Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OBAT TRADISIONAL

PENETAPAN KADAR AIR DAN PENETAPAN SUSUT


PENGERINGAN

Oleh :
Della Rahayu (191148201077)
Desti Natalia Lantika T (191148201079)
Katharina Kening Weking (191148201080)
Eunike Tasya Febrianti (191148201081)
Febyola Sascia A. K (191148201082)
Fredy Rinaldi (191148201083)
Grestianti Putri Yahuda (191148201084)
Kelompok 3 (A)

Dosen Pembimbing :
apt. Susana Linden, M.Herb., M.Pharm

LABORATORIUM OBAT TRADISIONAL


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Penetapan Kadar Air Dan Penetapan Susut Pengeringan

Kelompok 3 (A) / 3 Farmasi


No Nama Mahasiswa/i NIM Tanda Tangan

1 Della Rahayu 191148201077

2 Desti Natalia Lantika T 191148201079

3 Katharina Kening Weking 191148201080

4 Eunike Tasya Febrianti 191148201081

5 Febyola Sascia A. K 191148201082

6 Fredy Rinaldi 191148201083

7 Grestianti Putri Yahuda 191148201084

Tanggal Terima Laporan :


Hari : Senin
Tanggal : 20 Juni 2022

Mengetahui :

Dosen Pembimbing

apt. Susana Linden, M.Herb., M.Pharm


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
TUJUAN.......................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................1
ALAT............................................................................................................................2
BAHAN........................................................................................................................3
PROSEDUR KERJA....................................................................................................3
HASIL PENGAMATAN..............................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................11
KESIMPULAN...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa memahami serangkaian parameter
non spesifik pengujian test yang perlu dilakukan terhadap herbal untuk menjamin
kualitas mutu sediaan farmasi bahan alam.

TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air merupakan hasil dari pengukuran jumlah total air yang terkandung
dalam suatu bahan pangan. Termasuk simplisia tanpa memperhatikan kondisi atau
derajat keterikatan air. Penentuan kadar air ini merupakan parameter non spesifik
dari proses standarisasi suatu simplisia, dengan tujuan untuk memberikan batasan
maksimal atau rentang besarnya kandungan air dalam bahan. Kandungan air dalam
suatu bahan yaitu simplisia dapat menjadi faktor penentu kualitas dari simplisia itu
sendiri, terutama kestabilannya selama penyimpanan (Winarno, 1997).
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam suatu persen. Kadar air juga merupakan karateristik yang sangat
penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi tekstur, serta ikut
menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air menyebabkan
mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi
perubahan pada bahan pangan (Haryanto, 1992).
Penentuan kadar air dapat ditentukan dengan berbagai cara yaitu dengan
metode thermogravimetri, thermovolumetri, dan metode khemis. Salah satu metode
yang sering digunakan adalah metode destilasi atau thermovolumetri. Metode ini
dilakukan dengan menguapkan air dari dalam bahan dengan menggunakan suatu
pembawa atau pelarut cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada
air dan tidak dapat bercampur dengan air serta memiliki BJ yang lebih rendah
(Winarno, 1997). Penentuan kadar air untuk berbagai bahan atau simplisia berbeda-
beda metodenya tergantung pada sifat bahan, misalnya :
1. Untuk bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula tinggi, berminyak dan lain-
lain. Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan oven vakum
dengan suhu rendah.
2. Untuk bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan megandung senyawa volatil
(mudah menguap) penentuan kadar air dilakukan dengan cara destilasi dengan

1
pelarut tertentu yang berat jenisnya lebih rendah dari pada berat jenis air. Untuk
bahan cair yang berkadar gula tinggi, penentuan kadar air dapat dilakukan
dengan menggunakan reflaktometer (Winarno, 1997).
Metode destilasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menetapkan
kadar air suatu bahan pangan yang mudah menguap, memiliki kandungan air tinggi,
dan bahan yang mudah teroksidasi. Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang
memiliki ciri-ciri diatas agar pengeringan yang dilakukan tidak menghilangkan kadar
air seluruhnya (Gunther, 1987).
Susut pengeringan merupakan kadar bagian yang menguap dari suatu zat.
Kecualidinyatakan lain, sebanyak 1 g sampai 2 g zat ditetapkan pada temperatur
105°C selama 30 menit atau sampai bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol
dibiarkan mendingin dalam keadaan tertutup di dalam eksikator hingga suhu kamar.
Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada
suhu antara 5°C dan 10°C dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam,
kemudian pada suhu penetapan selama waktuyang ditentukan atau hingga bobot
tetap (Depkes RI, 1989). Tujuan dari susut pengeringan adalah untuk memberikan
batas maksimal (rentang) besarnya senyawa yang hilang selama proses pengeringan.
Nilai atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi
(Agoes, 2007).
Rendemen ekstrak merupakan perbandingan antara jumlah ekstrak yang
diperoleh dengan simplisia awal yang digunakan. Rendemen ekstrak dapat
digunakan sebagai parameter standar mutu ekstrak (Depkes RI, 2000:11).

ALAT
1. Oven
2. Cawan penguap
3. Timbangan analitik
4. 1 set alat destilasi azetrop : labu dasar bulat, heating mantle, alat dean stark,
kondensor ball, sirkulator, thermometer.
5. Corong pisah
6. Gelas ukur
7. Waterbath

2
BAHAN
1. Simplisia / ekstrak kopi
2. Toluen jenuh air
3. Alcohol 98%
4. Aquadest

PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Toluene Jenuh Air
1) Siapkan 200 mL toluene dan 2 mL air, kemudian dimasukkan ke dalam
corong pisah.
2) Pengocokan dilakukan selama 5 menit hingga toluene jenuh air.
3) Kemudian dipisahkan antara toluene dan air.
B. Penetapan Kadar Air
1) Sejumlah bahan simplisia dengan berat sekitar 10 sampai 15 gram ditimbang
dan dimasukkan ke dalam labu destilasi yang kering
2) Tambahkan 4 buah batu didih.
3) Sejumlah 200 mL toluene jenuh air dimasukkan ke dalam labu, lalu pasang
rangkaian alat destilasi dengan baik dan benar.
4) Toluene jenuh air dimasukkan ke dalam labu penerima melalui pendingin
sampai leher alat penampung.
5) Labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit (Refluks dan alirkan air
pendingin kondensor).
6) Setelah toluene mulai mendidih, atur penyulingan dengan kecepatan lebih
kurang 2 - 3 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian
naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik.
7) Hentikan percobaan jika tidak ada lagi penambahan volume air pada tabung
penampung berskala.
8) Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluene
jenuh air, dibersihkan dengan sikat tabung yang disambung pada sebuah
kawat tembaga dan telah dibasahi dengan toluene jenuh air. Lanjutkan
penyulingan selama 5 menit.

3
9) Dinginkan tabung penerima hingga suhu ruangan. Jika ada tetesan air yang
melekat, gosok tabung pendingin dan tabung penerima dengan karet yang
diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan dibasahi dengan toluene jenuh air
hingga tetesan air turun.
10) Harus dilakukan pembilasan saat pengukuran, agar air yang menempel pada
kondensor turun semua ke alat dean stark.
11) Baca volume air setelah air dan toluen memisah sempurna.
12) Ukur suhu air dan sesuaikan dengan BJ nya.
13) Kadar air dihitung dalam % b/b
C. Penetapan Susut Pengeringan
1) Sejumlah simplisia sebanyak 2 gram ditimbang dengan seksama.
2) Keringkan simplisia pada suhu 105°C hingga 30 menit atau sampai bobotnya
tetap.
3) Timbang kembali simplisia setelah dikeringkan.
4) Dihitung kadar susut pengeringan dalam b/b terhadap bahan yang telah
dikeringkan.
D. Penetapan Bobot Jenis
1) Digunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dan bobot air.
2) Ekstrak cair dimasukkan ke dalam piknometer.
3) Penetapan bobot ekstrak cair didapat dengan mengurangi bobot piknometer
kosong dari bobot piknometer yang telah diisi dengan ekstrak cair.
4) Perhitungan bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan
membagi bobot ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu
25°C.
E. Pemekatan Ekstrak (% Rendemen)
1) Digunakan cawan penguap yang bersih, lalu ditimbang berat cawan kosong.
2) Dimasukkan 5 mL ekstrak ke dalam cawan penguap
3) Diuapkan cawan penguap berisi ekstrak pada alat waterbath sampai ekstrak
menjadi kering.
4) Timbang kembali cawan beserta ekstrak yang sudah kering.
5) Lakukan perhitungan % rendemennya.

4
HASIL PENGAMATAN
A. Pembuatan Toluene Jenuh Air

200 mL Toluene + 2 mL air Proses pengocokan selama 5 menit,


dalam corong pisah. dan pengeluaran gas.

Toluene setelah dipisahkan Air setelah dipisahkan dari toluene.


dari air.

5
B. Penetapan Kadar Air

15,04 gram simplisia kopi Toluen yang sudah dipisahkan dari air,
untuk penetapan kadar air. untuk penetapan kadar air.

Proses destilasi 3,5 mL air yang diperoleh dari proses


Penetapan kadar air.

Volume air yang terukur pada skala = 3,5 mL


Suhu air setelah diukur (suhu ruang) = 25°C
BJ air = 0,99707 g/mL
Massa sampel yang ditimbang = 15,04 gram

6
Massa air (gram) = BJ (g/mL) × V (mL)
= 0,99707 g/mL × 3,5 mL
= 3,489745 gram
= 3,489 gram
massa air
Kadar air (%) =( ) × 100%
massa sampel
3,489 gram
=( ) × 100%
15,04 gram
= 23,198%

C. Penetapan Susut Pengeringan

Berat cawan kosong Berat cawan + simplisia kopi


sebelum pemanasan

Berat cawan + simplisia kopi setelah pemanasan

7
Berat simplisia kopi sebelum pemanasan :
= (Berat cawan + simplisia kopi sebelum pemanasan) - Berat cawan kosong
= 43,77 gram - 41,66 gram
= 2,11 gram

Berat simplisia kopi setelah pemanasan :


= (Berat cawan + simplisia kopi setelah pemanasan) - Berat cawan kosong
= 43,57 gram - 41,66 gram
= 1,91 gram

b
Susut pengeringan (% ):
b
Berat simplisia sebelum pemanasan− Berat simplisia setelah pemanasan
= ×
Berat simplisia sebelum pemanasan
100%
2,11 gram− 1,91 gram
= × 100%
2,11 gram
= 9,478%

D. Penetapan Bobot Jenis

Berat piknometer kosong Berat piknometer berisi air

8
Berat piknometer berisi ekstrak

Bobot jenis :
Berat piknometer berisi ekstrak − Berat piknometer kosong
=
Berat piknometer berisi air − Berat piknometer kosong
46,69 gram−21,47 gram
=
46,29 gram−21,47 gram
25,22 gram
=
24,82
= 1,016 gram

E. Pemekatan Ekstrak (% Rendemen)

Berat cawan kosong 5 mL ekstrak

9
Berat cawan + ekstrak Berat cawan + ekstrak yang
sebelum diuapkan di waterbath sudah mengering setelah diuapkan
di waterbath

Berat ekstrak pekat :


= (Berat cawan + ekstrak yang sudah mengering) - Berat cawan kosong
= 44,35 gram - 44,32 gram
= 0,03 gram

Berat simplisia uji :


Berat simplisiauntuk membuat ekstrak
×
Volume pelarut yang digunakan
Berat simplisia jika ekstraknya 5 mL
Volume ekstrak yang diambil untuk rendemen
5 gram X
×
100 mL 5 mL
100 mL X = 5 gram × 5 mL
5 gram ×5 mL
X =
100 mL
X = 0,25 gram

b Berat ekstrak pekat


% Rendemen ( ) = × 100%
b Berat simplisiauji
0,03 gram
= × 100%
0,25 gram
= 12%

10
PEMBAHASAN
Pada praktikum obat tradisional kali ini, yang menjadi judul praktikum
adalah penetapan kadar air dan penetapan susut pengeringan. Dalam praktikum ini,
kelompok kami kembali menggunaka simplisia biji kopi sebagai sampelnya.
Terdapat beberapa hal yang dilakukan dalam praktikum kali ini, diantaranya
penetapan kadar air, penetapan susut pengeringan, penetapan bobot jenis, dan
pemekatan ekstrak atau % rendemen.
Pada penetapan kadar air diperoleh hasil 23,198 %. Berdasarkan Kep.
MenKes RI No. 661/MenKes/SK/VII/1994, kadar air tidak boleh melebihi batas
10%. Sedangkan hasil yang diperoleh tersebut sudah lebih dari 10%, sehingga jika
dibandingkan dengan syarat tersebut, maka simplisia biji kopi yang digunakan
sebagai sampel tersebut sudah tidak memenuhi syarat kadar air yang berlaku.
Pada penetapan susut pengeringan diperoleh hasil 9,478%. Berdasarkan
syarat dari Depkes RI tahun 2008, susut pengeringan tidak boleh lebih dari 10%.
Maka, hasil yang diperoleh tersebut termasuk masih memenuhi syarat, karena
persentase susut pengeringan dari simplisia kopi tersebut masih masih berada di
bawah 10%.
Pada penetapan bobot jenis, dilakukan penimbangan berat piknometer
kosong, berat piknometer berisi air, dan berat piknometer berisi ekstrak. Dalam
penetapan bobot jenis ini diperoleh hasil 1,016 gram. Hasil ini menunjukkan bahwa
hasil 1,016 gram tersebut merupakan kemampuan ekstrak dari simplisia kopi yang
masih dapat dituang.
Pada pemakatan ekstrak atau % rendemen dalam praktikum ini, tidak
dilakukan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator, melainkan dengan cara
menguapkan ekstrak di atas penangas air atau waterbath. Hasil yang diperoleh dari
% rendemen ini adalah 12%. Semakin tinggi nilai rendemen maka semakin baik
kualitas dari simplisia tersebut, dan hasil dari persentase rendemen tersebut dapat
dipengaruhi oleh proses pembuatan simplisia itu sendiri.

11
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan serta pembahasan yang sudah dijelaskan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kualitas simplisia kopi yang menjadi sampel
dalam praktikum kali ini dapat dipengaruhi oleh kadar air, susut pengeringan, bobot
jenis dan % rendemennya. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa
simplisia kopi tersebut memiliki kadar air 23,198%, susut pengeringan 9,478%,
bobot jenis 1,016 gram, dan % rendemen sebesar 12%.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agoes. G. 2007. Teknologi Bahan Alam. ITB Press Bandung.

Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia, Jilid V. Direktorat Jenderal


Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM), Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.

Gunther E. 1987. Minyak atsiri Jilid I. Terjemahan: S. Keteren. Jakarta: UI Press.

Haryanto Bambang. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta: Kanisius


Press.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

13

Anda mungkin juga menyukai