FARMAKOLOGI
Disusun Oleh :
Nama : Zufar Firza Mahendra
NIM : 17330090
Kelas : B
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karbohidrat dalam bentuk monosakarida yang terdapat dalam darah disebut juga
glukosa darah. Hati dan pankreas organ yang berpengaruh dalam metabolisme glukosa.
Glukosa darah mengatur secara hormonal yaitu hormon insulin, hormon tiroid, hormon
pertumbuhan dan hormon efineprin dan berada dalam keseimbangan. Didalam darah terdapat
zat glukosa, glukosa ini akan dibakar untuk dapat menghasilkan kalori atau energi. Glukosa
yang ada di usus bisa berasal dari glukosa yang dimakan atau bisa juga hasil pemecahan zat
tepung yang ada pada makanan seperti jagung, nasi, kentang, ubi, roti atau dari yang lain.
Sebagian glukosa merupakan hasil pemecahan simpanan energi dalam jaringan yang ada dalam
darah dan sebagian lagi adalah hasil penyerapan dari usus.
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa, karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya
terpolarisasi ke arah kanan glukosa sering juga disebut dekstrosa. Di alam, glukosa terdapat
dalam madu lebah dan buah-buahan. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam
jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg / 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat
bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu,
jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Berbeda dengan penderita diabetes
mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg / 100 ml darah.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih baik peran insulin dalam tubuh dan
pengaruhnya pada penyakit diabetes
2. Mahasiswa dapat mengenal teknik untuk mengevaluasi penyakit diabetes dengan cara
konvensional
3. Mahasiswa dapat melakukan test glukosa konvensional pada manusia menggunakan alat
ukur glukosa darah.
C. Prinsip Percobaan
Glukosa dapat diukur dengan menggunakan sampel darah total, plasma, serum,
cairan serebrospinal, cairan pleural, dan urin sesuai dengan tujuan diagnosisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada metabolime glukosa disebut
Diabetes melitus, dikarenakan adanya kerusakan proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel
beta. Insulin, yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-
120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja
insulin, baik secara kuantitas maupun kualitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan
kadar glukosa darah cenderung naik (hiperglikemia) (Kee dan Hayes, 1996; Tjokroprawiro,
1998).
Glukosa dapat diukur dengan menggunakan sampel darah total, serum, plasma, cairan
pleural, cairan serebrospinal, dan urin sesuai dengan tujuan diagnosisnya. Glukosa darah
kapilari merupakan sumber dari kebanyakan alat pengukuran glukosa yang menggunakan
spesimen darah total. Kadar glukosa darah kapilari ini setara dengan kadar glukosa arterial tapi
dapat berbeda dari kadar glukosa vena, bergantung pada waktu pemeriksaan relatif terhadap
pencernaan makanan.
Percobaan uji diabetes di labolatorium dapat dilakukan pada hewan percobaan (mencit)
dan disebut sebagai percobaan uji diabetes secara konvensional. Beberapa teknik yang sering
digunakan untuk menyebabkan hewan uji menderita diabetes adalah induksi dengan bahan
kimia. Induksi kimia pada hewan akan menyebabkan 49 hewan coba menderita diabetes tipe I
dimana banyaknya sel beta yang hancur dengan demikian, jumlah insulin endogen yang
diproduksi menjadi sedikit, yang mengarah ke hiperglikemia dan penurunan berat badan.
Diabetes dengan diinduksi secara kimia tidak hanya menyediakan model sederhana dan relatif
murah tetapi juga dapat digunakan pada hewan yang lebih tinggi.
1. Streptozotocin (STZ)
2. Aloksan
3. Glukosa
Pada cara ini mencit yang digunakan adalah mencit normal yang dibebani sukrosa tanpa
merusak pankreasnya, karena berdasarkan teori bahwa dengan pembebanan sukrosa akan
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemik) secara cepat. Sukrosa di dalam
tubuh dapat terurai menjadi glukosa dan fruktosa. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah dapat
diturunkan oleh zat-zat berefek antihiperglikemik.
BAB III
B. Metode Kerja
1. Puasakan mencit selama 12-16 jam, tetapi tetap diberikan air minum.
2. Cek kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian glukosa pada menit ke-0 dengan
cara bagian ujung ekor mencit dipotong, kemudian darah diteteskan ke bagian ujung
strip dan setelah 5 detik kadar glukosa darah akan terlihat pada monitor glukometer.
Kadar glukosa darah ini dicatat sebagai kadar glukosa darah puasa (GDP).
3. Berikan larutan glukosa 1 g/kgBB mencit.
4. Cek kadar glukosa darah mencit setelah pemberian glukosa pada menit ke-5 dengan
cara bagian ujung ekor mencit dipotong, kemudian darah diteteskan ke bagian ujung
strip dan setelah 5 detik kadar glukosa darah akan terlihat pada monitor glukometer.
Kadar glukosa darah ini dicatat sebagai kadar glukosa darah setelah pembebanan.
5. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 2
ekor mencit dengan perbedaan dosis obat yang diberikan:
Kelompok I : CMC Na 1% secara PO
Kelompok II : glibenklamid 5 mg/ 70 kgBB manusia secara PO
Kelompok III : metformin 500 mg/ 70 kgBB manusia secara PO
6. Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit.
7. Berikan larutan obat sesuai kelompok masing-masing pada menit ke-10. 51
8. Cek kadar glukosa darah mencit setelah pemberian glukosa pada menit 20, 40, 60, 80,
100 dan 120.
9. Catat dan tabelkan pengamatan.
10. Data yang diperoleh dianalisa secara statistik berdasarkan analisis variansi dan
bermakna perbedaan kadar glukosa darah antara kelompok kontrol negatif, positif dan
kelompok uji kemudian dianalisa dengan Student’s t-test. Data disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Kadar Glukosa Darah (menit ke-)
Percobaan Bahan Obat
0 (puasa) 5 (diabetik) 60
CMC Na 1% secara 1 80 mg/dL 90 mg/dL 91 mg/dL
Mencit PO
2 108 mg/dL 115 mg/dL 111 mg/dL
3 110 mg/dL 113 mg/dL 109 mg/dL
4 90 mg/dL 98 mg/dL 99 mg/dL
5 99 mg/dL 105 mg/dL 108 mg/dL
Perhitungan Dosis
1. Glibenklamid 5 mg/ 70 kgBB manusia
Glibenklamid 0,01% (5 mg dalam 50 ml)
Konversi Manusia → Mencit = 0,0026 x 5 mg = 0,013 mg
24
1. Mencit BB 24 g → x 0,013 = 0,0156 mg
20
0,156
Volume → x 50 = 0,156 ml
5
30
2. Mencit BB 30 g → x 0,013 = 0,0195 mg
20
0,195
Volume → x 50 = 0,195 ml
5
28
3. Mencit BB 28 g → x 0,013 = 0,0182 mg
20
0,182
Volume → x 50 = 0,182 ml
5
26
4. Mencit BB 26 g → x 0,013 = 0,0169 mg
20
0,169
Volume → x 50 = 0,169 ml
5
24
5. Mencit BB 24 g → x 0,013 = 0,0156 mg
20
0,156
Volume → x 50 = 0,156 ml
5
Sebelumnya mencit dibagi menjadi 3 kelompok yang akan diberi obat berbeda, setiap
kelompok terdiri dari 5 ekor. Pada uji efek antidibetes menggunakan CMC Na hewan coba
mencit sebelumnya dipuasakan terlebih dahulu selama 12-16 jam, tetapi mencit tetap diberi
minum. Setelah itu cek kadar gula darah mencit sebelum pemberian larutan glukosa dengan
cara memotong bagian ujung ekor mencit, lalu darah yang keluar diteteskan kebagian ujung
strip dan lihat berapa kadar glukosa. Induksi larutan gula 5 ml terhadap mencit untuk
meningkatkan kadar glukosa darah mencit. Kemudian mencit diberi CMC Na 0,5 ml secara PO
dan didapatkan efek yang tidak signifikan bahkan pada beberapa mencit gula darahnya menjadi
naik hal ini disebabkan karena CMC Na 1% digunakan hanya untuk kontrol negatif
pembanding apabila kadar glukosa mengalami penurunan disebabkan karena mencit terlalu
aktif, CMC Na juga berperan sebagai placebo atau obat kosong yang tidak mengandung zat
aktif dan tidak memberikan efek apapun.
Pada kelompok mencit III yang diberikan obat metformin, menghasilkan efek
antidiabet tetapi penurunan kadar glukosanya tidak terlalu signifikan. Metformin merupakan
Obat antidiabetes golongan biguanid. Mekanisme kerja pasti dari biguanid masih belum
diketahui, tetapi efek primer Obat golongan ini adalah mengurangl produksi glukosa hati
melalui pengaktifan enzim AMP- Activated protein kinase (AMPK,protein kinase yang
diaktifkan oleh AMP). Mekanisme kerja minor lainnya mungkin adalah penghambatan
glukoneogenesis di ginral, perlambatan penyerapan glukosa di saluran cerna, disertai
peningkatan konversi glukosa menjadi laktat oleh enterosit, stimulasi langsung glikolisis di
jaringan, peningkatan pengeluaran glukosa menjadi laktat oleh enterosit, stimulasi langsung
glikolisis di jaringan, peningkatan pengeluaran glukosa dari darah dan penurunan kadar
glukagon plasma.
Kasalahan pada data hasil pengamatan dapat disebabkan oleh kurang telitinya praktikan
dalam menghitung dosis, waktu pengecekan kadar glukosa yang tidak seragam, serta keadaan
fisiologis lain yang dapat mempengaruhi kerja obat.
BAB V
KESIMPULAN
1. Obat yang digunakan adalah metformin dan glibenklamid..Mekanisme Kerja
Glibenklamide yaitu menstimulasi pankreas untuk memproduksi insulin dan
meningkatkan sensitivitas sel beta terhadap glukosa, sedangkan mekanisme kerja
metformin yaitu meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adiposa terhadap insulin.
2. Semakin tinggi dosis Obat yang diberikan, semakin rendah kadar gula yang dihasilkan,
karena Obat antidiabetik bertujuan untuk menurunkan kadar gula dalam darah.
3. Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia dan glukosuria yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
protein, karbohidrat, dan lemak yang diakibatkan kurangnya insulin yang diproduksi
oleh sel pulau Langerhans.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik Jilid 2. Penerbit Salemba Medika.
Jakarta.
Herman, F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes melitus. Pharos
Bulletin No.1.
Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa
: Dr. Peter Anugrah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Soegondo, S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Farmakoterapi pada pengendalian
glikemia diabetesmelitus tipe 2. Editor Aru W. Sudoyo et al. Jilid ke-3. Edisi ke-4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI