LAINNYA Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Yang dibina oleh Bapak Lukky Jayadi, S.Farm., M.Farm ., Apt Disusun oleh:
Kelompok 5
Avio Maysayu I.P (P17120171006)
Eka Fitri Agnesya (P17120173015)
Dina Putri W (P17120173023)
Laraswati Rahmadani (P17120174029)
Chintya Ferda Intansari (P17120173014)
Zenleni Fadilah (P7120174028)
Miranda Saveren Oktavia (P1712017)
PRODI D3 ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
AGUSTUS 2019 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan manusia sebagai makhluk individu dan sosial mengandung pengertian bahwa manusia merupakan makhluk unik, dan merupakan perpaduan antara aspek individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan makhluk sosial sebagai anggota kelompok atau masyarakat. Untuk mengatakan apakah suatu pekerjaan termasuk profesi atau bukan, kriteria pekerjaan tersebut harus diuji. Sebagai mahasiswa Diploma III Analisis Farmasi dan Makanan , diperlukan ketelitian dan melakukan kegiatan kefarmasian dengan teliti dan terus menerus melatih diri serta belajar ketrampilan di bidang profesinya , sehingga di harapkan perilaku nya disesuaikan dengan etika profesinya di masyarakat . Pengertian Profesi adalah suatu jabatan atau juga pekerjaan yang menuntut keahlian atau suatu keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan dari “profesi” selalu dapat dikaitkan dengan pekerjaan atau juga jabatan yang dipegang oleh seseorang,namun akan tetapi tidak semua pekerjaan atau suatu jabatan dapat disebut dengan profesi disebabkan karena profesi menuntut keahlian dari para pemangkunya. Hal tersebut mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau suatu jabatan yang disebut dengan profesi tidak bisa dipegang oleh sembarang orang, namun tetapi memerlukan suatu persiapan dengan melalui pendidikan serta pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu. Pekerjaan tersebut tidak sama dengan profesi. Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik adalah agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau yang membutuhkan. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Kode etik dibuat untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok yang berguna untuk kepercayaan masyarakat akan suatu profesi. Kode etik berfungsi sebagai pemandu sikap dan perilaku, manakala menjadi fungsi dari nurani. Program pembangunan Kesehatan Nasional dititik beratkan pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan terkait dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu memberikan pelayanan secara professional. Profesionalisme menjadi tuntutan pertama bagi tenaga kesehatan untuk melaksanakan tugas profesi. Sementara itu, masyarakat berkembang menjadi semakin kritis dalam menyikapi pelayanan kesehatan secara Nasional. Sebagai salah satu mata rantai pelayanan Kesehatan Nasional, tenaga Kesehatan Asisten Apoteker dituntut professional dalam bekerja berdasarkan standar professional, kode etik, dan peraturan disiplin profesi yang telah ditentukan. BAB II PENDAHULUAN
2.1 Definisi Tenaga Kefarmasian
Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya disingkat STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi. Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi dan fasilitas distribusi atau penyaluran. Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi : a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi. b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi. c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi. Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan proses produksi dan pengawasan mutu Sediaan Farmasi pada Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi wajib dicatat oleh Tenaga Kefarmasian sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2.2 Pengertian Anafarma
Tujuan Pendidikan Program Studi D3 Analis Farmasi dan Makanan adalah menghasilkan Ahli Madya (D-III) yang mampu dan terampil menerapkan ilmu dan teknologi farmasi dan makanan meliputi : analisis obat dan bahan obat, obat tradisional dan fitofarmaka, narkotika dan bahan berbahaya, kosmetika dan alat kesehatan, serta makanan dan minuman. Dalam Kompetensi Lulusan D3 Analis Farmasi dan Makanan, lulusan Program Studi D3 Analis Farmasi dan Makanan dibekali dengan pengetahuan, etika profesi, ketrampilan dan kemampuan seperti berikut ini : a. Memiliki kemampuan sebagai pelaksana, pengelola, dan pelaksana peneliti di Laboratorium Farmasi dan Makanan. b. Memiliki kemampuan sebagai pelaksana penyuluhan perbekalan Farmasi dan Makanan serta sebagai pendidik di bidang analisis Farmasi dan Makanan. c. Memiliki kemampuan mengevaluasi dan mengoperasikan metode analisis dan alat/instrumen analisis yang digunakan untuk menganalisis sediaan farmasi. d. Mampu menghadapi situasi baru dalam profesi Ahli Madya Analis Farmasi dan Makanan. e. Mempunyai motivasi untuk mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan kefarmasian. f. Memiliki kemampuan membuat perencanaan kerja di apotek dan laboratorium farmasi (obat, obat tradisional, kosmetik dan alat kesehatan) dan makanan. g. Memiliki kemampuan membantu apoteker pengelola apotek dalam mengerjakan resep. h. Mampu melakukan pengambilan sampel bahan sediaan farmasi dan makanan secara benar. i. Mampu memilih dan mempersiapkan jenis alat yang akan digunakan di Apotek dan Laboratorium Farmasi. j. Mampu mempersiapkan bahan dan membuat larutan pereaksi yang akan digunakan untuk analisa. k. Mampu melakukan analisis terhadap bahan baku farmasi, makanan serta sediaan farmasi. l. Mampu melakukan analisis mikrobiologi dan analisa hayati. m. Mampu menyiapkan rencana kebutuhan alat dan bahan kimia dalam pengujian di Laboratorium Farmasi. n. Mampu memelihara dan mengadministrasikan bahan kimia dan peralatan laboratorium farmasi dan makanan. o. Mampu melakukan kalibrasi alat laboratorium farmasi dan makanan yang dilakukan secara berkala. p. Mampu menyimpan dengan benar jenis-jenis pereaksi dan bahan kimia yang digunakan untuk pengujian. q. Mampu menangani pembuangan limbah di laboratorium. r. Mampu melaksanakan penelitian di laboratorium farmasi dan makanan. s. Mampu menyiapkan metode analisa, bahan-bahan kimia, sediaan farmasi dan makanan yang akan diteliti, t. Mampu melakukan pengujian sesuai dengan metode analisa. u. Mampu mengumpulkan data, mengolah data penelitian dan membuat laporan penelitian. v. Mampu melaksanakan penyuluhan perbekalan farmasi dan makanan. w. Mampu menyiapkan naskah penyuluhan, memilih metode dan alat peraga, melakukan penyuluhan dan membuat laporan penyuluhan. x. Mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan asas kefarmasian. Sehingga Ahli Madya Analis Farmasi dan Makanan dapat bekerja dan berkarir sebagai tenaga ahli madya, pelaksana, pengelola, peneliti, pendidik, atau penyuluh di :
Industri Obat Tradisional/Jamu
Industri Makanan dan Minuman
Industri Alat Kesehatan
Industri Farmasi dan Kosmetik
Rumah Sakit Negeri dan swasta, Puskesmas
Apotek
Pedagang Besar farmasi
Poliklinik dan Balai Pengobatan
Pemerintahan (Dinas Kesehatan, BPOM, dsb)
Laboratorium Klinik
Balai Laboratorium Kesehatan Pusat dan Daerah
Perusahaan Askes
Institusi Pendidikan Negeri atau swasta
Laboratorium Rumah Sakit
Laboratorium Forensik di Kepolisian, TNI, Kejaksaan
2.3 Tenaga Kefarmasian Lain
Selain Anafarma terdapat tenaga kefarmasian lainnya yaitu sarjana farmasi dan apoteker. Berikut merupakan tujuan dan manfaat kode etik apoteker dalam bidang kefarmasiaan 1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek 2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek 3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek 4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional 5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek Berikut merupakan manfaat kode etik apoteker dalam bidang kefarmasiaan : 1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola apotek 2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di apotek 3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di apotek 4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Etika Profesi dengan Tenaga Kesehatan Lain
Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pasal 11, menyatakan bahwa tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi : a) Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis b) Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga psikologi klinis adalah psikologi klinis c) Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan yang tediri atas berbagai jenis perawat d) Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kebidanan adalah bidan e) Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian f) Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan masyarakat yang terdiri dari atas epidomiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja , tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga g) Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan lingkungan yang terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan, entimolog kesehatan dan mikrobiologi kesehatan h) Jenis tenaga kesehatan yang terdiri atas nutrisionis dan dietisien i) Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keterapiasn fisik yang terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapi wicara dan akupuntur j) Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keteknisan medis yang terdiri atas perekam medis dan informasi kesehatan , teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/ optometris, teknis gigi, piñata anestesi, terapis gigi dan mulut dan audiologi k) Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga teknik biomdedika terdiri atas radiographer, elektromedis, ahli teknologi laboratorium medic, fisikawan medic, radioterapis, dan ortotik prostetik l) Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan tradisional terdiri atas tenaga kesehatan tradisional ramuan dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan m) Tenaga kesehatan lain yang ditetapkan oleh menteri Adapun etika profesi yang harus dilakukan terhadap tenaga kesehatan lain, adalah sebagai berikut : 1. Menghormati hak-hak dari tenaga kesehatan lain Setiap tenaga kesehatan memiliki hak masing-masing dalam melaksanakan profesinya baik dengan sesame maupun dengan tenaga kesehatan profesi yang lainnya. Untuk itu perlu adanya rasa saling menghormati antar tenaga kesehatan satu dengan tenaga kesehatan yang lainnya, sehingga terciptalah suatu hubungan yang harmoni tanpa adanya perpecahan dalam ruang lingkup profesi kesehatan 2. Memperlakukan setiap tenaga kesehatan lain dalam batas-batas norma yang berlaku Setiap tenaga kesehatan lain perlu diperlakukan dengan baik dalam batas-batas norma tertentu. Sesuai dengan Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pasal 60 yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertanggung jawab untuk mengabdikan diri sesuai kemampuan yang dimiliki. Maka dalam hal ini setiap tenaga kesehatan perlu menjaga sikap dan perilaku terhadap tenaga kesehatan lainnya, sebab setiap profesi kesehatan akan saling membutuhkan sesuai dengan tugas dan profesi kesehatan akan saling membutuhkan sesuai dengan tugasprofesinya masing-masing 3. Menjunjung tinggi kesetiakawanan dalam melaksanakan profesi Setiap tenaga kesehatan perlu untuk menjunjung tinggi kesetiakawanan dalam melaksanakan profesi guna menjalin hubungan kerjasama yang baik. Selain itu jika hal ini tidak dilakukan maka akan berdampak secara tidak langsung terhadap pasien dan masyarakat sekitar lingkungan tenaga kesehatan 4. Membina hubungan kerjasama yang baik Setiap tenaga kesehatan perlu untuk membina hubungan kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan professional lainnya dengan tujuan utama untuk menjamin pelayanan tetap berkualitas tinggi. Untuk itu perlu rasa saling menghargai antara sesame tenaga kesehatan guna membangun kerjasama yang baik, yang secara tidak langsung akan berdampak positif terhadap pasien dan masyarakat disekitar tenaga kesehatan