Anda di halaman 1dari 8

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Asam urat atau gout merupakan penyakit di mana terjadi penumpukan


asam urat (uric acid) dalam tubuh yang berlebihan (Sustrani, Alam &
Hadibroto, 2007). Penyakit ini bisa akibat produksi asam urat memang
meningkat, atau proses pembuangannya melalui ginjal menurun atau
akibat peningkatan asupan makanan yang kaya purin. Wortmann, (2005)
menjelaskan bahwa tubuh sebagai penyedia utama senyawa purin untuk kebutuhan
setiap hari mampu menyediakan sekitar 85 persen, sedangkan kebutuhan purin
dari makanan hanya sekitar 15 persen. Makanan yang mengandung zat purin
yang tinggi akan diubah menjadi asam urat dan dapat beredar di sirkulasi darah
(Hiperurisemia). Hal ini dapat berdampak pada menurunnya fungsi fisik
terutama pada ekstremitas bawah, menurunnya kualitas hidup dan
produktifitas kerja serta memiliki resiko tinggi adanya penyakit
jantung, ginjal dan kematian (Lim et al., 2013).

Asam urat dapat tertimbun di mana saja dalam tubuh manusia terutama pada sendi
bagian pangkal ibu jari kaki (Sustrani et al., 2007). Selain pada sendi, penimbunan
asam urat bisa juga pada ginjal, saluran kencing, jantung, telinga, dan ujung-ujung
jari. Respon nyeri yang kuat akan dirasakan sebagian besar orang apabila
terjadi penimbunan asam urat pada sendi dan jaringan sekitar sendi yang juga
akan berdampak pada pembengkakan sekitar sendi (gout artritis). Timbunan asam
urat di jantung, akan berdampak pada penyakit jantung dan hipertensi. Sedangkan
timbunan di ginjal dan saluran kencing akan berdampak pada penyakit batu
ginjal yang bisa berkembang menjadi gagal ginjal kronik sehingga seseorang harus
melakukan cuci darah sepanjang hidupnya (Soeroso dan Algristian, 2011).

Asam urat sangat erat kaitannya dengan pola makan dan pemilihan jenis makanan.
Asam urat di dalam tubuh bisa berasal dari luar yaitu dari diet tinggi purin dan dari
dalam yang merupakan hasil akhir metabolisme purin. Umumnya karena pola
makan yang tidak seimbang yaitu asupan makanan tinggi protein yang berlebihan
2

(Utami, 2009). Hal ini dapat disebabkan karena kesimpangsiuran informasi dan
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai makanan tinggi purin. Terkadang
masyarakat tidak mengetahui jenis-jenis makanan yang tinggi purin (Lingga, 2012).
Makanan Tinggi Purin (150-1000 mg/100 g bahan pangan) adalah Ikan teri, otak,
jerohan, daging angsa, burung dara, telur ikan, kaldu, sarden, alkohol, ragi dan
makanan yang diawetkan. Sedangkan makanan dengan kadar Purin sedang ( 50-100
mg/100 g bahan pangan). Bahan pangan ini sebaiknya dibatasi 50 g/hari. Ikan
tongkol, tenggiri, bawal, bandeng, daging sapi, daging ayam, kerang, asparagus,
kacang-kacangan, jamur, bayam, kembang kol, buncis, kapri, tahu, tempe. Bahan
makanan rendah purin (0-100 mg/100 g bahan pangan). Nasi, roti, makaroni,
mi, crackers, susu, keju, telur, sayuran dan buah buahan kecuali durian dan
alpukat (Sustrani L, 2004).

Peningkatan kadar asam urat sering dialami pada pria dan wanita yang berusia di
atas 40 tahun. Pada wanita lebih sering terjadi pada masa setelah menopause. Pada
kondisi menopause, jumlah estrogen akan mengalami penurunan. Hormon ini
berfungsi dalam membantu pengeluaran asam urat melalui urin. Elisabeth dalam
penelitianya menemukan bahwa kadar asam urat serum wanita meningkat dari usia
50 sampai 59 dan seterusnya dan peningkatan tersebut diperpanjang sampai dengan
kategori usia tertinggi 70 tahun, selain penurunan kadar esterogen, penurunan
berbagai fungsi organ pada usia lanjut juga menyebabkan proses metabolisme
asam urat mengalami gangguan. Inilah yang menyebabkan kadar asam urat
meningkat seiring peningkatan usia (Choi & Hak, 2008).

Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), (2013) bahwa prevalensi


penyakit sendi pada usia 55 - 64 tahun 45,0%, usia 65 74 tahun 51,9, usia 75

tahun 54,8%. Penyakit sendi yang sering dialami oleh golongan lanjut usia yaitu
penyakit artritis gout, osteoarthritis dan artritis reuomatoid. Kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang mengandung purin 200 mg/hari akan meningkatkan
risiko artritis gout tiga kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak
mengkonsumsi purin. Berdasarkan data analisa distribusi penyakit di masyarakat
desa Rambigundam tahun 2016 dari kunjungan ke Puskesmas Pembantu
menunjukkan bahwa penyakit linu-linu (asam urat) menduduki peringkat pertama
3

dengan jumlah laporan masyarakat sebanyak 173 orang (33,08%), kemudian


dilanjutkan dengan ISPA sebanyak 136 orang (26,0), hipertensi sebanyak 135 orang
(25,8 %) dan yang paling sedikit adalah penyakit kencing manis 2 orang (0,39%).

Tingginya suatu masalah kesehatan sangat erat kaitannya dengan perilaku


kesehatan dan perubahan perilaku erat kaitannya dengan pengetahuan seseorang.
Notoatmodjo, (2003) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor
predisposisi atau faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku
seseorang. Masalah-masalah kesehatan yang terjadi dalam masyarakat dapat
dihindari dengan menerapkan perilaku pencegahan terhadap masalah kesehatan
tersebut. Perilaku pencegahan penyakit merupakan perilaku dimana seseorang
melakukan suatu aktivitas untuk menurunkan resiko terjadinya penyakit. Perilaku
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan bagian dari perilaku
sehat yang saling melengkapi satu sama lain untuk memperoleh kesehatan yang
optimal. Pernyataan ini menunjukan bahwa perilaku pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan sangat penting untuk diketahui dan dijalankan agar kesehatan
yang optimal dapat tercapai dengan baik. Untuk itu sebagai salah satu bagian dari
tenaga kesehatan kita diharapkan mampu melakukan pencegahan agar angka
kejadian katarak dapat diturunkan, salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah
dengan memberikan pendidikan dan pelayanan tentang penyakit katarak pada
masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah Mitra


Berdasarkan analisis situasi yang telah dipaparkan dapat dirumuskan beberapa
masalah antara lain:

1. Berdasarkan data yang didapatkan dari desa Rambigundam, Kecamatan


Rambipuji, pada desa tersebut sudah terbentuk layanan kesehatan seperti
Posyandu khusus Lansia. Namun, belum ada pemeriksaan asam urat rutin dan
belum adanya pendidikan kesehatan yang terjadwal sebagai upaya promotif dan
preventif untuk menanggulangi masalah tingginya angka kejadian masyarakat
yang mengalami linu-linu (asam urat).
4

2. Untuk itu pemberian penyuluhan kesehatan tentang penyakit asam urat dan
pemeriksaan kadar asam urat pada masyarakat sangat tepat dalam rangka upaya
promotif dan preventif untuk menekan angka kejadian penyakit asam urat.

3. Penyuluhan kesehatan selain mudah dilakukan dengan biaya yang cukup murah
diharapkan mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga
kesehatan tubuhnya dan pentingnya pendeteksian dini terhadap penyakit asam
urat sehingga terhindar dari komplikasi yang dapat ditimbulkannya seperti
penyakit ginjal, jantung dan infeksi pada sendi.

BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
5

2.1.1 Tujuan Umum


Setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan melalui penyuluhan tentang
penyakit asam urat dan deteksi kadar asam urat diharapkan kelompok sasaran
dapat meningkatkan motivasinya untuk melakukan tindakan preventif.

2.1.2 Tujuan Khusus


a. Meningkatnya pengetahuan tentang penyakit asam urat.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan penyakit asam urat
c. Mendeteksi dini nilai asam urat kelompok sasaran

2.2 Manfaat
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat membantu program
pemerintah guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sebagaimana yang
telah diamanahkan dalam UU RI No. 36 Tentang Kesehatan.

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

A. Dasar Pemikiran

Jenis kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan salah satu upaya para
intelektual di institusi pendidikan Universitas Jember dalam melihat fenomena yang
terjadi di masyarakat, salah satu permasalahannya adalah tingginya laporan
kunjungan masyarakat yang mengalami penyakit asam urat yang dapat berakibat
pada kurang produktifnya serta terganggunya kualitas sumber daya manusia, serta
sebagai bentuk pelaksanaan dari salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Metode
dalam pengabdian ini menggunakan pendekatan dengan melalui penyuluhan dan
6

pelayanan pada masyarakat. Kegiatan penyuluhan ini juga memberikan kesempatan


kepada warga untuk bertanya terkait materi yang telah disampaikan. Tanya jawab
dilakukan secara terbuka dalam bentuk diskusi interaktif dengan warga mengenai
materi yang telah disampaikan.

B. Kerangka Penyelesaian Masalah

Upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah:

1. Mengadakan penyuluhan tentang penyakit asam urat dan pencegahannya.


2. Mengadakan tanya jawab/ diskusi secara terbuka setelah selesai memberikan
materi sebagai bentuk evaluasi antara pemberi materi dengan masyarakat yang
mengikuti penyuluhan tentang penyakit asam urat.
3. Mengadakan pemeriksaan deteksi dini kadar asam urat dan pemeriksaan tekanan
darah

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Rencana Realisasi Penyelesaian Masalah


Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di Balai desa Rambigundam Kecamatan
Rambipuji Kabupaten Jember pada tanggal 04 April 2015. Pemberi penyuluhan
dari pihak dosen PSIK Universitas Jember yang berjumlah 3 (Tiga) orang. Ns Jon
Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.MB memberikan materi tentang penyakit
asam urat dan pencegahannya, Ns. Mulia Hakam, M.Kep.,Sp.Kep.MB memberikan
materi tentang penatalaksanaan penyakit asam urat dan Ns. Siswoyo, M.Kep
melakukan pemeriksaan kadar asam urat dan pemeriksaan tekanan darah pada
seluruh peserta yang hadir.
7

B. Khalayak Sasaran
Masyarakat yang tergabung dan menjadi kader kesehatan Puskesmas pembantu dan
masyarakat yang beresiko tinggi mengalami asam urat di wilayah kerja Puskesmas
Rambigundam Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember

C. Metode Yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah sebagai berikut :
1. Diskusi/tanya-jawab
2. Pemeriksaan Kesehatan (test kadar asam urat dan test tekanan Darah)

D. Anggaran dan Sumber Dana


-

E. Organisasi Pelaksanaan
Ketua pelaksana: nama penyuluh

DAFTAR PUSTAKA

Lim, A. Y. N., Shen, L., Tan, C. H., Lateef, A., Lau, T. C., & Teng, G. G. (2013).
Achieving treat to target in gout: a clinical practice improvement project.
[Article]. Scandinavian Journal of Rheumatology, 41(6), 450-457. doi:
10.3109/03009742.2012.689325

Lingga, L. (2012). Bebas penyakit asam urat tanpa obat. Jakarta: PT Agromedia
Pustaka.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.
Soeroso dan Algristian. (2011). Asam Urat. Jakarta : Penebar Plus.

Sustrani, L., ALam, S., & Hadibroto, I. (2007). Asam Urat. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Utami P. (2009). Solusi Sehat Asam Urat dan Rematik,. Agromedia Pustaka; Jakarta.

Wachjudi, Gunadi, dkk, (2006). Diagnosis dan Terapi Penyakit Reumatik.


Sagung Seto: Jakarta

Wortmann RL. (2005).Gout and Other Disorders of Purine Metabolism. In:


Harrisons Principles of Internal Medicine 16th Ed. Editors:
8

Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS and Kasper
DL. McGraw Hill: New York

Choi, HK & Hak, AE. (2008). Menopause, postmenopausal hormone use and serum
uric acid levels in US women The Third National Health and Nutrition
Examination Survey. BioMed Central

Anda mungkin juga menyukai