Anda di halaman 1dari 3

Antalgin

Antalgin merupakan obat analgetik-antipiretik dan antiinflamasi. Analgesik adalah obat


untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara meningkatkan nilai ambang nyeri di sistem syaraf
pusat tanpa menekan kesadaran, sedangkan antipiretik merupakan obat yang menurunkan suhu
tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan
serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Sedangkan antiinflamasi adalah mengatasi
inflamasi atau peradangan (Tjay dan Kirana, 2007).

Uraian Umum Antalgin


Rumus Bangun :

Rumus Struktur : C13H16N3NaO4S.H2O


Nama Kimia : Natrium 2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4-
metilaminometanasulfonat
Berat Molekul : 351,37
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan.
Kelarutan : Larut dalam air dan HCl 0,02 N.
Identifikasi : Pada 3 ml larutan 10% b/v, tambahkan 1 ml sampai 2 ml asam
klorida 0,02 N dan 1 ml besi (III) klorida 5% b/v terjadi warna
biru yang jika dibiarkan berubah menjadi merah kemudian
tidak berwarna.
Susut Pengeringan : Tidak lebih dari 5,5%; lakukan pengeringan pada suhu
105o hingga bobot tetap menggunakan 250 mg zat.
Syarat Kadar : Metampiron mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 101,0% C13H16N3NaO4S, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Sinonim : Metampiron (Ditjen POM, 2006).
Farmakologi antalgin

Antalgin termasuk derivat metan sulfonat dari amidopyrin yang mudah larut dalam air

dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral di otak dalam menghilangkan nyeri,

menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam

menurunkan sensitifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh

(Lukmanto, 1986).

Farmakodinamika antalgin

Sebagai analgetika, obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai

sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi.

Efek analgetiknya jauh lebih lemah dari efek analgetik opiat, obat ini tidak menimbulkan

ketagihan (adiksi) dan efek samping sentral yang merugikan.

Sebagai antipiretik, obat ini akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam.

Kerja analgetik antalgin lebih besar dibandingkan dengan kerja antipiretik yang dimilikinya.

Sedangkan efek antiinflamasinya sangat lemah (Ganiswara,1981).

Farmakokinetik antalgin

Fase farmakokinetik adalah perjalanan antalgin mulai titik masuk ke dalam badan hingga

mencapai tempat aksinya. Antalgin mengalami proses ADME yaitu absorpsi, distribusi,

metabolisme dan ekskresi yang berjalan secara simultan langsung atau tidak langsung melintasi

sel membrane (Anief, 1991).

Pada pemberian secara oral senyawa diserap cepat dan sempurna dalam saluran cerna.

Terdapat 60% antalgin yang terikat oleh protein plasma, masa paru dalam plasma 3 jam. Obat ini

dimetabolisme di hati menjadi metabolit utama dan diekskresi melalui ginjal (Widodo, 1993).

Efek yang tidak diharapkan

Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama penggunaan obat yang

mengandung metampiron kadang-kadang dapat menimbulkan kasus agranulositosis fatal. Untuk

mendeteksi hal tersebut, selama penggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara teratur

(Lukmanto, 1986).

Efek samping lain yang mungkin terjadi ialah urtikaria, leukopenia, trombopenia.

Terutama pada pasien usia lanjut terjadi retensi Na dan air dengan edema. Pada kelebihan dosis,
terjadi hipotensi, nafas terengah-engah, torus otot meninggi, rahang menutup, kehilangan

kesadaran dan serangan kram/kejang cerebral (Widodo, 1993).

Anief, M. 1991. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Halaman 25
Ditjen POM. 2006. Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Halaman 77, 237
Ganiswara, S., 1981. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Halaman 207-210, 215-216
Lukmanto, H. 1986. Informasi Akurat Produk Farmasi di Indonesia. Edisi II. Jakarta. Halaman
112
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya, Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, Halaman 262,
269-271
Widodo, U. 1993. Kumpulan Data Klinik Farmakologik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Halaman 313-314

Anda mungkin juga menyukai