Anda di halaman 1dari 6

MODUL 9

TITRASI ARGENTOMETRI : METODE MOHR

1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai :
- Mahasiswa mampu melakuka titrasi argentometric metode Mohr.
- Mahasiswa mampu menghitung kadar senyawa obat dengan titrasi
argentometric metode Mohr.
1.2 Tujuan Praktikum :
Menentukan kadar suatu sampel senyawa obat dengan titrasi
argentometric metode Mohr.
2 Prinsip
Titrasi argentometri didasari oleh reaksi pengendapan yang terjadi
akibat reaksi antara ion perak Ag+ ang berasal dari perak nitrat dengan
ion halide (Cl,Br, dan I) yang membentuk garam perak halide yang
sukar larut dalam air.
3. Pendahuluan/ dasar teori
Titrasi argentometri adalah salah satu jenis titrasi pengendapan
yang menggunakan perak nitrat sebagai peniter. Titrasi argentometri
dapat digunakan untuk menganalisis senyawa yang mangandung unsur
halogen, yaitu Cl, Br, I.
Titik akhir titrasi ditandai dengan hasil reaksi kelebihan peniter
perak nitrat dengan indicator yang menghasilkan endapan warna
tertentu. Berdasarkan jenis indicator yang digunakan, titrasi
argentometric dibagi menjadi 4 jenis, yaitu Mohr, Volhard, Fajans, dan
Liebig.
Metode Mohr merupakann metode yang dapat digunakan untuk
menetapkan kadar klorida dan bromide dalam suasana netral dengan
larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat
sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak
nitrat klorida dan setelah mencapai titik ekuivalen, maka penambahan
sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk

1
endapan dengan kromat yang berwarna merah.

2
3. Alat dan
bahan
Alat :
- Labu takar - Buret
- Labu Erlenmeyer - Gelas Kimia
- Pipet tetes - Corong
- Statif - Spatula

Bahan :
- Perak nitrat
- Natrium klorida
- kalium kromat
- Sampel senyawa obat yang mengandung vitamin B6/B1 dan
ammonium klorida

4. Prosedur kerja Prosedur :

a. Pembuatan larutan/pereaksi
• Larutan AgNO3 0,1 N : Sebanyak 17 g AgNO3 dilarutkan dalam 1000 mL
akuades.
• Indikator K2CrO4 5 % : sebanyak 5 g K2CrO4 dilarutkan dalam 100 mL akuades.
b. Pembakuan AgNO3 0,1 N
Sebanyak 100 mg natrium klorida yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu
110 oC selama 2 jam dilarutkan dalam kurang lebih 25 mL air kemudian
ditambahkan 1 mL kalium kromat dan ditirasi dengan perak nitrat hingga
terbentuk endapan merah bata. (1 mL perak nitrat 0,1 N setara 5,85 mg natrium
klorida)
c. Penentuan Kadar ammonium klorida
Sebanyak 100 mg sampel dilarutkan dalam 25 mL akuades, ditambahkan 1 mL
kalium kromat dan dititrasi dengan perak nitrat 0,1 N sampai terbentuk endapan
merah bata (1 mL perak nitrat 0,1 N setara dengan 5,349 mg ammonium klorida)

3
d. Penentuan Kadar Tiamin HCl (Vitamin B1)
Sebanyak 100 mg sampel dilarutkan dalam 25 mL akuades, ditambahkan 1 mL
kalium kromat dan dititrasi dengan perak nitrat 0,1 N sampai terbentuk endapan
merah bata (1 mL perak nitrat 0,1 N setara dengan 33,727 mg tiamin HCl).

Bagan Kerja :

5. Hasil Praktikum dan Perhitungan


1. Pembakuan AgNO3
Titrasi ke- Bobot baku primer Volume AgNO3
(mg) (mL)
1
2
Rata-rata
𝑚𝑔 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑔𝑁𝑂3 =
𝐵𝐸 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 𝑥 𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3

1
2. Penetapan Kadar ammonium klorida
Titrasi ke- Bobot sampel (mg) Volume
AgNO3 (mL)
1
2
Rata-rata

⮚ Mg ammonium klorida = NAgNO3 x V AgNO3 x BEAmonium klorida


𝑚𝑔 𝑎𝑚𝑚𝑜𝑛𝑖𝑢𝑚 𝑘𝑙𝑜𝑟𝑖𝑑𝑎
⮚ % 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

● Catatan : Untuk penetapan kadar vitamin B1 perhitungannya sama


dengan penetapan kadar ammonium klorida

6. Diskusi dan pembahasan

2
7. Kesimpulan

8. Pustaka

Sudjadi dan Abdul Rohman. 2012. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai