Anda di halaman 1dari 5

MODUL 10

TITRASI REDOKS : IODIMETRI

1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai :
- Mahasiswa mampu melakukan titrasi reduksi dan oksidasi jenis iodimetri
- Mahasiswa mampu menghitung kadar dengan titrasi reduksi dan oksidasi jenis
iodimetri
1.2 Tujuan Praktikum :
Menentukan kadar suatu sampel senyawa obat dengan titrasi reduksi dan oksidasi
jenis iodimetri
2. Prinsip
Titrasi Redoks adalah salah satu jenis titrasi yang reaksinya berdasarkan reaksi
reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penambahan electron
sedangkan oksidasi adalah reaksi pelepasan electron. Zat yang mengalami reduksi
disebut oksidator sedangkan zat yang mengalami oksidasi disebut reduktor.
3. Pendahuluan/ dasar teori
Secara umum, titrasi redoks dibagi menjadi dua, yaitu reduksimetri jika peniter
nya bersifat reduktor dan oksidimetri jika peniternya bersifat oksidator. Contoh
oksidimetri adalah titrasi iodimetri sedangkan reduksimetri adalah titrasi
iodometri.
Titrasi iodimetri adalah titrasi langsung yang menggunakan iodin sebagai peniter,
titik akhir titrasinya ditandai dengan perubahan warna indicator kanji dari tidak
berwarna menjadi biru. Iodin sukar larut dalam air sehingga dalam pelarutannya
ditambahkan KI sehingga iodin membentuk senyawa triiodide yang larut dalam
air.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum. Amylum tidak mudah
larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk kompleks
yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak boleh
ditambahkan pada awal titrasi. Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya
warna biru yang stabil.

1
4 Alat dan bahan
.
Alat :
- Labu takar - Buret
- Labu Erlenmeyer - Gelas Kimia
- Pipet tetes - Corong
- Statif - Spatula

Bahan :
- Iodin
- kalium iodida
- amilum
- Asam sulfat
- Sampel senyawa obat yang mengandung vitamin C

5. Prosedur kerja Prosedur :


1. Pembuatan Larutan
• Larutan iodum 0,1 N : 12,69 gram iodium (BA I = 126,9) dalam larutan 36 g
kalium iodida dalam 100 mL akuades digenapkan hingga 1000 mL dengan
akuades.
• Indicator kanji: Sebanyak 1 g amilum dan 10 mg HgI2 dicampur dalam 30
mL akuades, campuran ini dimasukkan ke dalam 200 mL akuades yang
mendidih, dan didihkan sampai mendapatkan klarutan yang jernih, lalu
didinginkan.
2. Pembakuan Iodium

Sebanyak 50 mg arsen trioksida yang sebeumnya telah dikeringkan pada suhu


105 oC selama 1 jam dilarutkan dalam 7 mL NaOH 1 N, diencerkan dengan 13
mL akuades, ditambahkan 2 tetes metil jingga, kemudian ditambahkan asam
klorida encer hingga warna kuning berubah menjadi merah muda. DItambahkan
0,6 g natrium bikarbonat, diencerkan dengan 16 mL akuades, dan ditambahkan
1 mL kanji. Secara perlahan dititrasi dengan iodium hingga terbentuk warna biru
yang mantap (1 mL iodium 0,1 N setara dengan 4,946 mg arsen trioksida).

2
3. Penentuan Kadar vitamin C
Sebanyak 10 tablet vitamin C ditimbang dan diserbukkan, Sebanyak 400 mg
sampel yang telah diserbukkan dilarutkan dalam 25 mL akuades, ditambahkan 6
mL H2SO4 2 N, dan 1 mL indicator kanji, dan dititrasi hingga berwarna biru ( 1
mL Iodin 0,1 N setara dengan 8,806 mg vitamin C)
4. Penentuan kadar metampiron
Sebanyak 10 tablet metampiron ditimbang dan diserbukkan, Sebanyak 200 mg
sampel yang telah diserbukkan dilarutkan dalam 25 mL akuades, ditambahkan 6
mL HCl 0,05 N, dan 3 mL indicator kanji, dan dititrasi hingga berwarna biru ( 1
mL Iodin 0,1 N setara dengan 16,67 mg metampiron anhidrat)

Bagan Kerja :

6. Hasil Praktikum dan Perhitungan


1. Pembakuan I2
Titrasi ke- Bobot baku primer Volume I2 (mL)
(mg)
1
2
Rata-rata
𝑚𝑔 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐼2 =
𝐵𝐸 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 𝑥 𝑉 𝐼2

3
2. Penetapan Kadar Vitamin C
Rata-rata bobot tablet =
Dosis Vitamin C/tab =
Titrasi ke- Bobot sampel (mg) Volume I2 (mL)
1
2
Rata-rata

⮚ mg Vitamin C = N I2 x VI2 x BEVitamin C


𝑚𝑔 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

3. Penetapan Kadar Metampiron


4. Rata-rata bobot tablet =
Dosis metampiron/tab =
Titrasi ke- Bobot sampel (mg) Volume I2 (mL)
1
2
Rata-rata

⮚ mg metampiron = N I2 x VI2 x BEmetampiron


𝑚𝑔 𝑚𝑒𝑡𝑎𝑚𝑝𝑖𝑟𝑜𝑛
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

4
7. Diskusi dan pembahasan

8. Kesimpulan

9. Pustaka

Sudjadi dan Abdul Rohman. 2012. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai