Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terbentang di
khatulistiwa sepanjang 3200 mil (5.120 km2) dan terdiri atas 13.667 pulau besar
dan kecil. Indonesia juga merupakan 1/5 populasi terbesar di dunia yang memiliki
penduduk mencapai 265 juta jiwa dan memiliki berbagai macam profesi salah
satunya profesi kesehatan seperti perawat, kebidanan, kedokteran, danfarmasi.
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan
pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan
ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang
cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga
mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika, biologi,
kimia, dan masih banyak cabang ilmu lainnya.Ilmu yang mendasari dari farmasi
yaitu Teknologi Sediaan Likuida dan Semi Solida (Anief, 2005).
Teknologi Sediaan Lukida dan Semi Solida merupakan ilmu yang
mempelajari tentang bentuk-bentuk sediaan obat seperti Sirup/Elixir, Salep, Krim,
Suspensi, dan Mouthwash.Adapun pendekatan umum yang digunakan sebelum
merancang suatu sediaan obat adalah dari segi teknologi formulasi yaitu studi pre-
formulasi mengenai zat aktif obat dan bahan tambahan obat yang akan digunakan
dalam memformulasi bentuk sediaan tertentu. Hal ini sangat penting diperhatikan
untuk menjaga mutu dan keamanan sediaan obat yang sudah beredar dipasaran.
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh
semua mahluk hidup bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah,
meringankan, maupun menyembuhkan suatu penyakit.Dalam penggunaannya,obat
mempunyai berbagai macam bentuk.Semua bentuk obat mempunyai karakteristik
dan tujuan tersendiri.Beberapa sediaan yang telah beredar saat ini umumnya
dibedakan atas sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semi padat.Dalam praktikum

1
kali ini salah satu sediaan yang akan kami buat yaitu bentuk sediaan cair berupa
Sirup/Elixir.
Elixir adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam
pelarut air suling kecuali dinyatakan lain, dimaksudkan untuk digunakan sebagai
obat dalam, obat luar atau untuk dimasukkan kerongga tubuh. Beberapa contoh
sediaan larutan adalah sirup dan elixir.
Mengingat pentingnya mempelajari mengenai sirup/elixir maka dilakukan
percobaan pembuatan sediaan sirup/elixir karena pembuatan sediaan sirup/elixir
sangat penting untuk diketahui dan dapat diterapkan pada pelayanan kefarmasian
khususnya diapotek,puskesmas, dan rumahsakit.
1.2 MaksuddanTujuan
1.2.1 Maksud
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari sirup/elixir
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan sirup.elixir
1.2.2 TujuanPercobaan
1. Mahasiswamampumengetahuitentangsirup/elixir
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan sirup/elixir
denganzataktifparacetamol

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Sirup
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula
dengan atau tanpa bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan
alat yang menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat
yang rasanya tidak enak, sirup efektif dalam pemberian obat untuk anak-anak, karena
rasanya yang enak biasanya menghilangkan keengganan pada anak-anak
untuk meminum obat (Ansel, 1989).
Sirup merupakan sediaan obat dalam bentuk larutan. Sediaan obat
dalam larutan mempunyai banyak keuntungan, selain mudah dalam pemakaian
terutama bagi anak kecil, juga mempunyai keuntungan seperti lebih cepat diabsorbsi
dalam  saluran cerna, sehingga obat cepat diabsorbsi dan semakin cepat pula
tercapainya efek terapetik. Namun tidak semua obat dapat dibuat dalam bentuk
sediaan larutan karena tidak semua obat stabil dalam larutan (Tjay dan Rahardja,
2002).
(Menurut FI Edisi III) sirup adalah sediaan cair berupalarutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22 O11) tidak kurang dari 64% dan
tidak lebih dari 66%.
Menurut Depkes RI (1979), sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sukrosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sukrosa C12H22011, tidak
kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%.
2.1.2 Macam-macam Sirup
Menurut Anief (1986), Macam-macam sirupr yaitu:
a. Sirup simpleks mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.
b. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan.

3
c. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau
penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa
tidak enak dan bau obat yang tidak enak

2.1.3 Pembuatan Sirup


Menurut Ansel (2008), cara pembuatan larutan sirup secara umum adalah
sebagai berikut:
1. Larutan dari bahan-bahan dengan bantuan panas, sirup dibuat dengan cara ini
bila dipanaskan bila dibutuhakan sirup secepat mungkin dan bila
komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh panas, pada cara ini gula
umumnya ditambahkan ke air yang dimurnikan, dan panas digunakan sampai
larutan terbentuk.
2. Komponen komponen lain yang tidak tahan panas ditambahkan ke sirup
panas, campuran dibiarkan dingin, dan volumenya disesuaikan sampai jumlah
yang tepat dengan penambahan air murni.
3. Dalam keadaan di mana zat-zat tidak tahan panas atau senyawa menguap,
seperti misalnya minyak mudah menguap penambah rasa dan alcohol akan
ditambahkan, maka biasanya ditambahkan ke sirup sesudah larutan gula
terbentuk oleh pemanasan, dan larutan cepat-cepat didinginkan sampai
temperature ruang.
4. Larutan yang dibuat tanpa penggunaan panas untuk menghindari panas yang
merangsang inverse sukrosa, sirup dapat dibuat tanpa pemanasan dengan
pengadukan.
5. Penambahan sukrosa kedalam cairan obat atau ke dalam cairan atau kedalam
cairan pemberi rasa, Adakalanya cairan obat , seperti tnktur atau ekstrak cair,
digunakan sebagai sumber obat dalam pembuatan sirup. Banyak tinktur-
tinhktur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan-banhan yang larut dalam
alcohol dan dibuat dengan pembawa beralkohol atau hidroalkohol.
6. Dengan perkolasi dari sumber-sumber bahan obat atau sukrosa, Dalam cara
perkolasi, sukrosa dapat diperkolasi untuk menjadi ekstrak yang kepadanya
dapat ditambahkan sukrosa atau sirup.

Pada keadaan tertentu sirup dapat berhasil dibuat dengan lebih dari
satu cara diatas , dan pemilihan semata-mata hanya merupakan pilihan lebih
disukai dalam bagian dari ahli farmasi.
2.1.4 Keuntungan dan kerugian sirup

4
Keuntungan dan kerugian sirup menurut Ansel et al (2015), yaitu:
a. Keuntungan
1. Campuran yang homogen.
2. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.
3. Obat lebih mudah diabsorbsi.
4. Mempunyai rasa manis.
5. Mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik
untuk anak-anak.
6. Membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat.
b. Kekurangan
1. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan.
2. Volume bentuk larutan lebih besar.
3. Ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup.

2.1.5 Wadah dan penyimpanan sirup


Disimpan dalam wadah tertutup baik, yaitu harus terlindungi dari masuknya
bahan padat dan mencegah terjadinya kehilangan bahan. Disimpan dalam wadah
tertutup rapat, sehinnga isi terlindungi dari masuknya bahan cair, bahan padat bahan
uap dan mencegah terjadinya kehilangan, perekatan, atau penguapa bahan.
Terlindung cahaya sehingga cahaya tidak bisa menembus wadah (Widodo, 2004).
2.1.6 Ketidakstabilan sirup
Menurut Lachman et al (1986), ketidakstabilan sirupr yaitu:
1. Biasanya bersifat voluminous (sangat besar) pada saat disimpan, sehingga
perlu dikemas dalam wadah yang sesuai.
2. Untuk mencegah kristalisasi gula pada leher botol karena sirup simpleks,
maka ditambahkan sorbitol, gliserin atau propilenglikol.
3. Untuk zat aktif yang mudah teroksidasi dapat ditambahkan anti oksidan.
2.2 Studi Preformulasi
a. Paracetamol (Farmakope Indonesia III)
pKa : 12,8

5
pH : 5,3-6,5
kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%), dalam 13 bagian aseton, dalam 40 bagian
gliserol, dan dalam 9 bagian propilenglikol, larut dalam
larutan alkali hidroksida.
Stabilitas : Peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi obat
Inkompatibilitas : Tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki
ikatan hidrogen dan beberapa antasida.
Koefisien partisi :-
Efek farmakologi : Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan
antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara
kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal,
Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang,
dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan
lambung.
. b. Propilenglikol (Dirjen POM, 1995)
pKa :-
pH : 6-8 (100 g/I, 20 0C
kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton,
dengan etanol (95%) dan dengan kloroform; larut
dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial,
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak
(Dirjen POM, 1995).
Stabilitas : hygroskopis dan harus disimpan dalam wadah
tertutup rapa terlindungi dari cahaya, ditempat
dingin dan kering. Pada suhu yang tinggi akan
teroksidasi menjadi propionaldehide asam
askorbat, asam piruvat dan asam asetat, stabil jika

6
dicampur dengan etanol, gliserin atau air (Rowe,
2009).
inkompatibilitas : inkom terhadap reagen pengoksidasi seperti
kalium permanganat.
Koefisien partisi :-
Alasan penambahan : karena propilen glikol merupakan eksipien yang
banyak digunakan sebagai pelarut dalam sediaan
liquid.

c. Orange Flavour (HOPE)


pKa :-
pH :-
kelarutan : mudah larut dalam alkohol 90%, asam asetat glasial.
Stabilitas : dapat disimpan dalam wadah gelas dan plastik.
inkompatibilitas :-
Koefisien partisi :-
Alasan penambahan : flavour agent
d. Metil paraben (FI , HOPE)
pKa : 8,5 pada suhu 220C
pH : 3-4,5
kelarutan : sukar larut dalam air, sukar larut dalam benzena,
sukar larut dalam tetraklorida, mudah larut dalam
etanol dan eter.
Stabilitas : mudah terurai oleh cahaya. larutan methylparaben
encer pada pH 3-6 dapat disterilisasi dengan
autoklav pada suhu 1200C selama 20 menit tanpa
dekomposisi. Larutan encer pada pH 3-6 tabil
(kurang dari 10% terdekomposisi) sampai sekitar 4
tahun pada suhu kamar, sedangkan larutan encer

7
pada pH 8 atau diatasnya terhidrolisis secara cepat
(10% atau lebih setelah sekitar 60 hari
penyimpanan pada suhu kamar) (HOPE).
inkompatibilitas : inkompatibel dengan senyawa bentonite,
magnesium trisiklat, talk, tragakan, sorbitol dan
atropin.
Koefisien partisi :-
Alasan penambahan : karena methylparaben (Nipagin) dapat
mempertahankan sediaan lebih tahan lama dan
tidak ditumbuhi mikroba atau jamur pada
konsentrasi tertetu sesuai kebutuhan (FI
III,1979).
e. Sirup simpleks (FI III, 1979,HOPE)
pKa :-
pH :-
kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih,
sukar larut dalam eter
Stabilitas : stabilitas baik pada suhu kamar dan pada
kelembaban yang rendah. Sukrosa akan menguap
15 kelembaban yang akan melepaskan panas pada
900C. Sukrosa akan menjadi karamel pada suhu
diatas 1600C. Sukrosa yang encer dapat
terdekomposisi dengan keberadaan mikroba
(HOPE).
inkompatibilitas : bubuk sukrosa dapat terkontaminasi dengan
adanya logam berat yang akan berpengaruh
terhadap zat akatif seperti asam askorbat. Sukrosa
dapat terkontaminasi sulfit dari hasil penyulingan.
Dengan sulfit yang tinggi, dapat terjadi perubahan

8
warna pada tablet yang tersalut gula. Selain itu,
sukrosa dapat bereaksi dengan tutup aluminium
(HOPE).
Koefisien partisi : -
Alasan penambahan : karena sirup simplex megandung 65% gula dalam
air, nipagin .0,25% b/v. Merupakan zat tambahan
dalam suatu sirup, pemanis ditambahkan untuk
memberikan rasa manis pada sirup karena sirup
identik dengan rasa manis.
f. Aquadest (HOPE)
pKa :-
pH : 5-7 (FI IV)
kelarutan : larut dengan semua jenis larutan.
Stabilitas : stabil dalam bentuk fisik (es, air, uap) (HOPE).
inkompatibilitas : air dapat bereaksi dengan obat atau eksipien lain
yang dapatterhidrolisis, dapat bereaksi dengan
logam-logam alkali dan oksidasinya. Air juga
dapat bereaksi dengan garam-garam anhidrat untuk
membentuk hidrat dengan berbagai komposisi
dengan material organic tertenu.
Koefisien partisi : -
Alasan penambahan : karena aquadest banyak dan sesring digunakan
sebagai pembawa dan pelarut pada setiap formula
serta sangat mudah untuk didapatkan.

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Zat Aktif
Zat Aktif : Paracetamol
Kekuatan Sediaan : 250 mg
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
95% p, dalam 13 bagian aseton p.
pKa : -4,4
Ph : 5,5 – 6,5 (Lewis, 2007)
Rumus Struktur :

Inkompatibilitas : Inkom terhadap permukaan nylon dan rayin


Stabilitas : Terhidrolisis pada Ph minimal 5-7, stabil pada
temperature 450c (dalam bentuk serbuk), dapat
terdegradasi quinominim dan terbentuk warna pink,
cokelat, dan hitam. Relatif stabil terhadap oksidasi,
menyerap uap air dalam jumlah tidak signifikan pada
suhu 25% dan kelembabab 90%.
Koefisien Partisi : Log 0,46
Dosis : Dalam 500 mg mengandung 250 mg paracetamol
Efek Farmakologi : Paracetamol dapat menurunkan demam dengan
bekerja pada hipotalamus yang mengakibatkan
validasi dan pengeluaran keringat. pada dosis
terapetik, inhibisi sintesis prostaglandin tidak
signifikan pada jaringan penhiral sehingga

10
paracetamol memiliki efek anti inflamasi, yang
rendah. (Machfoedz, 2007)
3.2 Kosolven

Propilenglikol (Dirjen POM, 1995)


Nama resmi : PROPILENGLYCOL
Nama lain : Propilen glikol
Rumus molekul : C 3H 8O2

Rumus struktur :

Berat molekul : 76,09 g/mol


pKa :-
pH : 6-8 (100 g/I, 20 0C
kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dengan
etanol (95%) dan dengan kloroform; larut dalam eter
dan dalam beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat
bercampur dengan minyak (Dirjen POM, 1995).
Stabilitas : Hygroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapa terlindungi dari cahaya, ditempat dingin dan
kering. Pada suhu yang tinggi akan teroksidasi menjadi
propionaldehide asam askorbat, asam piruvat dan asam
asetat, stabil jika dicampur dengan etanol, gliserin atau
air (Rowe, 2009).
Inkompatibilitas : Inkom terhadap reagen pengoksidasi seperti kalium
permanganat.

11
Alasan penambahan : karena propilen glikol merupakan eksipien yang
banyak digunakan sebagai pelarut dalam sediaan
liquid.

3.3 Pengawet
Metil paraben (FI , HOPE)
Nama resmi : METHYL HYDROXYBENZOATE
Nama lain : methylparaben
Rumus molekul : CH3 (C 6H 4 (OH) COO)
Rumus struktur :

Berat molekul : 152,15 g/mol


pKa : 8,5 pada suhu 220C
pH : 3-4,5
kelarutan : sukar larut dalam air, sukar larut dalam benzena, sukar
larut dalam tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan
eter.
Stabilitas : mudah terurai oleh cahaya. larutan methylparaben
encer pada pH 3-6 dapat disterilisasi dengan autoklav
pada suhu 1200C selama 20 menit tanpa dekomposisi.
Larutan encer pada pH 3-6 tabil (kurang dari 10%
terdekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu
kamar, sedangkan larutan encer pada pH 8 atau
diatasnya terhidrolisis secara cepat (10% atau lebih
setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu kamar)
(HOPE).

12
inkompatibilitas : inkompatibel dengan senyawa bentonite, magnesium
trisiklat, talk, tragakan, sorbitol dan atropin.
Alasan penambahan : karena methylparaben (Nipagin) dapat
mempertahankan sediaan lebih tahan lama dan tidak
ditumbuhi mikroba atau jamur pada konsentrasi tertetu
sesuai kebutuhan (FI III,1979).
3.4 Pemanis

Sirup simpleks (FI III, 1979,HOPE)


Nama resmi : SIRUPUS SIMPLEX
Nama lain : sukrosa; gula bit; gula tebu; gula halus; sakarosa; gula.
Rumus molekul : C 12H 22O11
Rumus struktur :

Berat molekul : 766,10 g/mol


pKa :-
pH :-
kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, sukar
larut dalam eter
Stabilitas : stabilitas baik pada suhu kamar dan pada kelembaban
yang rendah. Sukrosa akan menguap 15 kelembaban
yang akan melepaskan panas pada 900C. Sukrosa akan
menjadi karamel pada suhu diatas 1600C. Sukrosa yang
encer dapat terdekomposisi dengan keberadaan mikroba
(HOPE).

13
inkompatibilitas : bubuk sukrosa dapat terkontaminasi dengan adanya
logam berat yang akan berpengaruh terhadap zat akatif
seperti asam askorbat. Sukrosa dapat terkontaminasi
sulfit dari hasil penyulingan. Dengan sulfit yang tinggi,
dapat terjadi perubahan warna pada tablet yang tersalut
gula. Selain itu, sukrosa dapat bereaksi dengan tutup
aluminium (HOPE).
Alasan penambahan : karena sirup simplex megandung 65% gula dalam air,
nipagin .0,25% b/v. Merupakan zat tambahan dalam
suatu sirup, pemanis ditambahkan untuk memberikan
rasa manis pada sirup karena sirup identik dengan rasa
manis.
3.5 Pembawa dan pelarut

Aquadest (HOPE)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain :Aquadest.
Rumus molekul : H 2O
Rumus struktur :

Berat molekul : 18,02 g/mol


pKa :-
pH : 5-7 (FI IV)
kelarutan : larut dengan semua jenis larutan.
Stabilitas : stabil dalam bentuk fisik (es, air, uap) (HOPE).

14
inkompatibilitas : air dapat bereaksi dengan obat atau eksipien lain yang
dapatterhidrolisis, dapat bereaksi dengan logam-logam
alkali dan oksidasinya. Air juga dapat bereaksi dengan
garam-garam anhidrat untuk membentuk hidrat dengan
berbagai komposisi dengan material organic tertenu.
Alasan penambahan : karena aquadest banyak dan sering digunakan sebagai
pembawa dan pelarut pada setiap formula serta sangat
mudah untuk didapatkan.

15
BAB IV
FORMULASI DAN PERHITUNGAN
4.1 Formulasi
Rancangan Formula
R/
Paracetamol 120 mg/ml
Sirup simplek 25 %
Profilen Glikol 10 %
Metil paraben-Profil Paraben (3:2)0,12 %
Flavour qs
Aquades ad 100 %
4.2 Perhitungan
Sirup paracetamol untuk 1 botol = 60 + (60+2%) = 61,2 ml
61,2ml
1. Paracetamol = x 120 mg= 1,476 gr
5 ml
10
2. Propilenglikol = x 61,2 ml = 6,12 ml
100
3. Metil Paraben : propil paraben(3:2) 0,12%
0,12
= x 61,2 ml = 0,07344 gr
100
3
Metil Paraben = x 0,07344 gr = 0,044 gr
5
2
Propil Paraben = x 0,07344 gr = 0,029 gr
5
25
4. Sirup Simplex = x 61,2 ml = 15,3 ml
100
5. Flavour qs
6. Air add 61,5 ml

16
BAB V
CARA KERJA DAN EVALUASI
5.1 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Dikalibrasi botol hingga volume 60mL
4. Ditimbang bahan aktif dan eksipien
a. Pembuatan sirup simpleks
1. Ditimbang asam sukrosa 65 gr, dan metal paraben 250 mg lalu dipanaskan air.
2. Ditambahkanmetil dan sukrosa kedalam air yang sudah mendidih, adukhingga
homogen.
b. Pembuatan sirup
1. Dipanaskan air hingga mendidih lalu di dinginkan
2. Digerus PCT, lalu dimasukkan sirup simpleks ke dalam lumping ang berisi pct
yang sudah halus. Gerus hinggahomogen.
3. Dimasukkan propilen glikol
4. Dilarutkan metil paraben:profil paraben pada etanol 96% add pelarutnya.
5. Dicampurkan metil paraben:profil paraben yang sudah larut tersebut ke dalam
pct
6. Ditambahakan pewarna
7. Add aquadestilata, laludisaring
8. Dimasukkan kedalam wadah.
9. Diberi etiket dan label “dikocok dahulu sebelum minum” kemudian masukkan
kedalam kemasan beserta brosurnya.
5.2 Tabel Evaluasi
No Jenis Prinsip Syarat Hasil
1. Uji Organoleptik Pemeriksaan Pemeriksaan Bau:

17
organoleptis yang bau, warna ,
dilakukan secara rasa harus warna:
visual meliputi bau, sesuai dengan
rasa, dan warna spesifikasi yang Rasa :
penjernihan ditentukan
(Depkes RI,
1995).
2. Massa jenis Pikometer kosong sesuai syarat pH sediaan
dan kering ditimbang dimana massa eliksir :
(a) ditambahkan jenis sirup
aquades dan
ditimbang (b) yang baik yaitu
pikometer 1,3 g/mL
dibersihkan (DepKes RI.
dimasukkan larutan 1995)
sirup dan ditimbang
(c)
P = c-a/b-a x p
3. Pengukuran pH Dimasukkan kertas pH sesuai pH sediaan
pH dalam sediaan. dengn sirup
Pengukuran spesifikasi
dilakukan pada suhu formulasi
25º±2º. sediaan (Depkes
Menggunakan alat RI, 1995).
potensiometrik (pH
meter) yang sesuai.
4. Volume Botol 1,2,3,4,5 volume
terpindahkan
terpindahkan terpindahkan
yaitu 59,2 ml
artinya
memenuhi
syarat
Farmakope
yaitu tidak
kurang dari
95%
dari bobot
semula yaitu 60

18
mL (Depkes RI,
1995)

BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil

Sediaan Sirup

6.2 Pembahasan

19
Sirup merupakan salah-satu produk olahan cair yang dikonsumsi Sebagian
besar orang sebagai minuman Pelepas dahaga. Sirup adalah sedian pekat dalam air
gula atau pengganti gula dengan atau tanpa bahan tambahan, bahan pewangi dan zat
aktif sebagai obat (Ansel, 2005). Menurut Syamsuni, (2007) menyatakan, Sirup
adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi.
Menurut Mun’im dan Endang (2012), menyatakan bahwa sirup paling sedikit 50%
sukrosa dan biasanya 60-65%.
Praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan larutan. Larutan adalah
sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan air
suling kecuali dinyatakan lain. Sedangkan eliksir adalah sediaan berupa larutan yang
mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti
gula atau pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, dan digunakan
sebagai obat dalam. (Moh. Anief, 2008)
Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan larutan adalah
Paracetamol dan bahan tambahan yang digunakan adalah nipasol, nipagin, sukrosa,
flavour, dan aquadestilata.
Pada percobaan kedua ini kita membuat sirup. Pertama-tama siapkan alat dan
bahan yang akan digunakan, yaitu lumpang dan alu, gelas ukur dan bahan yang
digunakanya. Kemudian untuk membersihkan alat harus dibersihkan menggunakan
alkohol 70%. Alkohol mempunyai aktivitas sebagai anti bakteri yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri, dan alcohol juga mengandung antiseptic dan
desinfektan. Antiseptik bertujuan untuk menghambat atau merusak mikroorganisme
dipermukaan suatu jaringan hidup sehingga dapat mencegah infeksi (Joseph, 1865),
Sedangkan desinfektan yaitu mengeliminasi atau membunuh bentuk-bentuk
vegetative dari Sebagian besar organisme yang berbahaya dan pathogen, tetapi tidak
ditujukan untuk membunuh semua mikroba. ( signaterdadie, 2009)
Langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat sirup simpleks, yaitu
dipanaskan air hinggah mendidih kemudian di larutkan diatas penagas gula sebanyak
13 gr sambil diaduk, kemudian apabila gula sudah larut kemudiaan dimasukkan metil

20
paraben (pengawet) sebanyak 0,0044 gr aduk hingga homogen dengan larutan gula.
Apabila sudah homogen didinginkan beberapa saat.
Langkah selanjutnya yaitu membuat sirup, pertama-tama gerus Paracetamol
tablet sampai halus sebanyak 1,476 gr. Menurut (Kurniawan, 2009) penggerusan
bertujuan agar memperoleh partikel terkecil. Parasetamol yang akan dibuat sediaan
sirup untuk anak-anak yaitu sirup parasetamol non alkoholik. Masalah yang dihadapi
dalam pembuatan larutan adalah kelarutan parasetamol terhadap cairan pembawanya
karena sediaan parasetamol non-alkoholik jadi pelarut atau cairan pembawa
pengganti alkohol dapat menggunakan propilen glikol sebanyak 6,12 ml walaupun
memiliki kelarutan yang lebih rendah dibandingkan alkohol. Parasetamol
yangmemiliki struktur seperti di atas memiliki kelarutan dalam air (1:70), propilen
glikol (1:9) dan gliserin (1:40). Pada saat parasetamol dilarutkan dalam propilen
glikol, parasetamol dapat larut dengan sempurna. Selanjutnya, apabila semua bahan
sudah tercampur kemudian ditambhkan zat pewarna lalu di cukupkan aquades sampai
60 ml, masukkan dalam kemasan botol.

BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan
untuk penggunaan vital dan biasanya diberi rasa manis untuk menutupi rasa
pahit dari obat tersebut. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai
pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang
dikandungnya.
2. Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan pengocokan dan
atau pencampuran dua atau lebih bahan-bahancair.
7.2 Saran
7.2.1 UntukJurusan

21
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitisnya berupa alat-alat dan
bahan-bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
7.2.2 UntukAsisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak member wawasan tentang sirup/elixir. Asisten
dan praktikan diharapkan tidak ada missed communication selama proses
praktikum agar hubungan asisten dan praktikan diharapkan selalu terjaga
keharmonisannya agar dapat tercipta suasana kerjasama yang baik.
7.2.3 UntukPraktikan
Praktikan diharapkan dipraktikum selanjutnya bias melaksanakan
praktikum lebih baik lagi dan tidak membuatkan kesalahan dalam
menghitung dosis yang diminta.Selain itu, berhati-hatilah dalam mencampur
obat dan juga didalam praktikum keseriusan yang diutamakan.

22

Anda mungkin juga menyukai