MODUL XI
Disusun Oleh :
BOGOR 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Tujuan
1. 2 Dasar Teori
Titrasi iodometri yaitu titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang
dianalisa kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang
sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan titrasi dengan
larutan standar. Titrasi iodometri ini termasuk golongan titrasi redoks dimana
mengacu pada transfer electron.
Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium.
Titrasi iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih
besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat
oksidator seperti CuSO4.5H2O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator
direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang
selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat. Banyaknya volume
Natrium Thiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya
sampel.
Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya
pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi
dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoyodit dan selanjutnya terurai
menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat,
sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat
dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial
yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH
yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau
reduksi dari senyawa.
Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan
suatu pereaksi reduksi yang cukup kuat. Kelarutan iodium rendah dalam air maka
larutannya dibuat dengan menambahkan KI berlebihan,Tetapan kesetimbangan
proses pembentukan kompleks ini tidak begitu besar, sehingga kelebihan ion
iodida dapat menggeser reaksi ke arah kanan, akibatnya dalam larutan itu iodium
berada dalam bentuk ion tri-iodida I3-.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalaha mylum. Amylum tidak
mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air,membentuk
kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak
boleh ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan amylum ditambahkan pada saat
larutan berwarna kuning pucat dan dapat menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba
tiba. Titik akhir titrasiditandai dengan terjadinya hilangnya warna biru dari larutan
menjadi bening.
Reaksinya berjalan dengan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi sampingan.
Reaksi pembakuan :
KIO3 + 5 KI + 3 H 2 SO 4 K 2 SO4 + 3 H 2 O + 3 I 2
BE = € mol zat KIO 3 ~ 1 mol I −¿¿
1 mol KIO 3 ~ 3 mol I 2
−¿¿
Hal - hal yang harus diperhatikan dalam titrasi iodometri dan iodimetri :
1. Oksigen error terjadi jika dalam larutan asam maka oksigen dari udara akan
mengoksidasi iodide menjadi iod (kesalahan makin besar dengan
meningkatnya asam)
2. Reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (ph <8)
3. Larutan kanji yang sudah rusak akan memberikan warna violet yang sulit
hilang warnanya, sehingga akan mengganggu peniteran.
4. Pemberian kanji terlalu awal akan menyebabakan iod menguraikan amilum
dan hasil peruraian menggangu perubahan warna pada titik akhir.
5. Penambahan ki harus berlebih karena i2 yang dihasilkan sukar larut dalam air
tetapi mudah larut dalam ki.
6. Larutan thiosulfat dalam suasana yang sangat asam dapat menguraikan larutan
thiosulfat menjadi belerang pada suasana basa (ph>8) thio sulfat menjadi ion
sulfat
.
BAB II
METODE KERJA
3. 1 Metode Kerja
A. Pembuatan Larutan Schoorl
1. Timbang CuSO4 sebanyak 6,25 gr, masukkan CuSO4 kedalam breaker
glass, tambahkan air sebanyak 100 ml.
2. Timbang dan Masukkan asam sitrat 50gr kedalam breaker glass yang
baru, tambahkan 50 ml air.
3. Masukkan Na2CO3 5H2O kedalam breaker glass barum tambahkan 400
ml air mendidih.
4. Ambil sebanyak 25 ml dari 3 larutan yang telah dibuat, masukkan
kedalam Erlenmeyer, kemudian campur semua larutan dan tambahkan
aquadest 250 ml.
B. Pembuatan larutan sampel (pati)
1. Sampel sebanyak 100 mg ditambahkan 50 ml air, kemudian
ditambahkan 50 ml HCl 25%, masukkan kedalam Erlenmeyer
panaskan sampa 30 menit.
2. Dinginkan dan netralkan ditambah NaOH 25% sampai dengan pH 7,
kemudian tambahkan air ad 100 ml
3. Siapkan 3 erlenmeyer, masukkan masing-masing 25 ml sampel (pati),
25 ml larutan schroll, 15 ml KI 25%, H2SO4 25% 15 ml. campur dan
larutkan.
4. Simpan ditempat gelap selama 15 menit
5. Kemudian dititrasi dengan Na2SO3 sampai terjadi perubahan warna,
jika perubahan warna belum terjadi maka tambahkan amylum
sebanyak 2 ml sampai terjadi perubahan warna menjadi warna biru.
BAB IV
4. 1 Hasil
A. Tabel 1 Standarisasi Larutan Schroll
1 20
2 15
Rata-rata 27,5
1 69
2 61,5
Rata-rata 65,25
C. Perhitungan
Konsentrasi iod
V iod × N iod = V pati × N pati
27,5 ml × N iod = 25 ml × 0,1 N
25 ml ×0,1 N
N iod =
27,5 ml
= 0,090 N
Penetapan kadar sampe pati
V titran × N titran× Fρ × Bst
% kadar pati = × 100 %
mg sampel
62,25× 0,090 × 4 ×180
= × 100 %
100 mg
= 47,282%
4. 2 Pembahasan
Titrasi iodometri yaitu titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang
dianalisa kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang
sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan titrasi dengan
larutan standar.
Pada percobaan kali ini yaitu menentukan kadar pati dengan menggunakan
metode iodometri. Langah pertama yaitu membuat larutan schroll dengan
menimbang CuSO4 sebanyak 6,25 gr, masukkan CuSO4 kedalam breaker glass,
tambahkan air sebanyak 100 ml. kemudian timbang dan masukkan asam sitrat
50gr kedalam breaker glass yang baru, tambahkan 50 ml air. Masukkan Na2CO3
5H2O kedalam breaker glass barum tambahkan 400 ml air mendidih. Ambil
sebanyak 25 ml dari 3 larutan yang telah dibuat, masukkan kedalam Erlenmeyer,
kemudian campur semua larutan dan tambahkan aquadest 250 ml. Langkah kedua
yaitu menentukan kadar pati dalam sampel. Sampel sebanyak 100 mg
ditambahkan 50 ml air, kemudian ditambahkan 50 ml HCl 25%, masukkan
kedalam Erlenmeyer panaskan sampa 30 menit. Dinginkan dan netralkan
ditambah NaOH 25% sampai dengan pH 7, kemudian tambahkan air ad 100 ml.
Siapkan 3 erlenmeyer, masukkan masing-masing 25 ml sampel (pati), 25 ml
larutan schroll, 15 ml KI 25%, H2SO4 25% 15 ml. campur dan larutkan. Simpan
ditempat gelap selama 15 menit, kemudian dititrasi dengan Na 2SO3 sampai terjadi
perubahan warna, jika perubahan warna belum terjadi maka tambahkan amylum
sebanyak 2 ml sampai terjadi perubahan warna menjadi warna biru.
Pada percobaan kali ini titik akhir titrasi ditentukan dengan terbentuknya
perubahan warna menjadi warna biru. Sehingga diperoleh volume titik akhir pada
standarisasi larutan schroll yaitu rata-ratanya 27,5 ml. Sementara untuk penetapan
kadar pati titik akhir rata-rata volumenya yaitu 65,25 ml sehingga diperoleh kadar
pati dari percobaan ini yaitu 47,282%.
BAB V
KESIMPULAN
5. 1 Kesimpulan
1. Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi reaksi reduks – oksidasi. Titrasi
iodometri dilakukan dengan larutan standar iodin
2. Titik akhir titrasi ditentukan dengan terbentuknya perubahan warna menjadi
warna biru. Sehingga diperoleh volume titik akhir pada standarisasi larutan
schroll yaitu rata-ratanya 27,5 ml.
3. Penetapan kadar pati titik akhir rata-rata volumenya yaitu 65,25 ml sehingga
diperoleh kadar pati dari percobaan ini yaitu 47,282%.
LAMPIRAN