Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan
dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain.
Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan
tidak langsung.
Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-
zat yang mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya,
sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya.
reaksi :
Ox + 2 I- I2 + red
I2 + 2 S2O3= 2 I- + S4O6=
Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena larutan iodium yang
berwarna khas dapat hilang pada titik akhir titrasi hingga titik akhir tercapai.
Tetapi pengamatan titik akhir titrasi akan lebih mudah dengan penambahan
larutan kanji sebagai indikator, karena amilum akan membentuk kompleks dengan
I2 yang berwarna biru sangat jelas. Penambahan amilum harus pada saat
mendekati titik akhir titrasi. Hal ini dilakukan agar amilum tidak membungkus I2
yang menyebabkan sukar lepas kembali, dan ini akan menyebabkan warna biru
sukar hilang, sehingga titik akhir titrasi tidak terlihat tajam (2).
Iodium hanya sedikit sekali larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25 oC),
namun sangat mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iodium
membentuk kompleks triiodida dengan iodida, dengan tetapan keseimbangan 710
pada 25oC. Penambahan KI untuk menurunkan keatsirian dari iod, dan biasanya
ditambahkan KI 3-4 % dalam larutan 0,1 N dan kemudian wadahnya disumbat
baik-baik dan menggunakan botol yang berwarna gelap untuk menghindari
penguraian HIO oleh cahaya matahari (3).
Pada proses iodometri atau titrasi tidak langsung banyak zat pengoksid kuat
yang dapat dianalisis dengan menambahkan KI berlebihan dan mentitrasi iodium
yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksid yang menuntut larutan asam untuk
bereaksi dengan iodida, natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai titran.
Beberapa tindakan pencegahan perlu diambil untuk menangani KI untuk
menghindari galat. Misalnya ion iodida dioksidai oleh oksigen di udara :
4 H+ + 4 I- + O2 2 I2 + 2 H2O
Reaksi ini lambat dalam larutan netral namun lebih cepat dalam larutan
asam dan dipercepat dengan cahaya matahari. Setelah penambahan KI ke dalam
suatu larutan (asam) dari suatu zat pengoksid larutan tak boleh dibiarkan terlalu
lama bersentuhan dengan udara, karena akan terbentuk tambahan iodium oleh
reaksi tersebut di atas (4).
Pada titrasi iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah atau nertal
karena dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion
hipoiodit yang merupakan reaksi mula-mula antara iodin dan ion hidroksida,
sesuai dengan reaksi :
I2 + O 2 HI + IO-
3 IO- IO3- + 2 I-
S2O3= + 2 H+ H2S2O3
8 H2S2O3 8 H2O + 8 SO2 + 8 S
Larutan tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakan
belerang akan masuk ke dalam larutan ini dan proses metaboliknya akan
mengakibatkan pembentukan SO3=, SO4= dan belerang koloidal (3).
I2 + 2 S2O3= 2 I- + S4O6=
Reaksi ini sangat cepat dan berlangsung sampai lengkap benar tanpa reaksi samping.
Dalam larutan netral atau sedikit sekali basa oksidasi ke sulfat tidak terjadi terutama jika
digunakan iodium sebagai titran.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu penentuan kadar golongan alkaloid xantin.
Kelompok 5 mendapat sampel uji sampel 8B, dimana yang dicari adalah kadar
dari Kafein. Berdasarkan hasil pengamatan sampel berbentuk serbuk halus
berwarna putih, mempunyai rasa pahit, dan bau khas.
Kafein merupakan alkaloida golongan xantin yang tergolong famili
methylxantin yang merupakan dioksin purin dengan struktur mirip asam urat.
Kafein mempunyai bentuk Dimana dapat dijelaskan sifatnya pada strukturnya,
dimana kafein memiliki gugus N aromatik yang memunyai pasangan elektron
bebas dan tidak memiliki atom hidrogen yang dapat dilepaskan sehingga
menyebabkan kafein bersifat basa lemah dan kafein sukar larut dalam air. Kafein
juga memunyai efek stimulant atau perangsang, ini disebabkan kafein memiliki
tiga gugus methyl yang terdapat pada substruktur kafein ketika bereaksi dengan
membran sel akan lepas. Gugus metil akan berdifusi diantara dua lapisan
membran dan menambah kandungan metil pada lemaknya. Selanjutnya,
menyebabkan terjadinya perubahan tegangan permukaan. Tegangan permukaan
yang turun, menyebabkan membran lebih mudah dibasahi oleh air dan zat-zat
terlarut, sehingga ion-ion mudah berdifusi dan mendorong terjadinya pertukaran
ion secara selektif. Hal inilah yang menimbulkan eksitasi antara sinaps menjadi
lebih aktif. Keaktifan eksitasi ini merupakan stimulator listrik bagi lepasnya zat
neurotransmitter sentral GABA atau asetilkolin yang menimbulkan respons
prasinaps yang kuat dan secara aktif menstimulasi sistem saraf pusat.
Sedangkan pada keadaan asam kuat maka amilum yang dipakai sebagai indikator
akan terhidrolisis, selain itu pada keadaan Iodine (I -) yang dihasilkan dapat diubah
menjadi I2 dengan adanya O2 dari udara bebas, reaksi ini melibatkan H+ dari asam
Pada penetapan kadar sediaan sebuk putih kafein, langkah pertama yang
dilakukan adalah pembakuan larutan Natrium tiosulfat merupakan larutan baku
sekunder atau larutan yang akan digunakan untuk mentitrasi sample. Larutan ini
perlu dibakukan karena konsentasinya cepat berubah oleh pengaruh lingkungan
karena senyawa yang digunakan sebagai larutan baku sekunder umumnya tidak
stabil, misalnya saja bersifat higroskopis, sensitive terhadap cahaya atau mudah
terdegradasi oleh udara. Pengaruh ketidakstabilan ini tidak hanya bersifat kimia
tetapi juga dapat bersifat fisik seperti misalnya saat penimbangan sering tidak
tepat karena senyawa ini memiliki berat molekul relative kecil dan mudah
menyerap uap air di udara.
Pembakuan menggunakan KBrO3 0,1 N kalium bromat merupakan
senyawa baku primer yang tidak perlu dibakukan lagi terhadap senyawa lain
dengan memasukkan KBrO3 ke dalam labu erlenmeyer bertutup, kemudian
ditambahkan 2 g KI dan 5 ml HCl encer. Pada pembakuan ini digunakan larutan
baku kalium iodida karena larutan ini cukup stabil dan lebih mudah larut dari pada
iodium, serta dapat menghasilkan iodium bila ditambahkan asam. Larutan baku
kalium iodida yang digunakan harus selalu dibuat baru karena mudah teroksidasi
oleh udara sehingga jumlah yang lepas menjadi lebih banyak dan diperlukan titran
yang lebih banyak pula. Akibatnya penetapan kadar menjadi tidak akurat lagi.
Oleh karena iodium mudah menguap dan iodida dalam larutan asam mudah
dioksidasi oleh udara, maka labu harus selalu ditutup dan titrasinya tidak boleh
terlalu lama. Penambahan KI diharuskan berlebih, apabila tidak maka Br2 masih
bersisa dan akan terjadi reaksi sampingan antara Br2 dan Na2S2O3 yang membuat
titik akhir titrasi tidak tercapai. Selanjutnya untuk penentuan kadar juga dilakukan
titrasi blanko dimana fungsinya adalah sebagai pembanding.
Reaksi ini berjalan cepat, sampai selesai dan tidak ada reaksi sampingan.
pemilihan indikator menggunakan amylum karena warna biru gelap dari
kompleks iodin-kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodin.
Mekanisme pembentukan kompleks yang berwarna ini tidak diketahui, namun ada
pemikiran bahwa molekul-molekul iodin tertahan dipermukaan β-amylose, suatu
konstituen dari kanji. Larutan-larutan kanji dengan mudah didekomposisinya oleh
bakteri, dan biasanya sebuah substansi seperti asam borat ditambahkan sebagai
perngawet.
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
a. Penentuan kadar Kafein dapat dilakukan dengan metode Iodometri secara
tidak langsung
b. Kadar Kafein dengan nomor sampel 8B diperoleh hasil .... %.
B. DAFTAR PUSTAKA