SULFACETAMIDE
Disusun Oleh:
JAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan yang hendak kami capai dalam praktikum ini adalah
untuk :
Formulasi sediaan disusun berdasarkan zat aktif yang digunakan, sehingga perlu
diperhatikan ada atau tidaknya interaksi yang terjadi dengan zat tambahan yang digunakan
agar obat/sediaan dapat digunakan secara efektif dan dapat memenuhi syarat-syarat resmi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya
infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata luka/ulkus.
Kandungan obat antiseptik dan antiinfeksi mata selain pembawa yang harus steril dan inert (tidak
menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan zat aktifnya/obat) dalam bentuk tetes atau salep,
juga zat aktifnya merupakan antibiotik/antiseptik atau antivirus dengan berbagai golongan.
Pemilihan obat antiseptik dan antiinfeksi mata tergantung mikroba yang menginfeksi mata,
kemudian disesuaikan dengan zat aktif obat mata.
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar
salep yang cocok. Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat
mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan disekelilingnya tanpa tercuci
oleh cairan air mata. Salep mata memberikan keuntungan waktu kontak yang lebih
lama dan bioavailabilitas obat yang lebih besar dengan onset dan waktu puncak
absorbsi yang lebih lama. Dari tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata,
kelenjar sebasea, konjungtiva, kornea dan iris.
ZAT AKTIF
Sulfacetamidum Natrium
a. Sifat Kimia
Rumus Kimia : C8H9N2NaO3SH2O
Nama Kimia : natrium N-sulfenililasetamide
pH : 8.0 - 9.5
ZAT TAMBAHAN :
1. Setil alkohol
a. Sifat kimia
Rumus kimia: C16H34O
BJ : 0,811 – 0,830 g/cm3
b. Sifat Organoleptis
Bentuk : Serpihan putih licin, granul, atau kubus
Warna : Putih
Bau : Bau khas
Rasa : Lemah
c. Sifat fisika
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol, dan dalam
eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu
OTT : Dengan zat pengoksidasi kuat.
d. Fungsi : Stiffening agent.
2. Paraffin Cair
a. Sinonim : gas (mineral hydrocarbon); avatech; citation;
heavy
liquid petrolatum; heavy mineral oil; liquid
b. Sifat Organoleptis
Bentuk : cairan kental
c. Sifat fisika
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%) p;
larut dalam kloroform p dan dalam eter p.
OTT : Dengan kelompok oksidasi kuat.
3. Vaselin kuning
a. Sifat kimia
Sinonim : petrolatum; mineral jelly; petrolatum jelly; yellow
petrolatum.
Nama kima : petrolatum
b. Sifat organoleptis
Bentuk : massa lunak, lengket.
Warna : Bening, kuning muda sampai kuning.
Bau : tidak berbau
Rasa : hampir tidak berasa
c. Sifat fisika
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) p;
larut dalam kloroform p, dalam eter p dan dalam eter
minyak tanah p, larutan kadang-kadang berfluoresensi
lemah.
OTT : petrolatum merupakan bahan inert dengan ketidak
campuran yang kecil.
d. Fungsi : Basis salep
5. Na metabisulfit
a. Pemerian : Tidak berwarna, berbentuk kristal prisma atau serbuk
kristal berwarna
putih hingga putih kecoklatan yang berbau sulfur dioksida dan
asam.
RANCANGAN FORNAS
R/ Sulfosetamit natricum 25 mg
Oculentum simplex 1 gr
10 %
TABEL I
Kecil kecil
Sedian
steril
Volume
Besar
2 Rute pemberian Sediaan harus Rute guttae
untuk tetes digunakan dengan pemberian
mata steril rute pemberian yang benar
yang sesuai
Im
Iv
Guttae
Formulasi Akhir
R/ Sulfocetamid 10 %
Na Metabisulfit 0,1 %
Mf 1 tube 10 gr
Perhitungan
PROSEDUR KERJA
ETIKET
BAB IV
EVALUASI
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN
KESIMPULAN
SARAN
1. Pada proses pembuatan sediaan salep mata sebaiknya diperhatikan
bahan-bahan yang akan digunakan sehinggat menghidari efek yang tidak
baik.
2. Untuk pembuatan basis salep, sebaiknya tidak menggunakan lanolin dan
vaselin album karena dapat menyebabkan iritasi pada mata dan
peradangan pada mata.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat. 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. 1989. Jakarta :
UI-Press.
Department of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-
eight edition. 1982. London : The Pharmaceutical Press.
Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta.