Hasil pengukuran absorbansi asam askorbat 1 Apabila dikonversikan sebesar 4,463 ppm,
ppm ditunjukkan pada Tabel 1. yaitu 0,4463 % b/b.
Tabel 1. Pengukuran absorbansi asam
PEMBAHASAN
askorbat 1 ppm
Vitamin C atau asam askorbat
Panjang Absorbansi Asam merupakan bahan farmasi yang banyak
Gelombang Askorbat 1 ppm dikonsumsi sebagai antioksidan. Asam
(nm) (A)
askorbat dalam sediaan farmasi dapat
200 0,053
210 0,031 ditentukan dengan metode titrasi iodometri
220 0,021 atau spektrofotometri untraviolet pada
230 0,021 panjang gelombang 265 nm. Penyerapan
240 0,029 pada panjang gelombang 260 nm mampu
250 0,054
menyerap absorbansi maksimal pada asam
260 0,075
270 0,069 askorbat. Absorbansi sebanding dengan
280 0,037 jumlah partikel, sehingga berdasarkan data
290 0,014 tersebut partikel yang paling banyak terserap
300 0,005 berada pada panjang gelombang 260 nm.
Nilai absorbansi tertinggi diperoleh Berdasarkan data tersebut, pengukuran
pada panjang gelombang 260 nm dengan nilai selanjutnya dilakukan pada panjang
absorbansi sebesar 0,075. Hasil pengukuran gelombang 260 nm untuk beberapa sampel.
kadar vitamin C pada cabai merah (Capsicum Kadar vitamin C pada cabai merah
annum L.) menggunakan spektrofotometri besar keriting diperoleh dengan cara
UV-Vis dapat dilihat pada Tabel 2. mengonversi data absorbansi pada Tabel 2 ke
dalam bentuk konsentrasi (ppm) yang
Tabel 2. Absorbansi larutan sampel cabai
diperoleh berturut-turut sebesar 4,478; 4,478;
merah (Capsicum annum L.)
4,434 ppm dan didapatkah hasil rata-rata
pada panjang gelombang 260 nm
sebesar 4,463 ppm, yaitu 0,4463 % b/b. Asam
Pengukuran Absorbansi vitamin C askorbat yang direkomendasikan untuk
pada cabai merah dikonsumsi oleh orang dewasa kira-kira 45
(Capsicum annum L.)
mg/hari untuk 40 g cabai segar. Kebutuhan
(A)
1 0,226 vitamin C dapat terpenuhi jika konsumsi
2 0,226 cabai besar merah sebanyak 1000 g8.
3 0,224 Pada penelitian ini menunjukkan
Rata-rata 0,225 bahwa kandungan asam askorbat pada cabai
Larutan sampel cabai merah merah besar dapat digunakan dalam industri
(Capsicum annum L.) dilarutkan ke dalam farmasi. Cabai merah berpotensi sebagai
aquades, karena asam askorbat bersifat polar, sumber vitamin C. Asam askorbat bersifat
larut dalam air, sehingga filtrat yang termolabile9. Oleh karena itu konsumsi cabai
dihasilkan diukur menggunakan disarankan dalam keadaan segar. Hal ini
spektrofometer UV-Vis. Pengukuran asam menunjukkan bahwa metode
askorbat menggunakan spektrofotometer spektrofotometer UV-Vis mampu
dilakukan tiga kali pengukuran, dengan rata- memberikan hasil pengukuran kadar vitamin
rata absorbansi yang didapat sebesar 0,225.
C yang hampir sama dengan nilai nutrisi yang 5. Karinda, M. 2013. Perbandingan Hasil
terdapat dalam cabai merah. Penetapan Kadar Vitamin C Mangga
Dodol dengan Menggunakan Metode
SIMPULAN Spektrofotometri UV-Vis dan Iodometri.
Berdasarkan hasil penelitian Jurnal Ilmiah Farmasi 2(1).
penentuan kadar vitamin C pada cabai merah 6. Gandjar, I. 2007. Kima Farmasi Analisis.
(Capsicum annum L.) dengan menggunakan Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
metode Spektrofotometri UV-Vis didapatkan 7. Setiawati, Y. 2014. Perbandingan Kadar
hasil bahwa kadar vitamin C sebesar 4,463 Vitamin C pada Buah Nanas Segar
ppm atau 0,4463 % b/b. (Ananas comosus (L.) Merr) dan Buah
SARAN Nanas Kaleng dengan Metode
Perlu dilakukan uji kadar vitamin C Spektrofometri UV-Vis. Karya Tulis
terhadap cabai selain cabai merah untuk Ilmiah. Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
dibandingkan kandungan vitamin C Wiyata. Kediri.
terbesarnya. 8. Food and Agricultural Organization/
World Health Organization. 2004. Human
REFERENSI Vitamin and Mineral Requirements.
1. Winarno. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Report of a Joint FAO/WHO Expert
PT Gramedia Utama. Jakarta. Consultation. Food and Agriculture
2. Chigoziri, E. dan E.J Ekefan. 2013. Seed Organization/World Health Organization.
Borne Fungi of Chili Pepper (Capcisum Bangkok.
frutescens) from Pepper Producing Areas 9. Orobiyi, A., H. Ahissou, F. Gbaguidi, F.
of Benue State. Agric. Biol. J. N. Am 4(4). Sanoussi, A. Houngbem, A. Dansi, dan
3. Tayebrezvani H., P. Moradi, dan F. A. Sanni. 2015. Capsaicin and Ascorbic
Soltani. 2013. The Effect of Nitrogen Acid Content in the High Yielding Chili
Fixation and Phosphorus Solvent Bacteria Pepper (Capsicum annuum L.) Landraces
on Growth Physiology and Vitamin C of Northern Benin. Int. J. Curr.
Content of Capsicun annum L. Iranian Microbiol. App. Sci 4(9).
Journal of Plant Physiology 3(2).
4. Nahak, S. M. 2010. Penentuan Kadar
Vitamin C pada Cabe Rawit (Capsicum
frutescens) dengan Metode Iodometri.
Karya Tulis Ilmiah. Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata. Kediri.