NPM : 15330131
Tugas Farmakoterapi 2
STUDI KASUS 1
Nyonya M, seorang wiraswasta yang sibuk (63 tahun, TB 165 cm, BB 78 kg) sudah satu
minggu ini sering mengeluhkan lemas, sering berkemih di malam hari, kerap kali mengalami
kesemutan di bagian kaki dan dia juga mengeluhkan sakit kepala di pagi hari. Dia tidak mau
membatasi makanannya dan malas berolahraga. Pagi ini dia melakukan pemeriksaan rutin di
klinik diabetes.
tekanan darah 160/110 mmHg (lengan kiri) dan 164/114 mmHg. Hasil
elektrokardiogram menunjukkan sedikit pembesaran pada ventrikel kiri.
Lisinopril 2 mg/hari
Hidroklorotiazid 50 mg 2x/hari
Glibenklamid 10 mg/hari
Aspirin 75 mg/hari
STUDI KASUS 2
FS karyawan usia 57 tahun, berat badan 85 kg dengan tinggi 170 cm, datang rumah
sakit untuk mendapat pengobatan influensa dengan hidung tersumbat, sambil
memeriksakan tekanan darah yang selalu dilakukan secara rutin. Sejak 5 tahun yang
lalu ia terdeteksi hipertensi dengan tekanan darah 140 / 80, dan hanya dilakukan
penurunan berat badan serta membatasi makanan mengandung garam. Ia mengeluh
selama 1 tahun terakhir berat badan menaik 8 kg, dan sering pusing di pagi hari. Ia
mempunyai riwayat penyakit asma ketika usia beranjak dewasa. Kadang melakukan
olah raga berenang.
Riwayat keluarga, ayah mengidap hipertensi meninggal pada usia 58 tahun karena
serangan jantung, Ibu pasien diabetes melitus tergantung insulin, meninggal karena
stroke pada 63 tahun. Ia merasa yakin bahwa hasil pemeriksaan tekanan darahnya
170/110 saat ini disebabkan ketegangan 2 bulan terakhir sejak ia mulai berhenti
bekerja.
Hasil test laboratorium darah sebagai berikut : serum elektrolit – K 3,9 (3,9), Na 142
(139), BUN 32 mg/dl (8 – 25), serum creatinin 0,9 mg/dl (0,6 – 1,5), glukosa puasa
105 mg/dl (70 – 110), serum asam urat 10 mg/dl (3 – 7), hb 15 (13 – 17), WBC 9000
(60000 – 10000), serta adanya kenaikan dari normal, kolesterol total puasa dan
trigliserida.
Hasil pemeriksaan fundoskopi menunjukkan adanya penyempitan arteri, tanpa adanya
pendarahan, hasil pemeriksaan EKG serta x-ray dada menunjukkan telah adanya
hipertrofi ventrikel kiri, sedangkan analisis urine menunjukkan proteinuria + 1. Ia
diberi hydroklorotiazid 25 mg/hari selama 2 minggu, serta pseudo efedrin 2x1 tablet
30 mg/hari.
1. Apa tanda-tanda, simptom, keadaan klinis dan hasil laboratorium yang mendukung
bahwa dia hipertensi (HP)?
2. Bagaimana menurutmu mengenai pengobatan yang diberikan dokter tersebut?
3. Bila setelah 2 minggu pasien kembali dan tekanan darah sasaran belum tercapai,
bagaimana sebaiknya pengobatan selanjutnya menurut anda, jelaskan?
4. Konsultasi apa yang perlu dilakukan?
JAWABAN:
STUDI KASUS 1:
SOAP
STUDI KASUS 2
1. Sejak 5 tahun yang lalu FS terdeteksi hipertensi dengan tekanan darah 140/80,
mengeluh selama 1 tahun terakhir berat badan menaik 8 kg, dan sering pusing di pagi
hari. Ada Riwayat keluarga, ayahnya mengidap hipertensi meninggal pada usia 58
tahun karena serangan jantung, pemeriksaan tekanan darahnya 170/110 saat ini
disebabkan ketegangan 2 bulan terakhir sejak ia mulai berhenti kerja.
Hasil laboratorium yang mendukung bahwa dia hipertensi: Hasil pemeriksaan
fundoskopi menunjukan adanya penyempitan arteri, tanpa adanya pendarahan, hasil
pemeriksaan EKG serta x-ray dada menunjukkan telah adanya hipertrofi ventrikel
kiri.
2. Menurut saya pemberian obat pada pasien FS sudah sesuai dengan keluhan pasien dan
Riwayat penyakit pasien, obat hydroklorotiazid 25 mg/hari diberikan untuk mengatasi
tekanan darah tinggi pada pasien serta untuk mengurangi edema dan obat ini bekerja
sepertilayaknya obat diuretic lainnya yang meningkatkan keluarnya air dalam bentuk
urine dari tubuh. Karena hasil pemeriksaan didapatkan serum asam urat 10 MG/dl (3-
7) dan BUN (Blood Urea Netrogen) 32 mg/dl (8-25). Obat Pseudoefedrin untuk
mengobati keluhan pasien influensa dengan hidung tersumbat.
3. Apabila TD pada pasien belum pada sasaran atau normal hal yang saya lakukan
adalah mengedukasi pasien agar mengurangi BB dari 85 kg menjadi 70 kg. rutin
melakukan aktivitas fisik ataupun berolahraga, menghindari makanan pencetus
naiknya tekanan darah seperti makanan mengandung minyak dan garam berlebihan.
Setelah itu menyaranka pasien agar mengikuti program pengelolaan penyakit Kronis
(prolonis) yang dilakukan fasilitas Kesehatan tingkat ertama (PKM/KLINIK) agar
dapat memantau TD setiap minggu serta mendapatkan pengobatan HT tiap bulan.
4. Konsultasi yang perlu dilakukan:
Kosultasi mengenai pola hidup baik dari makanan, olahraga, pola koping
pasien agar tekanan darah tetap terkontrol
Minum obat HT secara teratur
Rutin pemeriksaan lengkap untuk mencegah konplikasi penyakit.