Oleh
NIM : (201851229)
Jl. Raya Al-kamal No. 2 Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11520
2020
KRITIS PRODUK FARMASI DALAM ISLAM
kompeten dan mencerminkan peran farmasi dalam situasi yang beragam dan
diharapkan.
Etika, Hukum dan Tanggung Jawab Profesional
Menegakkan dan bertindak atas prinsip etika yang akuntabilitas utama seorang
Farmasi ditinjau dari objek materinya, memiliki kerangka dasar dari ilmu-ilmu
ditinjau dari objek formalnya merupakan ruang lingkup dari ilmu-ilmu kesehatan.
Farmasi secara teoritis dibangun oleh beberapa cabang ilmu pengetahuan, yang
farmasetika, dan farmasi sosial. Selanjutnya farmasi praktis terdiri dari dua bagian
farmasi teoritis, dan tempat pengabdian bagi ahli-ahli farmasi (farmasis) yang
berorientasi pada produksi bahan baku obat, dan obat jadi, dan perkembangan
berorientasi pada pemberian obat rasional empirik, yakni pemberian obat yang
wawasan luas yang berorientasi pada kesehatan yang paripurna dan hedonistik,
Agama Islam adalah agama yang kaffah atau sempurna dan lengkap.
yang diderita oleh manusia. Ajaran Islam mendorong kita untuk tetap
mengobati penyakit yang kita derita dengan cara yang Islami, tentunya dengan
obat dan terapi yang ditawarkan oleh Al-Qur’an dan Nabi saw.
Sesungguhnya apa yang diciptakan oleh Allah swt. mempunyai hikmah yang
amat besar dan apa yang dilarang atau diharamkan sesungguhnya demi
dan Dia telah menjadikan setiap penyakit ada abatnya, maka berobatlah kalian
dan jangan berobat dengan barang yang haram” (H.R. Abu Dawud).
Masalah halal dan haram dari obat dan kosmetik merupakan bagian pokok dari
tinjauan kritis produk farmasi bagi seorang muslim, karena hal ini
menyangkut keamanan dari segi ruhaniah bagi seorang yang
(H.R. Ath-Thabrani).
1. Obat
Titik kritis untuk obat yang diisolasi dari hewan adalah ketika hewan bisa
berasal dari ular, babi atau hewan lain yang diharamkan. Selain itu cara
untuk produk metabolit mikroba titik kritis kehalalan medium serta enzim
Beberapa zat aktif obat yang harus dicermati adalah kelompok hormon, enzim,
dan vitamin. Produk hasil bioteknologi ini bisa berasal dari produk mikrobil
yang haram, media penyegaran dan perbanyakan dari bahan yang haram, atau
bahan penolong yang haram. Pada tingkat teknologi yang lebih tinggi harus
Bahan pembantu atau eksipien titik kritis perhatikan pada penggunaan laktosa,
etanol, adeps lanae serta magnesium stearat. Sebagian bahan baku laktosa
Bahan dasar obat bahan alam tidak sepenuhnya berasal dari bahan
dalam ramuan obat bahan alam. Ramuan tradisional itu juga mengenal bahan-
bahan hewani, seperti kuda laut, bagian organ dari ayam, bagian organ ular
dan ekstrak berbagai bagian dari jenis binatang. Jadi, perlu kehati-hatian
dalam memilihnya sebab penggunaan hewan ini harus dilihat dari segi jenis
Pembuatan obat dari bahan alam yang halal dari hewan hendaklah dari hewan
3. Kosmetik
Produk kosmetik memang tidak dimakan dan masuk ke dalam tubuh. Oleh
karena itu, penggunaan kosmetik biasanya dikaitkan dengan masalah suci dan
najis. Unsur kosmetik haruslah terdiri dari zat yang halal, tidak najis atau
pada tempatnya.
Sediaan kosmetik ini terdapat peluang digunakannya bahan aktif atau bahan
pembantu dari bahan yang haram atau diragukan/subhat. Status kehalalan ini
kritis terutama pada produk dengan bahan hasil isolasi dari hewan (kolagen,
Kenyataan dalam dunia farmasi saat ini terdapat beberapa sediaan farmasi
1. Sediaan topikal berbahan najis seperti sediaan losio, krim, atau plester.
Para ulama sepakat bahwa benda yang haram hukumnya adalah najis ketika
digunakan.
2. Penggunaan bahan dari babi dalam kefarmasian. Sesuai dengan nash Al-
Qur’an, pada tahun 1994 komisi Fatwa MUI telah menfatwakan bahwa babi
maupun obat dan kosmetika. Bahan obat dan kosmetik yang berpotensi haram
karena umumnya dibuat dari bagian organ babi adalah: kolagen sebagai
pelembab dan bahan dasar gelatin yang biasa digunakan dalam pembuatan
seperti insulin, heparin dan enzim tripsin yang biasa digunakan dalam
pembuatan vaksin polio sebagai enzim proteolitik berasal dari pancreas babi.
alkohol dengan khamr dan sama sekali menolak penggunaan alkohol dalam
logika bahwa alkohol tidak selalu dihasilkan dari produksi khamr dan tidak
ada dalam produk akhir dengan kadar tidak lebih dari 1%. Penggunaan
perlu kearifan untuk membedakan antara alkohol dan khamr. Bahkan dalam
setiap sari buah alami yang diekstrak secara sederhana tanpa proses fermentasi
alami ada dalam mayoritas produk pangan misalnya roti yang dibuat dengan
oleh manusia. Sebagai landasan dalam penentuan halal dan haram umat Islam
berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Sumber utama yang harus dijadikan
Apabila tidak ada dalil yang menjelaskan secara rinci dan tegas dalam Al-Qur’an
Memerintahkan umatnya untuk berobat dengan menggunakan obat yang halal dan
penyakit (melainkan) dengan obatnya, dan Allah ta’ala membuat obat untuk setiap
penyakit. Karena itu hendaklah kamu berobat dan jangan berobat dengan yang
yang diharamkan yaitu bangkai, babi, darah, khamr, hewan yang mati tidak
wajar dan binatang yang disembelih tanpa nama Allah. Meskipun penggunaan
produk halal hukumnya wajib bagi setiap muslim, namun para ulama