Anda di halaman 1dari 8

ETIKA PROFESI

“Kasus Pelanggaran Kode Etik Apoteker Terhadap Pasien di Rumah Sakit”

DOSEN PENGAMPU :

Nurul Qomariyah

DISUSUN OLEH :

Alfinda Kusuma Wardani

(P21345119005)

2D3A

PROGRAM STUDI D3 SANITASI

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 12120

2020
Abstrak
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan
kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral(mores). Manusia disebut
etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruhmampu memenuhi hajat hidupnya dalam
rangka asas keseimbangan antarakepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara
rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan
penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang
dikaitkan dengan etika.
Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang
diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang
dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut
dalam melayani masyarakat,menggunakan etika layanan profesi dengan
mengimplikasikan kompetens imencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan
moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.
Seiring dengan perkembangan zaman semakin banyak pelanggaran kode etik oleh
sebagian besar profesi terutama profesi kesehatan. Dankarena adanya perubahan
Globalisasi yang sering bisa membuat Profesi menjadi tidak berjalan semestinya sebab
kalau seorang Profesi tidak mengikuti perkembangan Globalisasi maka dia akan tidak
percaya diriuntuk menjalankan Profesinya tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Kasus 1: Informasi Apoteker Belum Memenuhi Hak Pasien
1. Kasus
Tn. R mendapatkan resep dari Poliklinik Anak Rumah Sakit “Amanah” untuk
putranya yang berusia 8 tahun, Amoxicillin Dry syrup, menurut petugas yang
menyerahkan obat tersebut syrup ini habis dalam4 hari dan harus diminum terus selama 4
hari 3xsehari 1 sendok obat(5ml), tetapi ternyata setelah 2 hari penyakitnya malah
tambah parahsehingga harus opname.

2. Permasalahan
Pada kasus diatas apoteker belum memenuhi hak pasien karena belum
memberikan infomasi yang jelas dan benar mengenai obat yang diberikan atau
diresepkan oleh dokter dari cara pemakaian, penyimpanan, efek samping dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan penggunaan obat yang dikonsumsi sehingga memberi efek yang
fataatau buruk karena pasien tidak mendapatkan kenyamanan dankeselamatan dalam
penggunaan obat (produk).

B. Kasus 2 : Customer mendapatkan perlakuan yang tidak sopan oleh


Apoteker
1. Kasus
Ny. N datang ke rumah sakit budi asih serang, setelah melakukan pemeriksaan
Ny.N diminta untuk menebus obat ke Instalasi FarmasiRumah Sakit, setelah Ny.N
menyerahkan resep obat kepada petugasIFRS Ny.N menunggu giliran tiba. Setelah
gilirannya tiba Ny.Ndipanggil oleh petugas dari IFRS untuk mengambil obatnya.
Petugasmemberikan informasi obatnya dengan intonasi tinggi dan tidak ramah. Karena
perlakuannya Ny.N tidak menerima sikap yang dilakukan oleh petgas IFRS itu.

2. Permasalahan
Pada kasus di atas petugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit tidakmemberikan
pelayanan secara maksimal kepada pasien. Di karenakaninformasi yang tidak jelas dan
sikap yang tidak sopan dan ramah daricara berbicara nya, sikap dan prilaku yang tidak
pantas untuk di ucapkankepada pasien.karena pasien tidak mendapatkan pelayanan yang
baikoleh petugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 ANALISIS
Kajian Pelanggaran Etika oleh Apoteker Pelanggaran-pelanggaran yang
terkait mengenai Apoteker yang tidak memberikan informasi yang jelas kepada
pasien adalah :
1. Kode Etik Apoteker Indonesia
Pasal 7 : “Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi
sesuaidengan profesinya”.
Pasal 9 : “Seorang Apoteker melakukan praktik kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat, menghormati hak asasi pasien
dan melindungi makhluk hidup insane”.
2. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Yang menyatakan bahwa : Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan,
penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayananinformasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat, dan obat tradisional.
3. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen
a) Pasal 4a
Hak konsumen adalah :
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalammengkonsumsi
barang dan/atau jasa.
b) Pasal 7b
Kewajiban pelaku usaha adalah :
Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenaikondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa, serta memberikan penjelasan penggunaan,
perbaikan, dan pemeliharaan.
4. SK Menkes RI No 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang StandarPelayanan
Farmasi di Rumah Sakit
Tujuan pelayanan farmasi ialah :
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik
dalamkeadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat,
sesuaidengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi danEdukasi)mengenai
obat
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui
analisa,telaah dan evaluasi pelayanan
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui
analisa,telaah dan evaluasi pelayanan

3.2 PEMBAHASAN
Dalam pencegahan pelanggaran kode etik apoteker tersebut diperlukan strategi
antara lain:
1. Adanya kebijakan tentang pelayanan farmasi klinis dari
pemerintah maupun pimpinan rumah sakit bersangkutan
2. Adanya dalam praktek KIE dalam pelayanan dfarmasi di rumah
sakit.
3. Adanya kegiatan riset dan pengembangan yang dilaksanakan serta
pendidikan dan pelatihan
4. Adanya auditing sebagai proses umpan balik untuk perbaikan dan
memberi jaminan kualitas yang dikehendaki
5. Mempertinggi kemampuan untuk memberdayakan farmasi rumah
sakit
6. Kepentingan dan tujuan kegiatan farmasi klinis harus dimengerti
dan disepakati oleh petugas-petugas kesehatan
7. Menjalin hubungan baik antara profesi medis dan farmasi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum rumah sakit adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya serta
hak dan kewajiban segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanaan kesehatan yaitu rumah
sakit dalam segala aspek organisasi,sarana, pedoman medik serta sumber-sumber
hukum lainnya.
Dalam pelaksanaan pelayanan di Rumah Sakit pasti akanmenghadapi
berbagai kendala, antara lain sumber daya manusia/tenagafarmasi di rumah sakit,
kebijakan manajeman rumah sakit serta pihak-pihak terkait yang umumnya masih
dengan paradigma lama yang “melihat” pelayanan farmasi di rumah sakit “hanya”
mengurusi masalah pengadaan dan distribusi obat saja. Oleh karena itu, dalam
pelayanan farmasi di RumahSakit harus meningkatakan pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit, antaralain : praktek KIE, monitoring penggunaan obat.
B. SARAN
Berdasarkan studi kasus diatas sebaiknya kita memperbaiki
pelayananterhadap pasien apabila kita adalah seorang tenaga kesehatan demi
kenyamanan bersama.
C. REKOMENDASI
1. Pengertian Etika dan Profesi Hukum. Jombang: WKPA. Widaryanti. 2007.
EtikaBisnis dan Etika Profesi Akuntan (Business Ethics and Accountant
ProfessionalEthics). Vol. 2 No. 1 Juni 2007 : 1-10.2.
2. Snanto, Rizal. 2009. Buku Ajar Etika Profesi. Semarang:
UniversitasDiponegoro,Mariyana, Rita. Etika Profesi Guru. Qohar, Adnan.3.
3. http://alyamuslimah.blogspot.co.id/2014/12/makalah-studi-kasus-etika
profesi.html

Anda mungkin juga menyukai