Anda di halaman 1dari 4

I.

Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan baku yang digunakan di laboratiorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja pembuatan larutan baku
4. Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar obat dengan metode iodometri

II. Prinsip

Titrasi iodometri memiliki prinsip dasar titrasi tidak langsung yang menghasilkan
I2, lalu dititrasi Na2S2O3 untuk menetapkan kadar oksidator. Semua oksidator yang akan
ditetapkan kadarnya direaksikan terlebih dahulu dengan iodide berlebebih (I -) sehingga
terbentuk I2.

III.Dasar Teori

Tirasi adalah suatu teknik secara kuantitatif dan volumetrik untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan yang tidak diketahui kosentrasinya dengan larutan yang sudah
diketahui kosentrasinya dalam sebuah indikator. Jenis-jenis titrasi antara lain: titrasi asam-
basa, titrasi presipitasi, titrasi iodometri, dan titrasi kompleksometri (Quraishi,2017).

Menurut Needham (2013), titrasi adalah penentuan jumlah suatu senyawa kimia
yang diberikan dalam suatu larutan dengan mengamati jumlah larutan senyawa lain dengan
kekuatan yang diketahui untuk mengeubah sepenuhnya inti pertama menjadi ketiga, titik
akhir dipastikan dengan perubahan warna atau indikator lain.

Pratama (2013) menambahkan, titrasi merupakan suatu cara untuk menentukan


konsentrasi asam atau basa dengan menggunakan larutan standar. Larutan standar dapat
berupa asam atau basa yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar
asam diperlukan untuk menetapkan, konsentrasi basa dan larutan standar basa diperlukan
untuk menetapkan konsentrasi asam. Keadaan dengan jumlah ekivalen asam sama dengan
basa disebut titik ekivalen. pH larutan mengalami perubahan selama titrasi dan titrasi
diakhiri pada saat pH titik ekivalen telah tercapai serta sudah mencapai TAT (Titik Akhir
Titrasi) yang ditandai denagn adanya perubahan warna karena penambahan indikator.
Titrasi Iodometri merupakan salah satu jenis titrasi redoks yang melibatkan
senyawa iodium pada perlakuannya. Titrasi ini juga merupakan jenis titrasi tidak langsung
yang dapat digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial
oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium iodide atau senyawa- senyawa yang
bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O (Asip & Okta, 2013).

Istilah oksidasi mengacu kepada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikkan
bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya elektron, sedangkan
reduksi mempertoleh elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang mengalami
kenaikkan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang mengalami kenaikkan
bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersamaan dan saling
mengompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa,
tidak kepada atomnya saja. Jika usatu reagen berperan baik sebagai reduktor dan oksidator
maka dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau disproporsionasi (Khopkar, 2010).

Quraishi (2017) menambahkan, titrasi iodometri merupakan sebuah analisis kimia


volumetrik dimana terjadi reaksi oksidasi-reduksi atau reaksi redoks antara zat pengoksidasi
dan pereduksi dan ada atau tidak adanya unsur iodide mengindikasikan sebuah titik akhir.

Iodium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit dalam
tubuh. Iodium ada di dalam kelenjar tiroid yang digunakan untuk mensintesis protein
hormon tiroksin untuk pertumbuhan normal, perkembangan fisik dan mental pada manusia.
Iodium yang biasa ditambahkan pada fortifikasi makanan yaitu dalam bentuk KIO3 karena
KIO3 lebih stabil dibandingkan KI (Novitriani & Sucianawati.,2014).

Titrasi iodometri sama saja (sinonim) dengan titrasi redoks. Iodometri dapat
digunakan untuk menentukan jumlah zat pereduksi atau zat pengoksidasi. Reaksi yang
terjadi dalam titrasi iodometri adalah jika klorida bereaksi dengan iodin yang berasal dari KI
maka akan menghasilkan ion klorin dan iodide

Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi
iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem
iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum. Amylum tidak mudah
larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk kompleks yang
sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak boleh ditambahkan pada
awal titrasi.

IV. Reaksi

V. Alat dan Bahan


Alat :
1. Gelas Ukur
2. Gelas Erlenmeyer
3. Ball-Pipette
4. Labu Erlemeyer
5. Labu Ukur
6. Buret
Bahan :
1. Aquadest
2. KIO3
3. Na2S2O3.5H2O
4. Amylum
5. CuSO4
6. Na2CO3
7. H2SO4
VI. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan
a. Larutan baku primer (KIO3)

Dibuat larutan KIO3 0,1 N dalam labu ukur 100,0 mL.


b. Larutan baku sekunder (Na2S2O3.5H2O)

Dibuat larutan baku sekunder dengan konsentrasi 0,1 N sebanyak


250mL dengan aquadest yang telah dihangatkan.

c. Larutan indikator amylum 1%


Dibuat pasta 1 g amylum dalam sedikit air.

Dituangkan pasta tersebuit ke dalam 50 mL air sambil diaduk terus.

Didinginkan.
d. Larutan H2SO4 2 N

Diambil H2SO4 sebanyak 1,3 mL

Ditambahkan aquadest ad 25 mL

2. Pembakuan larutan Na2S2O3

Dipipet 10 mL KIO3, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

Ditambahkan 2 mL H2SO4 2N dan 1 g kalium Iodida.

Dititrasi cepat-cepat dengan Na2S2O3 sampai larutan berwarna kuning.

Ditambahkan 2 mL amylum dan dititrasi dilanjutkan sampai terjadi


perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna
3. Penetapan sampel

Dipipet 10 mL larutan CuSO4, dimasukkan ke dalam labu erlemeyer.

Ditambahkan 2 mL H2SO4 2N dan 1 g kalium Iodida.

Dititrasi cepat-cepat dengan Na2S2O3 sampai larutan berwarna kuning.


Ditambahkan 2 mL amylum dan dititrasi dilanjutkan sampai terjadi
perubahan warna dari biru menjadi putih susu

Anda mungkin juga menyukai