Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALIS

MODUL X

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN METODE IODIMETRI

Dosen Pengampu : Lilik Sulastri, M. Farm

Disusun Oleh :

Elka Ayu Prawesti (19012045)

Sifa Faujiah (19012047)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI REGULER KHUSUS

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI

BOGOR 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Tujuan

Menentukan kadar Vitamin C (Asam Askorbat) dengan metode iodimetri


dalam minuman floridina.

1. 2 Dasar Teori

Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metode penentuan


atau penetapan kuantitatif yan pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang
bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari reaksi antara sampel dengan ion
iodida. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai peniter.

Titrasi Iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat yang


potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium-iodida, sehingga zat
tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan
menggunakan senyawa pereduksi senyawa iodium secara langsung disebut
iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-
reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.

Iodimetri merupakan suatu metode titrasi iodometri secara langsung yang


mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Sistem redoks iodine
(triiodida)- iodida yaitu :

I3- + 2e ↔ 3I
Mempunyai potensial standar sebesar + 0,54 V. Karena itu iodin adalah
sebuah agen pengoksidasi yang jauh lebih lemah daripada kalium permanganat,
senyawa serium (IV) dan kalium dikromat. Dalam titrasi iodimetri, iodin
dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa
hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi
langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik
adalah sedikit. Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur
reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial
reduksi yang jauh lebih rendah adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III),
sulfida, sulfit, timah (II) dan ferosianida, zat-zat ini bereaksi lengkap dan cepat
dengan iod bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang agak lemah,
misal arsen trivalent atau stibium trivalen, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi
bila larutan dijagan tetap netral atau sangat sedikit asam, pada kondisi ini
potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum atau daya mereduksinya
adalah maksimum.

Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6


yang dapat larut dalam air. Vitamin C merupakan vitamin yang disintesis dari
glukosa dalam hati dari semua jenis mamalia, kecuali manusia. Manusia tidak
memiliki enzim gulonolaktone oksidase, yang sangat penting untuk sintesis dari
prekursor vitamin C, yaitu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga manusia tidak dapat
mensintesis vitamin C dalam tubuhnya sendiri (Padayatti, 2003). Vitamin C
pertama kali ditemukan oleh Albert Szent-Györgyi, seorang ilmuwan
berkebangsaan Hungaria yang memenangkan Noble Prize in Physiology or
Medicine pada tahun 1937 atas karyanya dalam menemukan rumus bangun
vitamin C. Szent-Györgyi berhasil menemukan vitamin C saat mengisolasinya
dari paprika pada tahun 1930. Rumus bangun vitamin C (asam askorbat) adalah
sebagai berikut:

Menurut Padayatty (2003), setelah terbentuk, radikal askorbil (suatu senyawa


dengan elektron tidak berpasangan, serta asam dehidroaskorbat dapat tereduksi
kembali menjadi asam askorbat dengan bantuan enzim 4-hidroksifenilpiruvat
dioksigenase. Tetapi, di dalam tubuh manusia, reduksinya hanya terjadi secara
parsial, sehingga asam askorbat yang terlah teroksidasi tidak seluruhnya kembali.
Vitamin C dapat dioksidasi oleh senyawa-senyawa lain yang berpotensi pada
penyakit. Jenis-jenis senyawa yang menerima elektron dan direduksi oleh vitamin
C, dapat dibagi dalam beberapa kelas, antara lain:
1. Senyawa dengan elektron (radikal) yang tidak berpasangan, contohnya
radikal-radikal oksigen (superoksida, radikal hidroksil, radikal peroksil,
radikal sulfur, dan radikal nitrogen-oksigen).
2. Senyawa-senyawa yang reaktif tetapi tidak radikal, misalnya asam hipoklorit,
nitrosamin, asam nitrat, dan ozon.
3. Senyawa-senyawa yang dibentuk melalui reaksi senyawa pada kelas pertama
atau kelas kedua dengan vitamin C.
4. Reaksi transisi yang diperantarai logam (misalnya ferrum atau cuprum)

BAB II

ALAT DAN BAHAN

2. 1 Alat Yang Digunakan


1. Pipet ukur
2. Gelas ukur
3. Labu ukur
4. Breaker glass
5. Erlenmeyer
6. Buret
7. Statif

2. 2 Bahan Yang Digunakan


1. Amylum
2. Floridina (sampel)
3. Iod
4. Aquadest
5. Na2 S2 O4

BAB III
METODE KERJA

3. 1 Metode kerja
A. Standarisasi iod
1. Siapkan alat dan bahan
2. Siapkan iod di dalam buret
3. Siapkan 10 ml Na2 S2 O4, tambahkan 2 ml amylum, masukkan kedalam
erlenmeyer
4. Lakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna menjadi warna biru,
lakukan titrasi sebanyak 3 kali (triplo). Catat volume titran.
B. Penentuan kadar vitamin c
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang sampel (floridina) sebanyak 10 ml
3. Masukkan sampel kedalam labu ukur tambahkan air ad 100 ml
4. Ambil 10 ml larutan yang sudah diencerkan ke dalam Erlenmeyer,
tambahkan 2 ml amylum
5. Titrasi dengan iod hingga terjadi perubahan warna menjadi warna biru,
lakukan titrasi sebanyak 3 kali (triplo). Catat volume titran.
BAB IV

HASIIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil
A. Tabel 1 standarisasi iod

Titrasi ke- Volume


1 24 ml
2 24,2 ml
3 24 ml
Rata-rata 24,06 ml

B. Tabel 2 penentuan kadar vitamin c

Titrasi ke- Volume Massa Sampel


1 0,7 ml 10,530 mg
2 1 ml 10,210 mg
3 0,8 ml 10,490 mg
Rata-rata 0,83 ml 10,410 mg

Perhitungan :
a. Standarisasi iod
V iod × N iod = V Na S O × N Na S O
2 2 4 2 2 4

24,06 ml × N iod = 10 ml × 0,1 N


10 ml ×0,1 N
N iod =
24,06 ml
N iod = 0,041 N
b. Penentuan kadar vitamin c
V t × N t × Fp × Bst asam askorbat
% kadar vitamin c = × 100 %
mg sampel
0,83× 0,041 ×10 ×88
= × 100 %
10,410
= 0,287 %

4. 2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu analisis dengan menggunakan metode iodimetri,
titrasi langsung untuk mengetahui kadar dari sampel (vitamin C) yang berupa
minuman floridina. Digunakan metode iodimetri karena vitamin C bersifat
reduktor. Prinsip pada percobaan ini yaitu merubah I 2 menjadi I-. dimana sampel
bertindak sebagai reduktor dan I2 bertindak sebagai oksidator. Tujuannya agar
mahasiswa dapat menentukan kadar vitamin c dengan metode iodimetri. Vitamin
C adalah salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Vitamin C
mempunyai peranan yang penting bagi tubuh. Vitamin C mempunyai sifat sebagai
antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekulyang sangat dibutuhkan oleh
tubuh. Vitamin C juga mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia
seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolisme
kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan
neurotransmitter norepinefrin.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada praktikum ini yaitu pada


tahap pertama siapkan iod di dalam buret, siapkan 10 ml Na2 S2 O4, tambahkan 2
ml amylum, masukkan kedalam Erlenmeyer, lakukan titrasi sampai terjadi
perubahan warna menjadi warna biru, lakukan titrasi sebanyak 3 kali (triplo), catat
volume titran. Dilanjutkan dengan penetapan kadar sampel, sampel terlebih
dahulu ditimbang sebanyak 10 ml diencerkan sampai 10 kali, kemudian dipipet 10
ml dan ditambahkan ditambahkan indicator kanji/ amylum sebanyak 2ml, titrasi
dengan iod hingga terjadi perubahan warna menjadi warna biru, lakukan titrasi
sebanyak 3 kali (triplo), catat volume titran. Indicator kanji ini bereaksi dengan
iod, dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru kuat,
yang akan terlihat pada konsentrasi iod yang sangat rendah. Kepekaan reaksi
warna ini adalah sedemikian rupa sehingga warna biru akan terlihat bila
konsentrasi iod adalah 2 x 10-5 M dan konsentrasi iodida lebih besar daripada 4 x
10-4 M pada 20oC. Kepekaan warna berkurang dengan naiknya temperatur
larutan. Selanjutnya sampel tersebut dititrasi dengan I2 .

Hasil titik akhir titrasi pada saat proses standarisasi iod yaitu ditunjukkan
dengan adanya perubahan warna larutan menjadi warna biru, warna ini didapat
dalam percobaan ketika sudah ditrasi dengan iod volume sebanyak 24,06 ml
sehingga diperolehlah konsentrasi dari iod yaitu 0,041 N. Sedangkan, hasil titik
akhir titrasi pada saat proses penentuan kadar vitamin c yaitu ditunjukkan dengan
adanya perubahan warna larutan menjadi warna biru, warna ini didapat dalam
percobaan ketika sudah ditrasi dengan iod volume sebanyak 0,83 ml sehingga
diperolehlah persentase kadar vitamin c dalam sampel yaitu 0,287%.

BAB V

KESIMPULAN

5. 1 Kesimpulan

Dalam praktikum kali ini kita dapat menyimpulkan bahwa:

1. Vitamin C adalah salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi
molekul-molekul yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
2. struktur kimia vitamin c terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak
stabil¿ ).
3. Titrasi iodimetri yaitu titrasi yang dilakukan dengan zat-zat untuk oksidasi
potensial yang lebih rendah dan sistem yodium-yodium.
4. Hasil titik akhir titrasi pada saat proses standarisasi iod yaitu ditunjukkan
dengan adanya perubahan warna larutan menjadi warna biru, warna ini didapat
dalam percobaan ketika sudah ditrasi dengan iod volume sebanyak 24,06 ml
sehingga diperolehlah konsentrasi dari iod yaitu 0,0,041 N.
5. Hasil titik akhir titrasi pada saat proses penentuan vitamin c yaitu ditunjukkan
dengan adanya perubahan warna larutan menjadi biru, warna ini didapat dalam
percobaan ketika sudah ditrasi dengan iod volume sebanyak 0,83 ml sehingga
diperolehlah persentase kadar vitamnin c yaitu 0,287%.
LAMPIRAN

SAMPEL FLORIDINA AMYLUM LARUTAN IOD

AQUADEST Na2 S2 O4

HASIL AKHIR TITRASI


(WARNA BIRU)

Anda mungkin juga menyukai