Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KELOMPOK VIII

HIPERKALSEMIA

Mata kuliah : IKD I

Lokal : 1C

Prodi : S -1 Keperawatan

Pembimbing : Ns. Nova Fridalni S.Kep, M. Biomed

STIKes Mercubaktijaya Padang


Tahun Ajaran 2014/2015
PENYUSUN

1. DESFIANA SIREGAR 14121994 KETUA


2. NURHAFIDAH YULIA SARI 141211005 SEKRETARIS
3. NIA SUFRIYANI 14121980 ANGGOTA
4. FUJA OKTA FATMALA 14121981 ANGGOTA
5. MIFTAHUL MUBARAK 141211009 ANGGOTA
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Proses keperawatan sebagai alat bagi perawat untuk melaksanakan asuhan


keperawatan yang dilakukan pada pasien memiliki arti penting bagi kedua belah pihak yaitu
perawat dan klien. Sebagai seorang perawat proses keperawatan dapat digunakan sebagai
pedoman dalam pemecahan masalah klien, dapat menunjukkan profesi yang memiliki
profesionalitas yang tinggi, serta dapat memberikan kebebasan kepada klien untuk
mendapatkan pelayanan yang cukup sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat dirasakan
manfaatnya baik dari perawat maupun klien, manfaat tersebut antara lain dapat meningkatkan
kemandirian pada perawat dalam melaksanakan tugasnya karena didalam proses keperawatan
terdapat metode ilmiah keperawatan yang berupa langkah-langkah proses keperawatan, akan
dapat meningkatkan kepercayaan diri perawat dalam melaksanakan tugas, karena klien akan
merasakan kepuasan setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan, akan dapat selalu meningkatkan kemampuan intelektual dan teknikal dalam
tindakan keperawatan karena melalui proses keperawatan dituntut mampu memecahkan
masalah yang baru sesuai dengan masalah yang dialami klien, sehingga akan timbul perasaan
akan kepuasan kerja.

Dengan proses keperawatan, rasa tanggung jawab dan tanggung gugat bagi perawat
itu dapat dimiliki dan dapat digunakan dalam tindakan-tindakan yang merugikan atau
menghindari tindakan yang legal. Semua tatanan perawatan kesehatan secara hukum perlu
mencatat observasi keperawatan, perawatan yang diberikan, dan respons pasien.
2. Tujuan penulisan
A. Umum

Mahasiswa/i mampu memperoleh informasi tentang pendokumentasian asuhan


keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit hiperkalemia.

B. Khusus
 Mahasiswa mampu memaparkan pengertian dokumentasi dalam keperawatan.
 Mahasiswa mampu menjelaskan tahap-tahap pendokumentasian.
 Mahasiswa mampu menerapkan pendokumentasian pada proses keperawatan.

3. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan, yaitu


metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang
berhubungan dengan gangguan hiperkalemia, baik berupa buku maupun informasi di
internet.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Hiperkalsemia
Hiperkalsemia adalah suatu kondisi di mana kadar kalsium dalam darah Anda
berada di atas normal. Anda membutuhkan kalsium untuk menjaga tulang Anda. Ini juga
memainkan peran penting agar otot berkontraksi, melepaskan hormon dan memastikan
bahwa saraf dan fungsi otak dengan baik. Akan tetapi kadar kalsium tinggi dapat
mengganggu proses ini.
Penyebab utama dari hiperkalsemia adalah aktivitas berlebihan dalam satu atau lebih
kelenjar paratiroid, yang mengatur kadar kalsium darah. Penyebab lain hiperkalsemia
termasuk kanker, gangguan medis tertentu lainnya, beberapa obat dan penggunaan
berlebihan dari suplemen kalsium dan vitamin D.
2. Tanda-tanda dan gejala

Gejala hiperkalsemia yang parah dapat mencakup:

a. mual dan muntah


b. nafsu makan hilang
c. haus berlebihan
d. sering buang air kecil
e. sembelit
f. sakit perut
g. lemah otot
h. nyeri otot dan sendi
i. kebingungan
j. Lesu dan lelah
Jumlah kelebihan kalsium dalam darah tidak selalu berhubungan dengan tingkat
keparahan tanda-tanda dan gejala. Misalnya, orang tua lebih cenderung memiliki rasa
sakit dan lemah otot.
3. Penyebab Hiperkalsemia

Penyebab hiperkalsemia meliputi:

 Aktivitas berlebihan dari kelenjar paratiroid. Penyebab utama dari hiperkalsemia adalah
aktivitas berlebihan dalam satu atau lebih dari empat kelenjar paratiroid
(hiperparatiroidisme primer), yang terletak di belakang kelenjar tiroid di leher.
 Kanker. Beberapa jenis kanker, terutama kanker paru-paru dan kanker payudara, serta
beberapa kanker darah, seperti multiple myeloma, meningkatkan resiko hiperkalsemia.
Beberapa tumor (jinak) kanker menghasilkan protein yang bertindak seperti hormon
paratiroid, merangsang pelepasan kalsium dari tulang ke dalam darah. Hal ini dianggap
sebagai sindrom paraneoplastik, respon tubuh terhadap adanya kanker atau zat yang
kanker hasilkan. Penyebaran kanker (metastasis) ke tulang juga meningkatkan resiko
hiperkalsemia.
 Penyakit lainnya. Beberapa penyakit yang menghasilkan daerah peradangan akibat
cedera jaringan (granuloma) dapat meningkatkan kadar vitamin D (kalsitriol). Penyakit
granulomatosa termasuk TBC, penyakit paru-paru menular, dan sarkoidosis, penyakit
radang yang biasanya dimulai di paru-paru. Peningkatan kadar kalsitriol merangsang
saluran pencernaan untuk menyerap lebih banyak kalsium, yang meningkatkan kadar
kalsium dalam darah. Juga, kelainan genetik langka yang dikenal sebagai familial
hypocalciuric hypercalcemia menyebabkan peningkatan kalsium dalam darah karena
reseptor kalsium dalam tubuh rusak.
 Efek penyakit. Orang dengan kanker atau penyakit lain yang menyebabkan mereka
menghabiskan banyak waktu duduk atau berbaring dapat mengembangkan
hiperkalsemia. Seiring waktu, tulang yang tidak sanggup menanggung kalsium
melepaskannya ke dalam darah.
 Obat-obatan. Obat-obatan tertentu – seperti litium, yang digunakan untuk mengobati
gangguan bipolar – dapat meningkatkan pelepasan hormon paratiroid dan menyebabkan
hiperkalsemia. Diuretik thiazide dapat menyebabkan peningkatan kadar kalsium dalam
darah dengan mengurangi jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urin.
 Suplemen. Makan atau minum terlalu banyak suplemen kalsium atau vitamin D dari
waktu ke waktu dapat meningkatkan kadar kalsium dalam darah hingga di atas normal.
 Dehidrasi. Penyebab umum hiperkalsemia ringan atau sementara adalah dehidrasi,
karena ketika ada cairan yang kurang dalam darah, konsentrasi kalsium meningkat.
 Hiperkalsemia dapat disebabkan oleh meningkatnya penyerapan pada saluran
pencernaan maupun karena meningkatnya asupan kalsium.
 Orang-orang yang mengkonsumsi sejumlah besar kalsium (seperti yang kadang
dilakukan oleh penderita ulkus peptikum yang minum banyak susu dan juga
mengkonsumsi antasid yang mengandung kalsium), dapat menderita hiperkalsemia.
 Suatu overdosis vitamin D dapat mempengaruhi konsentrasi kalsium darah, yaitu dengan
meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan.
 Penyebab paling sering dari hiperkalsemia adalah hiperparatiroidisme, yaitu suatu
keadaan dimana terjadi pengeluaran hormon paratiroid secara besar-besaran oleh satu
atau lebih dari keempat kelenjar paratiroid.
90% penderita hiperparatiroidisme primer memiliki tumor jinak (adenoma) pada
salah satu kelenjarnya.
10% sisanya memiliki kelenjar paratiroid yang membesar dan menghasilkan
terlalu banyak hormon.
Pada kasus-kasus yang jarang, kanker kelenjar paratiroid menyebabkan
hiperparatiroidisme.
Hiperparatiroidisme lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Juga lebih mungkin terjadi pada orang-orang tua dan pada mereka yang menerima
terapi penyinaran di leher.
 Kadang-kadang hiperparatiroidisme terjadi sebagai bagian suatu sindroma neoplasia
endokrin multipel, yang merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi.
 Penderita kanker sering mengalami hiperkalsemia.
Kanker ginjal, kanker paru atau kanker ovarium (indung telur), sering
mengeluarkan sejumlah besar protein yang memiliki efek yang mirip dengan hormon
paratiroid. Efek ini dikenal sebagai sindroma paraneoplastik.
Kanker juga menyebar (bermetastasis) ke tulang, menghancurkan sel-sel tulang dan
melepaskan kalsium tulang ke dalam darah.
Hal ini sering terjadi pada kanker prostat, payudara dan paru-paru.
 Mieloma multipel (kanker yang melibatkan sumsum tulang) juga dapat menyebabkan
penghancuran tulang dan mengakibatkan hiperkalsemia.
Kanker yang lain juga meningkatkan konsentrasi kalsium darah, dengan mekanisme
yang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
 Pada penyakit-penyakit dimana terjadi penghancuran atau penyerapan sel-sel tulang
(misalnya penyakit Paget), juga bisa terjadi hiperkalsemia.
 Orang-orang yang tidak banyak bergerak (misalnya penderita paraplegia (lumpuh kedua
bagian bawah tubuh), kuadriplegia (lumpuh keempat anggota gerak) atau yang berbaring
di tempat tidur dalam waktu lama, juga dapat menderita hiperkalsemia karena jaringan
tulang diresorbsi.
Pengobatan hiperkalsemia tergantung pada penyebab yang mendasarinya.

4. Cara Terjadinya Hiperkalsemia

Hiperkalsemia terjadi akibat pelepasan berlebihan kalsium tulang yang umumnya


dialami penderita hiperparatiroidisme atau neoplasma tulang. Asupan vitamin D
berlebihan disertai peningkatan asupan kalsium dari makanan menyebabkan
hiperkalsemia. Litium, yang digunakan untuk mengobati gangguan manic-depresif
meningkatkan kadar kalsium serum.

Akibat klinis hiperkalsemia berupa gangguan fungsi ginjal, dengan peningkatan


risiko batu ginjal dan poliuria yang terkait dengan ketidakmampuan ginjal untuk
memekatkan urine. Berbagai manifestasi neuromuscular terbentuk, tremasuk kelemahan
otot, hilangnya tonus, dan atrofi otot. Sistem kardiovaskuler terkena, sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah dan perubahan EKG. Disfungsi susunan saraf pusat muncul,
berupa letargi, stupor, dan koma. Pengobatan ditujukan untuk mengurangi pelepasan
lebih lanjut kalsium dari tulang dan rehidrasi.

5. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
 Periksa kadar kalsium serum terhadap hiperkalsemia. Laporkan hasil
pemeriksaan hasil pemeriksaan yang abnormal. Kalsium ion serum (iCa)
menunjukkan kalsium bebas yang bersirkulasi dan lebih tepat untuk
menentukan adanya ketidakseimbangan kalsium.
b. Perencanaan
 Kadar kalsium serum klien akan berada dalam batas normal dalam waktu 2-5
hari.
 Klien dengan hiperkalsemia akan menghindari makanan yang kaya kalsium
c. Intervensi Keperawatan
 Pantau nadi secara teratur jika klien menerima preparat digitalis atau suplemen
kalsium. Kelebihan kalsium menambah kerja digitalis dan dapat menimbulkan
toksisitas digitalis, seperti mual, muntah, anoreksia, bradikardia, aritmia
jantung, dan perubahan penglihatan.
 Berikan cairan intravena dengan kalsium glukonat 10 % perlahan-lahan.
Kalsium harus diberikan dengan D5W dan bukan dengan larutan salin karena
natrium meningkatkan kehilangan kalsium. Kalsium tidak boleh ditambahkan
kepada larutan yang mengandung bikarbonat karena akan terjadi pengendapan
yang cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin J. Elizabeth. 2008. Handbook of Pathophysiology, 3Ed. Jakarta : EGC

Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC

R.K.Marya. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Tangerang Selatan : Binarupa Aksara

www.mayoclinic.com

Anda mungkin juga menyukai