Anda di halaman 1dari 6

GUIDELINE SUPOSITORIA / OVULA

I.

PEMILIHAN BASIS
SUPOSITORIA
TUJUAN

II.

Lokal
(za lepas perlahan)

Sistemik
(za lepas cepat agar absorpsi cepat)

Sifat zat aktif

Sifat zat aktif

Hidrofil

Hidrofob

Hidrofil

Hidrofob

BASIS AIR

BASIS LEMAK

BASIS LEMAK

BASIS AIR

PEGGOLONGAN BASIS SUPOSITORIA


A. Basis lemak (Oleum Cacao)
Merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat, asam palmitat; berwarna
putih kekuningan; padat, berbau khas seperti coklat, dan meleleh pada suhu 3134C.
Bersifat polimorf, terdiri dari :
1. Bentuk (alfa) : terjadi bila lelehan oleum cacao didinginkan segera pada
suho 0C. Memiliki titik lebur 24C (literatur lain menyebutkan 22C)
2. Bentuk (beta) : terjadi bila lelehkan oleum cacao diaduk pada suhu 1823C. Memiliki titik lebur 28-31C.
3. Bentuk stabil : didinginkan perlahan pada suhu kamar. Memiliki titik lebur
34-35C.
4. Bentuk (gamma) : terjadi dari pendinginan lelehan oleum cacao yang sudah
dingin (20C). Memiliki titik lebur 18C.
B. Basis larut air
1. PEG
Memiliki titik lebur 35-63C, tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut
dalam cairan sekresi tubuh.
Formula yg biasa dipakai :
a. Basis tidak berair : PEG 4000 4% (25%) dan PEG 1000 96% (75%)
b. Basis berair : PEG 1540 30%, PEG 6000 50%, dan aqua + obat 20%
2. Gelatin-gliserin
Tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh.
Formula yg biasa dipakai (Farmakope Belanda) : gelatin 2 bagian, gliserin 5
bagian, air hingga 11 bagian.
C. Basis lain (lemak larut dalam air)
Formula : tween 61 (85%) dan gliserin laurat (15%)

III. PEMILIHAN BAHAN PEMBANTU


No
.
1.

Tujuan

Bahan Pembantu

Meningkatk - Magnesium karbonat


- Minyak lemak (gliserida asam lemak jenuh C-8 hingga C-12
an
dgn viskositas rendah) 10% dari bobot supo. Contoh :
inkorporasi

43

Labrafac Lipo, Neobee, Miglyol.


- Air (1-2%)
2. Meningkatk - Surfaktan anionik (garam empedu, kalsium oleat, setil steril
an
alkohol + 10% sodium alkil sulfat, sodium dioktil
hidrofilisitas
sulfosuksinat, sodium lauril sulfat 1%, sodium stearat 1%,
dan trietanolamin stearat (3-5%)
- Surfaktan nonionik & amfoterik : asam lemak ester dari
sorbitan (Span & Arlacel), asam lemak ester dari etoksilated
sorbitan (Tween), etoksilatedester dan eter (polietilenglikol
400 miristat, polietilenglikol 400 stearat, polietilen glikol dari
lemak alkohol),natural modified oil (polioksietilen palm oil
terhidrogenasi, castor oil teretoksilasi, lesitin, kolesterol)
- Gliserida parsial (mono dan digliserida mengandung asam
lemak gliserol (Atmul 84), mono dan digliserida (gliserin
monostearat & gliserin monooleat) monogliserida asam
stearat dan palmitat, mono- dan digliserida dari asam
palmitat dan stearat.
3. Meningkatk - Asam lemak dan turunannya (aluminium monostearat, gliseril
an
monostearat, dan asam stearat)
Lemak
alkohol (setil, miristat, dan stearil alkohol)
viskositas
- Serbuk inert (bentonit, silika koloidal)
4. Mengubah - Menurunkan titik leleh : basa prokain, fenol, kloral, minyak
titik leleh
atsiri
- Basis semi sintetik bertemperatur tinggi : asam lemak dan
turunannya, lemak alkohol (setil alkohol dan setil stearat
alkohol), dan wax (beeswax, carnauba [gliserol stearat dan
asam stearat])
5. Meningkatk
Polisorbat, castor oil, asam lemak monogliserida, gliserin, dan
an kekuatan propilen glikol
mekanik
6. Mengubah
Pewarna (bahan hidrosolubel, liposolubel, dan insoluble)
penampilan
7. Mencegah - Antifungi dan antimikroba
degradasi - Antioksidan (BHA, BHT, tokoferol, asam askorbat)
- Sequestering agents seperti asam sitrat dan kombinasi
antioksidan
8. Memodifika
Contoh: depolymerizing enzymes (mucopolysaccharases)
si absorpsi
yang dapat mempercepat penetrasi
(Lieberman, Pharmaceutical Dosage Form: Disperse Systems, Vol. 2, hal 545-547)
IV. TITIK KRITIS
A. Pemilihan basis untuk tujuan sistemik atau lokal.
B. Suhu pelelehan basis terutama jika menggunakan oleum cacao. Oleum cacao
tidak boleh dipanaskan hingga meleleh semua karena akan terbentuk kristal
tidak stabil yang berbentuk cair pada suhu kamar (polimorfisme). Sebaiknya
oleum cacao dipanaskan hingga sedikit leleh dan kemudian diaduk bersama
sisa oleum cacao yang belum leleh hingga homogen.
C. Suhu lelehan basis harus sama dengan suhu cetakan.
D. Pengadukan dilakukan sewajarnya. Jika pengadukan terlalu cepat
kemungkinan udara akan terjerap di dalam cairan.
E. Saat menuang ke dalam cetakan, sebaiknya cetakan diisi berlebih (sedikit
luber) karena saat dingin akan terjadi kontraksi volume. Dan penuangan
dilakukan menggunakan batang pengaduk dan disentuh pada dinding cetakan
agar udara tidak terjebak.
F. Perhitungan bilangan pengganti.

44

V.

PANDUAN MENGATASI MASALAH


A. Masalah-masalah dalam peracikan sediaan Suppositoria dengan contoh
kasus Theobroma Oil (Pharmaceutical Dosage Form: Disperse System Vol 2 )
Tindakan khusus yang harus dilakukan atau prosedur umum yang harus
dimodifikasi untuk masalah sebagai berikut:
1.
jika penambahan zat aktif menurunkan titik leleh theobroma oil
2.
jika penambahan zat aktif menaikkan titik leleh theobroma oil
3.
jika zat yang ditambahkan tidak dapat bercampur
4.
jika pelarut harus digunakan
5.
jika dibutuhkan zat aktif dalam jumlah besar
Pada beberapa kasus, jika mendapat izin dari dokter, lebih baik memilih basis
supositoria selain theobroma oil untuk menghindari kesulitan di atas.
1. Penurunan titik leleh
Titik leleh theobroma oil dapat turun dengan penambahan minyak volatile (cepat
menguap), kloral hidrat, kreosot, fenol dan salol. Besarnya efek zat terhadap titik
leleh tergantung pada jenis senyawa itu sendiri dan jumlah zat yang
ditambahkan.
Masalah seperti ini sulit untuk diperbaiki, dan yang paling baik adalah membuat
supositoria dengan proses panas dan membiarkan supo yang telah dituang
membeku dalam lemari es/di bawah pendinginan. Kadang-kadang dapat diatasi
dengan menaikkan titik leleh dengan penambahan spermaceti atau wax
sehingga supositoria bisa dibuat dengan tangan atau sistem kompresi.
Jermstad & Frethein menemukan bahwa kurang dari 18% dari spermaceti dapat
menurunkan titik leleh dari theobroma oil, tetapi pada penambahan 20% resultan
titik leleh sama dengan titik leleh theobroma oil murni, sedangkan pada
penambahan 28% spermaceti dapat menaikkan titik leleh melebihi suhu tubuh.
Selain itu wax juga dapat digunakan untuk menaikkan titik leleh. Kurang dari 3%
wax dapat menurunkan titik leleh theobroma oil, sedangkan pada penambahan
lebih dari 5% dapat menaikan titik leleh diatas suhu tubuh. Wax yang digunakan
sebaiknya 4%. Penggunaan wax 3-5% dapat meningkatkan absorpsi dari air oleh
basis suppo tanpa secara signifikan menaikkan titik leleh dari suppo. Sampai
50% larutan dapat dicampurkan dengan basis yang terdiri atas 5% wax dan 95%
theobroma oil.
2. Peningkatan titik leleh
Perak nitrat dan lead acetate dapat digunakan untuk meningkatkan titik leleh
dari theobroma oil diatas suhu tubuh. Penambahan sejumlah kecil peanut oil
dapat menurunkan titik leleh dibawah suhu badan. Seperti penjelasan diatas
penggunaan spermaceti dapat meningkatkan titik leleh dari theobroma oil.
Contoh resep dengan penggunaan spermaceti untuk meningkatkan titk leleh
lemak coklat:
R/ Chloralis hidrat
gr XXX
Cetacei
gr XX
Ol. Theobroma
gr liv
M Ft Suppo no VI
3. Cairan yang tidak dapat bercampur dengan Theobroma oil
Sebagai contoh : zat aktif terlarut dalam pelarut seperti air atau alkohol, atau zat
aktifnya sendiri dalam bentuk cairan, seperti ichtammol.

45

Jika jumlah cairan sedikit, supositoria bisa dibuat dengan metode panas,
pemisahan cairan harus dicegah dengan mendinginkan campuran sampai
mendekati titik bekunya, dan mengaduknya dengan cepat dan terus-terusan
sampai dituang.
4. Penggunaan pelarut
Ketika pilular extract digunakan dalam formulasi suppositoria maka sebaiknya
ekstrak dihaluskan dan dibuat menjadi semisolid dengan penambahan sedikit
alkohol encer. Pada ekstrak yang berbentuk serbuk tidak dibutuhkan
penambahan pelarut bahkan umumnya sangat baik.
Beberapa senyawa seperti dyes dan proteinsilver harus dihaluskan atau
dilarutkan dengan mengunakan sedikit air atau alkohol encer.
Jumlah pelarut yang digunakan dalam formulasi harus sesedikit mungkin.
Hydrous wool fat sangat berguna sebagai bahan penolong pada supositoria yang
mengandung ekstrak atau cairan dalam jumlah besar karena sifatnya yang dapat
mengabsorbsi
cairan.
Penggunaan
sedikit
tepung
juga
memberi
kekuatan/menyatukan dalam supositoria tipe ini.
Untuk ekstrak Belladonna dapat dihaluskan dengan beberapa tetes alkohol 65%.
Morfin sulfat dapat dilarutkan dalam 1 mL air hangat dan dengan sedikit
penambahan lanolin untuk meningkatkan distribusi ekstrak alkaloid dalam
supositoria.
5. Suppositoria dengan zat aktif dalam jumlah besar
Pada supositoria dengan zat aktif dalam jumlah besar akan sangat sulit untuk
membuat massa suppo yang bersifat plastis dengan metode apapun. Untuk
memperbaiki sifat reologinya dapat ditolong dengan penambahan sejumlah kecil
wool fat. Selain itu juga dapat dilakukan dengan penambahan lanolin.
Sumber: Art of Compunding

B. Masalah dalam pembuatan atau produksi


Masalah

Penyebab

Solusi

Supositoria
- Kontraksi eksipien yang
pecah, pitting, &
sangat kuat
Terlalu
besarnya perbedaan
retak
suhu saat dituang dengan
suhu pendinginan

Supositoria
menempel pada
cetakan
Pengentalan

- Gunakan eksipien yang


mengkristal lebih lambat
- Kurangi perbedaannya
dengan menurunkan suhu
penuangan jika
memungkinkan atau
meningkatkan suhu
pendinginan atau keduanya
Cetakan yang tidak tepat
- Gunakan peralatan yang
atau ada gelembung/lubang
sesuai, misalnya jarum
- Perpanjang lama pencetakan
pada supo
Supo terlalu cepat
dikeluarkan dari cetakan
- Gunakan eksipien yang
Kontraksi eksipen yang lemah
mengkristal dengan cepat
sekali
- Turunkan suhu pendinginan
Pendinginan yang tidak cukup

- Zat aktif dalam bentuk padat

46

Gunakan massa yang

masa sebelum
dituang

Kurangnya
homogenitas
supositoria

Supositoria
kurang padat
atau kurang
keras

Anomali atau
keanehan pada
permukaan
supo ; fat bloom,
pemutihan
Eksudasi/penetes
an

larut sebagian pada saat


mengandung zat anti
panas dalam eksipien
kristalisasi.
- Proporsi serbuk zat aktif
halus yang besar
- Kurangnya pengadukan
- Perbaikan teknik
- Suhu penuangan yang terlalu - Kurangi suhu penuangan jika
tinggi
mungkin
- Naikkan suhu pendinginan
jika mungkin
- Pendinginan terlalu lambat
atau lemah
- Masuknya udara
- Periksa tingkat pengadukan
dan tipe alat, pemanasan
cetakan supo (hangat), saat
bahan supo dimasukan
dapat dibantu dengan
jarum untuk mengurangi
- Eksipien yang tidak tepat
gelembung udara.
- Gunakan eksipien dengan
resistensi mekanikal yang
tinggi
Eksipien meleh pada suhu
Penurunan suhu pelelehan
diatas 60C
dan cek sifat zat aktif

Komposisi eksipien yang tidak


tepat

Reformulasi larutan cair,


gunakan eksipien yang
mengandung emulsifier
(Lieberman, Pharmaceutical Dosage Form: Disperse Systems, Vol. 2, hal 560)

C. Masalah Akibat Kelarutan


Fase Fisik
Zat Aktif
Kelarutan
dalam
eksipien

PADAT
Larut
Peningkatan
titik leleh

Masalah
yang
mungkin
muncul

CAIR

Tidak Larut
Peningkatan
viskositas
campuran

Rekristalisasi
Kristalisasi
gliserida

Larut
Penurunan
Titik leleh

Tidak Larut
Larutan cair
Gliserin, glikol,
PEG
Ekstrak
alkohol
Eksudasi non
air

Migrasi
Perubahan
Ukuran
kristalisasi
partikel yang
gliserida
sulit
(Lieberman, Pharmaceutical Dosage Form: Disperse Systems, Vol. 2, hal 561)

VI. HAL-HAL YANG HARUS DIINGAT


Telaah alasan penggunaan basis : kondisi pasien demam lebih baik gunakan
basis lemak, keuntungan dan kerugian basis, OTT, mekanisme penghancuran
basis melarut, meleleh, melunak, kompensasi efek zat aktif terhadap basis

47

Untuk basis yang meleleh, kalau pakai peningkat titik leleh harus dihitung titik
leleh basis setelah penambahan peningkat titik leleh dengan perhitungan
fraksi titik leleh, usahakan mendekati 35C.
Peningkat titik leleh juga dapat digunakan sebagai peningkat viskositas
lelehan suppo.
Tidak perlu menggunakan pengawet karena basis tidak mengandung air,
bukan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba.
Antioksidan seperti BHT, BHA, tokoferol, asam askorbat digunakan untuk
mencegah ketengikan pada formulasi suppo yang menggunakan basis lemak.
Tapi diperhatikan juga kalau BHT dan BHA berpotensi sebagai iritan.
Surfaktan dapat ditambahkan untuk mempertinggi kelarutan zat aktif larut
lemak pada basis larut air.
Zat aktif yang larut air, dapat dilarutkan dengan sesedikit air atau pelarut lain
yang dapat bercampur dengan basis, dilarutkan dulu sebelum dicampur
dengan basis.
Zat aktif yang langsung dapat bercampur dengan basis terlebih dahulu
digerus halus.

48

Anda mungkin juga menyukai