Disusun Oleh :
Kelompok 2
Dosen Pembimbing
1
KATA PENGHANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang Iodometri.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Palembang, 20-07-2017
Penyusun
2
IODOMETRI
Iodometri adalah titrasi redoks yang melibatkan titrasi iodin yang diproduksi
dalam reaksi dengan larutan standar tiosulfat. Iodometri merupakan suatu proses
analitis tak langsung yang melibatkan iod. Ion iodida berlebih ditambahkan pada
suatu zat pengoksid sehingga membebaskan iod, yang kemudian dititrasi dengan
natrium tiosulfat.
Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengoksid (iodimetri), dan
ion iodida digunakan sebagai zat pereduksi (iodometri). Relatif beberapa zat
merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung
dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi
banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksis empurna dengan ion iodida,
dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida
ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan larutan natrium
tiosulfat.
Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat – zat yang potensial
oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium – iodida, sehingga zat tersebut akan
teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa
pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan
larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi
secara kuantitatif pada titik ekivalennya.
3
Iodometri adalah titrasi tidak langsung yang digunakan untuk menetapkan
kadar senyawa-senyawa dengan potensial oksidasi yang lebih besar daripada
sistem iodium-iodida atau senyawa –senyawa yang bersifat oksidator seperti
CuSO4.5H2O (Rohman, 2012).
I2 + 2 e- 2 I- Eo = + 0,535 vol
4
Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium
iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat. Banyaknya volume natrium tiosulfat yang
digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang dihasilkan dan setara dengan
banyaknya sampel.
Sebagai contoh adalah penentuan kandungan klorin ( Cl2) dalam agen pemutih.
Klorin akan mengoksidasi iodida untuk menghasilkan iodium. Reaksi yang terjadi
adalah :
Iod bebas seperti halogen lain dapat menangkap elektron dari zat pereduksi,
sehingga iod sebagai oksidator. ion I- siap memberikan elektron dengan adanya
zat penangkap elektron, sehingga I- bertindak sebagai zat pereaksi.
Reaksinya :
I2(padat) + 2e → 2I-
5
Chlorine akan membebaskan ion bebas dari larutan KI pada pH 8 atau kurang.
Iodium ini akan dititrasi dengan larutan standar sodium thiosulfate dengan
indikator starch dalam keadaan pH 3-4, sebab pada pH netral reaksi ini tidak
stoikiometri dengan reaksi oksidasi parsial thiosulfate menjadi sulfat.
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila larutan
thiosulfat ditambahkan pada larutan iodin, hasil akhirnya berupa perubahan
penampakan dari tak berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan
iodine ditambahkan kedalam larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa
perubahan penampakan menjadi berwarna biru.
6
Dalam ion iodida sebagai pereduksi diubah menjadi iodium-iodium yang
terbentuk dititrasi, dengan larutan standar Na2S2O3.
Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan zat pengoksidasi, misal pada
penentuan suatu zat oksidator ini (H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan
KI dan asam hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan
larutan.
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl → I2 + 2KCl + 2H2O.
Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan
menambahkan kalium iodida berlebih dan menitrasi iodin yang dibebaskan.
Karena banyak agen pengoksidasi membutuhkan suatu larutan asam untuk
bereaksi dengan iodin, natrium tiosulfat biasanya dipergunakan sebagai titrannya,
dalam keadaan pH 3-4. Titrasi dengan arsenik (III) (di atas) membutuhkan sebuah
larutan yang sedikit alkalin.(R.A Day, A.L. Underwood. 2002. “ Analisa Kimia
Kuantitatif,” Edisi keenam.hal:298)
Beberapa tindakan pencegahan harus diambil dalam menangani larutan
kalium iodida untuk menghindari kesalahan. Misalnya ion iodida dioksidasi oleh
oksigen dari udara.
4H+ + 4I- + O2 → 2I2 + 2H2O
Reaksi ini lambat dalam larutan netral, tetapi lebih cepat dalam larutan
berasam dan dipercepat oleh cahaya matahari. Setelah penambahan kalium iodida
pada larutan berasam dari suatu pereaksi oksidasi, larutan harus tidak dibiarkan
untuk waktu yang lama berhubungan dengan udara, karena iodium tambahan akan
terbentuk oleh reaksi yang terdahulu. Nitrit harus tidak ada, karena akan
direduksikan oleh ion iodida menjadi nitrogen (II) oksida yang selanjutnya
dioksidasi kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara:
2HNO2 + 2H+ +2I- → 2NO + I2 + 2H2O4NO + O2 + 2H2O → 4HNO2
Kalium iodida harus bebas iodat karena kedua zat ini bereaksi dalam
larutan umtuk mrmbebaskan iodium :
IO3- + 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O
7
Cara langsung disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk
mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik
ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium
sendiri merupakan oksidator yang lemah.
Reduktor + I2 → 2I-
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila larutan
thiosulfat ditambahkan pada larutan iodine, hasil akhirnya berupa perubahan
penampakan dari tak berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan
iodine ditambahkan kedalam larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa
perubahan penampakan dari berwarna menjadi berwarna biru.
I2 + 2e = 2I
8
Dalam Farmakope Indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk
menetapkan kadar, asam askorbat, natrium askorbat, metampiron (antalagin), serta
natrium tiosulfat dan sediaan injeksi.
Namun titrasi ini juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan
iodida, dimana larutan tersebut diubah menjadi iodine, dan selanjutnya dilakukan
titrasi dengan natrium tiosulfat.
Sebagai contoh adalah penetapan kadar vitamin C atau asam askorbat dengan
cara : lebih kurang 400 mg asam askorbat yang ditimbang seksama, larutan dalam
campuran yang terdiri atas 100 ml air bebas karbon dioksida dan 25 ml asam
sulfat encer. Titrasi segera dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji
sampai terbentuk warna biru tetap. Tiap ml iodium setara dengan 8,806 mg asam
askorbat.
a. Penetapan vitamin C
Metode ini adalah suatu titrasi air dengan larutan metar alcohol anhydrous yang
mengandung iod, belerang dioksida dan piridin berlebihan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah satu mol air bereaksi dengan satu mol iod. (Anonim, 2012) I
odimetri juga dikatakan sebagai analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti
natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku secara
langsung.(Anonim, 2012)
9
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat
yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II. Zat–zat ini akan mengoksidasi
iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk ditentukan
dengan menggunakan larutan baku natrium tiosulfat.
Oksidator + KI → I2 + 2e
Dalam hal ini iodide sebagai perediksi diubah menjadi iodium. Iodium yang
terbentuk dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Cara iodometri digunakan
untuk untuk menentukan zat pengoksidasi, misalnya penentuan zat oksidator
H2O2.
Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam hingga akan terbentuk
iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
H2O2 + 2HCl → I2 + 2KCl + 2H2O.
C) dan sangat larut dalam pelarutan yang mengandung ion iodide.Iodium
sedikit larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25)
Berdasarkan reaksi :
I2 + I- → I3-
dengan tetapan kesetimbangan pada 25 ºC. Larutan baku ion dapat langsung
dibuat dari unsur murninya.
I2 + OH- → HI + IO-
10
menghasilkan sulfat (SO42-) sehingga menyulitkan perhitungan stoikiometri
(reaksi berjalan tidak kuantitatif). Oleh karena itu, pada metode iodometri tidak
pernah dilakukan dalam larutan basa kuat.
Pada titrasi iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah atau nertal
karena dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion
hipoiodit yang merupakan reaksi mula-mula antara iodin dan ion hidroksida,
sesuai dengan reaksi :
I2 + O 2 → HI + IO-
3 IO- → IO3- + 2 I-
Pada proses iodometri atau titrasi tidak langsung banyak zat pengoksid
kuat yang dapat dianalisis dengan menambahkan KI berlebihan dan mentitrasi
iodium yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksid yang menuntut larutan
asam untuk bereaksi dengan iodida, natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai
titran. Beberapa tindakan pencegahan perlu diambil untuk menangani KI untuk
menghindari galat. Misalnya ion iodida dioksidai oleh oksigen di udara :
4 H+ + 4 I- + O2 → 2 I2 + 2 H2O
Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-
zat yang mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya,
sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya.
11
Perbedaan Iodimetri Iodometri
Jenis Langsung Tidak Langsung
Jumlah Satu Dua
Contoh I2 + 2Na2S2O4 2NaI KIO3 + 5KI + 3H2SO4 I2- +
reaksi + Na2S4O6 K2SO4 + 3H2O
Analat Reduktor lemah Oksidator
Larutan KIO3 yang direaksikan dengan KI
Iodium
Baku dan menghasilkan iodium
12
sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas.
Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang
terjadi pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut
yang digunakan. Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang kecil dalam
air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi. Jika larutan iodium
dalam KI pada suasana netral dititrasi dengan natrium thiosulfat, maka :
Bakteri yng memakan belerang dapat masuk ke dalam larutan dan proses
metaboliknya akan mengakibatkan pembentukan sulfit,sulfat, dan belerang
koloidal.Belerang ini akan mengakibatkan kekeruhan.
13
Metode titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana mula – mula
iodium direaksikan dengan iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi
dengan natrium thiosulfat.
14
Pada umumnya larutan I2 distandarisasi dengan menggunakan standar
primer As2O3, As2O3 dilarutkan dalam natrium hidroksida dan kemudian
dinetralkan dengan penambahan asam. Disebabkan kelarutan iodine dalam air
nilainya kecil maka larutan I2 dibuat dengan melarutkan I2 dalam larutan KI,
dengan demikian dalam keadaan sebenarnya yang dipakai untuk titrasi adalah
larutan I3-.
I2 + I- → I3-
Pada reaksi di atas valensinya adalah 6 karena 1 mol KIO₃ setara dengan 3 mol I₂,
sedangkan 1 mol I₂ setara dengan 2e. Sehingga 1 mol KIO₃ setara dengan 6e
akibatnya BE KIO₃ sama dengan BM/6.
15
Garam kalium asam iodat, KIO3, HIO3 juga dapat sebagai standar namun garam-
garam tersebut juga memiliki BST yang kecil, yaitu Mr/12 atau sama dengan 32,4.
16
menjadi hijau muda. Titik akhir tajam, dan mudah diamati pada cahaya yang baik
dengan latar belakang putih. Lakukan suatu penetapan blanko, dengan mengganti
larutan kalium dikromat dengan air suling; jika kalium iodida itu bebas iodat,
blanko ini mestinya kecil terabaikan.
Catatan:
1. Jika ini lebih disukai, boleh ditimbang dengan cermat kira – kira 0,20 g kalium
dikromat pro analis, larutkan dalam 50 cm³ air dingin, yang sebelumnya telah
dididihkan, dan lakukan titrasi seperti diperinci di atas.
Prosedur pilihan lain tersebut, mempergunakan serunutan tembag sulfat sebagai
katalis untuk meningkatkan kecepatan reaksi; akibatnya, asam yang lebih lemah
(asam asetat) boleh digunakan, dan oksidasi oleh atmosfer terhadap asam iodida
akan berkurang. Taruh 25,0 cm³ kalium dikromat 0,1 N dalam sebuah labu
erlenmeyer 250 cm³, tambahkan 5,0 cm³ asam asetat glasial, 5 cm³ tembaga sulfat
0,001 M, dan cuci dinding labu dengan air suling. Tambahkan 30 cm³ larutan
kalium iodida 10 persen, dan titrasi iod yang dibebaskan dengan larutan tiosulfat
kira – kira 0,1 N, dengan memasukkan sedikit indikator kanji menjelang akhir.
Titrasi boleh dilengkapkan dalam 34 menit setelah penambahan larutan kalium
iodida. Kurangi 0,05 cm³ sebagai perhitungan atas iod yang dibebaskan oleh
katalis tembaga sulfat.
Suatu larutan kalium permanganat yang telah distandarisasi dapat digunakan
sebagai ganti larutan kalium dikromat, dengan menambahkan 2 cm³ asam klorida
pekat kepada tiap porsi @ 25 cm³ larutan kalium permanganat; dalam hal ini
prosedur pilihan lain, dimana ditimbang suatu bagian dari garam bersangkutan,
tak dapat dipakai.
C. Dengan larutan iod standar
Jika suatu larutan iod standar tersedia, ini dapat digunakan untuk
menstandarkan larutan tiosulfat. Ukuran Satu porsi @25cm3 larutan iod standar
dan masukkan dalam sebuah labu erlenmeyer 250cm3 , tambahkan kira-kira
150cm3 air suling dan titrasi dengan larutan tiosilfat, dengan menambahkan
2cm3larutan kanji ketika cairan berwarna kuning pucat.
Bila larutan tiosulfat ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung
iod, reaksikeseluruhan yang terjadi dengan cepat dan secara stoikiometris pada
kondisi-kondisi eksperimen biasa (pH <5) adalah:
2S2O32- + I2 → S4O62- +2I- atau 2 S2O32- + I3- → S4O62- + 3I-
17
Telah diperlihatkan bahwa zat perantara S2O3I- yang tak berwarna,
terbentuk oleh reaksi reversibel yang cepat:
S2O32- + I2 ↔ S2O3I- + I-
Zat perantara ini bereaksi dengan ion tiosulfat dengan memberi bagian
utama dari reaksi keseluruhan :
S2O3I- + S2O32- = S4O62- + I-
Zat perantara ini juga bereaksi dengan ion iodida :
2S2O3I- + I- = S4O62- + I3-
Ini menjelaskan pemunculan kembali iod setelah titik akhir pada titrasi
larutan-larutan iod yang sangat encer dengan tiosulfat.
E. Tembaga
18
Tembaga murni dapat digunakan sebagai BBP untuk natrium tiosulfat dan
dianjurkan apabila tiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga.
Cu2+ + e → Cu+
19
Kedua, tembaga(I) tiosianat mungkin terbentuk pada permukaan partikel
tembaga(I) iodide yang sudah mengendap:
F. Penentuan-penentuan Iodometrik
Arsen trioksid sukar larut dalam air akan tetapi mudah larut dalam larutan
natrium hidroksida (NaOH) dengan membentuk natrium arsenit menurut reaksi :
Jika iodium ditambahkan pada larutan alkali maka iodium akan bereaksi
dengan NaOH membentuk natrium hipoiodit atau senyawa-senyawa serupa yang
mana tidak akan bereaksi secara cepat dengan natrium arsenit
20
bolak-balik (reversibel). Natrium bikarbonat akan menghilangkan asam iodida
secepat asam iodida terbentuk sehingga reaksi berjalan ke kanan secara sempurna.
Reaksi secara lengkap pada pembakuan iodium dengan arsen trioksid sebagai
berikut :
Pada reaksi diatas dapat diketahui bahwa valensinya adalah empat. Karena
1 mol As2O3 setara dengan 2 mol Na3AsO3 sedangkan 1 mol Na3AsO3 setara
dengan 1 mol I2 akibatnya 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol I2 sehingga
perhitungan normalitas dari iodium setara dengan 2 mol I 2 sehingga perhitungan
normalitas dari iodium :
N I2 = mg As2O3 x valensi
BM As2O3 x ml I2
21
Reaksi antara iodium dengan tiosulfat yang mana tiosulfat dioksidasi oleh
iodium menjadi tetrationat menurut reaksi :
0,335 gram iod melarut dalam 1 dm3 air pada 25⁰C. Selain keterlarutan
yang kecil ini , larutan air iod mempunyai tekanan uap yang cukup berarti, karena
itu konsentrasinya berkurang sedikit disebabkan oleh penguapan ketika ditangani.
Kedua kesulitan ini dapat diatasi dengan melarutkan iod itu dalam larutan air
kalium iodida. Makin pekat larutan itu,makin besar keterlarutan iod. Keterlarutan
yang bertambah ini disebabkan oleh pembentukan ion triiodida:
I2 + I → I3-
22
Larutan yang dihasilkan mempunyai tekanan uap yang jauh lebih rendah
ketimbang suatu larutan iod dalam air murni, akibatnya kehilangan oleh
penguapan menjadi sangat jauh berkurang. Meskipun demikian, tekanan uapnya
masih cukup berarti sehingga harus selalu diambil tindakan-tindakan pencegahan
untuk menjaga agar bejana-bejana yang mengandung iod tetap tertutup,kecuali
sewaktu titrasi yang sesungguhnya. Bila larutan iod dalam iodida dititrasi dengan
suatu reduktor,iod yang bebas bereaksi dengan zat pereduksi itu. Ini menggeser
kesetimbangan ke kiri, dan akhirnya semua triiodida terurai, jadi larutan
berperilaku seakan-akan adalah suatu larutan iod bebas.
Untuk penyiapan larutan iod standar harus digunakan iod pro analisis atau
yang disublimasi-ulang dan kalium iodida yang bebas iodat (misalnya pro
analisis).
Larutan iod paling baik diawetkan dalam botol kecil yang bersumbat-kaca.
Ini harus diisi sepenuhnya,dan disimpan di tempat yang gelap dan dingin.Kontak
dengan gabus atau tutup karet harus dihindari.
Pada penggunaan iodium untuk titrasi ada dua sumber kesalahan yaitu :
23
a). Hilangnya iodium karena mudah menguap
b). Iodida dalam larutan asam mudah dioksidasi oleh udara menurut reaksi :
24
hanya menghasilkan tetrationat sehingga menyulitkan perhitungan Reaksinya
adalah sebagai berikut :
Menurut FI edisi III, larutan baku Na₂S₂O₃ 0,1 N dibuat dengan cara 26
gram natrium tiosulfat P dan 200 mg natrium carbonat P dilarutkan dalam air
bebas CO₂ P segar hingga 1000 ml. Larutan Na₂S₂O₃ yang lebih encer 0,05 N ;
0,02 N ; 0,01 N : 0,1 N dibakukan sebelum digunakan.
Larutan baku tiosulfat jika disimpan lama - lama akan berubah titernya.
Beberapa hal yang menyebabkan sangat kompleks dan saling bertentangan akan
tetapi beberapa faktor yang dapat menyababkan terurainya larutan tiosulfat dapat
disebutka sebagai berikut :
1). Keasaman
Larutan tiosulfat dalam suasana alkali atau netral relatif stabil, tidak
dikenal adanya asam tiosulfat atau hidrogen tiosulfat. Proses peruraiannya sangat
rumit, tetapi fakta yang dapat dikemukakan adalah jika konsentrasi ion hidrogen
lebih besar dari 2,5 x 10⁻⁵ maka terbentuk ion hidrogen sulfit yang sangat tidak
stabil dan terurai menurut reaksi :
HS₂O₃⁻ → HSO₃⁻ + S
25
Jika HCl pekat maka yang terjadi adalah hidrogen sulfida dan hidrogen
polisulfida dan tidak terbentuk ditionat atau sulfat, sedangkan dengan HCl yang
kurang pekat terutama jika ada katalisator arsen trioksida maka akan terbentuk
pentationat. Larutan tiosulfat paling stabil pada pH antara 9 - 10. Tops
menganjurkan pemberian natrium carbonat, pada pembuatan larutan baku
tiosulfat, akan tetapi hal ini akan mengakibatkan terjadinya reaksi samping pada
saat titrasi larutan iodium yang netral. Di samping itu pada larutan yang sangat
alkalis maka kemungkinan terjadi reaksi sebagai berikut :
Mohr juga menunjukan bahwa larutan tiosulfat dalam air diuraikan oleh
asam karbonat menurut reaksi :
26
H₂S + ½O2 → H₂O + S
3). Mikroorganisme
Dari beberapa percobaan ternyata bahwa sumber utama peruraian larutan baku
tiosulfat adalah disebabkan adanya mikroorganisme dalam larutan tersebut.
Ternyata ada mikroorganisme dalam udara yang menggunakan sulfur dengan cara
mengambil sulfur dari tiosulfat menjadi sulfit yang oleh udara langsung dioksidasi
menjadi sulfat. Ada beberapa bakteri dalam udara yang bersifat demikian. Proses
metabolisme dari bakteri itu mungkin melalui reaksi sebagai berikut :
Na₂S₂O₃ → NaSO₃ + S
27
S + 3O + H₂O → H₂SO₄
Oleh karena itu larutan tiosulfat yang dibuat steril akan stabil sekali dan hanya
kalau terjadi kontaminasi bakteri belerang maka akan terurai perlahan - lahan.
Oksidator + KI → I2 + 2e
Reduktor + I2 → 2I-
Na2S2 O3 + I2 → NaI +Na2S4 O6
Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor ,sebab bila
suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron ), maka harus
ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap
electron) ,jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja.
28
Dalam metoda analisis ini , analat dioksidasikan oleh I2 , sehingga I2 tereduksi
menjadi ion iodida :
A ( Reduktor ) + I2 → A ( Teroksidasi ) + 2 I -
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah) , sehingga hanya zat-zat
yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan
adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada titik akhir penitaran .
I2 + 2 e - → 2 I-
Iod merupakan zat padat yang sukar larut dalam air (0,00134 mol/L) pada 25◦C ,
namun sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida . iod membentuk
kompleks triiodida dengan iodida :
I2 + I- → I3-
I2 + H2O → HIO + H+ + I-
Larutan standar iod harus disimpan dalam botol gelap untuk mencegah peruraian
HIO oleh cahaya matahari .
Iodometri adalah titrasi yang menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai titran untuk
menentukan kadar iyodium yang dibebaskan pada suatu reaksi redoks. Reaksi
yang terjadi adalah
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah), sehingga hanya zat-zat
yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan
adalah amylum yang akan memberikan warna biru pada titik akhir titrasi.
29
I2 + 2 e - → 2 I-
Iod merupakan zat padat yang sukar larut dalam air (0,00134 mol/L) pada 25°C,
namun sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iod membentuk
kompleks triiodida dengan iodida :
I2 + I- → I3-
I2 + H2O → HIO + H+ + I-
Larutan standar iod harus disimpan dalam botol gelap untuk mencegah peruraian
HIO oleh cahaya matahari.
Warna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sendiri
sebagai indikator. Iod juga memberikan suatu warna ungu atau lembayung pada
pelarut seperti CCl4 (kloroform), dan kadang-kadang digunakan untuk
mendeteksi titik akhir. Namun lebih lazim digunakan suatu larutan amylum,
karena warna biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap
iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam dari pada dalam larutan
netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. Molekul iod diikat pada
permukaan beta amilosa, suatu konstituen amylum.
30
I2 + 2 e- → 2 I- E◦= 0,536 volt
———————————————————————–
1. Iodometri
contoh : SO2, H2S, Zn2+ , Cd2+ , Hg2+ , Pb2+, Cisteine, glutathione, mercaptoethanol,
Glucose (dan gula-gula pereduksi lain)
b) Satu reaksi
2. Iodimetri
contoh :HOCl, Br2, IO3– , IO4– , O2, H2O2, O3, NO2–, Cu 2+, MnO4–, MnO2
b) Dua reaksi
31
c) Larutan standar: natrium tiosulfat
1. Reduksi
2. Oksidasi
32
ada suatu unsure yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (Menangkap
electron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator atau reduktor saja. Dalam
metode analisis ini analit dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion
iodide, dengan kata lain I2 bertindak sebagai oksidator dengan reaksi :
I2 + 2e- → 2l-
I2 + 2e → 2 l-
33
lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan
iodium.
34
dimaksudkan agar memperjelas perubahan warna yang terjadi pada larutan
tersebut. kemudian larutan tersebut dititrasi kembali dengan larutan natrium
tiosulfat hingga warna biru pada larutan tepat hilang. Untuk lebih memperjelas
terjadinya reaksi tersebut, ke dalam larutan ditambahkan amilum. Bertemunya
I2 dengan amilum ini akan menyebabakan larutan berwarna biru kehitaman.
Selanjutnya titrasi dilanjutkan kembali hingga warna biru hilang dan menjadi
putih susu.
I2 + amilum → I2-amilum
Catatan : setelah penambahan KI, mulut erlenmayer harus ditutupi dengan pelastik
crap. Pengocokan yang dilakukan tidak kuat, yaitu dengan titrasi lambat. Hal ini
dilakukan agar iodida di dalam larutan tidak menguap dan teroksidasi (rusak).
Jika perubahan warna larutan dari coklat tua menjadi coklat muda sudah
tebentuk, larutan indikator amylum ditambahkan kedalamnya. Kemudian campura
dititrasi cepat, yaitu dengan pengocokan yang kuat. Hal ini dilakukan agar ikatan
antara iodida dan amylum cepat lepas, sehingga kesalahan dalam menentukan titik
akhir titrasi dapat diminimalisir.
Kegunaan Iodometri
Kegunaan iodometri adalah untuk menetapkan kadar larutan iodin, larutan
natrium tiosulfat dan zat-zat yang dapat bereaksi dengan iodida membebaskan
35
iodin.
Contoh Kegunaannya:
36
Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah sebagai
berikut:
2 I2 + H2O → IO3- + 5 I- + 6 H+
3 I- + S4O62- → I2 + 2 S2O32-
Setiap mmol IO3- akan menghasilkan 3 mmol I2 dan 3 mmol I2 ini akan
tepat bereaksi dengan 6 mmol S2O32- (ingat 1 mmol I2 tepat bereaksi dengan 2
mmol S2O32-) sehingga mmol IO3- ditentukan atau setara dngan 1/6 mmol S2O32-.
Beberapa alasan yang dapat dijabarkan karena analit yang bersifat sebagai
oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi senyawaan yang bilangan
oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya reaksi ini tidak
stoikiometri. Alasan kedua adalah tiosulfat dapat membentuk ion kompleks
dengan beberapa ion logam seperti Besi(II).
Diketahui : N1 = 0,01
V1 = 10
V2 = 10,50
Ditanya : N2...?
Jawab : N1 . V1 = N2 . V2
0,01 . 10 = N2 . 10,50
N2 = 0,01 . 10
10,50
N2 = 0,0095 N
37
2). Pembakuan larutan I2 0,01N degan Na2S2O3 hasil standarisasi pada soal no.1.
Pipet 10,0 ml larutan I2 masukkan dalam erlenmeyer. Titrasi dengan Na2S2O3 hasil
standarisasi pada soal no. 1 sampai warna kuning muda. Tambahkan larutan
aluminium 1%. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. ternyata Na 2S2O3 yang
diperlukan 9,10 ml. hitung N I2 ?
Diketahui : N1 = 0,0095
V1 = 9,10
V2 = 10
Ditanya : N2...?
Jawab: N1 . V1 = N2 . V2
0,0095 . 9,10 = N2 . 10
N2 = 0,0095 . 9,10
10
N2 = 0,0086 N
3). Untuk menentukan kadar air brom dalam suatu larutan, ke dalam 50 mL
larutan tersebut ditambahkan larutan KI berlebih. Iodium yang terjadi tepat dapat
di titer dengan 40 mL larutan Na2S2O3 0,125 N. Berapa gram brom yang terdapat
dalam tiap liter air brom tersebut?
Diketahui : V1 = 50 ML
V2 = 40 ML
N2 = 0,125 N
Ditanya : gr.... ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
50 . N1 = 40 . 0,125
38
N1 = 40 . 0,125
50
= 0,1 N
Gr = Bm x N x V = 79 x 0,1 x 50 = 0,395 gr
1000 1000
4). Sebanyak 0,261 gram MnO2 dan larutan, ke dalam larutan KI berlebih. Berapa
mL volume larutan Na2S2O3 0,1 N yang dibutuhhkan untuk menghilangkan iodium
yang telah terbentuk ? (Ar Mn= 55 , O=16) MnO 2 akan mengalami reduksi
menjadi ion Mn2+)
Diketahui : gr = 0,261
N1 = 0,1 n
Ditnya : Volume... ?
Jawab : Gr = Bm x N x V
1000
0,261 = 87 x 0,1 x V
1000
261 = 87 x 0,1
261 = 8,7 V
V= 261 = 30 mL
8,7
39
5). Kedalam 100 mL larutan Na2S2O3 ditambahkan X gram iodium, sehingga
normalitas larutan tersebut berubah dari 0,1 N menjadi 0,075 N. Berapakah
besarnya haarga X?
Diketahui : V = 100 mL
Gr =X
N1 = 0,1
N2 = 0,075
1000 1000
6). Kalium bikromat (K2Cr2O7) direaksikan dengan kalium iodida (KI) dalam
larutan asam. Iodium yang terbentuk tepat dapat dititer dengan 35 mL larutan
Na2S2O3 0,125 N. Berapa gram massa kalium bikromat yang telah bereaksi?
Diketahui : V = 35 mL
N = 0,125 N
Ditanya gr.....?
1000 1000
7). Larutan 0,1 N Na2BO4O7.H20 (boraks) dengan berat 1,88 gr dengan volume 25
mL, di titrasi dengan 0,1 N HCL. Hitung volume larutan HCL?
40
Diketahui : N1 = 0,1 N Gr boraks = 1,88
N2 = 0,2 N
V1 = 25
Ditanya :V2...?
Jawab: N1 . V1 = N2 . V2
0,1 . 25 = 0,2. V2
V2 = 2,5 = 25 mL
0,1
Diketahui : N1 = 0,2 N
N2 = 0,1 N
V1 = 25
Ditanya :V2...?
Jawab: N1 . V1 = N2 . V2
0,2 . 25 = 0,1. V2
V2 = 5 = 50 mL
0,1
Reaksinya:
41
2S2O32- + I2 --> S4O62- + 2I-
n Cr2O72- ≡ n S2O32-
n Cr2O72- ≡ (N x V)/6
g = 0,813 mmol x Mr
g = 0,813 mmol x 294,2
g = 239,3 mg = 0,2393 gram
10). Pembakuan Larutan Baku Na2S2O3 dengan Larutan Baku KIO3 0,1N
N KIO3 = 0,1009 N
V KIO3 = 25 mL
V Na2S2O3 = 0,4 mL
N Na2S2O3 =……..?
Jawab : N1 . V1 = N2 . V2
0.1009 . 25 = N2 . 0,4
N2 = 0,1009 . 25
0,4
N2 = 6,25 N
V Na2S2O3 = 0,55 mL
42
N Na2S2O3 = 6,25 N
Massa sampel = 1 gr
2 (V x N) S2O32- = mol I2 x e I2
mol I2 = 2
=2
= 0,0034375 mol
Reaksi :
2 Cu2+ + 4 I- → 2 CuI- + I2
= 0,4321 gr
43
10ml 2,2ml
10ml 2ml
Perhitungan :
V1 . N1 = V2 . N2
2,1. N1 = 10 . 0,1
N1 = 10 . 0,1
2,1
= 0,4762N Na2S2O3
10 ml 5,9ml
10ml 6,2ml
Perhitungan:
V1.N1 =V2.N2
6,05 . 0,4762 = 10 . N2
N2 = 6,05 . 0,4762
10
44
N2 = 0,2882 N Cu2+
Vol. titrasi 1 : 25 ml
KIO3 = Na2S2O3
V1 . N1 = V2 . N2
25 ml . 0,005 N= 25,133 ml . N2
0,125 = 25,133 . N2
N2 = 0,125
25,133
=0,0049 N
Jadi normalitas dari Na2S2O3 pada titrasi iodometri ini adalah 0,0049 N
45
46