FILOSOFI
PROFESI
APOTEKER
Ns. Andri Yulianto, S.Kep.,M.Kes
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Setelah Mengikuti Pembelajaran diharapkan Peserta didik mampu memahami dan
menjelaskan tentang Filosofi dan Peran Profesi Apoteker
PENDAHULUAN
• Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya Kesehatan.
• Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung
jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara
terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan
pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan
• Sebagai tenaga kesehatan : apoteker memiliki peranan penting untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat
mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
DISKUSI
1. Sejarah Apoteker
2. Filosofi & Konsep Pelayanan Kefarmasian dalam praktik farmasi menurut WHO
3. MORAL DAN KODE ETIK APOTEKER
4. KEWENANGAN APOTEKER
5. KEWAJIBAN APOTEKER
6. HAK APOTEKER
7. PERAN APOTEKER DI APOTIK
8. PERAN APOTEKER DI RS
9. PERAN APOTEKER DI PUSKESMAS
DISKUSI KELOMPOK
• Peserta didik membuat 9 kelompok.
• Setiap Kelompok Mendeskripsikan Kajian / Masalah.
• Mencari dan mengembangkan Kajian tersebut.
• Waktu diskusi 45 menit
• Hasil diskusi di buat dlm bentuk WORD.
• HASIL DISKUSI dikirimkan via email : andriyulianto@umpri.ac.id
PROFESI APOTEKER
• Apoteker adalah suatu profesi yang merupakan panggilan hidup untuk mengabdikan diri
pada kemanusiaan pada bidang kesehatan, membutuhkan ilmu pengetahuan yang tinggi
yang didapat dari pendidikan formal, orientasi primernya harus ditujukan untuk kepentingan
masyarakat.
• Landasan hukum profesi apoteker di Indonesia : sebagai kelompok tenaga kesehatan adalah
UU RI No. 36 Tahun 2014 pasal 11 ayat(1) huruf e. tenaga kefarmasian dan ayat (6) Jenis
Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e. terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
CIRI- CIRI MINIMAL PROFESI
SECARA UMUM
1. Profesi merupakan pekerjaan berkedudukan tinggi yang terdiri dari para ahli yang trampil
untuk menerapkan peranan khusus dalam masyarakat.
2. Suatu profesi mempunyai kompetensi secara eksklusif terhadap pengetahuan dan
ketrampilan tertentu yang sangat penting bagi masyarakat maupun klien-kliennya secara
individual
3. Pendidikan yang intensif dan disiplin tertentu mengembangkan suatu taraf solidaritas dan
dan eksklusifitas tertentu
4. Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan.
5. Profesi cenderung mengabaikan pengendalian dari masyarakat maupun klienkliennya
6. Profesi dipengaruhi oleh masyarakat, kelompok-kelompok kepentigan tertentu
PP RI NO 51 TAHUN 2009
• Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker/profesi dan telah
mengucapkan sumpah/janji apoteker,
• Seorang sarjana farmasi lulus dari program pendidikan apoteker dan bisa mempunyai
sertifikat kompetensi apoteker.
• Apoteker merupakan salah satu bagian dari tim pelayanan kesehatan profesional yang
bekerja di suatu farmasi, baik farmasi rumah sakit atau industri farmasi. Berfokus pada
efektivitas serta keamanan penggunaan obat, seorang apoteker memiliki tugas untuk
mendistribusikan obat-obatan
FILOSOFI & KONSEP PELAYANAN KEFARMASIAN
DALAM PRAKTIK ASUHAN FARMASI, MENURUT
PERANAN APOTEKER :
WHO :
• Leader : memiliki jiwa kepemimpinan.
• Decision maker : menentukan pilihan obat berdasarkan efikasi, keamanan, & harga yg
efektif.
• Communicator : memberikan informasi tentang penggunaan obat.
• Lifelong learner : belajar untuk menjaga ilmu pengetahuan dan keterampilan.
• Teacher : membagi ilmu pengetahuan.
• Care giver : mampu menjelaskan pola hidup sehat, gejala penyakit, memberikan pelayanan
yang terbaik.
• Manager : mengelola dan mengawasi aspek yg berhub dengan pekerjaan : meliputi : SDM,
Infrastruktur, keuangan, informasi & bertanggung jawab terhadap kualitas obat.
RUANG LINGKUP PELAKSANAAN
PEKERJAAN KEFARMASIAN
1. Pengadaan sediaan farmasi
2. Produski sediaan farmasi
3. Distribusi sediaan farmasi
4. Pelayanan sediaan farmasi
PERATURAN PEMERINTAH NO.20
TAHUN1962 SUMPAH/JANJI APOTEKER
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan terutama dalam bidang
Kesehatan;
2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan keilmuan
saya sebagai apoteker;
3. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kefarmasian saya untuk sesuatu
yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan;
4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian;
5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh–sungguh supaya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau
kedudukan sosial;
6. Saya ikrarkan Sumpah/Janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh keinsyafan
SEORANG APOTEKER ANTARA
LAIN MEMILIKI KARAKTERISTIK
1. Telah mengucapkan, menghayati dan senantiasa mentaati sumpah/janji dan Kode Etik
Apoteker Indonesia.
2. Selalu memelihara kompetensi melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
khusus dalam bidang kefarmasian.
3. Memahami dan memiliki seperangkat sikap yang mempengaruhi perilaku yang
mementingkan klien, khususnya peduli terhadap kesehatan pasien.
4. Melaksanakan pekerjaan/praktik berdasarkan standar profesi, antara lain standar pelayanan
dan sistem penjaminan mutu.
5. Mempunyai kewenangan profesi, sehingga untuk itu apoteker harus bersedia memperoleh
sanksi, sebagai konsekwensi dari hak mendapatkan surat izin kerja/praktik .
MORAL DAN ETIKA APOTEKER
• Moral adalah kaidah yang tertinggi dan tidak dapat ditaklukkan oleh kaidah yang lainnya .
• Kaidah moral dapat diwujudkan secara positip maupun secara negatif.
• Bentuk positip dari kaidah moral adalah perintah yang mengharuskan atau mewajibkan
seseorang melakukan sesuatu, misalnya : apoteker dalam memberikan pelayanan
kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien.
• Bentuk negatif kaidah moral merupakan suatu larangan atas tindakan tertentu contoh
apoteker melanggar sumpah/janji apoteker.
• Hubungan moral dengan etika sangat erat, mengingat etika membutuhkan moral sebagai
landasan atau pijakan dalam melahirkan sikap tertentu
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
1. Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian dan pengamalan ilmunya harus didasari
oleh sebuah niat luhur untuk kepentingan makhluk hidup sesuai dengan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Apoteker dalam dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya selalu
berpegang teguh pada sumpah dan janji apoteker sebagai komitmen seorang apoteker yang
harus dijadikan landasan moral dalam pengabdian profesinya
3. Apoteker dalam pengabdian profesinya berpegang pada ikatan moral yaitu kode etik
sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti oleh apoteker sebagai pedoman dan
petunjuk serta standar perilaku dalam bertindak dan mengambil keputusan
KEWENANGAN, KEWAJIBAN DAN HAK APOTEKER.
KEWENANGAN APOTEKER
Kewenangan Apoteker
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kewenangan adalah kekuasaan membuat keputusan
memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.
Kewenangan adalah dasar untuk melakukakan suatu tindakan, perbuatan dan melakukan
kegiatan/aktivitas.
Van der Mijn ahli hukum kesehatan dari Belanda berpendapat bahwa dalam melaksanakan
profesinya, seorang tenaga kesehatan perlu berpegang pada 3 (tiga) ukuran umum, yaitu :
a.Kewenangan b. Kemampuan rata-rata c.Ketelitian yang umum
• Kewenangan apoteker menurut keahliannya di peroleh dengan : Pendidikan tinggi farmasi
dan Pendidikan profesi apoteker.
• Undang – Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 23 ayat (1) Tenaga kesehatan
berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
• Serta pasal 108 ayat (1) mengatur kewenangan seorang tenaga kefarmasian (apoteker) :
Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat,bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Tenaga kesehatan yang dimaksud dalam pasal tersebut adalah apoteker.
• Kewenangan apoteker dalam menjalankan praktek juga harus memenuhi persyaratan
hukum administratif seperti dalam PP No. 51 tahun 2009 pasal 37 (1) Apoteker yang
menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki sertifikat kompetensi profesi.
• Hak apoteker sebagai tenaga kesehatan menurut UU No.36 tahun 2014 pasal 57 dalam menjalankan praktik
mempunyai hak :
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional;
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari penerima pelayanan kesehatan atau keluarganya;
3. Menerima imbalan jasa;
4. Memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai agama;
5. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya
6. Menolak keinginan penerima pelayanan kesehatan atau pihak lain yang bertentangan dengan Standar Profesi,
kode etik, standar pelayanan, Standar Prosedur Operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
7. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
KEWAJIBAN DAN HAK PASIEN
• Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada tenaga kesehatan yang berwenang.
• Pasien secara khusus dalam kefarmasian adalah penerima pelayanan kefarmasian yaitu
setiap orang yang melakukan konsultasi kefarmasian yang berhubungan dengan
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan yang diperlukan, baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada apoteker, kewajiban pasien dalam pelayanan kefarmasian diantaranya
: memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya, mematuhi aturan/petunjuk yang
disampaikan apoteker, memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterimanya.
PERAN APOTEKER
• Apoteker sebagai “Caregiver” : Apoteker menyediakan layanan kefarmasian dengan penuh
perhatian.
• Apoteker sebagai “Decision Maker” : berdasarkan keilmuannya.
• Apoteker sebagai “Life-long-learner” : Sebagai tenaga kesehatan profesional,
• Apoteker sebagai “Teacher” : Apoteker juga bertanggung jawab sebagai pengajar atau
educator
• Apoteker sebagai “Communicator” : Apoteker berada diantara dokter dan pasien.
PERAN APOTEKER DI APOTEK
1.Apoteker memberikan pelayanan kefarmasian yang dibutuhkan pasien sesuai kondisi
penyakit
2.Apoteker membuat komitmen untuk meneruskan pelayanan setelah dimulai secara
berkesinambungan
PERAN APOTEKER DI RS
• Pengelolaan dan Penyediaan perbekalan Farmasi
• Pelayanan Kefarmasian kepada pasien
PERAN APOTEKER DI
PUSKESMAS
• Tugas pokok dan fungsi apoteker di Puskesmas adalah pengelolaan obat, yang meliputi
perencanaan, permintaan, penyimpanan, pendistribusian, pelayanan obat dan
pencatatan/pelaporan.