Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN


SEMI PADAT

SUSPENSI IBUPROFEN

Kelompok 2

1. I Ketut Devananda Wicaksana (K1A020025)


2. Julia Ananda Eka Putri (K1A020029)
3. Kamelia Roiyan (K1A020031)
4. Ni Nyoman Radiartini (K1A020055)
5. Nindia Oktaviani Adira (K1A020057)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
1. PENDAHULUAN
a. Alasan pembuatan
Pembuatan suspensi oral dalam bentuk cair lebih banyak disukai
daripada bentuk padatan (tablet atau kapsul), mudahnya dalam proses
menelan, mudah diberikan untuk anak-anak, dan juga mudah diatur
penyesuaian dosisnya untuk anak. Ibuprofen merupakan obat analgetik,
antipiretik dan antiinflamasi. Oleh karena itu ibuprofen praktis, tidak larut
dalam air, maka dapat dibuat dalam bentuk suspensi jika diinginkan sediaan
dalam bentuk cair.
b. Farmakologi (MIMS)
NSAID, memiliki sifat analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik.
Menghambat siklooksigenase-1 dan 2 sehingga mengurangi produksi
prekursor prostaglandin.
c. Dosis
● Artritis juvenil: Oral dengan atau sesudah makan, >7 kg : 30 – 40
mg/kgBB/hari dalam 3 – 4. Nyeri pada anak (tidak direkomendasi
untuk anak < 7 kg), Oral dengan atau sesudah makan, < 1 tahun : 20 –
30 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi 1 – 2 tahun: 50 mg 3 – 4 kali
sehari, 3 – 7 tahun : 100 mg 3 – 4 kali sehari, 8 – 12 tahun: 200 mg 3 -
4 x sehari
● Tablet: 100 mg, 200 mg, 400 mg, 600 mg, 800 mg.
● Kapsul: 200 mg, 400 mg.
● Suspensi oral: 100 mg/5 mL [5 mL, 60 mL, 120 mL, 480 mL].
● Suspensi forte: 200 mg/5 mL [ 50 mL, 60 mL ]
d. Efek samping
Gangguan gastrointestinal (mual, diare, dispepsia, perdarahan
gastrointestinal), reaksi hipersensitif (ruam, angioedema, bronkospasme,
sakit kepala, pusing, gelisah, vertigo, tinnitus, fotosensitivitas, hematuria,
retensi cairan, peningkatan tekanan darah, gagal ginjal. Jarang: kerusakan
hati, alveolitis, eosinofilia paru, pankreatitis, gangguan penglihatan,
sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik, kolitis, meningitis
aseptik.
e. Farmakokinetik (MIMS)
● Absorpsi : Cepat diserap dari saluran pencernaan; sebagian ke
dalam kulit. Asupan makanan menurunkan tingkat penyerapan.
Bioavailabilitas: 80%. Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma
puncak: 1-2 jam (tab); 1 jam (susp oral).
● Metabolisme : Memasuki ASI. Volume distribusi: 0,12 L/kg (oral).
Pengikatan protein plasma: >99%.
● Distribusi : Dimetabolisme di hati melalui oksidasi
● Eliminasi : Terutama melalui urin (45-80% sebagai metabolit,
kira-kira 1% sebagai obat tidak berubah, 14% sebagai terkonjugasi);
kotoran. Waktu paruh eliminasi: Kira-kira 2 jam (oral); 2,22-2,44 jam
(IV).
2. DATA PREFORMULASI ZAT AKTIF (FI VI, 2020)
● Nama resmi dan sinonim : 2-(p-Isobutilfenil) asam propionat, ibuprofen,
ibuprofenas.

● Struktur, BM : C13H18O2 / 206,3 g/mol


● Pemerian : Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; berbau khas
lemah
● Kelarutan : Sangat mudah larut dalam etanol, metanol, aseton, dan
kloroform; sukar larut dalam etil asetat; praktis tidak larut dalam air.
● Stabilitas : Larutan ibuprofen lisin dalam air untuk wadah injeksi
di suhu kamar yang stabil ketika terlindungi dari cahaya.
● Inkompatibilitas : Tidak ditemukan dalam FI VI
● Titik lebur : 75 – 780C
● Hidrolisis : Tidak ditemukan dalam FI VI
● pH : Antara 3,6 dan 4,6
● Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada
penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri pasca bedah, sakit kepala, gejala
arthritis rheumatoid, gejala osteoarthritis, gejala juvenile arthritis
rheumatoid, menurunkan demam pada anak.
● Kegunaan : Analgetik (sebagai zat aktif)
● Stabilitas :
● Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, dalam suhu ruang.

3. PERMASALAHAN FARMASETIKA dan SOLUSI

Permasalahan Farmasetika Solusi

Ibuprofen praktis tidak larut dalam Ditambahkan suspending agent yaitu


air dan akan dibuat dalam sediaan Pulvis Gummi Arabici (PGA) agar
suspensi zat aktif dapat terdispersi dengan
baik.

Sediaan mengandung air dan gula Ditambahkan zat pengawet yaitu


akan tercemar oleh mikroba jika Metilparaben dan Propilparaben
tidak ditambahkan pengawet

Ibuprofen tidak larut dan mempunya Ditambahkan humektan/zat


luas permukaan yang besar sehingga pembasah yaitu Sorbitol
menyebabkan tegangan permukaan

Ibuprofen memiliki rasa yang pahit Diberikan pemanis berupa sukrosa

4. RANCANGAN FORMULA

No Nama bahan Fungsi Konsentrasi g/v5 g/60 g/330


% mL mL mL

1. Ibuprofen Zat aktif 2 0,1 1,2 6,6


2. Asam sitrat Dapar 0,4608 0,04 0,48 1,5206

3. Sodium sitrat Dapar 0,1152 0,096 1,152 0,3801

4. PGA Suspending 8 0,4 4,8 26,4


agent

5. Gliserin Humektan 15 0,75 9 49,5

6. Sorbitol 70% Pemanis 30 1,5 18 99

7. Propilparaben Pengawet 0,02 0,001 0,012 0,66

8. Propilen Cosolvent 15 0,75 9 49,5


glikol propil &
Ibuprofen

9. Aquadest Pelarut Add 100 Add 5 Add 60 Add


mL mL 330
mL

5. DATA PREFORMULASI BAHAN TAMBAHAN


a. Asam Sitrat (HOPE ed. VI hal 181-183, 2009)
● Nama resmi/sinonim : Acidum citricum
monohydricum;

● Struktur, BM :
/210,14
● Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna
atau serbuk hablur granul sampai halus; putih; tidak berbau
atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam. bentuk hidrat
mekar dalam udara dingin.
● Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air;
mudah larut dalam etanol; agak sukar larut dalam eter.
● Titik leleh : 100°C (melunak pada 75°C).
● Stabilitas : Mengalami kekurangan air dari
kristalisasi saat dipanaskan pada suhu 40°C.
● Inkompatibilitas : Bereaksi dengan kalium tartrat,
alkali dengan alkali tanah, karbonat dan bikarbonat, asetat dan
sulfida. senyawa ini berpotensi meledak jika dikombinasikan
dengan logam nitrat.
● pH stabilitas : 2,2
● Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, di
tempat sejuk dan kering.
b. Sodium sitrat (HOPE ed. VI hal 640-642, 2009)
● Nama resmi/sinonim : Sodium sitrat/natrii citras

● Struktur, BM :
/294.10
● Pemerian : Bubuk kristal putih dengan rasa
dingin dan asin, tidak berbau.
● Kelarutan : Larut 1 dalam 1,5 air, 1 dari 0,6
air mendidih; praktis tidak larut dalam etanol (95%).
● Titik leleh : Berubah ke bentuk anhidrat
pada 150°C.
● Stabilitas : Penyimpanan dalam bentuk
larutan dapat menyebabkan pemisahan partikel kecil dan padat
dari kaca wadah.
● Inkompatibilitas :-
● pH stabilitas : 7.0–9.0 (5% w/v aqueous
solution)
● Penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap
udara, di tempat sejuk dan kering.
c. PGA (HOPE ed. VI hal1, 2009)
● Nama resmi/sinonim : Pulvis Gummi Arabicum

● Struktur, BM : ,-
● Pemerian : Serbuk putih, atau putih
kekuningan, tidak berbau
● Kelarutan : Larut hampir sempurna dalam 6
bagian bobot air, tetapi sangat lambat, praktis tidak larut dalam
etanol dan eter
● Stabilitas : Larutan encer PGA rentan terhadap
bakter/degradasi enzim tetapi dapat dicegah dengan pendidihan
larutan dalam waktu singkat untuk menonaktifkan enzim, dapat
juga diawetkan dengan penambahan antimikroba seperti asam
benzoat 0,1%, sodium benzoat 0,1% / campuran keduanya
● Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan
sejumlah zat seperti amidopyrine, apomorphine, kresol, etanol
(95%), garam besi, morfin, fenol, tanin dan vanilin
● pH stabilitas : 4,5-5
● Penyimpanan : Serbuk disimpan ditempat yang
kering, dalam suhu yang dingin
d. Sorbitol (HOPE ed. VI hal 477 ; FI IV hal 756)
● Nama resmi/sinonim : Sorbito / C*PharmSorbidex; E420;
1,2,3,4,5,6-hexanehexol; Liponic 70- NC; Liponic 76-NC;
Meritol; Neosorb; Sorbitab; sorbite; Dsorbitol; Sorbitol Instant;
sorbitolum; Sorbogem.

● Struktur, BM : / 182,17
● Pemerian : Serbuk, granul atau lempengan,
mikroskopik, warna putih, rasa manis
● Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,
sukar larut dalam etanol dan dalam asam asetat
● Stabilitas : Stabil di udara, tidak dapat
dibakar, tidak korosif dan tidak mudah menguap
● Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk kelat
yang larut dalam air dengan banyak ion logam divalen dan
trivalen dalam kondisi asam dan basa kuat. Penambahan
polietilen glikol cair ke dalam larutan sorbitol, dengan agitasi
yang kuat, menghasilkan gel yang larut dalam air berlilin
dengan titik leleh 35–408C. Larutan sorbitol juga bereaksi
dengan oksida besi menjadi berubah warna. Sorbitol
meningkatkan laju degradasi penisilin dalam larutan netral dan
berair
● pH stabilitas : 4,5–7,0 untuk larutan berair
10% b/v
● Penyimpanan : Di tempat sejuk, kering dan
dalam wadah tertutup rapat
e. Propilparaben (HOPE ed. VI hal 596-598, 2009)
● Nama resmi dan sinonim : Propylis Parabenum/ Nipasol

● Struktur, BM : /180,21
● Pemerian : Serbuk hablur putih; tidak
berbau; tidak berasa
● Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air,
mudah larut dalam etanol dan eter, sukar larut dalam air
mendidih.
● Titik leleh : 95-980C
● Stabilitas : Sangat sukar larut dalam air,
larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P,
dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak
lemak, mudah larut dalam alkali hidroksida.
● Inkompatibilitas : Magnesium aluminium silikat,
magnesium trisilikat, kuning oksida besi, biru laut dilaporkan
dapat menyerap propil paraben, dengan demikian dapat
mengurangi fungsi dari pengawet tersebut
● pH stabilitas : 9.5–10.5 (0.1% b/v larutan)
● Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
f. Propilen glikol (HOPE ed. VI hal 592-594, 2009)
● Nama resmi dan sinonim : Propylene glycol/metil etilen
glikol

● Struktur, BM : / C3H8O2/76,09
● Pemerian : Bening, tidak berwarna, kental,
praktis tidak berbau cair, dengan rasa manis, agak tajam
menyerupai gliserin.
● Kelarutan : Dapat bercampur dengan air,
dengan etanol 95% p, dan dengan kloroform p. Larut dalam 6
bagian eter p, tidak dapat bercampur dengan eter, minyak tanah
dan dengan minyak lemak
● Titik leleh : -59℃
● Stabilitas : Pada suhu rendah dan wadah
tertutup karena terhindar dari agen pengoksidasi. Kestabilan
propilen glikol bisa ditambah dengan menambahkan etanol
95% dan gliserin atau air
● Inkompatibilitas : Propilen glikol tidak kompatibel
dengan reagen pengoksidasi seperti kalium permanganat
● pH stabilitas : 3-6
● Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
g. Aquadest (FI III hal 96, 1979)
● Nama resmi dan sinonim : Aqua destilata (air suling)

● Struktur, BM : H2O / 18,02


gr/mol
● Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
● Kelarutan : Larut dalam metanol, etanol,
aseton/pelarut polar.
● Titik Leleh : 100℃
● Stabilitas :-
● Inkompatibilitas : Air dapat bereaksi dengan obat
yang terhidrolisis ; Air dapat bereaksi dengan keras dan cepat
dengan logam alkali dan oksidanya seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida ; Air juga bereaksi dengan garam anhidrat
untuk mencapai bentuk hidratnya
● pH stabilitas : 5-7
● Penyimpanan : Dapat disimpan dalam wadah
tertutup rapat.
6. ALAT dan BAHAN
a. Alat
1. Botol wadah sediaan 60 mL (5 buah)
2. Wadah pencampuran 500 mL (1 buah)
3. Gelas ukur 100 mL (1 buah)
4. Timbangan analitik (1 buah)
5. Kaca arloji (4 buah)
6. Kertas perkamen (2 lembar)
7. Gelas beaker 100 mL (3 buah)
8. Sendok tanduk (1 buah)
9. Spatula (1 buah)
10. Hotplate (1 buah)
11. Stemper & Mortar besar (1 buah)
12. Sudip (1 buah)
13. Batang pengaduk (1 buah)
14. Gelas beaker 500 mL (1 buah)
15. Termometer (1 buah)
16. pH meter (1 buah)
17. Viskometer (1 buah)
18. Piknometer (1 buah)
19. Corong kaca (1 buah)
b. Bahan
1. Ibuprofen
2
Konsentrasi % x total per bets = 100
x 330

= 7,2 g
2. Asam sitrat
0,8
Konsentrasi % x total per bets = 100
x 330

= 2,88 g
3. Sodium sitrat
1,92
Konsentrasi % x total per bets = 100
x 330
= 6,912 g
4. PGA
8
Konsentrasi % x total per bets = 100
x 330

= 28,8 g
5. Sorbitol
15
Konsentrasi % x total per bets = 100
x 330

= 54 g
6. Sukrosa
30
Konsentrasi % x total per bets = 100
x 330

= 108 g
7. Metilparaben
0,18
Konsentrasi % x total per bets = 100
x 330

= 0,648 g
8. Propilparaben
0,02
Konsentrasi % x total per bets = 100
x 330

= 0,072 g
9. Propilen glikol
15
Konsentrasi % x total per bets = 100
x 330

= 54 g
10. Aquadest
27,08
Konsentrasi % x total per bets = 100
x 330

= 97,488 g
7. PROSEDUR PEMBUATAN MEMUAT IPC DAN EVALUASI SEDIAAN
AKHIR
● Persiapan dan penimbangan
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dilakukan kalibrasi pada botol wadah sediaan 60 mL.
3. Dilakukan kalibrasi pada wadah pencampuran 80% (288 mL) dan
100% (360 mL).
4. Dilakukan penimbangan bahan sesuai dengan yang dibutuhkan
menggunakan kaca arloji, perkamen, dan beaker glass.
● Pembuatan Suspending agent
1. Dipanaskan akuades hingga suhu 70oC di atas hotplate
2. Dimasukkan PGA sebanyak 28,8 g dalam mortar
3. Akuades suhu 70oC dicampurkan dengan PGA sedikit demi sedikit
sambil dilakukan penggerusan cepat
4. Penggerusan terus dilakukan hingga terbentuk mucilago
● Pembuatan Pengawet Propilparaben
1. Dipanaskan propilen glikol hingga suhu 70oC di atas hotplate
2. Dimasukkan propilparaben 0,072 g sedikit demi sedikit
3. Dilakukan pengadukan hingga propilparaben larut
● Pembuatan Pengawet Metilparaben
1. Dimasukkan metilparaben 0,648 g dalam beaker glass
2. Dimasukkan akuades dan dilakukan pengadukan hingga metilparaben
larut
● Pembuatan Pemanis Sukrosa
1. Dimasukkan sukrosa 108 g dalam beaker glass
2. Dicampurkan dengan akuades dan dilakukan pengadukan hingga larut.
● Pencampuran
1. Dimasukkan Ibuprofen dalam suspending agent pada mortar
2. Dilakukan penggerusan hingga campuran homogen
3. Dimasukkan campuran dalam gelas beaker 500 mL
4. Dimasukkan pengawet dan dilakukan pengadukan hingga homogen
5. Dimasukkan larutan sukrosa dan dilakukan pengadukan hingga
homogen
6. Perlu diperhatikan volume total pencampuran tidak lebih dari 80%
7. Dilakukan IPC meliputi cek pH dan organoleptis, dicocokan dengan
syarat ketentuan sediaan.
8. Ditambahkan akuades atau bahan sisa hingga volume 100%
9. Dilakukan pengadukan hingga homogen
● Filling
Sediaan jadi dimasukkan dalam botol wadah sediaan 60 mL yang telah
dikalibrasi.
8. EVALUASI
❖ Fisik

No Nama Prinsip evaluasi Persyaratan Hasil


evaluasi

1. Uji Uji mengenai Bau, rasa, dan warna kuning


organoleptis karakteristik fisik warna sesuai pucat pada lapisan
sediaan yang dengan spesifikasi atas dan terdapat
dilakukan dengan yang ditentukan busa, rasa yang
panca indera yaitu asam-manis-pahit
warna, bau, rasa, (menusuk),
dan bentuk. memiliki bau yang
asam.

2 Uji viskositas Pengukuran hasil rata-rata


Memenuhi
viskositas sediaan viskositas senilai
persyaratan nilai
dilakukan dengan 42,25 cP dimana
viskositas
menggunakan hasil ini belum
menurut SNI
viskometer memenuhi syarat.
adalah 37cP-396
Brookfield.
cP.
3 Uji Melihat tampilan Syarat uji
Kejernihan dengan kejernihan yang
pencahayaan senter. baik pada suspensi
Pokok yaitu,
pengamatannya
adalah warna dan
tampilan sedimen,
tingkat kekeruhan,
serta terbentuknya
cake/endapan.

4 Dilakukan dengan Vo = 60 mL
Volume melihat kestabilan Semakin besar Vu = 59,25 mL
sedimentasi suspensi yang nilai fraksi Vu/Vo,
dihasilkan (karena
(Moshinsky, semakin baik Vu/Vo
sedimentasi yg
terbentuk harus =(59,25/60) mL
1959) suspendibilitasnya
mudah
didispersikan Fraksi Vu/Vo
kembali) Prinsip: = 0,9875
Perbandingan
antara volume akhir
(Vu) sedimen
dengan volume
awal (Vo) sebelum
terjadi sedimentasi
di dalam silinder
pada kondisi
standar.

5
Distribusi Masing-masing Diameter partikel Terdispersi
formula dievaluasi sempurna setelah
ukuran berkisar antara
distribusi ukuran pengocokan ke 11
partikel partikel yang 1,00- 50,00 μm.
kali atau 28 detik
dilakukan secara
(Emilia et al.,
mikroskopis cahaya
30/100% = 26/X
2013) menggunakan lensa
okuler pada 100x
(10x10) yang 30 X = 28 x
dilengkapi kamera. 100%
Ukuran partikel X = 2800%/30
dilakukan dengan
X = 93,33%
mengukur 1000
partikel dari
masing-masing
formula dan
dilakukan
pengelompokan
ukuran partikel.

6 sediaan suspensi
Kemampuan Dilakukan secara Kemampuan
manual dan dapat terdispersi
Redispersibili redispersi baik
hati-hati, tabung sempurna dengan
tas reaksi diputar 180° bila suspensi telah
dan dialihkan ke pengocokan
(Moshinsky, terdispersi
posisi semula. tangan selama 30
1959) Formulasi yang sempurna dengan
dievaluasi detik.
pengocokan
ditentukan
berdasarkan jumlah tangan maksimum
putaran yang
30 detik dan
diperlukan untuk
mendispersikan diberi nilai 100%
kembali endapan
partikel ibuprofen
agar kembali
tersuspensi.

❖ Kimia

N Nama Prinsip evaluasi Persyaratan Hasil


o evaluasi

1. Uji pH Uji dilakukan Syarat uji pH 3,30


mengguakan pH
suspensi
meter.
ibuprofen yaitu
berada pada
rentang 3,6-4,6

❖ Bio

N Nama evaluasi Prinsip evaluasi Persyaratan


o

1. Uji kandungan Penentuan kandungan zat Produk harus


zat antimikroba antimikroba menggunakan mengandung sejumlah
kromatografi gas atau zat antimikroba seperti
polarografi (sesuaikan dengan yang tertera pada etiket
pengawet yang digunakan) ± 20%.

2 Uji efektivitas Pengurangan jumlah mikroba Suatu pengawet


pengawet yang dimasukkan ke dalam dinyatakan efektif di
antimikroba sediaan yang mengandung dalam contoh yang diuji,
pengawet dalam selang waktu jika:
tertentu dapat digunakan a. Jumlah bakteri viabel
sebagai parameter efektifitas pada hari ke-14
pengawet dalam sediaan. berkurang hingga tidak
Inokulasi mikroba pada lebih dari 0,1% dari
sediaan dengan cara jumlah awal.
menginkubasi tabung bakteri b. Jumlah kapang dan
biologik (Candida Albicans, khamir viabel selama 14
Aspergillus Niger, hari pertama adalah tetap
Pseudomonas aeruginosa dan atau kurang dari jumlah
Staphylococcus aureus) yang awal.
berisi sampel dari inokula c. Jumlah tiap mikroba
pada suhu 20-25 °C dalam uji selama hari tersisa
media Soybean-Casein Digest dari 28 hari pengujian
Agar. adalah tetap atau kurang
dari bilangan yang
disebut pada a dan b.

9. Pembahasan
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus
halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan–lahan, endapan harus
terdispersi kembali (Anonim,1979). Zat aktif yang digunakan pada suspensi ini
adalah ibuprofen. Zat tambahan berfungsi untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi
kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang. Sediaan
suspensi lebih diminati daripada sediaan padat seperti tablet karena mudah ditelan,
mudah diberikan pada anak-anak serta pasien lansia yang kesulitan dalam menelan
(Ansel, 2008). Suspensi mempunyai bioavaibilitas yang lebih baik dan absorbsinya
lebih cepat daripada sediaan padat (Joenoes, 2001).
Bentuk sediaan suspensi diformulasikan karena beberapa zat aktif obat
mempunyai kelarutan yang praktis tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam
bentuk cair agar mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk
menelan, mudah diberikan pada anak-anak, serta untuk menutupi rasa pahit atau
aroma yang tidak enak dari zat aktif obat. Alasan lain adalah karena air merupakan
pelarut yang paling aman bagi manusia. Untuk itu air digunakan sebagai medium
pembawa pada sebagian besar sediaan suspensi. Walaupun zat aktif obat memiliki
kelarutan buruk dalam air, zat aktif obat tetap dapat dibuat ke dalam bentuk sediaan
cair/liquid dengan adanya bantuan suspending agent (Suena,2015).
Setelah formulasi diproses menjadi sediaan setengah jadi atau mencapai
volume 80%, dilakukan uji In Process Control (IPC) untuk memastikan kualitas
produk sediaan. IPC pada praktikum ini meliputi uji pH. Berdasarkan untuk uji pH
didapatkan hasil senilai 3,30 hasil tersebut tidak sesuai dengan rentang pH sediaan
suspensi ibuprofen yaitu 3,6 - 4,6 kemudian untuk pH suspensi optimum yaitu 5-6
(Ansel,2014). Hal ini disebabkan dapat oleh ketidaksesuaian konsentrasi buffer yang
digunakan dengan jumlah volume sediaan yang dibuat, sehingga menyebabkan pH
suspensi tidak berubah sesuai dengan pH target saat penambahan buffer. Selain itu
juga dapat dipengaruhi oleh faktor terkontaminasinya suspensi dari lingkungan yang
menyebabkan terjadinya penguraian senyawa dari bahan eksipien menjadi penyebab
perubahan pH suspensi. Setelah IPC dilakukan, volume sediaan digenapkan menjadi
100% untuk kemudian dilakukan proses filling dan evaluasi sediaan. Sebelum
dilakukan proses filling, perlu dilakukan kalibrasi botol untuk mempermudah proses
filling dan memastikan akurasi ukuran botol. Selain itu, hal tersebut dilakukan untuk
menghindari perbedaan volume obat dalam setiap botol sehingga dosis obat yang
diberikan kepada pasien tepat dan konsisten. Proses filling dilakukan dengan cara
menumpahkan sediaan jadi dalam botol yang telah dikalibrasi, masing-masing 60 mL.
Kemudian dilanjutkan dengan proses evaluasi sediaan meliputi uji pH, organoleptis,
volume terpindahkan, viskositas, uji kejernihan, uji sedimentasi, distribusi ukuran
partikel, dan uji redispersi. Untuk uji organoleptis pada formula suspensi yang
dihasilkan memiliki warna kuning pucat pada lapisan atas dan terdapat busa, rasa
yang asam-manis-pahit (menusuk), memiliki bau yang asam. Hal ini sesuai dengan
syarat uji yang ditentukan yaitu rasa sesuai dengan perasa yang diberikan, tidak ada
aroma busuk, tidak ada kotoran, dan bentuk sediaan yakni cair.
Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar konsistensi
sediaan dan menunjukkan kekentalan dari suatu sediaan yang diukur dengan
viskometer brookfield dengan kecepatan 200 rpm selama 10 menit dan dilakukan
pengulangan uji sebanyak 3 kali. Nilai viskositas suspensi menurut SNI adalah
37cP-396 cP. Viskositas yang terlalu tinggi tidak diharapkan karena dapat
menyebabkan masalah penuangan suspensi dari wadah dan sulitnya sediaan untuk
terdispersi kembali (Martin, et al., 1993). Didapatkan hasil rata-rata viskositas senilai
42,25 cP dimana hasil ini sudah memenuhi syarat.
Uji volume Sedimentasi didapatkan dari suspensi yang dimasukkan ke dalam
botol kaca sebanyak 60 mL dan disimpan pada suhu kamar serta terlindung dari
cahaya secara langsung. Volume suspensi yang diisikan merupakan volume awal
(Vo). Perubahan volume diukur dan dicatat setiap hari tanpa pengadukan hingga
tinggi sedimentasi konstan. Volume tersebut merupakan volume akhir (Vu). Volume
sedimentasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan F=Vu/ Vo (Ansel,
2008). Perhitungan volume sedimentasi dilakukan untuk mengetahui rasio
pengendapan yang terjadi selama penyimpanan pada waktu tertentu, sedangkan
perhitungan kecepatan sedimentasi dilakukan untuk mengetahui hasil bagi antara
perpindahan zat yang terdispersi dalam selang waktu tertentu. Pada praktikum ini
didapatkan nilai F senilai 0,9875 dimana nilai ini mendekati 1 yang menandakan nilai
sedimentasi yang baik.
Pengujian redispersibilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan
suspensi untuk terdispersi dengan penggojokan. Pengujian redispersi pada sediaan
suspensi bertujuan untuk menemukan volume pengendapan, mengatur vechile dan
susunan partikel pada sediaan yang dibuat. Waktu redispersi didapatkan dengan cara
mengocok sediaan dalam wadahnya menggunakan pengocokan mekanik yakni
menggunakan tangan. Kemampuan redispersi yang baik apabila suspensi telah
terdispersi sempurna dengan pengocokan 90-100% (Ansel, 2008). Hasil yang
didapatkan pada percobaan memiliki kemampuan redispersibilitas yang baik dengan
nilai 93,33% karena sediaan suspensi dapat terdispersi sempurna dengan pengocokan
tangan selama 30 detik.
10. Kesimpulan
Pada formula suspensi ini, diperlukan perhitungan larutan dapar kembali
untuk memperoleh pH sediaan yang sesuai. Selain itu, hasil evaluasi sediaan sudah
memenuhi syarat.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes G., (2012). Sediaan Farmasi Likuida dan Semisolida. ITB, Bandung.
Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition,
Rowe R. C. Italy: PhP Pharmaceutical Press.
Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition,
Rowe R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), Pharmaceutical Press
and American Pharmacists Assosiation, London.
Ansel, H.C. (2008). Pengantar bentuk sediaan farmasi. (Edisi IV). Penerjemah:
Parida ibrahim. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Emilia, Taurina, W., & Fahrurroji, A. (2013). Formulasi dan Evaluasi Stabilitas
Fisik Suspensi Ibuprofen dengan Menggunakan Natrosol HBr Sebagai
Bahan Pensuspensi. Media Farmasi Indonesia , 8 (2), 585-595.
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2013, Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan
Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Jakarta.
Joenoes, Z.N., 2001, ARS Prescibendi Resep yang Rasional, Edisi 2, Jilid 1, hal
49-50, Airlangga University Press, Surabaya.
Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A. (1993). Farmasi fisik jilid II (Edisi
3). Penerjemah: Joshita Djajadisastra. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
[MIMS] Monthly Index of Medical Specialities. 2023. Ibuprofen. Diakses pada
7 Maret 202.
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ibuprofen?mtype=generic
Moshinsky, M. (1959). No Title‫ یلیب‬.Nucl. Phys., 13(1), 104–116.
Suena, N. M. D. S. 2015. Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi Dengan Kombinasi
Suspending Agent Pga (Pulvis Gummi Arabici) Dan CMC-Na
(Carboxymethylcellulosum Natrium). Jurnal Ilmiah Medicamento. Vol. 1,
No.1.
Wijaya, H., M. Lina, R., N. 2021. FORMULASI DAN EVALUASI FISIK
SEDIAAN SUSPENSI KOMBINASI EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica
papaya L.) DAN UMBI RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus L.)
DENGAN VARIASI KONSENTRASI SUSPENDING AGENT PGA
(Pulvis Gummi Arabici) DAN CMC-NA (Carboxymethylcellulosum
Natrium). Cendekia Journal of Pharmacy. 5 (2): 172.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai