Anda di halaman 1dari 19

TUGAS HERBAL MEDICIN

“HIPERTENSI”

OLEH :

NAMA : MUH.RIDWAN
NIM : 18021
KELAS : STF D3 A 018

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh


darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung
bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi
organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal.
Kriteria hipertensi yang digunakan merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII
2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Kasper et al, 2015).
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran
tekanan darah sebesar 25,8%. Sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi
di masyarakat tidak terdiagnosis. Prevalensi hipertensi di Indonesia,
tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),
Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi
yang didapat melalui jawaban pernah didiagnosis tenaga kesehatan
sebesar 9,4%, sedangkan yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan
atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar 9,5%. Jadi, terdapat
0,1% penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak pernah
didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2013). Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa
30,4% rumah tangga di Indonesia memanfaatkan pelayanan kesehatan
tradisional, diantaranya 49% rumah tangga memanfaatkan ramuan obat
tradisional. Sementara itu, Riskesdas tahun 2010 menunjukkan 60%
penduduk Indonesia diatas usia 15 tahun menyatakan pernah minum
jamu, dan 90% diantaranya menyatakan adanya manfaat minum jamu
(Aditama, 2014).
Di dunia internasional, penggunaan obat tradisional sudah sangat
berkembang, cenderung meningkat, dan diperhitungkan sebagai
komponen penting dalam pelayanan kesehatan dasar sejak
dikeluarkannya Deklarasi Alma-Ata tahun 1978 dan dibentuknya program
pengobatan tradisional oleh WHO (World Health Organization).
Keseriusan pemerintah mendukung pemanfaatan obat tradisional terlihat
dari berbagai peraturan yang ada, terutama sejak dikeluarkannya
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Saintifikasi Jamu pada tahun 2010
(Delima et al, 2012). Penggunaan obat tradisional sebagai bagian dari
pengobatan hipertensi semakin meningkat dalam dekade terakhir. Hal ini
disebabkan adanya beberapa faktor, terutama harga obat tradisional yang
dianggap lebih murah dengan efek samping yang dianggap lebih sedikit
(Hussaana et al, 2016).
BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan jurnal Hasil penelitian (Swandari Paramita,2017)


menemukan adanya 9 tumbuhan obat yang digunakan sebagai terapi
komplementer hipertensi. Seluruh tumbuhan obat tersebut memang
memiliki dasar teori yang kuat untuk efek antihipertensi. Daun sirsak
merupakan obat bahan alam yang paling sering digunakan, disusul oleh
rosella, seledri, alfalfa, kulit manggis, daun salam, mentimun, buah
mengkudu dan jintan hitam. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan
penelitian oleh Pujianto (2008) Tumbuhan obat yang diminum antara lain
adalah sirih, mahkota dewa, salam, kecapi, mustajab, kumis kucing, keji
beling, ceplukan, belimbing dan Pola Penggunaan Obat Bahan Alam
Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas.
Penelitian oleh Gusmira (2012) menemukan bahwa mentimun adalah obat
bahan alam yang paling sering digunakan untuk hipertensi, disusul oleh
bawang putih dan rosella. Sementara itu penelitian oleh Widowati et al
(2014) menunjukkan bahwa dokter yang melakukan praktik
komplementeralternatif, jamu yang terbanyak diberikan untuk pasien
hipertensi adalah seledri. Urutan persentase terbanyak penggunaan jamu
untuk hipertensi adalah yang mengandung seledri, kumis kucing,
pegagan, bawang putih, dan mengkudu. Kerasionalan dari ramuan
hipertensi adalah adanya komponen tanaman obat sebagai diuretik, anti
andregenik, simpatikolitik dan lancarnya peredaran darah.
Komisi Nasional Saintifikasi Jamu telah menyusun FJA (Formula
Jamu Antihipertensi) yang mengandung komposisi yaitu herba seledri
(Apium graveolens L.), daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Blume)
Miq.), herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.), herba meniran
(Phyllanthus niruri L.), rimpang temu lawak (Curcuma zanthorrhiza Roxb.)
dan rimpang kunyit (Curcuma longa L.) (Hussaana et al, 2016).
Hasil penelitian ini menemukan bahwa hanya 15,2% obat bahan
alam yang digunakan sesuai dengan peraturan BPOM tentang kemasan
dan kriteria jamu yang baik. Seledri sendiri merupakan komponen utama
produk fitofarmaka satu-satunya untuk hipertensi, yaitu Tensigard®.
Produk ini ternyata tidak banyak digunakan oleh dokter, walaupun
merupakan suatu sediaan yang sudah resmi dapat digunakan dalam
pelayanan kesehatan formal. Penggunaan fitofarmaka oleh dokter kurang
menggembirakan, walaupun telah didukung evidence base uji klinik. Hal
inilah yang menyebabkan industri masih enggan mengembangkan
produknya ke arah fitofarmaka (Widowati et al, 2014).

1. Sirsak (Annona muricata L.)


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi
menggunakan rajangan daun sirsak untuk menurunkan tekanan darah.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan bahwa ekstrak air
daun sirsak dapat menurunkan secara signifikan tekanan darah tanpa
mempengaruhi denyut jantung (Patel dan Patel, 2016). Efek hipotensif
dari ekstrak air daun sirsak melalui mekanisme perifer yang melibatkan
antagonis ion kalsium dengan blokade kanal ion kalsium (Nwokocha et al,
2012). Efek hipotensif daun sirsak disebabkan oleh kandungan alkaloid
seperti coreximine, anomurine, dan reticulin, serta beberapa komponen
minyak esensial seperti b-caryophyllene (Coria-Tellez et al, 2016).

Klasifikasi Sirsak

Kerajaan: Plantae
Morfologi Tumbuhan Sirsak (Annona muricata
L.)
(tanpa Angiospermae
Sirsak merupakan pohon yang tinggi dapat
takson): mencapai sekitar 3-8 meter. Daun memanjang,
bentuk lanset atau bulat telur terbalik, ujung
meruncing pendek, seperti kulit, panjang 6-18
(tanpa Magnoliids
cm, tepi rata. Bunga berdiri sendiri berhadapan
takson): dengan daun dan baunya tidak enak.

Ordo: Magnoliales 2. Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


Famili: Annonaceaepasien hipertensi menggunakan rajangan
bunga rosella kering untuk menurunkan
Genus: Annona tekanan darah. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang menunjukkan bahwa ekstrak air bunga
rosella memiliki efek antihipertensi (Mojiminiyi
Spesies: A. muricata et al, 2007). Efek antihipertensi rosella melalui
berbagai mekanisme, yaitu peningkatan
produksi nitrit oksida, penghambatan kanal ion kalsium dan pembukaan
kanal ATP kalium (Al Disi et al, 2016). Rosella juga memiliki efek diuretik,
yang mekanisme kerjanya serupa dengan obat penurun tekanan
kelompok diuretik (DaCosta-Rocha et al, 2014), dan efek penghambatan
pada Angiotensin Converting Enzyme (ACE), yang mekanisme kerjanya
serupa dengan obat penurun tekanan kelompok ACE inhibitor (Ojeda et
al, 2010). Kandungan anthocyanins yang terkandung dalam rosella
berperan dalam antihipertensi, selain juga terdapat peran dari polifenol
dan hibiscus acid (Hopkins et al, 2013).

Klasifikasi Tanaman Rosella


Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Rosanae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus L.
Spesies : Hibiscus Sabdariffa L.

Morfologi dan Taksonomi Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Tanaman


rosella merupakan tanaman semak tegak tinggi berakar tunggang yang
mampu tumbuh mencapai 3-5 m baik di daerah tropis maupun subtropis.
Rosella memiliki batang berkayu bulat dan tegak dengan percabangan
simpodial dan berwarna kemerahan.

3. Seledri (Apium graveolens L.)


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi
menggunakan air perasan jus seledri untuk menurunkan tekanan darah.
Hal ini sesuai dengan FJA (Formula Jamu Antihipertensi) yang disusun
oleh Komisi Nasional Saintifikasi Jamu, mengandung komposisi
diantaranya herba seledri. Tumbuhan ini mengandung flavonoid (apiin dan
apigenin) serta kumarin (Hussaana et al, 2016). Efek antihipertensi seledri
melalui mekanisme penghambatan kanal ion kalsium (Tashakori-
Sabzevara et al, 2016), dan penghambatan pada ACE
(Simaratanamongkol et al, 2014).

Klasifikasi Tanaman Seledri


Nama ilmiah dari daun seledri ataupun nama latin seledri yaitu
Apium graveolens L. Klasifikasi untuk tumbuhan seledri yaitu sebagai
berikut :

KINGDOM : Plantae
SUB KINGDOM : Viridiplantae
INFRA KINGDOM : Streptophyta
SUPER DIVISI : Embryophyta
DIVISI : Tracheophyta
SUB DIVISI : Spermatophytina
KELAS : Magnoliopsida
SUPER ORDO : Asteranae
ORDO : Apiales
FAMILI : Apiaceae
GENUS : Apium L.
SPESIES : Apium graveolens L.
VARIETAS : Apium graveolens var. dulce (Mill.) DC.

Morfologi Tanaman Seledri


 Morfologi Akar Seledri
Akar dari tanaman seledri ini berupa akar
tunggang. Akar tunggang ini kemudian
mempunyai serabut akar yang telah
menyebar ke samping untuk radius sekitar 5
– 9 cm dari pangkal batang tanaman
tersebut. Akar yang mempunyai warna putih
kotor ini bisa menembus tanah sampai
kedalam 30 cm.

 Morfologi Batang Seledri


Batang dari daun seledri biasanya terlihat
bantet atau tinggi kurang dari 1 meter.
Memiliki batang yang lunak atau tidak
berkayu, serta bentuknya bersegi dan terlihat
beralur. Batang ini juga terlihat beruas dan
tidak berambut, untuk cabangnya bisa
berjumlah banyak dan memiliki warna hijau. Daun seledri ini merupakan
tanaman biji berkeping dua atau disebut juga dikotil serta merupakan
seuah tanaman setahun ataupun dua tahun dan berbentuk semak
ataupun rumput.

 Morfologi Daun Seledri


Daun tumbuhan seledri ini berbentuk menyirip ganjil atau disebut juga
daun majemuk, memiliki anak daun sekitar 3 – 8 helai. Anak daun memiliki
tangkai yang panjangnya sekitar 1 – 2 cm. Sedangkan untuk tangkai daun
berwarna hijau keputih-putihan dan untuk helaian daun terlihat tipis serta
rapat.
4. Alfalfa (Medicago sativa L.)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pasien hipertensi menggunakan sari klorofil dari
Kerajaan: Plantae daun alfalfa untuk menurunkan tekanan darah.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
menunjukkan bahwa alfalfa memiliki efek untuk
Divisi: Magnoliophyta
mengurangi tekanan darah pada tikus
percobaan yang dibuat hipertensi (Martinez et
Kelas: Magnoliopsida al, 2016).
Klasifikasi Alfafa
Ordo: Fabales
Morfologi alfafa
Alfalfa adalah tanaman sejenis tanaman
Famili: Fabaceae herba tahunan yang memiliki beberapa ciri,
yaitu berakar tunggang, batang menyelusur
tegak dari dasar kayu dan tingginya berkisar
Subfamili: Faboideae
30-120 cm, serta daun tersusun tiga. Tangkai
daun berbulu dan berukuran 5-30 mm.
Bangsa: Trifolieae

Genus: Medicago

Spesies: M. sativa
Kedalaman akar alfalfa dapat mencapai 2-4 meter. Saat memulai
perkembangan batang, tunas aksiler di bagian bawah ketiak daun akan
membentuk batang sehingga mahkota pada bagian dasar menjadi
pangkal dan tunas aksiler di atas tanah membentuk percabangan.
Perbungaan tersusun pada tandan yang padat dengan bunga kecil
berwarna kuning. Tumbuhan ini mampu hidup hingga 30 tahun,
bergantung dari keadaan lingkungan.[6] Alfalfa juga memiliki bintil (nodul)
akar yang mengandung bakteri Rhizobium meliloti sehingga dapat
menambat atau mengikat nitrogen dari atmosfer untuk keperluan
tumbuhan.

5. Manggis (Garcinia x mangostana L.)


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi
menggunakan ekstrak kulit manggis untuk menurunkan tekanan darah.
Hal ini sesuai dengan penelitian tentang mekanisme kerja manggis
sebagai antihipertensi melalui antagonis ion kalsium (Hemshekhar et al,
2011). Komponen fenolik dari manggis dapat mencegah terjadinya
vasokonstriksi pembuluh darah melalui mekanisme vasodilatasi langsung
dan pembangkitan nitrit oksida (Abdallah et al, 2016).
Klasifikasi Tanaman Manggis
Tanaman manggis merupakan tanaman yang memiliki nama latin
Garcinia mangostana L. Berikut akan dijabarkan lebih detail mengenai
klasifikasi dari tanaman manggis:

Kingdom (Kerajaan) : Plantae


Sub Kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom : Streptophyta
Super Divisi : Embryophyta
Division (Divisi) : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Class (Kelas) : Magnoliopsida
Super Ordo : Rosanae
Ordo : Malpighiales
Famili : Clusiaceae
Genus : Garcinia L.
Spesies : Garcinia mangostana L.
Morfologi Tanaman Manggis
Setelah anda mengetahui klasifikasi dari tanaman manggis
sebagaimana telah dijabarkan diatas, selanjutnya akan dibahas ciri-ciri
morfologi penyusun tanaman manggis itu sendiri. Tanaman manggis
sendiri tersusun dari organ vegetative yaitu akar, batang dan daun, serta
oragan generative yaitu bunga, buah dan biji.

Berikut beberapa ciri-ciri morfologi dari tanaman manggis,


diantaranya:
 Akar
Akar pada tanaman manggis merupakan sistem perakar tunggang,
namun juga memiliki sedikit akar samping dengan pertumbuhan yang
cukup dalam. Akar pada tanaman manggis ini tumbuh menembus tanah
yang cukup dalam dan memiliki warna cokelat serta putih namun agak
kusam. Akar ini memiliki fungsi sebagai penyokong berdirinya tanaman
serta mengangkut unsur-unsur hara yang terdapat dalam tanah.
 Batang
Pada tanaman manggis, batang pohonnya berkayu serta memiliki
struktur yang keras, dan permukaan batangnya tidak rata. Pohon manggis
ini bisa terus tumbuh hinga mencapai ketinggian 25 meter. Warna dari
batang tanaman manggis ini yaitu cokelat dan pada batangnya memiliki
percabangan yang sangat banyak. Pada tanaman manggis biasanya
memiliki sistem percabangan yang simetris membentuk tajung yang
rindang.
 Daun
Daun pada tanaman manggis memiliki warna hijau yang mengkilap di
bagian atas permukaan daun, sedangkan untuk bagian bawahnya
memiliki warna kekuning-kuningan. Bentuk daun pada tanaman manggis
ini bulat oval hingga bulat memanjang, memiliki tangkai daun yang pendek
dan tanpa adanya penumpu serta tumbuh secara tunggal. Untuk ukuran
daunnya sendiri, cukup tebal dan bagian permukaannya halus dengan
struktur tulang yang tampak jelas terlihat.
 Bunga
Buah manggis sendiri memiliki bunga yang bentuknya menyerupai
lonceng. Bunga tersebut memiliki 4 kelopak bunga yang mana tersusun
dalam 2 pasang. Selain itu mahkota pada kelopak bunganya memiliki
warna hijau kekuningan dengan terdapat sedikit warna merah pada
bagian pinggirnya, serta berjumlah 4 helai mahkota. Bunga dari buah
manggis sendiri biasa tumbuh di bagian ujung ranting dengan tangkai
yang pendek, tebal tapi teratur. Di dalam bunganya juga memiliki benang
sari yang banyak dan bakal buah yang memiliki 4 hingga 8 ruang dengan
4 -8 kuping kepala putik. Bunga manggis sendiri merupakan bunga yang
sempurna, karena memiliki alat kelaman jantan dan alat kelamin betina,
namun alat kelamin jantannya atau benang sari memiliki ukuran yang kecil
dan mudah mengering, sehingga tidak mampu membuahi sel telur.
Hal inilah mengapa bunga manggis juga disebut apomixes, yang mana
biji yang berkembang atau tumbuh tanpa melalui adanya proses
penyerbukan terlebih dahulu.
 Buah
Buah manggis sendiri bentuknya bulat dan berjuring berbentuk
menyerupai bintang yang mana ini mencirikan segmen daging buah.
Daging buah manggis tebal berwarna putih dan memiliki biji berwarna
putih kecokelatan. Tangkai dan kulit pada buah manggis juga tebal serta
memiliki warna hijau apabila buah tersebut masih berusia muda, namun
setelah matang akan memiliki warna merah keunguan bahkan hingga
kecokelatan.
 Biji
Calon dari buah manggis yang berbentuk bulat, biasanya terdiri dari 1
hingga 3 calon biji yang mana bisa tumbuh menjadi biji normal. Biji dari
buah manggis sendiri berbentuk bulat dan agak pipih serta merupakan biji
berkeping dua atau biasa disebut dengan dikotil. Tanaman buah manggis
sendiri memiliki nama yang berbeda-beda penyebutannya di masing-
masing daerah, seperti di Lampung disebut dengan manggus, di Jawa
Barat disebut manggu, di Sulawesi Utara disebut dengan manggusto, dan
lain sebagainya.

6. Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi
menggunakan rajangan daun salam untuk menurunkan tekanan darah.
Hal ini sesuai dengan penelitian di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur,
yang menunjukkan bahwa masyarakat disana menggunakan daun salam
sebagai tumbuhan obat untuk diare, kencing manis dan asam urat
(Widyawati dan Rizal, 2015). Mekanisme kerja daun salam sebagai
antihipertensi melalui pelibatan reseptor beta adrenergik dan kolinergik
dengan produksi nitrit oksida (Ismail et al, 2013), dan melalui
penghambatan ACE (Puspitasari et al, 2015).
Klasifikasi Tanaman Daun Salam
Kingdom : Plantae
Divisis : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : S. polyanthum
Morfologi Tanaman Daun Salam

Tanaman daun salam ini dikenal sebagai salah satu dari jenis
tanaman yang sangat berkhasiat sebagai obat serta rempah-rempah yang
ada di Indonesia.

Tumbuhan dengan nama latin Syzygium polyanthum ini juga


mempunyai beberapa nama yang berbeda sesuai dengan nama
daerahnya, yaitu ubai serai di masyarakat Melayu, manting untuk
penduduk Jawa, dan juga gowok di daerah Sunda.

1. Batang
Sebagai salah satu jenis tumbuhan perdu, maka tanaman daun
salam ini tumbuh dengan tinggi sekitar 18 meter sampai dengan 27 meter.
Biasanya untuk tumbuhan ini akan hidup secara liar berada di hutan
dengan arah pertumbuhan batang yang tegak lurus. Bentuk dari
batangnya bulat dengan bagian dari permukaan beralur serta batangnya
yang bersifat kuat dan keras Sementara itu, bentuk dari percabangan
tumbuhan salam ini diketahui bersifat monopodial. Sifat ini akan membuat
batang pokoknya tampak terlihat sangat jelas, sehingga cukup mudah
dibedakan antara batang dan juga cabangnya. Sifat monopodial ini juga
yang nantinya akan menjadikan arah tumbuh dari batang selalu tegak
lurus.

2. Daun
Daun tanaman daun salam ini berbentuk lonjong, elips, ataupun
bentuk bulat telur yang tumbuh terlihat secara sungsang. Pangkal dari
daun ini berbentuk lancip, sedangkan untuk bagian ujung daunnya
tergolong tumpul. Secara keseluruhan untuk panjang daun ini berkisar
antara 50 mm sampai dengan 150 mm dengan lebar sekitar 35 mm
sampai 65 mm.

Daun salam ini memiliki bentuk daun tunggal yang tumbuhnya


secara berhadapan. Tekstur dari daunnya ini bersifat licin dengan
mempunyai warna hijau muda.

Daun pohon salam ini memiliki tangkai sepanjang kira-kira 5 mm


sampai 12 mm dan jika akan diperhatikan lebih dekat akan ada 6 sampai
10 urat daun. Karakteristik dari tanaman daun salam ini yaitu aromanya
yang cukup sangat harum.

3. Bunga
Pohon salam ini memiliki bunga yang bersifat ‘banci’, artinya
mempunyai 2 jenis kelamin sekaligus, yaitu kelamin jantan dan kelamin
betina. Jumlah kelopak bunga salam ini 4 sampai 5 helai dengan mahkota
bunga yang diketahui berjumlah sama. Kadang-kadang untuk mahkota
bunga dari pohon salam ini akan tumbuh secara berlekatan. Bunga salam
mempunyai banyak benang sari dengan tangkai sari yang memiliki warna
cerah. Pada beberapa kondisi dari tangkai sari ini akan tumbuh melekat
pada bunga. Bakal buahnya terlihat terletak agak tenggelam serta
mempunyai tangkai putik. Jumlah bijinya yaitu sekitar 1 sampai 8 dan
mengandung sedikit zat endosperma, bahkan ada pula yang tidak
memiliki endosperm sama sekali.

4. Buah
Buah salam ini memiliki tekstur serta bentuk yang sangat
menyerupai buah buni, yaitu dalam pengertian botani hal ini merupakan
buah berdaging yang terbentuk dari sebuah bakal buah atau ovarium
tunggal. Diameter dari buah pohon salam ini antara 8 sampai 9 mm.
Ketika masih muda maka buah salam ini berwarna hijau serta ketika
sudah masak maka warnanya akan berubah menjadi merah gelap. Jika
sudah dicicipi, maka rasa buah salam terasa agak sedikit sepat.

7. Mentimun (Cucumis sativus L.)


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi
menggunakan jus mentimun untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang menunjukkan bahwa pemberian jus
mentimun dapat menurunkan secara signifikan tekanan darah diastolik
antara kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol
(Muniroh et al, 2007).

Klasifikasi Timun
Kingdom         : Plantae
Divisi              : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Curcubitales
Famili              : Curcubitaceae
Genus              : Cucumis
Spesies            : Cucumis sativus L

Morfologi tanaman timun


Akar
Tanaman mentimun berakar tunggang dan berakar serabut. Akar
tunggangnya tumbuh lurus ke dalam sampai kedalaman sekitar 20 cm,
sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar secara horizontal dan
dangkal Oleh sebab itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap
kekurangan dan kelebihan air. (Cahyono, 2006).
Batang
Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, berbulu
dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan umumnya batang
mentimun mengandung air dan lunak. Mentimun mempunyai sulur dahan
berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Sulur mentimun adalah
batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh
galah sulur akan mulai melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah
melekat kuat pada galah/ajir (Sumadi, 2002).
Daun
Daun mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing
berganda, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Selain itu daun
bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan
bercabang-cabang, kedudukan daun pada batang tanaman berselang
seling antara satu daun dengan daun diatasnya (Cahyono, 2006).

Bunga
Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet,
tanaman ini berumah satu artinya, bunga jantan dan bunga betina
terpisah, tetapi masih dalam satu pohon. Bunga betina mempunyai bakal
buah berbentuk lonjong yang 3 membengkok, sedangkan pada bunga
jantan tidak mempunyai bakal buah yang membengkok. Letak bakal buah
tersebut di bawah mahkota bunga (Kalie, 2001).
Buah dan Biji
Buah mentimun menggantung dari ketiak antara daun dan batang.
Bentuk ukuranya bermacam-macam antara 8-25 cm dan diameter 2,3-7
cm, tergantung varietasnya. Kulit buah mentimun ada yang berbintik-
bintik, ada pula yang halus. Warna kulit buah antara hijau keputih-putihan,
hijau muda dan hijau gelap sesuai dengan varietas. Biji mentimun
berbentuk pipih, kulitnya berwarna putih atau putih kekuning-kuningan
sampai coklat. Biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman
(Sumadi, 2002).

8. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi
menggunakan rajangan buah mengkudu untuk menurunkan tekanan
darah. Hal ini sesuai dengan penelitian di Kutai Kartanegara, Kalimantan
Timur, yang menunjukkan bahwa masyarakat disana menggunakan buah
mengkudu sebagai tumbuhan obat untuk menurunkan tekanan darah
tinggi, kolesterol, melancarkan peredaran darah dan membersihkan
kandung kemih (Widyawati dan Rizal, 2015). Pemberian jus mengkudu
menurunkan tekanan darah tinggi secara signifikan, terutama pada
tekanan darah sistolik (Ali et al, 2016). Pola Penggunaan Obat Bahan
Alam Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien Hipertensi. Ekstrak
daun dan buah mengkudu dapat menurunkan tekanan darah hewan coba
yang dibuat menjadi hipertensi (Wigati et al, 2017). Mekanisme kerja jus
mengkudu sebagai antihipertensi melalui penghambatan ACE (Singh,
2012).
Klasifikasi Tanaman Mengkudu
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus: Morinda
Spesies : Morinda citrifolia
Morfologi Tanaman Mengkudu
1. Akar
Sistem perakaran mengkudu termasuk pada akar tunggang karena
memiliki akar utama yang tulus dan kokoh serta akar serabut, warna
coklat tua. Bukan hanya buah mengkudu saja yang memiliki manfaat
tetapi akarnya dapat mengobati kelemahan dan rasa sakit pinggang, lutut,
sensasi hambar dibelakang, batuk kronis, dan masih banyak lainnya.
Senyawa aktif dalam akar mengkudu adalah xerononine, alizarin, sterois,
caprylic, arginine, lycine sosium, antra quinines, proxeronine, magnesium,
phenylalanine, dan trace elemens. Kandungan senyawa aktif ini yang
dapat mengobati berbagai penyakit yang disebutkan diatas. Untuk
pengobatan menggunakan akar mengkudu terutama keringkan akar
sampai benar – benar kering, takaran/dosis sekitar 9-15 gram, standar 10
gram, kemudian direbus dengan air selama 20 menit.

2. Batang
Ciri batang mengkudu adalah berkayu, arah tumbuh batangnya
tegak lurus, bentuk batang bulat, memiliki cabang pada batangnya
termasuk kedalam jenis monopodial, tekstur permukaan batang
mengkudu mudah melupas dan warna batang coklat keabu-abuan.
Batang mengkudu bisa dimanfaatkan sebagai bahan kayu bakar untuk
memasak.

3. Daun
Posisi pada tanaman daun mengkudu ini berhadapan bersilang,
melekat pada batang, jenis daun mengkudu ini termasuk kedalam daun
tunggal, detail daun berbentuk bangun jorong, tepi daunnya rata dengan
pangkal, ujung daun runcing, permukaan daun licin mengkilat, pertulangan
daun menyirip, peruratan daun yaitu tulang daun mencapai tepi daun,
tekstur keras, dan warna hijau tua.
Manfaat daun mengkudu sebagai berikut:
Melawan kanker, zat antioksidan dalam daun mengkudu dapat membunuh
virus penyebab kanker serta meningkatkan sistem imun dalam tubuh agar
terhindar dari berbagai virus penyakit. Zat antioksidan ini dapat
memperlambat penuaan dini yang memberikan nutrisi pada jaringan sel-
sel kulit, melawan radikal bebas. Mengatasi peradangan, zat anti inflamasi
dapat membasmi bakteri, virus penyebab peradangan sehingga lebih
mudah disembuhkan.

4. Bunga
Jenis bunga mengkudu yaitu bunga bonggol dengan jumlah tak
terbatas, memiliki warna putih bersih terdiri dari 5-6 kelopak bunga, serta
satu lingkaran mahkota. Pada masyarakat jawa bunga mengkudu (pace)
ini sering dijadikan sebagai masakan seperti, tumisan, tambahan urab.
Meskipun rasanya pahit namun tetap digemari.

5. Buah
Buah mengkudu termasuk jenis buah majemuk, terbentuk dari
bakal-bakal buah yang menyatu serta bongkol di bagian dalamnya,
berdiameter 7,5-10 cm, permukaan buah berbintik-bintik dan berkutil.
Warna hijau buah mengkudu masih mentah, ketika sudah mulai masak
warna berubah menjadi putih kekuningan, untuk sudah benar masak buah
mengkudu berwarna putih pucat, daging buah lunak, memiliki aroma
seperti keju busuk

9. Jintan Hitam (Nigella sativa L.)


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi
menggunakan minyak jintan hitam untuk menurunkan tekanan darah. Hal
ini sesuai dengan penelitian bahwa pemberian minyak jintan hitam selama
8 minggu dapat menurunkan tekanan darah (Huseini et al, 2013).
Mekanisme kerja ekstrak jintan hitam sebagai antihipertensi melalui
mekanismenya sebagai diuretik (Tembhurne et al, 2014), dan melalui
penghambatan kanal ion kalsium (Al Disi et al, 2016).
Kingdom (Kerajaan) : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Division (Divisi) : Magnoliophyta
Class (Kelas) : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Ranunculales
Famili : Ranunculaceae
Genus : Nigella L.
Spesies : Nigella Sativa L.

Morfologi Tanaman Jintan Hitam


Setelah mengetahui klasifikasi dari Jintan hitam, Berikut beberapa
ciri-ciri morfologi dari tanaman jintan hitam yang akan dapat kita kenali bila
suatu hari kita menemui tanaman tersebut, diantaranya:
1. Batang
Tanaman jintan sendiri memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar
20 – 50 cm. Batang dari tanaman ini tegak, berkayu dan memiliki bentuk
yang bulat menusuk.

2. Bunga
Jintan hitam ini merupakan salah satu tanaman yang memiliki
bunga. Bunga yang terdapat dalam tanaman jintan hitam memiliki bentuk
yang beraturan dengan warna bunganya antara lain biru pucat bahkan
hampir terlihat putih, merah muda, ungu muda, dan kuning. Setiap
bunganya memiliki 5 – 10 mahkota/ kelopak bunga. Bunga jintan hitam
memiliki panjang sekiatr 2,0 – 2,5 cm.

3. Daun
Jintan hitam memiliki daun yang terbagi dua dengan segmen daun
yang linear. Bentuknya runcing, bercabang dan bergaris. Panjang daun
bisa mencapai 2,5 – 5,0 cm. Daun jintan ini bisa terkadang merupakan
daun tunggal ataupun daun majemuk dengan posisinya bisa tersebar
maupun saling berhadapan. Di permukaan daun jintan juga terdapat bulu
yang halus.

4. Buah
Tanaman jintan hitam memilikibuah yang berbentuk bumbung atau
buah kurung dan memiliki bentuk bulat panjang. Buah jintan ini memiliki
tekstur yang keras seperti buah buni, bentuknya agak besar,
menggembung dan berisi sekitar 3 – 7 unit folikel yang mana masing-
masingnya berisi banyak sekali biji dan benih. Buahnya juga memiliki rasa
pahit yang sangat tajam.

5. Biji
Biji jintan hitam berada didalam buah. Bila telah matang, maka
buah akan terbuka dan bijinya akan terkena udara sehingga akan berubah
warna menjadi hitam. Biji ini berukuran kecil, bentuknya lonjong dan
bersudut dengan panjang 2 – 3,5 mm, dan mempunya lebar berkisar 1 – 2
mm. Permukaan dari biji jintan ini rata dengan bau sedikit aromatic,
namun bagian dalam bijinya ini berminyak dan rasanya sangat pahit.

Bab III
Penutup

III.1 KESIMPULAN
Sebagian besar pasien hipertensi menggunakan obat bahan
alam selain obat hipertensi konvensional. Seluruh pasien
menggunakan obat bahan alam yang secara teori memang
terbukti menurunkan tekanan darah. Namun demikian hanya15,2%
pasien yang menggunakan obat bahan alam sesuai dengan
peraturan BPOM tentang kriteria jamu. Hasil penelitian ini
menunjukkan masih perlunya edukasi penggunaan obat bahan alam di
masyarakat sebagai terapi komplementer untuk hipertensi.

III.2 SARAN
Semoga kedepannya dosen dapat mendampingi dalam penyusunan
makalah
DAFTAR PUSTAKA

Abdallah HM, El-Bassossy HM, Mohamed GA, El-Halawany AM,


Alshali KZ, Banjar ZM. (2016). Phenolics from Garcinia
mangostanaalleviate exagerrated vasoconstriction in metabolic
syndrome through direct vasodilatation and nitric oxide generation.
BMC Complementary and Alternative Medicine. 16: 359.
Aditama TY. (2014). Jamu dan Kesehatan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Al Disi SS, Anwar MA, Eid AH.(2016).Anti-hypertensive Herbs and
their Mechanisms of Action: Part I. Frontier ofPharmacology.
6:323. doi: 10.3389/fphar.2015.00323.
Ali M, Kenganora M, Manjula SN. (2016). Health Benefits of
Morinda citrifolia (Noni): A Review PharmacognosyJournal. 8(4):
321-334.
Badan Pengawas Obat dan Makanan [BPOM]. (2004).
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan [BPOM]. (2005).
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tatalaksana
Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar, dan
Fitofarmaka.
Coria-Tellez AV, Montalvo-Gonzalez E, Yahia EM, Obledo-
Vazquez EN. (2016). Annona muricata: A comprehensive
review on its traditional medicinal uses, phytochemicals,
pharmacological activities, mechanisms of action and toxicity.
Arabian Journal of Chemistry.
http://dx.doi.org/10.1016/j.arabjc.2016.01.004.
Da-Costa-Rocha I, Bonnlaender B, Sievers H, Pischel I, Heinrich
M. (2014). Hibiscus sabdariffaL. –A phytochemical and
pharmacological review. Food Chemistry. 165: 424-443.
Delima D, Widowati L, Astuti Y, Siswoyo H, Gitawati R,
Purwadianto A. (2012). Gambaran Praktik Penggunaan Jamu
Oleh Dokter di Enam Provinsi di Indonesia. Buletin
Penelitian Kesehatan. 40(3): 109-122.
Diana R, Roosita K, Khomsan A. (2008). Life Style,
Supplement Consumption, Traditional Medicine (Jamu),
Medical Plants, and Health Status of Elderly at Bogor District.
Jurnal Gizi dan Pangan. 3(2): 118-123.
Gusmira S. (2012). Evaluasi penggunaan antihipertensi
konvensional dan kombinasi konvensional-bahan alam pada
pasien hipertensidi puskesmas wilayah Depok. Makara
Kesehatan. 16(2): 77-83.

Anda mungkin juga menyukai