PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
pemanganat, kalium dikromat dan serium (iu) sulfat. Dalam kebanyakan titrasi
langsung dengan iod, digunakan suatu larutan iod dalam kalium iodide, dank
arena itu spasi reaktifuga adalah ion triodida. Untuk tepatnya,semua persaaan
yang melibatkan reaksi-reaksi iod seharusnya ditulis dengan I3- dan bukqan I2,
missal :
I3- + 2S2O32- 3I- + S4O6 2-
Akan lebih akurat dari pada :
I2 + 2S2O3 2- 2I- + S4O6 2-
Namun demi kesederhanaan, persamaan dalam buku ini biasanya lebih banyak
ditulis dengan rumus-rumus iod indekuler daripada ion triodida (Underwood,
1999).
5
6
4.1 Hasil
Tabel 4.1 hasil data pengamatan analisa oksimetri / reduktometri
NO Cara Kerja Hasil Pengamatan
1. 2 ml larutan Fecl2 + 3 ml -larutan menjadi kuning kecoklatan
HCl -larutan bereaksi membentuk gelumbung-
4 N + 5 ml KI 20 % + 1 gr gelumbung
NaHCO3
2. Larutan di tambah aquades -warna menjadi kuning
10 ml kemudian di titrasi -volume titrasi 8 ml
3. Larutan di tambah 20 tetes -warna menjadi kuning pekat
amilum
4. Larutan di titrasi kembali -warna menjadi kuning bening
-volume titrasi 6,5 ml
4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan, dapat di simpulkan bahwa larutan Fe yang dengan 3
ml HCl 4 N, 5 ml KI 20 % dan 1 gram NaHCO3 dan juga taambahkan kanji
setelah di titrasi dengan tio maka larutan menjadi kuning. Fungsi penambahan
HCl pada saat sebelum titrasi adalah agar suasana menjadi asam, karena memiliki
daya oksidasi yang kuat dalam suasana asam.
Reduksimetri adalah metode titrasi redoks dengan larutan baku yang
bersifat sebagai reduktor dan salah satu metode reduksimetri yang terkenal
adalah iodometri larutan baku yang di gunakan adalah natrium tiosulfat yang
dapat titrasinya mengalami oksidasi.
Larutan di tambah 20 tetes amilum warna menjadi kuning pekat kemudian
larutan di titrasi kembali warna menjadi kuning bening. Tujuannya penambahan
amilum pada larutan berfungsi sebagai indicator warna. Sedangkan fungsi titrasi
7
8
pada percobaan ini adalah untuk mendapatkan kesetimbangan pada larutan, ini
membuktikan bahwa pada sampel tersebut ion Fe telah mengalami reduksi.
Dari data di dapat kadar % FeCl2 sebanyak 15,59 % dan setelah dicari
berat ekuvalen (BE) maka dapat juga % Fe sebesar 8,19 %.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang di lakukan, maka dapat di simpulkan
sebagai berikut :
1. Fungsi penambahan HCl pada saat sebelum tittrasi adalah agar suasana
menjadi asam, karena dalam suasana asam memiliki daya oksidasi yang
besar.
2. Tujuan penambahan amilum pada larutan berfungsi sebagai indicator
warna.
3. Tujuan titrasi pada percobaan ini adalah untuk mendapatkan
kesetimbangan pada larutan.
4. Kadar %FeCl sebanyak 18,59 % dan setelah di hitung ekuvalen (BE) maka
di dapat % Fe sebanyak 8,19%.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan pratikum mahasiswa di harapkan untuk
belajar pratikum apa yang akan di lakukan agar mempermudah pada saat pratikum
dilaksanakan.
9
BAB I
PENDAHULUAN
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
12
dalam filtrat yang berasal dari pemisahan timbal klorida yang hanya sedikit sekali
larut dalam asam klorida encer.
Besi (Fe) merupakan salah satu unsur logam transisi yang mudah ditempa,
mudah dibentuk, berwarna putih perak dan mudah dimagnetisasi pada suhu
normal. Secara kimia besi merupakan logam yang cukup reaktif, hal ini karena
besi dapat bersenyawa dengan unsur-unsur lain, seperti unsur-unsur halogen,
belerang, fosfor, karbon, oksigen dan silikon.
Krom (Cr) merupakan salah satu unsur logam transisi yang tahan terhadap
karat dan berwarna abu-abu tetapi dalam bentuk beberapa warna. Kromium adalah
logam kristalisasi, yang putih, tak begitu liat dan tak dapat ditempa dengan berarti.
Melebur pada suhu 17650C. Logan ini larut dalam asam klorida encer tau pekat.
Jika tak terkena udara akan terbentuk ion-ion kromium (II).
Seng (Zn) merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna putih
kebiruan. Seng murni berbentuk kristal logam dan sangat rapuh pada suhu normal.
Seng tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol dan senyawa-senyawa
(larutan) asam. Seng terdapat dalam lapisan-lapisan bumi yang tidak terdapat
dalam unsur bebas tetapi dalam bentuk senyawa-senyawa seperti seng (ZnO) dan
dalam bentuk mineral-mineral (Underwood, 1999).
Barium (Ba) adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil
dalam udara kering. Barium bereaksi dengan air dala mudara yang lembab,
membentuk oksida atau hidroksida. Barium melebur pada suhu 7100C. Loga ini
bereaksi dengan air pada suhu ruang membentuk barium hidroksida dan hidrogen.
Ion-ion amonium (NH4+) diturunkan dari amonia, NH3 dan ion hidrogen H+. Ciri-
ciri khas ion logam-logam alkali. Dengan elektrolisis memakai katode dari
merkurium dapat dibuat amonium amalgam yang mempunyai sifat-sifat serupa
dengan amalgam dari natrium atau kalium. Garam-garam amonium umumnya
adalah senyawa-senyawa yang larut dalam air dengan membentuk larutan yang
tak berwarna. Gas klorin berbau busuk (tidak enak) dan dalam jumlah yang besar
gas ini cukup berbahaya bagi manusia, sebagai contoh gas ini digunakan sebagai
racun pada perang dunia (1914-1919). Klorin merupakan salah satu unsur yang
reaktif memiliki massa atom 35,4527 sama, jari-jari 0,97 dan memiliki titik
17
didih 239,16 K, digunakan sebagai pembunuh kuman dalam air dan larutan klorin
dapat pula digunakan sebagai pemutih (Harjadi, 1990).
21
22
4.1 Hasil
A. Analisa CO2 dalam air keran dan air mineral
Tabel 4.1 Hasil Pecobaan Analisa Konsentrasi
Sampel Cara Kerja Keterangan Volume Keterangan Kadar CO2 (ppm)
NaOH
I II I II
Air 5 ml Warna Warna 33.440 17.600
Keran sampel air bening bening
keran
+Indikator
PP 1 %
Air 5 sampel Warna 0,2 0,3 Warna 3.520 5.280
Mineral air mineral bening ml ml merah muda
+Indikator
PP 1 %
4.2 Pembahasan
Percobaan ini analisa konsentrasi CO2 dalam air, sampel yang digunakan
adalah air kerana dan air mineral, masing-masing 5 ml. Dari hasil di atas, kita
dapat melihat bahwa air keran memiliki titrasi 1,9 ml dan 1 ml. Setiap sampel
ditambahkan indikator fenolpthalein (PP) 1% untuk menandakan titik akhir titrasi
atau ekuivalen suatu larutan. Setelah penambahan indikator fenolpthalein (PP) 1%
sampel akan berubah warna menjadi bening karena sampel yang telah
ditambahkan indikator PP 1% akan berubah menjadi bening, karena apabila
indikator fenolpthalein (PP) 1% dilarutkan atau dicampurkan dengan larutan
bersifat netral airnya akan berubah menjadi warna merah muda. Perubahan warna
ini disebabkan oleh adanya konsentrasi karbon dioksida (CO2).
Pada sampel yang kedua yaitu sampel air mineral yang memiliki titrasi 0,2
ml dan 0,3 ml. Setiap sampel juga ditambahkan indikator fenolpthalein (PP) 1%
untuk menandakan titik akhir titrasi suatu larutan. Setelah penambahan indikator
fenolpthalein (PP) 1% sampel bewarna bening, karena sampel yang telah
23
24
4.1 Hasil
B. Analisa Kosentrasi NaOH dalam Braine dan air kolam
Tabel 4.1 Hasil Pecobaan Analisa Konsentrasi
Sampel Cara kerja Keterangan Volume Keterangan Setelah Volume NaOH (Mg/L)
HCl dititrasi
I II I II
Air 10 ml sampel air Warna 0,25 0,5 Warna + metyl 2.000.000 4.800.000
garam garam+penta merah ml ml keruh orange
hidrat+indikator muda warna
PP menjadi
merah
muda
Air 10 ml sampel air Warna 0,6 0,4 Warna + metyl 4.000.000 3.200.000
kolam kolam+penta merah ml ml keruh orange
hidrat+indikator muda pudar warna
PP menjadi
orange
muda
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini kami menggunakan sampel yaitu air garam sebanyak
10 ml dan dilakukan dua kali pengulangan (titrasi). Pada percobaan pertama, air
garam 10 ml ditambahkan indikator fenolpthalein (PP) 1% sebanyak 3 tetes warna
larutan menjadi merah muda. Karena indikator fenolpthalein (PP) 1% apabila
dicampurkan dengan larutan yang bersifat basa warnanya akn berubah menjadi
merah muda. Kemudian titrasi dengan HCl warna menjadi keruh, dan didapat
volume titrasi 0,25 ml dan 0,5 ml. Kemudian di tambahkan metyl orange warna
menjadi merah muda. Dan kemudian kadar NaOH yang kita dapat pada sampel air
garam adalah 2.000.000 Mg/L dan pengulangan yang didapatkan 4.000.000 Mg/L.
Pada percobaan yang kedua dengan menggunakan sampel air kolam
sebanyak 10 ml dan dilarutkan dua kali pengulangan juga. Pada percobaan
menjadi pertama, air kolam 10 ml ditambahkan indikator fenolpthalein (PP) 1%
sebanyak 3 tetes warna larutan menjadi merah pudar, karena indikator
fenolpthalein (PP) 1% apabila dicampurkan dengan larutan bersifat basa warnanya
berubah merah muda pudar, karena apabila basa kuat dalam air akan
menghasilkan ion Hidroksida (OH), oleh karena itu indikator fenolpthalein (PP)
26
1% ditambahkan dalam air kolam dan membentuk larutan yang bersifat basa.
Kemudian dititrasi dengan HCl warna berubah menjadi keruh, dan didapatkan
volume titrasi adalah 4.800.000 Mg/L dan pengulangan yang kedua didapatkan
3.200.000 Mg/L.
NaOH apabila dilarutkan dalam air sangat berpengaruh, karena apabila
kadar NaOH dilarutkan dalam air akan memebentuk basa kuat. Dan semuanya ini
sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.
Menurut standar yang telah ditetapkan oleh U.S Public Health Service
mengenai batas ppm NaOH dalam air adalah 200.000 ppm.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Volume titrasi untuk menentukan kadar CO2 dalam air keran pada
percobaan I = 1,9 ml dan pada percoban II = 1 ml. Volume titrasi untuk
menentukan kadar CO2 dalam air mineral pada percobaan I = 0,2 ml dan
pada percobaan II = 0,3 ml
2. Saat titrasi, dengan NaOH air keran dan air mineral warna berubah
menjadi warna merah muda
3. Kadar CO2 dalam air keran pada percobaan I = 33.440 ppm dan pada
percobaan II = 17.600 ppm, sedangkan pada air mineral kadar CO2 pada
percobaan I = 3.520 ppm dan pada percobaan II = 5.280 ppm. Jika kadar
CO2 dalam air lebih tinggi, maka air tersebut tidak baik untuk dikonsumsi
4. Volume titrasi HCl pada air garam pada percobaan I = 0,25 ml dan pada
percobaan II = 0,5 ml. Volume titrasi HCl pada air kolam pada percobaan
I = 0,6 ml dan pada percobaan II = 0,4 ml
5. Perubahan warna pada air garam setelah ditambahkan indikator
fenolpthalein (PP) 1% adalah warnanya menjadi merah muda, sedangkan
pada air kolam warnanya menjadi merah muda pudar
6. Setelah dititrasi sampel air garam dan air kolam warnanya menjadi keruh
7. Kadar NaOH pada air garam pada percobaan I = 2.000.000 Mg/L dan pada
percobaan II = 4.000.000 Mg/L, sedangkan pada air kolam pada percobaan
I = 4.800.000 Mg/L dan pada percobaan II = 3.200.000 Mg/L
8. Kadar CO2 pada air garam pada percobaan I = 2.200 Mg/L dan pada
percobaan II = 4.400 Mg/L, sedangkan pada air kolam pada percobaan I =
5.280 Mg/L dan pada percobaan II = 3.520 Mg/L
27
28
5.2 Saran
Pada percobaan analisa konsentrasi ini, juga didapatkan adanya metode
lain untuk pengujian konsentrasi, yaitu metode spektrofotometri yang dapat
digunakan untuk menganalisis analisa konsentrasi suatu zat di dalam lautan
berdasarkan absorbansi terhadap warna dari larutan pada panjang gelombang
tertentu.
BAB I
PENDAHULUAN
29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
30
31
b. Fraksi mol
Fraksi mol adalah perbandingan jumlah mol suatu zat dalam larutan
terhadap jumlah mol seluruh zat dalam larutan. Persamaannya adalah :
mol suatu zat
X = mol seluruh zat ...(2.2)
titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk
melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada
titrasi. Beberapa macam titrasi yang biasanya digunakan adalah sebagai berikut:
(Khopkar, 1990).
1. Titrasi Argentometri
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti
perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
(Underwood, 1992).
2. Cara Mohr
Pada metode ini, titrasi halida dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4.
Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir
titrasi, ion Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah
bata. Larutan harus bersifat netral atau sedikit basa, tetapi tidak boleh terlalu basa
sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu asam maka titik
akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada
konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna
harus lebih larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi.
Indikator tersebut biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan
titik akhir akhir terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar,
1990).
3. Cara Volhard
Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah
contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama
titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang
berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
37
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam
karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang
ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut
kemudian dititrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator.
(Khopkar, 1990).
4. Cara Fajans
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah
zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya
warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain
dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk
endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion
klorida. Dalam larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI H+ + FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda.
Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam
titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang
semula putih menjadi merah muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan
yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning
hijau hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990).
39
40
4.1 Hasil
4.1.1 Analisa Konsentrasi NaCl dan Air Laut
Tabel 4.1.1 Hasil Percobaan Analisa Konsentrasi NaCl dan Air Laut
NO Cara Kerja Hasil Pengamatan
1 10 ml air garam + 3 tetes 1. air garam berwarna bening berubah
indikator K2CrO4 menjadi warna kuning
2. Dititrasi dengan AgNO3. 1. Menghasilkan titrasi 4 ml
2. Terdapat endapan berwarna putih
41
42
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa Konsentrasi NaCl dan Air Laut
Pada percobaan analisa konsentrasi NaCl dalam air laut sampel yang
digunakan adalah garam. Hasil yang didapat saat sampel air garam ditetesi dengan
indikator K2CrO4 berubah warna menjadi kuning, Ini di karenakan K2CrO4
merupakan pereaksi spesifik yang memberikan warna khas untuk setiap kation-
kation. Reaksi spesifik adalah reaksi yang khas yang merupakan reaksi antara
bahan tertentu dengan pereaksi spesifik untuk bahan tersebut dan menghasilkan
perubahan warna. Kemudian sampel yang sudah ditetesi indikator K2CrO4 dititrasi
dengan AgNO3 dan menghasilkan endapan putih pada sampel air garam. Endapan
putih ini menandai bahwa titik akhir titrasi sudah tercapai. Banyaknya titran yang
digunakan pada sampel air garam sebanyak 4 ml dan dilakukan pengulangan
sebanyak 2 kali dan dihasilkan titran sebesar 1 ml dan 2,01 ml.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan pada pada percobaan analisa konsentrasi NaCl
dalam air laut adalah metode Mohr
2. Semakin banyak kadar NaCl didalam suatu sampel, maka semakin banyak
juga titran yang digunakan
3. Proses reaksi terbentuknya NaCl dari air laut
HCl + NaOH NaCl + H2O.(6.1)
5.2 Saran
Selain menggunakan metode Mohr dapat digunakan metode Volhard dan
metode Fajans untuk menganalisa NaCl dalam air laut.
43
BAB I
PENDAHULUAN
44
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
45
46
yang tipis. Didalamnya terdapat larutan KCl yang buffer pH 7. Elektroda pH yang
ujungnya merupakan perak khloride (AgCl) dihubungkan kedalam larutan
tersebut. Untuk meminimalisir pengaruh elektrolit yang tidak diinginkan, alat
tersebut dilindungi oleh suatu lapisan kertas pelindung yang biasanya terdapat di
bagian dalam elektroda gelas. Pada kebanyakan pH meter modern sudah
dilengkapi dengan thermistor temperature, yakni suatu alat untuk mengkoordinasi
pengaruh temperatur. Antara elektroda pemanding elektroda gelas sudah disusun
dalam suatu kesatuan (John, 1997).
Penggunaan alat maupun instrumen dalam melakukan pengukuran
sebaiknya dilakukan kalibrasi alat terlebih dahulu, salah satunya adalah pH meter.
Menurut Tahir (2008), kalibrasi alat harus diperhatikan sebelum dilakukan
pengukuran pada pH meter. Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai
yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukur atau nilai-nilai yang
diabadikan pada suatu bahan ukur dengan cara membandingkan dengan nilai
konvensional yang diwakili oleh standar ukur yang memiliki kemampuan telusur
ke standar nasional atau internasional. Larutan yang biasa digunakan untuk
kalibrasi pH meter adalah larutan buffer.
Kalibrasi terhadap pH meter dilakukan dengan larutan buffer standar dengan
pH 4.01, 7 dan 10.01 dan dengan metode satu titik, dua titik atau multi titik.
Metode satu titik dilakukan dengan menggunakan buffer standar sekitar pH yang
akan diukur, pH 4.01 untuk sistem asam, buffer standar 7.00 untuk sistem netral
dan buffer standar 10.01 untuk sistem basa. Metode dua titik dilakukan jika bahan
bersifat asam digunakan dua buffer standar berupa pH 4.01 dan 7.00. Jika bahan
bersifat basa, digunakan dua buffer standar berupa pH 7.00 dan 10.00. Selain
kalibrasi terdapat pH meter, juga terdapat kalibrasi temperatur berupa PT100
maupun termoccouple dapat menggunakan metode pembanding maupun simulasi
(Sulaiman, 2011).
Pengukuran dengan menggunakan pH meter dan pH universal menunjukkan
hasil yang berbeda, dikarenakan pH meter memiliki daya ukur yang lebih akurat
dan tepat dibandingkan dengan menggunakan pH universal. Hasil dari pH
universal yang berupa kisaran pH dalam bentuk warna sesaat setelah dicelupkan
47
ke dalam suatu larutan, warna yang terbentuk tersebut akan dicocokkan dengan
nilai pH yang yang terdapat pada warna universal. Sedangkan pH meter lebih
akurat dan presisi karena setelah elektroda dicelupkan pada larutan, nilai pH akan
ditransmisikan secara digital di layar dengan dua atau empat angka desimal. Alat
tersebut memiliki ketelitian yang baik karena memiliki sensitivitas 0.01 pH
(Matiin 2012).
Salah satu aplikasi dalam penggunaan pH meter yakni mengukur kadar
keasaman atau kebasaan suatu air tanah yang dikembangkan saat ini. Selain itu,
alat-alat instrumentasi yang digunakan pada pabrik pembuatan kertas atau pulp
adalah dengan menggunakan pH meter yang berfungsi untuk mendeteksi
keasaman dan kebasaan pada buburan kertas agar dapat menghasilkan kertas atau
pulp yang kualitas baik. Instrumen pH meter merupakan suatu peralatan yang
terdiri dari sensor sebagai pendeteksi keasaman dan kebasaan, di mana data yang
diperoleh dari pendeteksian oleh sensor tersebut akan ditampilkan ke transmiter,
selanjutnya transmiter mengirim data tersebut ke ruang DCS (Distribution Control
System), sehingga data tersebut dapat dibaca oleh operator pada ruang control
(Hartas 2008).
2.2 pH
pH keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia
didefenisikan sebagai kalogaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut.
Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan international.
Konsep pH pertama kali dikenalkan oleh kimiawan Denmark Soren Peder
Lauritz Serensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna
singkatan P pada pH. Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari
singkatan untuk Powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa jerman
Potenz (yang juga berarti pangkat) dan ada pula yang merujuk pada kata potential.
48
Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang
beragumen bahwa pmadalah sebuah ketetapan yang berarti logaritma negatif.
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25C ditetapkan sebagai
7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam dan larutan
dengan pH lebih dari pada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran
pH sangatlah penting dalam bidang terkait dengan kehidupan atau industri
pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan,
rekaya (keteknikan) dan oseanografi. Tentu saja kadang-kadang sains dan
teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah.
pH didefenisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam
larutan pelarut air. pH merupakan kuantitas tak berdiamensi.
Defenisi operasional pH secara resmi didefenisikan oleh standar
international ISD 31-8 sebagai berikut : untuk suatu larutan x pertama ukur gaya
elektromotif ex :Sel Galvani yang berbeda hanya pada penggantian larutan x yang
pH-nya tidak diketahui dengan larutan s yang pH-nya (standar) diketahui pH (s).
Perbedaan antara pH larutan x dengan pH larutan standar bergantung hanya
pada perbedaan dua potensial yang terukur. Sehingga, pH didapatkan dari
pengukuran potensial dengan elektroda yang dikalibrasikan terhadap satu atau
lebih pH standar. Suatu ph meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran untuk
suatu larutan standar adalah sama dengan nilai pH(s). nilai pH(s) untuk berbagai
larutan standar S diberikan oleh rekomendasi IUPAC. Larutan standar yang
digunakan seringkali merupakan larutan penyangga standar. Dalam prakteknya
adalah lebih baik untuk menggunakan dua atau lebih larutan penyangga standar
untuk mengizinkan adanya penyimpangan kecil dari hukum Nerst Ideal pada
elektroda sebenarnya.pengukuran nilai ph yang sangat rendah, misalnya pada air
tambang yang sangat asam, memerlukan prosedur khusus. Kalibrasi elektroda
pada kasus ini dapat digunakan menggunakan larutan standar asam sulfat pekat
yang nilai pH-nya dihitung menggunakan parameter Pitzer untuk menghitung
koefisien aktivitas (Merry, 2012).
49
video yang diperlihatkan sinar tampak atau untuk spektro visible, tapi untuk UV
pun kerjanya sama, hanya saja tidak akan terlihat oleh mata kita.
Hal ketiga adalah tempat sampel atau kuvet, pada praktikum tempat meletakan
kuvet ada dua karena alat yang dipakai tipe double beam, disanalah kita
menyimpan sample dan yang satu lagi untuk blanko.
Keempat adalah detektor atau pembaca cahaya yang diteruskan oleh sampel,
disini terjadi pengubahan data sinar menjadi angka yang akan ditampilkan pada
reader (komputer). Komponen lain yang nampak penting adalah cermin-cermin
dan tentunya slit (celah kecil) untuk membuat sinar terfokus dan tidak membaur
tentunya, jadi satu hal penting dalam pekerjaan dengan spektrofotometer Uv-Vis
adalah harus dihindari adanya cahaya yang masuk ke dalam alat, biasanya pada
saat menutup tenpat kuvet, karena bila ada cahaya lain otomatis jumlah cahaya
yang diukur menjadi bertambah.
tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan
penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu
materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah
(eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi.
Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan
elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron
ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya
inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu
molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron
terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.
Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi
suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel
disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya
mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan
sebagian lagi akan diteruskan.
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang
mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang
dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya
setelah melewati materi (sampel). Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi
(A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T)(Hart
dkk,2003).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
54
55
4.1 Hasil
Tabel 5.1.1 Hasil Percobaan pH meter
NO Sampel pH Keterangan
1 Air gula 8,6 Basa
2 Air garam 7,7 Basa
3 Air parit 8,7 Basa
4 Sari jeruk 5,5 Asam
5 Air bawang 6,5 Asam
4.2 Pembahasan
Pada percobaan pertama yaitu pengukuran pH pada air gula, air garam, air
parit, sari jeruk, dan air bawang. Pada sampel sari jeruk yang menyebabkan sari
jeruk asam karena sari jeruk banyak mengandung asam di antaranya: asam sitrat,
asam malat dan asam oksalat. Tetapi sangat banyak terkandung dalam jeruk
adalah asam sitrat dengan kandungannya 78%, dengan rumus empirisnya C6H8O7.
Pada air bawang dikatakan asam karena dalam bawang mengandung asam
diantaranya asam amino, asam ferulic dan asam folat. Jenis asam yang paling
banyak pada bawang adalah asam folat dengan jumlah kandungan 68% dengan
rumus empirisnya C19H19N7O6.
56
57
Pada sampel yang bersifat basa yaitu air gula, air garam dan air parit. Pada
sampel air gula yang menyebabkan air gula basa karena air gula mengandung
sukrosa, glukosa dan fruktosa. Kandungan paling dominan pada gula adalah
sukrosa dengan jumlah kandungan 75% dengan rumus empirisnya C12O12O11.
Pada sampel air garam di katakan basa, karena dalam air garam mengandung ion
hidroksida dengan jumlah kandungan 90%, Air parit dikatakan basa karena di
dalam air parit mengandung anorganik seperti senyawa karbonat, bikarbonat dan
hidroksida. Kandungan paling dominan pada air parit adalah hidroksida dengan
kandungan 72%.
0.17
0.169
0.168
0.166
Absorbansi (A)
0.165
0.164 0.164
0.162
Absorbansi
0.16
0.158
0.157
0.156 0.156
0.154
0 200 400 600 800
Konsentrasi (ppm)
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapat dari percobaan berikut:
1. Semakin besar nilai konsentrasi maka semakin besar nilai absorbansinya
yang di dapat.
2. Nilai absorbansi dan transmitasi berbanding terbalik apabila
konsentrasinya bebas maka transmitasi kecil dan sebaliknya.
3. Air bawang dan sari jeruk bersifat asam karena mengandung senyawa
asam di dalam kedua sampel tersebut.
4. Air garam, air gula dan air parit bersifat basa tetapi bukan basa kuat.
5.2 Saran
Untuk menentukan larutan asam dan basa selain menggunakan pH meter
dapat juga menggunakan kertas lakmus. Kemudian pada percobaan
spektrofotometer bisa juga dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan lain.
58
BAB I
PENDAHULUAN
59
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
60
61
3. Metyl Jingga
Pada suasana asam akan berubah warna menjadi warna merah, sedangkan
pada basa akan berubah warna menjadi kuning, metyl jingga memiliki
trayek pH 3,2 sampai 4,4.
4. Metyl Ungu
Pada suasana asam tidak berubah warna dan pada suasana basa akan
berubah warna menjadi hijau, memiliki trayek pH 4,8 sampai 5,8
5. Bromkresol Ungu
Pada asam berubah warna menjadi kuning, dan pada basa tidak berubah
warna. Memiliki trayek pH 5,2 sampai 6,8.
6. Fenolftalein
Tidak berubah pada senyawa asam, pada basa berwarna merah muda dan
pada netral tidak berwarna. Memiliki trayek pH 8,2 sampai 10,0.
7. Kuning Alizarin
Pada suasana asam akan berubah warna menjadi kuning dan berwarna
merah pada suasana basa, trayek pH 10,1 sampai 12,0
Suatu larutan yang di tetesi larutan indikator akan menghasilkan warna
tertentu. Selanjutnya warna ini di cocokkan dengan tabel warna yang
menunjukkan harga pH (Hadyana, 1989)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
64
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Hasil percobaan indikator asam basa
Larutan Lakmus Merah Lakmus Biru
1. Air Merah Biru
2. HCl 0,1 M Merah Merah
3. NaOH 0,1 M Biru Biru
4. CH3COOH 0,1 M Merah Biru
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan di atas terlihat bahwa air jika dicelupkan lakmus
merah dan biru tidak mengalami perubahan warna, sama halnya dengan air yang
di tetesi dengan beberapa indikator seperti larutan PP, metyl blue, dan metyl
orange juga tidak mengalami perubahan warna. Ini menunjukkan bahwa air adalah
larutan yang netral dengan pH nya 7. Sehingga jika di uji dengan kertas lakmus
dan indikator lainnya tidak mengalami perubahan warna.
Pada larutan HCl dan CH3COOH ketika di celupkan kertas lakmus merah
menghasilkan warna merah juga. Sedangkan jika di celupkan kertas lakmus biru
maka akan berubah menjadi merah. Pada HCl akan tetap berwarna biru hal ini
menandakan bahwa larutan HCl dan CH3COOH merupakan larutan yang bersifat
asam.
65
66
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kertas lakmus merah jika dicelupkan ke dalam larutan asam (pH<7) akan
tetap berwarna merah, sedangkan di dalam larutan basa (pH>7) akan
menjadi warna biru.
2. Kertas lakmus biru jika dicelupkan ke dalam larutan asam akan menjadi
warna merah, sedangkan pada larutan basa akan tetap berwarna biru.
3. Indikator PP akan bersifat netral di dalam larutan asam, dan akan berwrna
merah di dalam larutan basa.
4. Indikator metyl blue jika dimasukkan ke dalam larutan basa akan tetap
berwarna biru.
5. Indikator metyl orange akan tetap berwarna orange di dalam larutan basa,
dan berwarna merah atau orange kemerahan dalam larutan asam.
5.2 Saran
Sebaiknya waktu masuk dan keluar jam praktikum tepat waktu agar tidak
mengganggu jam mata kuliah berikutnya.
67
BAB I
PENDAHULUAN
68
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
69
70
1. Sistem Terbuka
Sistem terbuka adalah suatu sistem yang menyakinkan terjadi perpindahan
energy zat (materi) antara lingkungan dengan system. Pertukaran materi
artinya ada haisl reaksi yang dapat meninggalkan system (wadah reaksi),
misalnya gas, atau ada sesuatu dari lingkunagn yang padat yang dapat
memasuki system.
2. Sistem Tertutup
Suatu system yang antar system dan lingkungan dapat terjadi perpindahan
energy, tetapi tidak dapat pertukaran materi disebut system tertutup.
3. Sistem Terisolasi
Sistem terisolasi merupakan system yang tidak memungkinkan terjadinya
perpindahan energy dan materi antara system dengan lingkungan.
Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja (w) atau menghasilkan
panas (kalor =q). Pertukaran energy antara system dan lingkungan dapat berupa
kalor (q) atau bentuk energy lainnya yang secara kolektif kita sebut kerja (w).
Energi yang dipindahkan dalam bentuk kerja atau dalam bentuk kalor yang
mempengaruhi jumlah total energy yang terdapat dalam system tersebut energy
dalam (internal energy). Kerja adalah suatu bentuk pertukaran energy antara
system dan lingkungan di luar kalor. Salah satu bentuk kerja tekanan, volume,
yaitu kerja yang berkaitan dengan pertambahan atau pengukuran volume system
tersebut (Kalskarboni, 2010).
Dimana :
P = entalpi produk
Reaksi pada tekanan tetap : qp = H ( perubahan enralpi)
Reaksi pada volume tetap : qw = E ( perubahan energy dalam)
Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau
pelepasan kalor dinyatakan dengan Perubahan Enthalpi (H). Harga entalpi zat
sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi H dapat ditentukan dengan
cara ,mengukur jumlah kalor yang diserap system. Misalnya pada perubahan es
menjadi air, yaitu 89 kalori / gram. Pada perubahan es menjadi air, H pada
keadaan positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari pada
entalpi es. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi, besarnya
perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antar entalpi hasil reaksi dan
jumlah entalpi pereaksi.
Entalpi (H) suatu zat ditentukan oleh jumlah energy dan semua bentuk
energy yang dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat diukur. Perubahan kalor atau
entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor yang
dinyatakan dengan Perubahan entalpi (H). Berarti termokimia meruaka bagian
dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan entalpi yang menyertai suatu proses
reaksi. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi.
Entalpi dapat dibagi 8 macam pembagiannya, yaitu :
1. Entalpi pembentukan standar (H0f)
2. Entalpi penguraian standar (H0d)
3. Entalpi pembakaran standar (H0c)
4. Entalpi Pelarutan standar (H0s)
5. Entalpi netralisasi standar
6. Entalpi penguapan standar
7. Entalpi peleburan standar
8. Entalpi sublimasi standar
9. Entalpi Pembakaran standar
10. Entalpi Penetralan standar (Michael, 2006).
73
3.1.2 Bahan
1. HCl 1M 4 ml
2. H2SO4 pekat 1 ml
3. Logam Zn secukupnya
4. NH4Cl 2 gram
5. Air suling 4 ml
74
75
Biarkan selama 5 menit dan catat suhu dari masing-masing larutan diatas
dan tabung mana yang suhunya lebih tinggi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Data Pengamatan Reaksi Penguraian
Tabel 4.2 Hasil Data Pengamatan Reaksi Ruangan Tertutup dan Terbuka
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini tabung pertama dan tabung kedua sama-sama diisi air
suling. Kemudian diukur suhu dengan menggunakan thermometer. Dan suhu awal
pada air suling tersebut adalah 180C, kemudian setelah air suling diukur dengan
thermometer, lalu dimasukkan 2 gram NH4Cl pada tabung pertama dan ditunggu
atau dibiarkan selama 5 menit. Setelah dibiarkan thermometer tercelup dalam
tabung selama 5 menit, didapatlah suhu akhirnya yaitu 240C. Jadi percobaan
pertama ini terjadinya reaksi eksoterm, reaksi diamana adanya perpindahan kalor
dari system ke lingkungan.
Reaksi yang terjadi pada percobaan tabung pertama adalah :
NH4Cl + H2O NH4OH + HCl
76
77
5.2 Saran
Pada prcobaan termokimia ini kita diharapkan hasus sangat teliti, karena
pada percobaan ini kita harus melihat mana reaksi yang mengalami eksoterm dan
78
79
endoterm. Kemudian pada saat melihat thermometer kita harus melihat dengan
benar, berapa hasil yang kita dapatkan pada tabung reaksi yang telah kita
masukkan larutan, agar nanti kita dapat mengetahui pada tabung yang mana yang
mengalami reaksi eksoterm dan endoterm.