“GEL”
OLEH :
KELOMPOK VIII
1. RELLA SILVIA (2605026)
2. DINA MUNARTI (2605041)
3. MELONA SISKA (2605042)
4. SISKA FITRIA (2605043)
5. TIA MORI (2606044)
I. Definisi
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7). Gel adalah sediaan
bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari senyawan organik atau
makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap
oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315).
II. Penggolongan Gel
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel dibagi
menjadi dua yaitu:
1. Gel sistem dua fase
Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif
besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya
magma bentonit. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik,
membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada
pengocokan.Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk
menjamin homogenitas.
2. Gel sistem fase tunggal
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara
molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat
dari makromolekul sintetik misalnya karboner atau dari gom alam misanya
tragakan.
III. Keuntungan dan Kekurangan Gel
Keuntungan dan kerugian menurut Lachman, 1994 :
1. Keuntungan sediaan gel
Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan
sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah dicuci dengan air, pelepasan
obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
2. Kekurangan sediaan gel
Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air
sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel
tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah
dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat
menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
4. Kegunaan Gel
Kegunaan sediaan gel secara garis besar di bagi menjadi empat seperti:
1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral,
dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat
dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat long–acting yang diinjeksikan
secara intramuskular.
2. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi
tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada
sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik,
termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan
rambut.
4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril)
atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).
5. Sifat dan Karakteristik Gel
Menurut Lachman, dkk. 1994 sediaan gel memiliki sifat sebagai berikut:
1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah
inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan
yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan
diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam
botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topical.
3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan
yang diharapkan.
4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau
BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau
digunakan.
5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga
pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh
polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang
akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan
tersebut akan membentuk gel.
6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelation.
6. Formula awal :
R Piroksikam0,5%
Na.CMC 4%
Nipagin 0,18%
Gliserin 10%
Aquades ad 10
Catatan:
Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk
steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk nonsteril.
Persyaratan lain untuk pembuatan produk steril dirangkum pada Aneks 1
Pembuatan Produk Steril.
Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu (misalnya pada
saat pengambilan sampel, penimbangan bahan atau produk, pencampuran dan
pengolahan bahan atau produk, pengemasan produk kering), memerlukan sarana
penunjang khusus untuk mencegah pencemaran silang dan memudahkan
pembersihan. Area produksi hendaklah mendapat penerangan yang memadai,
terutama di mana pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.
Pakaian Pekerja
Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian
pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya.Prosedur higiene
perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan pakaian pelindung hendaklah
diberlakukan bagi semua personil yang memasuki area produksi, baik karyawan
purnawaktu, paruhwaktu atau bukan karyawan yang berada di area pabrik, misal
karyawan kontraktor, pengunjung, anggota manajemen senior dan inspektur.
Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk
keselamatan personil, hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang
bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut.Pakaian kerja kotor
dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) hendaklah disimpan dalam
wadah tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau
disterilisasi.
Program higiene yang rinci hendaklah dibuat dan diadaptasikan terhadap
berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan.Program tersebut hendaklah
mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene dan pakaian
pelindung personil.Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara ketat oleh
setiap personil yang bertugas di area produksi dan pengawasan.Program higiene
hendaklah dipromosikan oleh manajemen dan dibahas secara luas selama sesi
pelatihan.
Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat
direkrut.Merupakan suatu kewajiban bagi industri agar tersedia instruksi yang
memastikan bahwa keadaan kesehatan personil yang dapat memengaruhi mutu
produk diberitahukan kepada manajemen industri.Sesudah pemeriksaan kesehatan
awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personil
secara berkala.Petugas pemeriksa visual hendaklah menjalani pemeriksaan mata
secara berkala.
RUANGAN PENYIMPANAN
1. Ruangan A
Terdiridari 4 bagian, yaitu : ruanganpenerimaanbahanbaku,
ruangankarangtinabahanbaku,produkjadidanekspedisisertaruangan
sampling bahanbaku, suhuruangan A tidaklebihdari 30 C
dankelembabanmaksimal 75 %
2. Ruangan B
Merupakangudangpenyimpananbahanbakuumumnyauntukbahanpe
mbantu, dikondisikanhanyapadasaat jam kerja.
3. Ruangan C
Merupakanruangpenyimpananbahanpenyemas primer,
suhuruanganmaksimal 25 C, kelembabanmaksimal 70 %,dikondisikanslm
24 jam
4. Ruangan D
Ruangpenyimpananbahanaktif, dikondisikanselama 24 jam,
ruanganinidibagi 4 bagian :
a. Untukbahanaktifproduklisensi
b. Untukbahanaktif non lisensi
c. Bagianruangbersuhukurangdari 8-15 C
d. Untukpenyimpananbahanbaku yang masihdalam status KIP
jikamemangperlukondisipenyimpanankhusus
KEMASAN
ETIKET
BROSUR
KETERANGAN NO. REGISTRASI
Digit 1 : D = Dagang
Digit 2 : golonganobatKeras (K)
Digit 3 : JenisproduksiLokal (L)
Digit 4, 5: Tahunpendaftaranobat 2017 (17)
Digit 6, 7, 8: Nomorurutpabrik di Indonesia 087
Digit 9, 10, 11: Nomorurutobatjadipadasuatupabrik yang disetujuiDepkes
930
Digit 12, 13 : Bentuk sediaan obat jadi 28
Digit 14 : Kekuatan sediaan obat jadi yang disetujui A
Digit 15 : Kemasan 1
ALUR REGISTRASI