Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

“PERTEMUAN VI : ANALIS MERKURI PADA SEDIAAN KOSMETIKA ”

Nama Mahasiswa:

1. Angela Merici Bhala (191148201067)


2. Armiel Jerry Manggribeth (191148201068)
3. Atika Cristina (191148201069)
4. Ayu Christine Erika (191148201070)

DosenPembimbing:

Nurillah Febria Leswana, M.Sc.

LABORATORIUM KIMIA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

TAHUN 2022
1. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan analisis logam merkuri secara kualitatif pada ediaan
krim pemutih yang ada dipasaran.
2. Tinjauan Pustaka
Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan,
dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasuk-kan dalam, dipergunakan
pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan,
memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk
golongan obat (Permenkes 220/1976).
Kosmetik pada umumnya digunakan untuk tubuh manusia dengan tujuan sebagai
pembersih, kecantikan, meningkatkan daya tarik atau mengubah penampilan tanpa
mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani)
yang berarti berhias. Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad
ke 19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga
untuk kesehatan. Kosmetika sejak dulu dikenal sebagai penunjang penampilan agar
tampak lebih menarik. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
beragam kosmetik muncul di pasaran. Namun tidak semua kosmetika itu memenuhi
aturan farmasetika yaitu aman, berkhasiat, dan berkualitas (Fithriani, 2013).
Dalam kosmetik krim biasa digunakan merkuri anorganik, yaitu ammoniated
mercury, merkuri juga dapat ditemukan pada kosmetik yang lain, misalnya pada produk
pembersih make up mata dan maskara. Ammoniated mercury 1-10% digunakan
sebagai bahan pemutih kulit dalam sediaan krim karena memiliki efek pemucat warna
kulit. Daya pemutih pada kulit sangat kuat. Karena toksisitasnya terhadap organ-organ
ginjal, saraf dan otak sangat kuat maka pemakaiannya dilarang dalam sediaan kosmetik
(WHO, 2011).
Kosmetika menjadi salah satu bagian yang sulit dipisahkan dengan manusia
terutama wanita. Meningkatnya pendapatan seseorang akan meningkatkan kepedulian
seseorang terhadap penampilannya. Penampilan yang mayoritas disukai oleh wanita
adalah kulit yang mulus dan bersih bahkan sebagian besar menyukai kulitnya
menjadi lebih putih. Oleh karena itu banyak produk kosmetika yang beredar,
menjanjikan kulit lebih cerah dan putih, bahkan Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) sering mengadakan razia dan penarikan terhadap kosmetika ilegal yang
beredar di masyarakat yang ternyata mengandung raksa/mercury (Hg).
Peraturan Menteri Kesehatan No.445/ Menkes/Per/V/1998 menginstruksikan untuk
melarang penggunaan merkuri pada kosmetika dengan bentuk sediaan krim pemutih,
beda kompak, sabun, pearl cream. Akan tetapi peraturan ini tidak didukung
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang hanya melarang penggunaan merkuri
pada krim pemutih kulit (SNI 16-4954-1998), sedangkan pada kosmetika lain tidak
diatur mengenai pelarangan penggunaan merkuri
Saat ini berbagai jenis kosmetika beredar di pasaran dan digunakan di kehidupan
sehari-hari. Secara kimiawi suatu kosmetika terdiri dari suatu bahan aktif yang di
sesuaikan dengan kegunaannya. Logam berat masih termasuk golongan logam dengan
kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak pada
pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk kedalam tubuh
organisme hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-
efek khusus pada mahluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat
menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup ( Palar , 2012).
Salah satu logam berat yang terdapat pada kosmetik adalah merkuri (Hg). Merkuri
pada kosmetika yang sudah umum digunakan ialah merkuri klorida, dan merkuri amido
klorida. Mekanisme kerja senyawa merkuri dalam memutihkan kulit berbeda-beda
tergantung dari jenis senyawanya. Merkuri klorida di dalam kulit akan melepaskan asam
klorida yang menyebabkan terjadinya pengelupasan kulit lapisan epidermis, sedangkan
senyawa merkuri amido klorida memiliki aktivitas menghambat kerja enzim tirosinase
yang berperan dalam proses pembentukan melanin. Melanin adalah pigmen coklat tua
yang dihasilkan oleh melanosit dan disimpan dalam sel-sel epidermis kulit (Andrew &
Domonkos 1983).
Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta mudah
menguap pada suhu ruangan. Hg akan memadat pada tekanan 7.640 Atm. Merkuri (Hg)
dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap basa. Hg memiliki
nomor atom 80, berat atom 200,59 g/mol, titik lebur -38,9° C, dan titik didih 356,6° C
(Wahyu Widowati,dkk,2008;127).
Sebagai unsur, merkuri (Hg) berbentuk cair keperakan pada suhu kamar. Merkuri
membentuk berbagai persenyawaan baik anorganik seperti oksida, klorida, dan nitrat)
maupun organik. Merkuri dapat menjadi senyawa anorganik melalui oksidasi dan
kembali menjadi unsur merkuri (Hg) melalui reduksi. Merkuri anorganik menjadi
merkuri organik melalui kerja bakteri anaerobic tertentu dan senyawa ini secara lambat
berdegredasi menjadi merkuri anorganik. Ada tiga bentuk merkuri yang toksik terhadap
manusia ialah merkuri elemen (merkuri murni), bentuk garam inorganic Hg dapat
berbentuk merkuri (Hg2+) dan berbentuk merkuro (Hg+ ), dimana bentuk garam merkuri
lebih toksik dari pada merkuro (Darmono,2001;148).

3. Alat & Bahan


a) Alat
Peralatan yang digunakan antara lain : penangas air, labu ukur,
erlenmeyer, gelas beaker, tabung reaksi, labu ukur, pipet, corong, batang pengaduk,
kertas whatman no 41, aluminium foil, timbangan analitik.
b) Bahan
Semua bahan kimia yang digunakan, antara lain : standar merkuri, asam
klorida, aam nitrit, larutan Ki 0,5 N, spiritus. Dan larutan sampel yang digunakan
sampel kosmetik.

4. Prosedur kerja
a) Pembuatan larutan uji
Ditimbang sebanyak 0,5 g sampel, ditambahkan aquadest sebanyak 25 ml,
tambahkan campuran 10 ml larutan asam klorida dan asam nitrit ke dalam cawan
porselin, dan uapkan sampai hampir kering, pada sisa penguapan tambahkan
aquadest sebnayak 10 ml, panaskan selama 5 menit, kemudian didinginkan.
b) Analisis kualitatif merkuri
Diambil 1 ml larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 1-2 tetes KI 0,5 N, amati perubahan warna dan dibandingkan dengan
standar merkuri.

5. Hasil pengamatan
No Gambar Perlakuan

1 5 sampel krim kosmetik dari setiap


kelompok.
2 Hasil Penimbangan sampel kelompok
1,2,3,4,5 sebanyak 0,5 gram

2 Sampel yang telah ditambahkan asam


nitrat dan asam klorida.

3 Sampel dipanaskan hingga mendidih .

4 Setelah kering, ditambahkan aquadest 2,5


ml, dan panaskan kembali 5 menit.

5 Sampel yang telah didinginkan dan


ditambahkan 1-2 tetes KI 0,5 N

6 Hasil dari semua sampel yang telah di


teteskan KI 0,5 N, Terjadi perubahan
warna menjadi warna orange pada sampel
1, 2, 4, dan 5. Yang artinya pada sampel
tersebut mengandung merkuri, sedangkan
sampel 3 tidak menjadi warna orange
melainkan warna kuning artinya negative.

6. Pembahasan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MENKES/PER/V/1998 tentang
bahan, zat warna, subtrat, zat pengawet dan tabir surya pada kosmetik, dalam kadar yang
sedikitpun merkuri bersifat racun. Mulai dari perubahan warna kulit, bintik-bintik hitam,
alergi, iritasi, serta pada pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen
otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin. Bahkan paparan jangka pendek dalam
dosis tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan paru-paru serta
menyebabkan zat karsinogenik (BPOM RI, 2007).
Merkuri termasuk logam berat berbahaya yang dalam konsentrasi kecil dapat
bersifat racun. Logam berat apabila terakumulasi di dalam tubuh organisme dapat
menghambat kerja enzim sehingga proses metabolisme terganggu, bahkan jadi pemicu
dan penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia (Vouk,
1986). Pemakaian merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal,
mulai dari alergi, iritasi, perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian. Efek dari pemakaian merkuri ini dimulai dengan
munculnya bintik-bintik hitam pada kulit dan akhirnya mengakibatkan alergi serta
iritasi kulit (BPOM, 2008).
Pada praktikum ini melakukan analisis merkuri pada kosmetik, tujuanya agar
mahasiswa dapat melakukan analisis logam merkuri secara kualitatif pada sediaan krim
pemutih yang beredar dipasaran.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kualitatif dengan cara, sampel yang sudah di
peroleh ditimbang sebanyak 0,5 g, sampel ditaruh dicawan porselin ditambahkan
aquadest 2,5 ml, dicampurkan asam klorida dan asam nitrat diuapkan. Kemudian di
panaskan selama 5 menit, setelah kering ditambah aquadest 2,5 ml dan panaskan kembali
5 menit. Jika telah dingin diteteskan KI 0,5 N 1- 2 tetes, dan terjadi perubahan warna
pada sampel 1, 2, 4, dan 5.
Analisis kualitatif untuk mengetahui adanya logam pada larutan sampel ditandai
dengan terbentuk endapan merah orange sebagai hasil reaksi dari KI 0,5 N dengan logam
dalam larutan sampel (Parengkun, 2013). Sampel yang mengandung merkuri jika
direaksikan dengan 2 (dua) tetes KI akan membentuk endapan berwarna merah orange.
Hasil tersebut selaras dengan penelitian Parengkun (2013), yang meneliti sampel krim
pemutih di kota Manado secara kualitatif menggunakan pereaksi KI 0,5 N. Logam yang
mengandung merkuri akan membentuk endapan merah orange jika direaksikan denga 1-2
tetes pereaksi (Ari et al. 2017).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan teori Vogel (1990), yang
menyatakan bahwa endapan merah orange akan terbentuk pada sampel yang
mengandung logam merkuri saat direaksikan dengan KI, dan endapan tersebut akan
menghilang dengan penambahan KI berlebih. Dari 5 sampel yang diteliti, dengan uji
kualitatif, terdapat 4 sampel yang membentuk endapan merah orange yang menandakan
bahwa sampel tersebut mengandung merkuri, sedangkan 1 sampel tidak terdapat endapan
merah orange menandakan bahwa sampel tersebut tidak mengandung merkuri.
 Reaksi yang terjadi antara merkuri dan KI yaitu : Hg2 + + 21-
(Rahman, 2019)
 Reaksi merkuri jika ditambahkan KI berlebih yaitu : Hgl2 + 21- -
(Rahman, 2019).
Cara uji merkuri yang disebutkan hanya cara uji secara kualitatif dengan metode
uji yang telah divalidasi, dengan demikian tidak ada metode yang valid dan seragam
yang digunakan oleh analis untuk mengklaim bahwa kosmetik tertentu positif
mengandung merkuri dengan konsentrasi yang diketahui nilainya, karena serendah
apapun konsentrasi merkuri dalam kosmetik tidak diperbolehkan.
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM), kebanyakan produk kosmetik pemutih yang beredar lebih banyak mengandung
hidrokuinon dan merkuri Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan nomor KH.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis
Bahan Kosmetika Hidrokuinon telah dilarang digunakan sebagai pemutih dalam
kosmetik. Hidrokuinon hanya digunakan sebagai kosmetik untuk kuku artifisial dengan
kadar 0,02% (BPOM, 2011).
7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Hasil
dari semua sampel yang telah di teteskan KI 0,5 N, Terjadi perubahan warna menjadi
warna orange pada sampel 1, 2, 4, dan 5. Yang artinya pada sampel tersebut mengandung
merkuri, sedangkan sampel 3 tidak menjadi warna orange melainkan warna kuning
artinya negative.
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur atau senyawa
kimia, baik organik maupun anorganik. Dalam hal ini analisis kualitatif yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui keberadaan senyawa merkuri pada krim pemutih. Pengujian
awal yaitu dilakukan analisis kualitatif dengan jumlah 5 sampel yang tidak memiliki izin
edar BPOM.
DAFTAR PUSTAKA

Andrew, G. C, and Domonkos, A. N., 1983, Disease Of The Skin : For Practioner and
Student. Philadelpia: W. B. Saunders Company.

Badan POM RI, 2007, Public Warning/Peringatan Tentang Kosmetik Mengandung Bahan
Berbahaya dan Zat Warna yang Dilarang. . Jakarta : BPOM

Badan POM RI, 2008, Bahan Berbahaya Dalam Kosmetik, [terhubung berkala],
http://BPOM.org/index2.php?option=com_content&do=1&id=56, [1 Maret 2012]

Badan POM RI, 2011, Mewaspadai Asam Retinoat dalam Kosmetik. . Jakarta : BPOM

Fithriani Armin, Zulharmita, Dinda Rama Firda. 2013. Identifikasi dan penetapan kadar
merkuri (Hg) dalam krim pemutih kosmetika herbal menggunakan spektrofotometri
serapan atom (SSA). Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 220/Men.Kes/Per/IX/76 tentang Produksi dan Peredaran


Kosmetika dan Alat Kesehatan Menteri Kesehatan RI, (2002).

Palar, Heryando (2012) Pencemaran dan Toksiologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta

Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Setiono dan Pudjaatmaka,
A.H. Jakarta: PT Kalman Medika Pusaka.

Widowati, Wahyu, dkk. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta: ANDI. Darmono, 2001.
Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa
Logam. Penerbit Universitas Indonesia. p. 140-148.

Anda mungkin juga menyukai