Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID

FORMULASI & EVALUASI EMULSI MINYAK IKAN

Disusun oleh:

Kelompok 1_2FA4

Parid Kusmayadi 201FF03175

Prida Najihan Ditami 201FF03176

Putri Regina 201FF03177

Risma Mariska 201FF03178

Selvina Fransiska S.P. 201FF03179

Sensi Friska Daeli 201FF03180

Septi Muntaha 201FF03181

Shintya Putri Andini 201FF03182

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2022
Formulasi dan Evaluasi Emulsi Minyak Ikan

I. Tujuan Praktikum
• Mengetahui formulasi dan prosedur pembuatan emulsi minyak ikan
• Mampu membuat sediaan emulsi yang baik
• Menentukan hasil evaluasi pada sediaan emulsi
II. Regulasi Sediaan
a. Golongan Obat
Dilihat dari segi pembuatannya, sediaan farmasi merupakan sediaan yang dibuat oleh
suatu industri farmasi atau industri obat atau industri pangan. Industri farmasi tidak
hanya memproduksi obat tetapi juga suplemen makanan. Suplemen makanan yang
dapat diproduksi oleh industri farmasi adalah dalam bentuk cairan atau serbuk yang
disajikan dalam bentuk cair. Sediaan Umum farmasi meliputi aerosol, kapsul, tablet,
serbuk, emulsi, dan gel.
b. Aturan Penandaan Golongan
Tulisan “Suplemen Makanan”, Nama produk atau nama dagang, Nomor pendaftaran
atau izin edar. Tercantum dalam KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.23.3644
TENTANG KETENTUAN POKOK PENGAWASAN SUPLEMEN MAKANAN.
III. Preformulasi
A. Zat Aktif
• Zat aktif : Oleum Iecoris Aselli
• Pemerian : Cairan, kuning pucat, bau khas, tidak tengik, rasa khas, agak manis
• Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam eter, dalam
kloroform, dalam eter minyak tanah P.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindungi dari cahaya.
• Kegunaan : Sumber vitamin A dan vitamin D.
B. Zat Tambahan
1. Span 80 (Dirjen POM, 1979)
• Nama resmi : Sorbitol Monoleat
• Pemerian : Cairan kental seperti minyak jernih, kuning, bau asam lemak khas.
• Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P, sukar larut dalam
Parafin cair dan dalam minyak biji kapas
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
• Kegunaan : Emulgator
2. Tween 80 (Dirjen POM, 1979)
• Nama resmi : Polysorbatum-80
• Pemerian : Cairan kental seperti minyak, jernih dan kuning, bau asam lemak
khas.
• Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam etil asetat P,
dan dalam methanol P, sukar larut dalam paraffin dan minyak biji.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
• Kegunaan : Emulgator
3. CMC Na (HOPE edisi VI hal. 120; FI edisi IV hal. 175)
• Nama resmi : Carboxy Methyl Cellulosium Natrium
• Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopis.
• Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida, tidak
larut dalam etanol, eter, dan pelarut organic
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
• Kegunaan : Pengemulsi
4. Natrium Siklamat (FI III hal. 407)
• Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis
• Kelarutan : Larut dalam air, etanol, dan propelinglikol
5. Sukrosa (FI III hal. 775)
• Pemerian : Hablur putih, masa hablur, serbuk putih hablur, tidak berbau, tidak
manis, stabil di udara, larutan netral terhadap lakmus.
• Kelarutan : Sangat mudah larut di air, lebih mudah larut di air mendidih, sukar
larut dalam etanol, tidak larut di kloroform dan eter.
• pH : Stabilitas maksimal pH 9
• Kegunaan : Pemanis
6. Nipagin/Metil Paraben (HOPE VI hal. 411)
• Pemerian : Serbuk hablur halus, tidak berbau, mempunyai rasa sedikit panas
• Kelarutan : Larut dalam 400 bagian air, mudah larut dalam etanol, eter, praktis
tidak larut dalam minyak.
• pH : 3-6
7. Nipasol/Propil Paraben (HOPE VI hal. 411)
• Pemerian : Serbuk putih/hablur kecil, tidak berwarna.
• Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, eter, dan
aseton.
• pH : 4-8
• Kegunaan : Pengawet
8. Natrium Metabilsufit (HOPE VI hal. 654)
• Rumus molekul : Na2S2O5
• Pemerian : Tidak berwarna, berbentuk kristal prisma atau serbuk kristal
berwarna putih hingga putih kecoklatan yang berbau sulfur dioksida, dan asam,
serta berasa asin.
• Kelarutan dalam air (1:1,9 pada suhu 20°C dan 1:1,2 pada suhu 100°C) dan dalam
gliserin. Sukar larut dalam etanol.
• pH : 3,5-5,0 (5% w/v dalam larutan 20°C)
• Kegunaan : Antioksidan
9. Strawberry essence (Pharmaceutical Excipient hal 292)
• Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna
• Kegunaan : Pewarna dan pengaroma
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
10. Aquadest (FI IV hal. 112)
• Nama zat : Aqua Destillata
• Rumus kimia : H2O
• Bobot molekul : 18,02
• Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
• Stabilitas : Stabil disemua keadaam fisik (padat, cair, gas).
• Kegunaan : Pelarut
IV. Tinjauan Farmakologi Zat Aktif
Oleum Iecoris Aselli
• Indikasi
Membantu memenuhi kebutuhan vitamin, membantu memperbaiki nafsu makan.
• Kontraindikasi
Kontraindikasi serius mungkin terjadi pendarahan berlebih pada orang yang
mengambil pengencer darah, dan tidak dianjurkan bagi penderita tekanan darah
tinggi parah.
• Mekanisme kerja
Pendesakan asam arachidonat dari membrane sel sehingga terbentuk prostaglandin
E2 dan dengan efek stimulasi pertumbuhan tumor (OOP edisi V hal. 542).
• Efek Samping
Mengonsumsi setiap hari dalam dosis tinggi,bisa terjadi akumulasi dan akan
mengakibatkan keracunan vitamin A dan D (Hipervitaminosis). Bisa menghambat
penggumpalan darah.
• Dosis (ISO Vol. 46, 2011)
1-6 tahun : 1 kali sehari 1 sendok makan
7-12 tahun : 2 kali sehari 1 sendok makan
≥ 12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok makan
V. Farmakokinetik Zat Aktif
• Absorpsi: Triasilgliserol (TAG) masuk ke saluran pencernaan melalui oral. Kemudian
enzim lipase ke bentuk monogliserida dan free fatty acid (FFA). Pada enterosit, terjadi
perubahan TAG menjadi fosfolipid, kolesterol dan apoprotein menjadi kilomikron.
• Distribusi: Kilomikron akan dilepaskan ke dalam saluran limfe dan dibawa ke
sirkulasi. Kemudian kilomikron akan diubah menjadi lipoprotein lipase, dan EPA dan
DHA akan dibawa melalui sirkulasi ke bebagai jaringan tubuh dimana mereka akan
berguna untuk sntesis fosfolipid. EPA dan DHA ditemukan paling banyak pada
fosfolipid membran sel.
• Metabolisme: DHA akan lebih banyak diserap oleh otak dibandingkan dengan asam
lemak lain. DHA sebagian dapat berubah menjadi EPA dan EPA juga dapat berubah
menjadi DHA.
• Eliminasi: Dikeluarkan melalui urin dan tinja.
VI. Farmakodinamik Zat Aktif

Mekanisme Kerja: Minyak ikan kaya akan Poliunsaturated Fatty Acid (LCPUFA) dengan
tipe omega 3. Minyak ikan terdiri dari 20 rantai karbon EPA (eicosapentaenoic acid) dan
22 rantai karbon DHA (docosahexanoeic acid). DHA merupakan komponen penting dari
fosfolipid yang berguna untuk membran sel manusia terutama otak dan retina. EPA
merupakan prekursor untuk Prostaglandin, Leukotriene, dan Thromboxane (secara spesifik
EPA merupakan prekursor untuk TXA3 dan LTB5, eicosanoid dan menurunkan tekanan
darah) Minyak ikan juga bermanfaat sebagai mood stabilizer pada Bipolar. EPA dan DHA
dapat mengurangi transduksi sinyal karena phosphatidylinositol dan asam arakhidonat.
Terutama DHA, berguna untuk pembentukan fosfolipid membran sel pada jalur sinyal sel.

VII. Spesialit Obat


A. Paten:
Oleum lecoris Aselli
B. Generik:
• Becombion Plus Syrup
• Caloma Plus
• Domavit
• Elovess
• Good Life Omega 3
• Levertran
• Nulacta Plus
• Omegaven
• Osfit DHA
• Procalma
• Seven seas Orange Syrup Merck (2016. ISO:609, Vol, 50.)
VIII. Formulasi Umum
A. Zat Aktif
B. Zat Tambahan
• Pemanis
• Emulgator
• Antioksidan
• Pelarut
• Perasa
• Pewarna
• Pengawet
• Pengaroma
IX. Formulasi Khusus
A. Formula
• Livertran Oil
• Span 80
• Tween 80
• CMC
• Sukrosa
• Na-Siklamat
• Nipagin
• Nipasol
• Na-Metabisulfit
• Red Colour
• Strawberry Essence
• Aquadest
B. Perhitungan HLB
Diketahui : HLB Tween 80 = 15
Span 80 = 4,3
HLB Butuh = 12
7,7
Tween 80 = 15 7,7 → 10,7 x (5% x 110 ml) = 3,957 x 2 = 7,914 g

12

3,0 3,0
Span 80 = 4,3 → 10,7 x (5% x 110 ml) = 1,542 x 2 = 3,084 g
10,7

X. Alasan Pemilihan Formula Khusus


• Livertran oil (zat aktif): merupakan zat utama atau zat yang berkhasiat dalam sediaan
emulsi, sifatnya yang berbentuk minyal dan tidak akan menyatu dengan air sehingga
dibuat sediaan emulsi dengan bantuan emulgator untuk menghomogenkannya.
• Span 80 dan Tween 80 (surfaktan): untuk menurunkan tegangan permukaan air
menjadi lebih rendah sehingga dapat menyebar lebih mudah disediaan.
• CMC (emulgator): untuk menyatukan minyak dan air sehingga dapat membentuk
sistem disperse yang baik dan meningkatkan viskositas sediaan emulsi.
• Sukrosa (pemanis alami): sebagai pemanis alami pada sediaan emulsi namun
memiliki harga yang relative mahal sehingga di kombinasikan dengan pemanis
buatan.
• Na-Siklamat (pemanis buatan): sebagai pemanis buatan pada sediaan emulsi tetapi
walaupun harganya murah namun tidak boleh dengan konsentrasi tinggi karena akan
menimbulkan rasa pahit.
• Nipagin dan Nipasol (pengawet): digunakan untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme (nipagin = bakteri) dan (nipasol = jamur) yang dapat menyebabkan
kerusakan sediaan emulsi.
• Na-metabisulfit (antioksidan): untuk mencegah oksidasi dari lemak dan minyak yang
dapat menyebabkan bau tengik pada sediaan emulsi.
• Red Colour (pewarna): pewarna di ketahui untuk memperbarui warna pada sediaan
emulsi agar menarik dan tidak pucat, dimana pewarna digunakan umumnya larut
dengan air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dan warnanya akan selaras
dengan pengaroma dan perasa, juga stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan.
• Strawberry Essence (perasa dan pengaroma): untuk memberi rasa dan aroma yang
selaras dengan warna yaitu merah seperti buah stroberi pada sediaan emulsi.
• Aquadest (pelarut): untuk melarutkan zat tambahan pada sediaan emulsi dan
menghomogenkannya.
XI. Penimbangan Bahan
Komposisi Sediaan Perhitungan Hasil
7,5
Livertran oil 7,5 mg × 220 𝑚𝑙 = 110 𝑚𝑔 110 mg
15

3
Span 80 5% × (5% × 110 𝑚𝑙) × 2 = 3,084 3,084 g
10,7

7,7
Tween 80 5% × (5% × 110 𝑚𝑙) × 2 = 7,914 7,914 g
10,7
1
CMC 1% × 220 = 2,2 𝑔 2,2 g
100
0,05
Na Siklamat 0,05% × 220 = 0,11 𝑔 0,11 g
100
30
Sukrosa 30% × 220 = 66 𝑔 66 g
100
0,18
Nipagin 0,18% × 220 = 0,396 𝑔 0,396 g
100
0,02
Nipasol 0,02% × 220 = 0,044 𝑔 44 mg
100
0,6
Na Metabisulfit 0,6% × 220 = 1,32 𝑔 1,32 g
100
Red colour q.s q.s
Strawberry essence q.s q.s
Aquadest add 220 ml Ad 220 ml Ad 220 ml
XII. Alat dan Bahan

Bahan Alat
• Livertran oil 7,5 mg • Cawan
• Span 80 5% • Ultraturax
• Tween 80 5% • Beaker glass
• CMC 1% • Pipet tetes
• Na Siklamat 0,05% • Batang pengaduk
• Sukrosa 30% • Kompor listrik
• Nipagin 0,18% • Timbangan digital
• Nipasol 0,02% • Kertas perkamen
• Na Metabisulfit 0,6% • Spatel
• Red colour • Botol
• Strawberry essence • Label
• Aquadest ad 220 ml • Lap

XIII. Prosedur Pembuatan

Kalibrasi 2 botol dengan Timbang masing-masing Campurkan FM (Livertan


masing-masing botol 110ml bahan Oil, Span 80) dalam cawan

Larutkan Tween 80,


Sukrosa+Na Siklamat,
Kembangkan CMC dengan Nipagin+Nipasol, Na Campurkan FM dan FA aduk
air panas Metabisulfit dengan air dengan Ultraturax
panas, campurkan dengan
beaker glass (FA)

Tambahkan pewarna dan


Ad Aquadest hingga 220ml
pengaroma
XIV. Prosedur Evaluasi Sediaan
a. Uji Organoleptik

Bentuk: Warna: Bau: Rasa:


Emulsi Merah Muda Strawberry Manis

b. Uji Tipe Emulsi

Kertas Saring
Pengenceran Fase
(Diteteskan sedikit pada
(Diencerkan dengan air)
kertas saring)

Tipe O/W : Jika


Tipe W/O :
ditambahkan air
Menghilangkan noda
emulsi tidak akan
pada kertas saring
pecah

Tipe O/W : Tidak


Tipe W/O : Jika
menghilangkan noda
ditambahkan air
atau tersebar merata
emulsi akan pecah
pada kertas saring

c. Uji Viskositas

Dimasukan kedalam
viskometer ostwald Sedot pipet volume
Air
melalui lubang yang sampai tanda batas
besar

Tutup lubang
Lepaskan pipet volume Siapkan stopwatch
viskometer yang besar

Hitung dan catat waktu


Hidupkan bersamaan
larutan turun dari tanda
lubang viskometer yang
batas atas hingga tanda
besar dibuka
batas bawah (Hasil 1)
Dimasukan kedalam
Sedot dengan pipet
viskometer ostwald
Emulsi Minyak Ikan volume sampai tanda
melalui lubang yang
batas
besar

Tutup lubang
Lepaskan pipet volume Siapkan stopwatch
viskometer yang besar

Hitung dan catat waktu


Hidupkan bersamaan
larutan turun dari tanda
lubang viskometer yang
batas atas hingga tanda
besar dibuka
batas bawah (Hasil 2)

d. Uji Volume Terpisahkan

Tuangkan sediaan kedalam gelas ukur

Dilihat apakah sesuai volume yang


diminta atau tidak

e. Uji pH

Dimasukan kertas pH

Tunggu beberapa saat

Amati kertas pH

Bandingkan dengan indikator pH keasaman

Amati warna yang terjadi


XV. Rancangan Kemasan
a. Kemasan sekunder

b. Kemasan Primer
c. Leaflet
XVI. Hasil Pengamatan

Sebelum Penyimpanan Setelah 1 Minggu Penyimpanan

- Warna : Merah Muda / Pink - Warna : Merah Muda / Pink


- Bau Sirup : Rasa Strawberry - Bau Sirup : Rasa Strawberry
- Rasa : Manis,Pahit - Rasa : Manis,Pahit
- Kelarutan : Fase Minyak dan Fase air - Kelarutan : Fase Minyak dan Fase
terlarut sempurna Air tidak Terlarut

XVII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai emulsi minyak ikan. Suatu sediaan dibuat
emulsi memiliki alasan tertentu yaitu karena zat aktif yang digunakan tidak stabil bila
terdapat dalam larutan, tetapi stabil bila dibuat sediaan emulsi. Emulsi dapat didefinisikan
sebagai suatu sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan emulgator atau surfaktan yang cocok (Depkes
RI, 1979).

Pada formulasi umum emulsi terdiri antara: zat aktif, dan zat tambahan. Zat tambahan
yang digunakan pada emulsi bisa berupa emulgator, pemanis, antioksidan, pengawet, dsb.
Zat aktif yang digunakan adalan Livertran Oil, zat aktif yang tidak larut dalam air.

Tipe emulsi yang dibuat adalah O/W, metode ini dibuat karena kontribusi air lebih
besar daripada minyak sehingga dengan metode O/W ini minyak dapat terdispersi dalam
air dengan bantuan zat pembawa emulgator.

Pada praktikum ini, CMC 1% digunakan sebagai emulgator. CMC akan membentuk
koloid hidrofilik bila ditambah ke dalam air umumnya menghasilkan minyak dalam air
(O/W). Penggunaan emulgator dapat mempengaruhi stabilitas emulsi begitu pula dengan
konsentrasinya, karena jenis dan konsetrasi emulgator yang digunakan dapat menentukan
viskositas emulsi dan kelarutan minyak dalam air.
Stabilitas dari emulsi dipengaruhi juga oleh tegangan permukaan anatara minyak dan
air, semakin tinggi tegangan yang dimiliki semakin sulit untuk bercampur. Untuk
menrunkan tegangan permukaan tersebut digunakan surfaktan, surfaktan yang digunakan
yaitu Tween 80 dan Span 80. Surfaktan yang digunakan yaitu 5%. Penggunaan antioksidan
pada formulasi emulsi dikarenakan, kandungan asam lemak tidak jenuh pada minyak ikan
sangat tinggi, sehingga rentan sekali mengalami proses oksidasi yang mengakibatkan off
flavour. (Budijanto, dkk. 2010).

Terdapat beberapa jenis dalam sediaan cair, yaitu ada suspensi, emulsi, dan syrup.
Adapun perbedaan dari ketiga sediaan cairan tersebut adalah syrup biasanya digunakan
untuk sediaan yang terlarut sempurna dalam cairan pelarutnya, sedangkan suspensi
merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawanya maka dari itu diperlukan suspending agent untuk
menghasilkan suspensi yang stabil. Disisi lain ada yang dinamakan emulsi yang merupakan
campuran dari dua fase yaitu fase minyak dan fase air yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil yang disebut droplet dan
distabilkan dengan emulsifier (Voight, 1995). Tujuan Penggunaan Emulsi pada dasarnya
yaitu untuk pemakaian dalam per oral, pemakaian untuk tipe o/w, dan juga untuk
pemakaian luar pada kulit. Tujuan ini dapat untuk emulsi tipe o/w maupun w/o, tergantung
banyak faktor misalnya zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki (Ilmu Resep,
2002:205).

Untuk memudahkan dalam praktikum Emulsi Minyak Ikan, maka bahan-bahan yang
digunakan dibagi menjadi 2 yaitu ada fase minyak yang terdiri dari Livertran oil dan Span
80, lalu ada fase air yang terdiri dari Tween 80, CMC, Na Siklamat, Nipagin, Nipasol, Na
Metabisulfit, pewarna, essence, dan aquadest.

Surfaktan (Surface Active Agent) yang digunakan termasuk jenis surfaktan non ionik
seperti Tween 80 dan Span 80 yang telah digunakan secara luas di bidang farmasi karena
mempunyai toksisitas dan iritasi relatif rendah (Flanagan dan Singh, 2006). Surfaktan non
ionik dipengaruhi oleh nilai Hydrophile-Liphopile Balance (HLB). Hal ini disebabkan nilai
HLB berpengaruh terhadap ukuran dan keseragaman droplet. Emulsi tidak stabil
disebabkan karena terjadi flokuasi, koalesen, kriming dan breaking. Nilai HLB yang
seimbang antara dua emulsifier nonionik, dimana salah satu bersifat hidrofilik dan yang
lain bersifat lipofilik. Kombinasi antara nilai HLB suatu agen pengemulsi dapat
menentukan tipe emulsinya, baik tipe minyak dalam air (o/w) yang umumnya mempunyai
nilai HLB 9- 12 atau tipe emulsi air dalam minyak (w/o) dengan nilai HLB 3-6 (Martin et
al., 1993). Tween 80 dan Span 80 merupakan surfaktan non ionik berupa pengemulsi yang
bersifat aman untuk digunakan dan merupakan turunan sorbitan ester (Rowe et al., 2009).
Tween menghasilkan emulsi tipe minyak dalam air (o/w) sedangkan span menghasilkan
emulsi tipe air dalam minyak (w/o). Penggunaan Tween biasanya digunakan secara
bersamaan dengan Span untuk membentuk emulsi tipe minyak dalam air (o/w) atau air
dalam minyak (w/o) sehingga mudah larut dalam air.

Selain itu, dalam menghomogenkan fase minyak yang di campurkan ke dalam fase
air digunakan alat yang disebut Ultra turrax. Prinsip kerja dari alat ini adalah dengan cara
memberikan gelombang ultrasonik melalui frekuensi 20-50 kilocycle/detik yang
mengakibatkan pengecilan ukuran partikel sekaligus homogenisasi sistem emulsi.

XVIII. Kesimpulan

Pada praktikum formulasi dan evaluasi emulsi minyak ikan dapat di simpulkan
bahwa rancangan dari formula emulsi minyak ikan yang terdiri dari zat aktif yang
digunakan livertran oil dan surfaktan yaitu twen 80 dan span 80, GMC sebagai emulgator,
sukrosa sebagai pemanis alami, Na-siklamat sebagai pemanis buatan, nipagin dan nipasol
sebagai pengawet, Na-metabisulfit sebagai antioksidan, red colour sebagai pewarna,
strawberry essence sebagai perasa dan pengaroma dan aquadest sebagai pelarut.

Evaluasi yang dilakukan pada sediaan emulsi minyak ikan ini yaitu organoleptik.
ktidak stabilan emulsi karena penggunaan emulgator yang tidak sesuai selain itu penurunan
suhu secara tiba tiba dapat menyebabkan emulsi menjadi tidak stabil. serta penambahan air
secara langsung dalam campuran juga dapat menyebabkan pembentukan emulsi menjadi
tidak stabil.
XIX. Daftar Pustaka
• Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Halaman 628, 948.
• Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). (2004). Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.23.3644. Tentang Ketentuan
Pokok Pengawasan Suplemen Makanan. Halaman 3.
• http://farmasi.fk.ub.ac.id/labfarmasi/wp-content/uploads/2013/10/Format-Penulisan-
Jurnal-Praktikum-TFS-Likuid-dan-Semisolid.pdf
• https://www.academia.edu/8308788/EMULSI_MINYAK_IKAN
• Fanardy (2017). FARMAKOKINETIK ASAM FOLAT DAN MINYAK IKAN.
• https://id.scribd.com/document/367231168/Farmakokinetik-Asam-Folat-Dan-Minyak-
Ikan. Diakses pada 17 Maret 2022, pukul: 11.15
• Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
• Martien, R., Adhyatmika, Irianto, Iriamie d k, Farida, V., & Sari, D. P. (2012). Technology
Developments Nanoparticles As Drug Delivery Systems. Majalah Farmaseutik, 8(1), 133-
144
• Ansel, H.C., 1995, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press; Jakarta
• Martin, A. 2008.Farmasi Fisika, Buku I. UI Press : Jakarta
• R. Foudazi, S. Qavi, I. Masalova, A.Y. Malkin, Physical chemistry of highly concentrated
emulsions, Adv. Colloid Interface Sci. 220 (2015) 78–91.
• Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
• Flanagan, J. dan H. Singh. (2006). Microemulsions: a potential delivery system for
bioactive in food. Journal of Critical Reviews on Food Science and Nutrition. 4 : 221–237.
• Martin, A., J. Swarbrick and A. Cammarta. 1993. Physical Pharmacy, Physical Chemical
Principle in the Pharmaceutical Sciences, Edisi Ketiga. Jilid Kedua. UI Press, Jakarta.
• Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London
• Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
• Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
• Ikatan Apoteker Indonesia. 2010. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 46 –
2011 s/d 2012. Jakarta : PT ISFI

Anda mungkin juga menyukai