 2ml indikator amilum berwarna (betadine) 10ml
2. Dititrasi dengan dihentikan ketika + aquades 10ml
terjadi perubahan warna menjadi tidak + larutan KI
berwarna 20% + Larutan
3. Dicatat volume terakhir HCl 4N 1 ml +
4. Dihitung konsentrasi Larutan amilum
5. Diulang sebanyak 3 kali 2ml : biru
6. Dihitung konsentrasi rata rata kehitaman
Hasil
V1 = 6 ml
V2 = 6 ml
V3 = 6 ml
V rata-rata = 6
ml
IX. Pembahasan
Pada praktikum yang dilaksanakan pada hari Jumat 11 Mei 2023 dengan
judul percobaan titrasi oksidimeteri iodo-iodimteri yang bertujuan menentukan
standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan kalium iodidat dan menentukan kadar
sampel dari betadine dan pemutih. Standarisasi adalah proses memvalidasi
konsentrasi larutan sekunder yang telah dibuat. Titrasi oksidimetri atau titrasi
redoks ini merupakan salah satu analisis volumetri dengan berdasarkan reaksi
oksidasi dan reduksi. Adapun beberapa contoh dari titrasi redoks yaitu
permanganometri, bromatometri, dikromatometri, potensiometri, iodometri dan
iodimetri. Untuk praktikum ini menggunakan jenis titrasi iodometri dan iodimetri.
Titrasi Iodimetri adalah titrasi yang menggunakan iodin sebagai agen
pengoksidasi dan ion iodida sebagai agen pereduksi. Prinsip kerja titrasi iodimetri
ini ialah suatu sampel ditambahkan iodin secara berlebih maka iodin yang secara
berlebih tersebut bereaksi dengan amilum sehingga membentuk kompleks iod
amilum berwarna biru kehitaman yang kemudian di titrasi dengan Natrium
tiosulfat sehingga menjadi tidak berwarna. Titrasi Iodimetri juga disebut sebagai
titrasi langsung karena I2 langsung dijadikan reagen dalam titrasi tersebut, titrasi
ini tidak menggunakan I2 karena sampel tidak mengalami reduksi sehingga tidak
akan dapat bereaksi dengan I2. Sedangkan titrasi iodometri adalah titrasi redoks
yang dilakukan secara tidak langsung karena titrasinya harus menunggu
terbentuknya I2 dengan penambahan adanya KI. berbeda dengan iodometri yang
sampelnya akan mengalami reduksi sehingga KI yang ditambahkan akam
mengalami oksidasi. Jadi ketika iodimetri I2 yang ditambahkan akan bereaksi
dengan sampel I2 yang berlebih, lalu dititrasi dengan natrium tiosulfat. Jadi syarat
titrasi iodometri yaitu sampelnya harus dapat bereaksi dengan KI. Prinsip dasar
pada titrasi iodo dan iodimetri ini adalah terjadi perubahan warna, akibat adanya
reaksi antara zat yang dititrasi dan penetrasi .
Oksidasi: 2 I- I2 + 2e-
Reduksi: I2 + 2e-
Salah satu penerapan titrasi iodimetri , karena didalam Betadine sudah ada
iodin yang terbentuk, jadi tidak perlu ditambahkan I2. Jika iodin lain seperti
penentuan vitamin C, harus ditambahkan I2 terlebih dahulu ke dalam suatu
sampel,I2 yang ditambahkan harus berlebih karena I2 yang berlebih tsb akan
dititrasi dengan natrium tiosulfat shg dapat mengetahui kadarnya.
Dalam penentuan konsentrasi betadine dan kadar providin iodin dengan
larutan Na2S2O3 ±0,1 N yang telah terstandarisasi dihasilkan larutan tidak
berwarna dengan V1= 6 mL , V2= 6 mL , dan V3= 6 mL. Didapatkan rata-rata
volume 6 mL dan dengan konsentrasi 0,064 N. dan juga didapatkan kadar
providing iodin sebesar 0,975 % .
reaksi:
OCl- (aq) + 2H+ (aq) + 2I- (aq) → I2 (aq) + Cl- (aq) + H2O (aq)
Ketika menunggu lama, warna larutan tersebut akan kembali ke warna biru
atau kecoklatan yg menandakan reaksinya reversible.
Kemudian dititrasi dan dihentikan sampai larutan tidak bewarna dibaca dan
dicatat angka pada buret pada saat awal dan akhir titrasi. Titrasi diulangi sebanyak
3 kali agar hasilnya lebih akurat. Setelah itu dihitung rata rata volume larutan
natrium tiosulfat maka akan menemukan hasik dari konsentrasi rata rata pemutih
setelah itu dihitung kadar NaClO.
Dalam penentuan konsentrasi pemutih dan kadar NaClO dengan larutan
Na2S2O3 ±0,1 N yang telah terstandarisasi dihasilkan larutan tidak berwarna
dengan V1= 17,5 mL , V2= 18 mL , dan V3= 17 mL. Didapatkan rata-rata volume
17,5 mL dan dengan konsentrasi 0,187 N . dan juga didapatkan kadar NaClO
sebesar 2,421 %.
X. Diskusi
XI. Kesimpulan
Pada percobaan kedua, yakni penentuan kadar pemutih, terjadi perubahan warna
yakni Ketika Larutan sampel (pemutih) 10ml ditambah kalium iodat, kalium iodat
20% dan asam klorida 4N 1ml menjadi berwarna kuning cerah. Ketika larutan
tersebut didiamkan dan ditutup dengan plastic wrap di tempat gelap menjadi tidak
berwarna. Ketika ditambahkan amilum berubah menjadi warna biru kehitaman.
Dan menjadi tidak berwarna Ketika di titrasi dengan natrium tiosulfat. Pada
standarisasi Na2S2O3 dengan pemutih didapatkan hasil rata-rata volume Na 2S2O3
sebesar 17,5 Ml dari 3 kali pengulangan. hasil normalitas yang didapat yakni
sebesar dan kadar pemutih yang didapat yakni
Pada percobaan ketiga, yakni penentuan kadar betadine, terjadi perubahan warna
yakni ketika larutan sampel (betadine) 10ml ditambah kalium iodat, kalium iodidat
20% dan asam klorida 4N 1ml menjadi berwarna coklat kemerahan. Ketika
ditambahkan amilum berubah menjadi
warna biru kehitaman. Dan menjadi tidak berwarna ketika di titrasi dengan natrium
tiosulfat. Pada standarisasi Na2S2O3 dengan betadine didapatkan hasil rata-rata
volume Na2S2O3 sebesar 6 Ml dari 3 kali pengulangan. hasil normalitas yang
didapat yakni sebesar dan kadar betadine yang didapat yakni
XII. SARAN
Basset, J., & Mendham . (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Day, U. (1999). Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
John Kenkel. (2003). Analytical Chemistry for Technicians . Washington: Lewis
Publisher.
Khoper. (1984). Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta: UI-Press.
Lukum, A. (2009). Bahan Ajar Dasar-Dasar Kimia Analitik. UNG: Jurusan
Pendidikan Kimia.
Teaching, t. (2012). Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. UNG:
Laboratorium Kimia.
W. Haryadi. (1990). Ilmi Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
XIV. Lampiran
a. Jawaban Pertanyaan
Jawab:
Reaksi yang terjadi antara permanganat dengan Besi (II) pada proses titrasi
permanganometri adalah
Fe2+ → Fe3+ + e x5
Jawab:
Jawab:
Iodomteri Iodimetri
Termasuk kedalam reduktrometri Termasuk kedalam oksidimetri
Larutan Natrium tiosianat sebagai titran Larutan I2 sebagai titran
Penambahan indikator kanji disaat Penambahan indikator kanji saat awal
mendekati titik akhir penitaran
Titrasi tidak langsung Titrasi secara langsung
Oksidator sebagai titrat Reduktor sebagai titrat
Titrasi dalam suasana asam Titrasi dalam suasana netral/basa
Penambahan KI sebagai zat penambah Penambahan NaHCO3 sebagai zat
penambah
Titran sebagai reduktor Titran sebagai oksidator
TAT hingga berwarna bening TAT jika muncul warna ungu atau biru
2. Bagaimana reaksi antara kalium iodat + kalium iodida + asam klorida? Setiap 1
mol kalium iodat sama dengan berapa ekivalen?
Jawab:
2I- → I2 + 2e- x5
V1 = 9,3 mL
V2 = 9,3 mL
V3 = 9,3 mL
V rata-rata = 9,3 mL
Na2S2O3 = KIO3
V1 x N1 = V2 x N2
9,3 x N1 = 10 x 0,1
N1 =
,
N1 = 0,107 N
V1 = 17,5 mL
V2 = 18 mL
V3 = 17 mL
V rata-rata = 17,5 mL
Na2S2O3 = Pemutih
V1 x N1 = V2 x N2
17,5 x 0,107 = 10 x N2
,
N2 =
N2 = 0,18725 N
N = M x Valensi
0,18725 = M x 2
,
M= = 0,0936 𝑀
Mol = M x V
= 0,0936 x 10 mL
= 0,936 mol
Massa = Mol x Mr
= 0,936 x 254
= 237,74 mg
,
% Kadar Pemutih = 𝑥 100%
= 2,377% ≈ 2,38%
V1 = 6 mL
V2 = 6 mL
V3 = 6 mL
V rata-rata = 6 mL
Na2S2O3 = Betadine
V1 x N1 = V2 x N2
6 x 0,107 = 10 x N2
,
N2 =
N2 = 0,0321 N
N = M x Valensi
0,0642 =Mx2
,
M= = 0,0321 𝑀
Mol = M x V
= 0,0321 x 10 mL
= 0,321 mol
Massa = Mol x Mr
= 0,321 x 254
= 23,91 mg
,
% Kadar Pemutih = 𝑥 100%
= 0,2391 %
d. Dokumentasi
Standarisasi Larutan
No Gambar Percobaan Keterangan
1. Buret dibilas dengan
larutan Na2S2O3
3. Ditambahkan KI 20%
sebanyak 2 ml dan air
suling menjadi kuning
muda
4. Ditambahkan larutan
KIO3 + KI20 % 2ml +
HCl 4N berubah merah
kecoklatan
5. Ditambahkan amilum
2. Ditambahkan 10 ml
aquades
3. Hasil aquades +
Betadine
4. Ditambahkan 1 ml HCl
4N
5. Ditambahkan 2 ml
amilum
6. Dititrasi
7. Hasil titrasi
2. Sampel pemutih
ditambahkan 10 ml
aquades
3. Pemutih ditambah
aquades dan larutan KI
20%
6. Ditambah indikator
amilum dan dititrasi