Muhammad Sabiq
Qorry Afifah
Revita Salsabila
Widya Nur Anggraini
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui self purification dan euthrofication
2. Untuk mengetahui proses terjadinya dan menjelaskan badan air self purification
3. Untuk mengatahui langkah yang harus di lakukan pada penanganan euthrofication
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan Air Secara Kimia
Parameter kimia dari air ialah diantaranya:
1. Besi
2. Fluorida
3. Kesadahan
4. Klorida
5. Mangan
6. Natrium
7. Nitrat
8. Nitrit
9. pH
10 Sulfat
11. Kalium
12. Zat Organik
13. CO2 Agresif
14. Daya Pengikat Chlor (DPC)
15. Asiditas
16. Alkalinitas
2.) Metode Titrasi EDTA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur
kesadahan di dalam air menggunakan EDTA (EthyleneDiamineTetraaceticAcid) atau garam
4
natriumnya sebagai titran. EDTA membentuk ion kompleks yang sangat stabil dengan Ca2+
dan Mg2+, juga ion-ion logam bervalensi dua lainnya.
Indikator Eriochrome Black T (EBT) merupakan indikator yang sangat baik untuk
menunjukkan bahwa ion penyebab kesadahan sudah terkompleksasi.
3.) Metode Mohr (Argentometric) dapat digunakan untuk pemeriksaan klorida menggunakan
larutan perak nitrat (0,0141 N) untuk mentitrasi sehingga dapat bereaksi dengan larutan N/71
dimana setiap mm ekivalen dengan 0,5 mg ion klorida.
4.) Penetapan nitrogen nitrat merupakan analisa yang sulit dilakukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Berdasarkan Standard Methods, metode yang digunakan adalah metode Asam
Phenoldisulfat dan Metode Brusin. Brusin merupakan senyawa kompleks organik yang
bereaksi dengan nitrat pada kondisi asam dan peningkatan temperatur di alam menghasilkan
warna kuning. Metode Brusin mempunyai kelebihan dari metode phenoldisulfat, dimana
klorida dalam konsentrasi normal tidak mengganggu, tetapi warna yang dihasilkan tidak
mengikuti hukum Beer’s.
5.) Metode turbidimeter merupakan salah satu metode analisa yang digunakan untuk mengukur
sulfat dengan prinsip barium sulfat terbentuk setelah contoh air ditambahkan barium khlorida
yang berguna untuk presipitasi dalam bentuk koloid dengan bantuan larutan buffer asam yang
mengandung MgCl, potassium nitrat, sodium asetat, dan asam asetat.
6.) Pada penetapan zat organik dengan metode Titrasi Permanganometri, digunakan KMnO4
untuk membedakan antara zat organik dan zat anorganik. KMnO4 dapat mengoksidasi zat-zat
anorganik jauh lebih cepat daripada zat organik, selain itu proses reduksi zat organik oleh
KMnO4 memerlukan temperatur yang lebih tinggi. Penetapan zat organik hanya dapat
dilakukan setelah seluruh reduktor (KMnO4) telah habis bereaksi dengan zat anorganik. Zat
organik dioksidasi oleh KMnO4 berlebih dalam suasana asam dan panas. Kelebihan KMnO4
akan direduksi oleh asam oksalat berlebih dan kelebihan asam oksalat akan dititrasi kembali
oleh KMnO4. Hal ini dapat juga dilakukan menggunakan Hexane-Extractable pada air
tesuspensi. Prinsipnya adalah adsorbsi dan flokulasi dengan hidroksida aluminium dari materi
organik tersuspensi. Kandungan materi organik dalam air dapat dijadikan indikator pencemar
5
bila konsentrasinya cukup tinggi, karena zat organik dapat diuraikan secara alami oleh bakteri
sehingga kadar DO menurun.
7.) Air yang banyak mengandung CO2 akan bersifat korosif karena dapat melarutkan logam
yang terdapat pada pipa penyaluran air sehingga dapat terjadi korosi pada pipa distribusi air
minum. Korosi disebabkan air mempunyai pH rendah, yang disebabkan adanya kandungan
CO2 agresif yang tinggi. Beberapa metode penentuan CO2 agresif yang dapat dilakukan antara
lain:
1. Metode nomografik
Dilakukan menggunakan grafik Mudlein-Frankfurt dan Langlier Index dengan satuan mg/l.
Parameter yang harus diketahui bila menggunakan metode ini adalah CO2 bebas (ditetapkan
sesuai prosedur penetapan asiditas dan alkalinitas) dan HCO3– (kesadahan sementara). Jika
hasilnya berada di atas kesetimbangan, maka terdapat CO2 agresif dan jika hasilnya berada di
bawah kestimbangan, maka tidak terdapat CO2 agresif. Index CO2 dikatakan agresif jika
konsentrasi CO2 dalam air dan konsentrasi CO2 seimbang.
2. Teoritis
Metode ini dilakukan dengan menggunakan pH dan kadar HCO3 dalam air, berdasarkan
kemampuan air dalam melarutkan marmer.
3. Metode Titrasi
Metode ini dapat dilakukan baik secara potensiometri maupun dengan indikator.
Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menghilangkan CO2 agresif dalam air antara
lain:
– Aerasi. Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan CO2 dalam air dengan memasukkan
O2 agar CO2 yang ada dalam air kembali ke atmosfer.
– Penambahan zat kimia yaitu kapur (CaO) dan batu marmer (CaCO3) untuk menaikkan pH air
sampai 8,3.
Agar memperoleh hasil yang baik, perlu diperhatikan pengumpulan, penanganan, dan analisa
CO2. Dibandingkan di dalam air, tekanan parsial CO2 lebih besar di atmosfer, oleh karena itu
pengukuran CO2 di udara harus dihindari dengan cara menutup rapat kontainer yang
digunakan.
6
8.) Alkalinitas ditetapkan melalui titrasi asam basa. Asam kuat seperti asam sulfat dan asam
klorida dapat menetralkan zat-zat alkaliniti yang bersifat basa sampai titk akhir titrasi (titik
ekivalensi) kira-kira pada pH 8,3 dan 4,5. Titik akhir ini dapat ditentukan oleh jenis indikator
yang dipilih dan perubahan nilai pH pada pHmeter waktu titrasi asam basa.
Kemampuan purifikasi memerlukan waktu.Bila beban pencemar di perairan sedikit maka akan
cepat di”bersihkan”, tetapi bila pencemaran tinggi waktu untuk membersihkan lebih lama.
Dalam pengelolaan kualitas air, diperlukan pengaturan antara lokasi pencemar, kadar
pencemar, jarak antar sumber pencemar, serta kemampuan purifikasi.
Meskipun sulfur termasuk nutrien minor , sulfur juga menjadi perhatian karena toksisitas
spesies belerang banyak ditularkan melalui air ke manusia dan kehidupan air dan rasa tidak
enak dan bau dari senyawa sulfur dapat terpengaruh ke air. Masalah dengan spesies sulfur
kebanyakan timbul pada air anaerobic , suatu kondisi yang menghubungkan sulfur dengan
nutrisi nitrogen dan fosfor, karena perairan anaerobik ditemukan algal
bloom , eutrophication dan kadar DO rendah.
7
Zona air bersih terletak di awal sebelum terdapat sumber limbah yang masuk ke dalam suatu
aliran sungai.
Secara fisik air jernih, DO normal, BOD rendah sekali. Biota dalam zona ini beragam, berbagai
ikan, kerang, serangga, alga, dsb. Untuk ikan yang sensifif diperlukan kadar oksigen terlarut
dalam air minimal 5 mg/L. jejaring makanan masih normal
2. Zona Dekomposisi
Zona ini terjadi bila limbah organik memasuki air, air tampak keruh. Nilai BOD tinggi
sebanding kadar organik yang memasuki sungai, nilai DO mulai menurun. Alga yang
merupakan produsen makanan berkurang karena sinar matahari yang diperlukan bagi
fotosintesa tidak didapatkan, terhalang oleh air yang keruh. Kadar oksigen terlarut mulai
menurun sebanding dengan kebutuhan oksigen untuk menguraikan zat organik. Organisme
dalam air mulai berkurang jenisnya, organisme yang sensitif terhadap penurunan oksigen
terlarut, berpindah tempat, atau mati.Organisme yang bertahan hidup dalam zona ini
disebut “intermediatelytolerant”, misalnya siput, cacing darah, paramecium, dll. Jejaring
makanan mulai teragnggu.
3. Zona Septik
Dalam zona ini nilai BOD tertinggi, sedangkan DO/ oksigen terlarut berada dalam kondisi
terendah atau bahkan nol. Air sangat keruh-coklat kehitaman, kadang muncul bau, gas dari
proses dekomposisi dasar sungai terbawa ke permukaan sambil mengangkat lumpur. Alga
sebagai sumber makan tidak dapat hidup, sehingga mempengaruhi keberadaan organisme
lainnya. Organisme yang masih tinggal disebut “pollution tolerant” , biasanya tidak ada ikan,
(ikan lele dapat hidup pada kadar oksigen rendah) organisme yang bertahan, dapat bertahan
hidup di dalam lumpur dasar sungai misalnya seperti cacing darah.
4. Zona Pemulihan
Zona ini terjadi bila zat organik dalam pncemar air telah teruraikan, BOD mulai turun,
sehingga air mulai kembali jernih, kadar oksigen terlarut mulai meningkat, alga mulai tumbuh
sehingga organisme air mulai beragam.
Kondisi oksigen terlarut pada zona bersih berada pada 8 ppm, yang merupakan konsentrasi
normal DO di perairan dan BOD pada kondisi yang rendah. Pada zona ini hewan – hewan air
8
yang membutuhkan oksigen dalam konsentrasi normal tumbuh dengan baik. Hewan hewan ini
akan mati bila konsentrasi oksigen menurun.
Dengan adanya pencemar yang memasuki badan air, peningkatan BOD terjadi seiring dengan
penurunan konsentrasi oksigen. Zona ini disebut dengan zona dekomposisi dimana terjadi
dekomposisi bahan organik oleh bakteri. Populasi bakteri di zona ini meningkat. Hewan yang
dapat tumbuh adalah hewan dengan kebutuhan oksigen yang rendah, seperti beberapa jenis
ikan dan lintah.
Zona septik terjadi pada saat keberadaan oksigen dibawah 2 ppm. Ikan akan menghilang atau
pindah dari zona ini karena ketidaksesuaian dengan kebutuhan oksigennya. Pada beberapa
bagian kehidupan yang terdapat pada zona ini adalah cacing lumpur, jamur dan bakteri
anaerobik. Bakteri berada pada populasi yang tinggi padazonaini.
Seiring dengan waktu dan jarak dari lokasi pencemaran. Sungai mengalami peningkatan
konsentrasi oksigen yang berasal dari penangkapan udara oleh air, aerasi dan tanaman air.
Selain itu bahan organik mengalami penurunan setelah mengalami dekomposisi sehingga BOD
menurun. Zona ini disebut zona recovery, pada zona ini hewan hewan yang tidak
membutuhkan oksigen tinggi kembali dapat ditemui dan hidup disini dan populasibakteri
menurun.
Zona bersih kembali tercapai setelah recovery selesai. Hewan – hewan air dapat tumbuh
kembali dengan baik.
Limbah organic kebanyakan akan mengair ke sungai, danau atau perairan lainnya
melalui aliran air hujan. Limbah organik yang masuk ke badan air yang anaerob akan
dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau fakultatif
Bahwa aktifitas mikroba yang hidup di bagian badan air yang anaerob selain
menghasilkan sel-sel mikroba baru juga menghasilkan senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan
CH4 serta senyawa lainnya seperti amin, PH3 dan komponen fosfor.
Asam sulfide (H2S), amin dan komponen fosfor adalah senyawa yang mengeluarkan
bau menyengat yang tidak sedap, misalnya H2S berbau busuk dan amin berbau anyir. Selain itu
telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi
tertentu adalah beracun dan dapat membahayakan organisme lain, termasuk ikan.
9
Selain menghasilkan senyawa yang tidak bersahabat bagi lingkungan seperti tersebut
diatas, hasil dekomposisi di semua bagian badan air menghasilkan CO2 dan NH3 yang siap
dipakai oleh organisme perairan berklorofil (fitoplankton) untuk aktifitas fotosintesa; yang
dapat digambarkan sebagai reaksi.
Pengaruh pertama proses dekomposisi limbah organik di badan air aerobik adalah
terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam badan air.
Fenomena ini akan mengganggu pernafasan fauna air seperti ikan dan udang-udangan;
dengan tingkat gangguan tergantung pada tingkat penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan
jenis serta fase fauna.
Secara umum diketahui bahwa kebutuhan oksigen jenis udang-udangan lebih tinggi
daripada ikan dan kebutuhan oksigen fase larva/juvenil suatu jenis fauna lebih tinggi dari fase
dewasanya.
Dengan demikian maka dalam kondisi konsentrasi oksigen terlarut menurun akibat
dekomposisi; larva udang-udangan akan lebih menderita ataupun mati lebih awal dari larva
fauna lainnya.
Fenomena seperti itulah yang diduga menjadi sebab kenapa akhir-akhir ini di sepanjang
pantai utara P. Jawa yang padat penduduk dan tinggi pemasukan limbah organiknya tidak
mudah lagi ditemukan bibit-bibit udang dan bandeng (nener); padahal pada masa lalu dengan
mudahnya ditemukan.
10
hewan. Algal bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional, dan
pariwisata sehingga dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk mengatasinya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan air secara kimia dapat dilakukan dengan Metode fenantroline, Metode
Titrasi EDTA, metode moh, Penetapan nitrogen nitrat, Metode turbidimeter, metode Titrasi
Permanganometri.
Zona purifikasi dapat digambarkan dalam bentuk kurva antara jarak dengan kadar
oksigen terlarut. Akibat eutrophication atau rndahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan
sampai batas nol, menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa
tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata
rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/tatyalfiah.wordpress.com/2010/04/24/purifikasi-alami-self-
purification-badan-air-perairan/amp/http://lpbdelima.blogspot.com/2015/04/self-
purification.html?m=1https://www.google.com/amp/s/kharistya.wordpress.com/2006/06/24/sel
f-purification-in-water-bodies/amp/
12
www.s/tatyalfiah. purifikasi-alami-self-purification-badan-air-perairan/amp/
www.biologigonz /2010/02/eutrofikasi.
13