LIQUID
1. RIA AYU APRIANI (212FF05131)
2. RISKA JULIANTI (212FF05132)
3. ZIHAN ASRI ANANDA (212FF05133)
4. DEA SEPTIANI (212FF05134)
5. APRILIA NUR MAULIA (212FF05135)
6. ILHAM HILMI AMINUDIN (212FF05136)
7. NEIZA NABILA SUNARDI (212FF05137)
8. AYU DALILAH PUTRI U (212FF05138)
9. IRFAN PRIMA YUDA (212FF05139)
10. NOPIAN HARYSANDY (212FF05140)
11. WAHID NUROHMAN (212FF05141)
12. ROHAYAH (212FF05142)
13. ROSIPA (212FF05143)
14. ROZALIANA (212FF05144)
15. ZARNY VOENNA (212FF05145)
CONTENTS
1.DEFINISI
2. JENIS-JENIS SEDIAAN
3. STUDI PRE FROMULASI & FORMULASI
4. METODE PEMBUATAN
5. EVALUASI
6. ALAT
Pengertian
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal:
terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan
larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki
ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.
JENIS JENIS SEDIAAN LIQUID
Liquid
EMULSI
Sistem 2 fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain,
dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi mengandung 2 zat yang tidak tercampur,
biasanya air dan minyak. (FI V, 2014)
Contoh sediaan sirup Contoh sediaan emulsi
SUSPENSI
Merupakan Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi
merupakan sistem 2 fase yang terdiri dari partikel padat sebagai fase terdispersi dan cairan sebagai medium
ELIKSIR
Merupakan larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven (FI VI, 2020). Mempunyai
rasa dan bau yang sedap, selain obat juga mengandung zat tambahan seperti gula dan atau pemanis lainnya, zat warna,
zat pewangi, dan zat pengawet, biasanya dimaksudkan untuk penggunaan vital atau sebagai obat dalam.
Contoh sediaan suspensi Contoh sediaan elixir
•
Liquid Topikal
Merupakan larutan yang mengandung air tetapi seringkali mengandung pelarut lain, seperti etanol dan
poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit, atau dalam hal Larutan Lidokain Oral Topikal, untuk penggunaan
pada permukaan mukosa mulut. Istilah Lotio digunakan untuk larutan atau suspensi yang digunakan secara
topikal.
Terbagi 2 di antaranya :
1. Larutan Topikal Non Steril (ex : gargarisma)
2. Larutan Topikal Steril ( ex : Guttae Nasales, Larutan Optalmik)
Gargarisma
Merupakan sediaan berupa larutan, umumnya pekat yang harus di encerkan dahulu sebelum di
gunakan. Di maksudkan untuk di gunakan sebagai pencegah atau pengobatan infeksi tenggorokan.
• Larutan optalmik
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan
dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata
membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, pemilihan
pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat.
• Guttae Nasales
Obat tetes hidung (OTH) adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan
obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Larutan optalmik Guttae Nasales
Liquid Parenteral
Merupakan sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan melewati kulit atau batas jaringan eksternal lain,
dimana zat aktif yang diberikan dengan adanya gravitasi atau kekuatan, mengalir langsung ke pembuluh
darah, organ, atau jaringan.
Diantaranya ada :
Injeksi
Merupakan sediaan yang di tujukan untuk pemberian parenteral, dapat di konstitusi atau di encerkan dahulu menjadi
sediaan sebelum di gunakan.
Infus
merupakan injeksi volume besar dosis tunggal untuk intravena yang dikemas dalam wadah bertanda volume > 100 ml
Preformulasi dan Formulasi
PREFORMULASI ZAT AKTIF SYRUP
Sumber: Fickri, DZ., 2018. Formulasi & Uji Stabilitas Sediaan Sirup Anti Alergi Dengan Bahan Aktif Chlorpheniramin Maleat (CTM).
Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika, Volume 1, Issue 1, p. 16. https://doi.org/10.36932/j-pham.v1i1.4.
PREFORMULASI ZAT AKTIF ELIXIR
pH : 5,3-6,5
Kelarutan: Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Pemerian: Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan menyebabkan rasa terbakar
Kelarutan: Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut
pH: 3,8-5
Fungsi : Pelarut
Lanjutan
Sumber: Ambari, Y., 2018. Uji Stabilitas Fisik Formulasi Elixir Paracetamol Dengan Combinasi Co-Solvent Propilen Glikol & Etanol.
Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika, Volume 1, Issue 1, p. 3. http://dx.doi.org/10.36932/jpcam.v1i1.2.
PREFORMULASI SUSPENSI IBUPROFEN
VIII.Perasa Jeruk
Pemerian : cairan berwarna orange, memiliki bau khas jeruk
Kelarutan : mudah larut dalam air
Fungsi : Perasa
IX. Aquadest (FI III : 96)
Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak memiliki rasa
Kelarutan: Larut dalam ethanol gliser
Titik Didih: 100C
Bobot Molekul : 18,02
pH: 7
Fungsi : Pelarut
• FORMULASI SUSPENSI IBUPROFEN
No. Komponen Fungsi Kadar Skala Lab Skala Pilot
Sumber: Fatmawati, U., 2018. Formulasi Suspensi Analgesik-Antipiretik Ibuprofen Dengan Suspending Agent Gom Arab & CMC-
NA. Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika, Volume 1, Issue 1, p. 13. https://doi.org/10.36932/j-pham.v1i1.3.
Preformulasi Emulsi Minyak Ikan
VII.Essence
Fungsi : Aroma
VIII.
Na-Benzoat (FI VI : 1215)
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; stabil di udara.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%.
Titik Didih : 127◦C
Titik Leleh : 410◦C
ph : 4,5-7
BM :144,11
Fungsi : Pengawet
7. Essence Aroma 4
Sumber: Husni, P. et al, 2019. Formulasi & Uji Stabilitas Fisik Sediaan Emulsi Minyak Ikan Lemuru (Sardinella lemuru). As-Syifaa
Jurnal Farmasi, Volume 11, Issue 2, p. 139. https://doi.org/10.33096/jifa.v11i2.575.
PREFORMULASI TETES MATA
I.Sulfasetamida Natrium (FI VI: 1667)
Khasiat: Zat Aktif
Pemerian: Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa pahit
Kelarutan: Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter
BM: 254,24
III.
Dinatrium Edetat (FI VI: 437)
Khasiat: Pengkhelat
Pemerian: Serbuk hablur, putih
Kelarutan: Larut dalam air
BM: 372,24
PH: 4,3 – 4,7
Lanjutan
IV.
Dinatrium Edetat (FI VI: 437)
Khasiat: Pengkhelat
Pemerian: Serbuk hablur, putih
Kelarutan: Larut dalam air
BM: 372,24
Titik Leleh: 252°C
PH: 4,3 – 4,7
Sumber: Abdassah, M. et al, 2015. Formulasi & Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida. Indonesian Journal of Pharmaceutical
Science & Technology, Volume 2, Issue 1, p. 34. https://doi.org/10.15416/ijpst.v2i1.7808.
PREFORMULASI INFUS
I. Manitol (FI VI: 1085)
Khasiat: ZatAktif
Pemerian:Serbukatauhablur; putihatauhampirputih
Kelarutan:Mudahlarutdalam air; agaksukarlarutdalametanol; praktistidaklarutdalamkloroformdandalameter
BM: 182,17
TitikLeleh: 166 – 168°C
PH: 8,0 – 9,3
Sumber: Kemenkes RI, 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
(Hlm. 57-60).
Prosedur Umum Sediaan Liquid
1. Zat-zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol.
2. Zat-zat yang agak sukar larut, dilarutkan dengan pemanasan.
3. Untuk zat yang akan terbentuk hidrat , maka air dimasukkan dulu dalam
erlenmeyer agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya.
4. Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam dasar
erlenmeyer atau botol maka perlu dalam melarutkan digoyang-goyangkan atau dikocok
untuk mempercepat larutnya zat tersebut.
5. Zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan
atau dilarutkan secara dingin.
6. Zat-zat yang mudah menguap dipanasi, dilarutkan dalam botol tertutup dan dinaskan
serendah-rendahnya sambil digoyang-goyangkan.
7. Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah sudah larut semua.
Dapat dilakukan dalam tabung reaksi lalu dibilas.
Metode Pembuatan Emulsi
• Fase Minyak dalam Air
Fase Air dalam Minyak
• (m/a) (a/m)
HLB
• Keterangan :
B = Berat Emulgator
B Campuran = Hasil penjumlahan kedua emulgator
HLB Campuran = HLB Total yang dibutuhkan
Tween 80 = 60% x 15 = 9
Span 80 = 40% x 4,5 = 1,8
HLB Campuran = 9 + 1,8 = 10,8
Sumber : Septi, 2016
Metode Pembuatan
Suspensi
Ditambahkan bahan aktif
kedalam mucilago yang
Dispersi telah dibentuk kemudian
diencerkan
Suspensi
4. Homogenitas (Diktat Teknologi farmasi liquida dan semisolida, 127; FI ed III, hal 33)
Tujuan : Menjamin kehomogenitasan sediaan
5. Penetapan viskositas dan sifat aliran dengan viskometer brookfield (Modul praktikum farmasi Fisika, 2002,
hal 17-18)
Tujuan : Menentukan viskositas dan rheologi cairan newton maupun non newton
3. Penetapan bobot jenis cairan (FI <981> hal 1030)
Tujuan : Menjamin sediaan memiliki bobot jenis untuk spesifikasi produk yang
akan dibuat
pH meter
Video alat-alat evaluasi
• Paddle Mixers
https://www.youtube.com/watch?v=Aja9xbzcuG0https://www.youtube
.com/watch?v=tSMZ10Waadk
• Impeller Mixers
https://www.youtube.com/watch?v=kobc3DdaofE&t=42s
• Turbine mixers
https://www.youtube.com/watch?v=XQgq51rCXuI
DAFTAR PUSTAKA
Abdassah, M. et al, 2015. Formulasi & Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science & Technology,
Volume 2, Issue 1, p. 34. https://doi.org/10.15416/ijpst.v2i1.7808.
Ambari, Y., 2018. Uji Stabilitas Fisik Formulasi Elixir Paracetamol Dengan Combinasi Co-Solvent Propilen Glikol & Etanol. Journal of
Pharmaceutical Care Anwar Medika, Volume 1, Issue 1, p. 3. http://dx.doi.org/10.36932/jpcam.v1i1.2.
Anandharamakrishna & Iswarya. (2019). Essentials & Application of food engineering. Taylor & Francisy
Cheremisinoff, N,P. (2000). Handbook of chemical processing equipment. Oxford: Elsevier Butterworth-Heineman.
Dharma, Brigitta. 2007. Perbandingan Stabilitas Fisis Sirup Perasan Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa(Scheff)Boerl.)
Yang Mengandung Sukrosa dan Campuran Sukrosa-Sorbitol Sebagai Bahan Pemanis Handbook of Pharmacutical Manufacturing
Formulations Vol.5
Isti, Melati. 2016. Formulasi Sediaan Deodoran Roll On Dari Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu Manis (Chinnamomum zeylanicum) Sebagai
Antibakteri Staphylococcus epidermidis. Purwokerto .
Husni, P. et al, 2019. Formulasi & Uji Stabilitas Fisik Sediaan Emulsi Minyak Ikan Lemuru (Sardinella lemuru). As-Syifaa Jurnal Farmasi,
Volume 11, Issue 2, p. 139. https://doi.org/10.33096/jifa.v11i2.575.
Fickri, DZ., 2018. Formulasi & Uji Stabilitas Sediaan Sirup Anti Alergi Dengan Bahan Aktif Chlorpheniramin Maleat (CTM). Journal of
Pharmaceutical Care Anwar Medika, Volume 1, Issue 1, p. 16. https://doi.org/10.36932/j-pham.v1i1.4.
Kemenkes RI, 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan (Hlm. 57-
60).
Kemenkes RI, 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Kemenkes RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Kemenkes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Rowe, R.C., et al, 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press & American Pharmacists
Assosiation.
Tungadi, R. et al, 2021. Formulasi, Karakteristik, & Evaluasi Drops Liquid Self Nano-Emulsifying Drug Delivery System (SNEDDS)
Astaxanthin. Indonesian Journal of Pharmaceutical Education, Volume 1, Issue 3, e174. https://doi.org/10.37311/ijpe.v1i3.11400.