Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini kosmetik telah menjadi kebutuhan dasar manusia.

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada

bagian luar tubuh mausia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital

bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut. Seperti halnya pasta gigi, shampo,

sabun, obat kumur yang kita gunakan sehari-hari merupakan sediaan

kosmetik. Pembersih wajah atau facial foam, toner, milk cleanser, bedak, dan

kosmetik wanita yang lain sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Jika disadari,

kosmetik telah menjadi kebutuhan manusia sejak manusia lahir hingga

kematian, kebutuhan manusia tidak akan terhindar dari kosmetik.

Perkembangan dunia kosmetik sekarang juga semakin pesat. Teknologi

yang semakin maju membuat produsen kosmetik selalu dituntut untuk

membuat sediaan kosmetik yangpraktis, ekonomis, dan memiliki manfaat

yang lebih spesifik.

Beberapa masalah baru di dunia kosmetik juga tak terhindarkan lagi

mengingat tuntutan tersebut menjadikan pihak-pihak yang tidak

bertanggungjawab menyalahgunakan proses produksi kosmetik sehingga

menghasilkan produk kosmetik yang tidak aman bagi konsumen.

1
Menanggapi hal ini pemerintah membuat beberapa aturan-aturan dan

kebijakan mengenai industri dan pembuatan kosmetik. Aturan-aturan tentang

kosmetik yang tidak saja mampu mengakomodasi kemauan dan keinginan

industri kosmetik dari sisi inovasi dan kreativitasnya namun juga harus dapat

mengajak industri kosmetik untuk dapat menghasilkan kosmetik yang aman,

bermutu dan bermanfaat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan Perhitungan Bahan Sediaan Gel?

2. Jelaskan Bagaimana Cara Pembuatan Sediaan Gel?

3. Jelaskan Evaluasi Sediaan Gel?

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan ISTA Al-Kamal :

Untuk menambah bahan pustaka institusi dalam perkembangan

ilmu pengetahuan penelitian tentang farmasi.

1.3.2 Bagi mahasiswa, meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan

logis dalam menerapkan konsep ilmu Kosmetologi terhadap

bahan, obat atau kosmetik.

1.3.3 Bagi Penulis

a. Melatih kemampuan penulis dalam merumuskan dan

memecahkan masalah.

2
b. Memperluas wawasan dan pengetahuan penulis yang

didapat selama mengikuti pendidikan di institusi dan

menerapkannya di lapangan mengenai ilmu kosmetologi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sediaan GEL

A. Definisi

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari

partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV,

hal 7)

Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari

zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik,

masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan. (FN Hal

315).

B. Penggolongan Gel

1. Pengolongan (Disperse Sistem), (Lachman, hal 496)

a) Berdasarkan sifat fasa koloid :

 Gel anorganik, contoh : bentonit magma

 Gel organik, pembentuk gel berupa polimer

b) Berdasarkan sifat pelarut :

 Hidrogel (pelarut air).

4
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer

hidrofilik yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau

gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen atau

interaksi hidrofobik.

Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab

hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan

cairan biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan

adsorbsi protein dan adhesi sel; hidrogel menstimulasi sifat

hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan

berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga

meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan

sekitarnya.

Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan

kekerasan yang rendah setelah mengembang.

Contoh : bentonit magma, gelatin

 Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik).

Contoh :plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang

terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock

cooled), dan dispersi logam stearat dalam minyak.

 Xerogel.

5
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah

diketahui sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh

evaporasi pelarut, sehingga sisa – sisa kerangka gel yang

tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula

dengan penambahan agen yang mengimbibisi, dan

mengembangkan matriks gel. Contoh : gelatin kering, tragakan

ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan polystyrene.

c) Berdasarkan bentuk struktur gel:

 Kumparan acak

 Heliks

 Batang

 Bangunan kartu

d) Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel):

Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang

tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga

tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang

terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari

makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam

(misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa kontinu.

Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari

jaringan partikel kecil yang terpisah. Dalam sistem ini, jika

6
ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, masa gel

kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik

tidak larut, hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa

kontinu.

2.2 Formula Sediaan Gel

Gelling Agents (Pustaka : Dysperse System, vol. II, page 499-504)

Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk

jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam

kelompok ini adalah gum alam, turunan selulosa, dan karbomer.

Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada

yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel padat

koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel

karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari

beberapa surfaktan nonionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel

yang jernih di dalam sistem yang mengandung sampai 15% minyak

mineral.

Berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent :

A. Polimer (gel organik)

1. Gum alam (natural gums )

7
Umumnya bersifat anionik (bermuatan negatif dalam larutan atau

dispersi dalam air) meskipun dalam jumlah kecil ada yang

bermuatan netral, seperti guar, gum. Karena komponen yang

membangun struktur kimianya, maka natural gum mudah terurai

secara mikrobiologi dan menunjang pertumbuhan mikroba. Oleh

karena itu, sistem cair yang mengandung gum harus mengandung

pengawet dengan konsentrasi yang cukup. Pengawet yang bersifat

kationik inkompatibel dengan gum yang bersifat anionik sehingga

penggunaannya harus dihindari. Gel yang dihasilkan harus

disimpan dalam wadah yang tertutup rapat karena air dapat

menguap secara cepat sehingga meningkatkan kemungkinan

terjadinya proses sineresis. Gel terbentuk pada pH asam dalam

larutan air yang mengandung kalsium dan kemungkinan zat lain

yang befungsi menghidrasi gum.

2. Derivat selulosa

Selulosa murni tidak larut dalam air karena sifat kristalinitas yang

tinggi. Substitusi dengan gugus hidroksi menurunkan kristalinitas

dengan menurunkan pengaturan rantai polimer dan ikatan

hidrogen antar rantai. Derivat selulosa yang sering digunakan

adalah MC, HEMC, HPMC, EHEC, HEC, dan HPC. Sifat fisik

dari selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus substitusi.

8
HPMC merupakan derivat selulosa yang sering digunakan.

Derivat selulosa rentan terhadap degradasi enzimatik sehingga

harus dicegah adanya kontak dengan sumber selulosa.

Sterilisasi sediaan atau penambahan pengawet dapat mencegah

penurunan viskositas yang diakibatkan oleh depolimerisasi oleh

enzim yang dihasilkan dari mikroorganisme. Misalnya : MC, Na,

CMC, HEC, HPC Sering digunakan karena menghasilkan gel

yang bersifat netral,viskositas stabil, resisten terhadap

pertumbuhan mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film

yang kuat pada kulit ketika kering. Misalnya MC, Na CMC,

HPMC

B. Polimer sintetis (Karbomer = karbopol)

Sebagai pengental sediaan dan produk kosmetik. Karbomer

merupakan gelling agent yang kuat, membentuk gel pada

konsentrasi sekitar 0,5%. Dalam media air, yang diperdagangkan

dalam bentuk asam bebasnya, pertama-tama dibersihkan

dulu, setelah udara yang terperangkap keluar semua, gel akan

terbentuk dengan cara netralisasi dengan basa yang sesuai.

Merupakan gelling agent yang kuat, maka hanya diperlukan dalam

konsentrasi kecil.

9
C. Polietilen (gelling oil)

Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang

lembut, mudah tersebar, dan membentuk lapisan/film yang tahan air

pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel, polimer harus

didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas 80 0 C)

kemudian langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan

kristal yang merupakan pembentukan matriks.

1. Koloid padat terdispersi

Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara

pembentukan jaringan karena gaya tarik-menarik antar partikel seperti

ikatan hidrogen. Konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan

nonpolar. Untuk cairan polar diperlukan konsentrasi yang lebih besar

untuk membentuk gel, karena adanya kompetisi dengan medium yang

melemahkan interaksi antar partikel tersebut.

2. Surfaktan

Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak

mineral, air, dan konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan

anionik. Kombinasi tersebut membentuk mikroemulsi. Karakteristik

gel yang terbentuk dapat bervariasi dengan cara meng-adjust proporsi

dan konsentrasi dari komposisinya. Bentuk komersial yang paling

banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih rambut.

10
3. Gellants lain

Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar

seperti beeswax, carnauba wax, setil ester wax.

4. Polivinil alcohol

Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang

terbentuk sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang

baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam beberapa grade yang

berbeda dalam viskositas dan angka penyabunan.

5. Clays (gel anorganik)

Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga

tidak cocok digunakan pada kulit. Viskositas dapat menurun dengan

adanya basa. Magnesium oksida sering ditambahkan untuk

meningkatkan viskositas. Bentonit harus disterilkan terlebih dahulu

untuk penggunaan pada luka terbuka. Bentonit dapat digunakan pada

konsentrasi 5-20%. Contohnya : Bentonit, veegum, laponite

D. Bahan tambahan

1. Pengawet

Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba,

tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan

pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus

memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent. Beberapa

contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent :

11
 Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi

benzoat 0,05 % w/v

 Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau

klorokresol 0,1 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v

 Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12

% w/v atau klorokresol 0,1-0,2 % w/v

 Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam

benzoat 0,2 % w/v

 MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida

0,02% w/v

 Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi

benzoat 0,02 % w/v

 Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v

Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang

mengandung air. Biasanya digunkan pelarut air yang mengandung

metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025% sebagai pengawet.

2. Penambahan Bahan higroskopis

Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol,

propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %

12
3. Chelating agent

Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap

logam berat. Contohnya EDTA.

13
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perhitungan Bahan Sediaan Gel

Modifikasi Formula

Tabel 1.2. Modifikasi Formula Sediaan Masker Gel Ekstrak Bunga

Brokoli.

Tiap 50 gram sediaan mengandung:

Formula

Bahan A B C Fungsi

% % %

Ekstrak bunga Brokoli 0,02 0,02 0,02 Zat aktif

HPMC 5 10 15 Gelling agent

Propilenglikol 15 15 15 Humektan

Metil paraben 0,2 0,2 0,2 Pengawet

Propil paraben 0,1 0,1 0,1 Pengawet

Etanol 96 % 8 8 8 Pelarut

Aquadest Ad 100 100 100 Pelarut

14
Perhitungan :

Contoh Formula A
5
 HPMC = 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 5 gram
100

15
 Propilenglikol = 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 15 gram
100

0.2
 Metilparaben = 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.2 gram
100

0,1
 Propilparaben = 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 =0.1 gram
100

8
 Etanol = 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 8
100

3.2 Cara Pembuatan Sediaan Gel

1. Cara Pengambilan Sampel

Bunga brokoli dipetik secara manual menggunakan tangan,

bunga dipetik adalah bunga tua, yang dilakukan pada jam 10 pagi

sampai jam 12 siang saat proses fotosintesis.

2. Pengolahan Sampel

Setelah sampel terkumpul kemudian dibersihkan dan dicuci

sampai bersih, lalu ditiriskan. Bunga brokoli dirajang kemudian

dikeringkan dengan cara dijemur tanpa terkena sinar matahari

langsung, kemudian ditimbang dandilakukan ekstraksi.

3. Pembuatan Ekstrak

Proses pembuatan ekstrak bunga brokoli

15
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Ditimbang bunga brokoli sebanyak 500 gram kemudian

dimasukkan kedalam toples kaca

c. Ditambahkan 3750 mL etanol 70% hingga sampel terendam

sempurna

d. Ditutup toples dengan lakban hitam yang sebelumnya dilapisi

almunium foil

e. Dilakukan ekstraksi secara maserasi selama 3x24 jam pada suhu

kamar terlindung dari cahaya, sambil sering diaduk

f. Dilakukan penyarian setelah 3x24 jam, disaring menggunakan

kain flanel selanjutnya dirotavapor untuk mendapatkan ekstrak

kental.

4. Pembuatan Masker

Proses pembuatan masker gel :

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Ditimbang bahan-bahan yang akan digunakan.

c. Dilarutkan ekstrak dalam etanol 96% seedikit demi sedikit hingga

larut sempurna.

d. Dikembangkan HPMC dalam aquadest dengan pengadukan yang

konstan hingga mengembang lalu didiamkan selama 1 malam

(wadah A)

16
e. Didalam wadah terpisah lainya (wadah B) larutkan nipagin dan

nipasol kedalam propilenglikol.

f. Dicampurkan (wadah A) dan (wadah B) lalu aduk hingga

homogen.

g. Ditambahkan ekstrak yang telah dilarutkan sedikit demi sedikit

lalu aduk hingga homogen

h. Ditambahkan kembali aquadest ad 50 gram dan aduk kembali

hingga homogen

i. Dimasukkan kedalam wadah lalu diberi etiket dan brosur.

3.3 Evaluasi Sediaan Gel

1. Organoleptis

Evaluasi organoleptik termasuk bentuk, warna, dan bau dianalisis

secara manual, dengan bantuan mata dan hidung.

2. Viskositas

Viskositas gel diukur dengan menggunakan viskometer Brookfiled

cone and plate (Engineering Laboratories INC, Stoughton MA, USA).

Aliran gel diukur pada suhu kamar. Sampel diletakkan sekitar 1 g

pada cone. Pengukuran dilakukan dengan meningkatkan laju geser

dari 0,5/detik sampai 100/detik dan viskositas dibaca pada setiap

putaran per menit.

17
3. Tingkat busa

Sebagian besar sabun kaya akan busa, dibandingkan dengan body

soap, facial wash memiliki busa yang lebih sedikit. Kemampuan

membentuk busa diukur dengan melarutkan sampel dalam air pada

gelas ukur. Jumlah air yang digunakan dicatat dan gelas ukur

digoyangkan secara manual menggunakan tangan hingga 10 kali.

Kemampuan pembentuk busa dihitung dengan mengukur tinggi busa

dan stabilitas busa diukur dengan menghitung waktu busa mulai

hilang.

4. Daya sebar

Apabila dioleskan ke kulit, gel harus dapat tersebar ke kulit dengan

mudah. Kemampuan penyebaran ditentukan dengan mengukur

diameter dari sampel yang diletakan sekitar 1 g di antara dua piringan

horisontal (20 x 20 cm) setelah penambahan beban 125 g di bagian

atas piringan selama 1 menit.

5. pH sediaan

pH diukur menggunakan pH meter (Schott, Deutschland, Belgium).

1 g sampel dilarutkan dalam 10 ml air pada suhu kamar. Selanjutnya,

elektroda akan kontak dengan permukaan larutan dan dibiarkan

setimbang selama 1 menit. Rentang pH 6-8 dianggap dapat diterima

untuk menghindari iritasi pada paparan jangka panjang di kulit wajah.

18
6. Pemeriksaan Homogenitas

1. Diambil sedikit sampel sediaan formula masker gel bunga

brokoli, kemudian diletakkan sedikit gel pada kaca objek.

2. Diamati susunan partikel kasar atau ketidak homogenan, lalu

dicatat.

7. Uji Iritasi

1. Diambil sedikit sampel sediaan formula masker gel bunga

brokoli, lalu dioleskan pada kulit dengan diameter 2 cm selama 30

menit.

2. Diamati adanya reaksi iritasi berupa panas, gatal, ataupun perih,

lalu dicatat.

19

Anda mungkin juga menyukai