Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 2

A. Latar Belakang ................................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 4

A. Defenisi Remaja ............................................... Error! Bookmark not defined.

B. Ciri-ciri atau Karakteristik Psikologi Remaja .. Error! Bookmark not defined.

C. Peran Orang Tua yang Memiliki Anak Berusia Remaja .................................... 8

D. Pola Asuh Orang Tua pada Remaja ................................................................... 9

E. Konflik-konflik Keluarga pada Remaja ........................................................... 10

F. Faktor- Faktor terjadinya Kenakalan Remaja .................................................. 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 12

A. KESIMPULAN ................................................................................................ 12

B. SARAN ............................................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir
bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral.
Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral
sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang
harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-
nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata
nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama
teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda. Pengawasan terhadap
tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena
lingkungan remaja sudah sangat luas.
Bagaimana tindakan sebuah keluarga dalam mendidik anak yang berusia
remaja, dikarenakan remaja adalah remaja (adolescene) yang diartikan sebagai
masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi Remaja ?
2. Jelaskan Ciri-ciri atau Karakteristik Psikologi Remaja ?
3. Bagaianan Peran orang tua yang memiliki anak berusia remaja ?
4. Jelaskan Pola Asuh Orang Tua pada Remaja ?
5. Bagaimana Konflik-konflik Keluarga pada Remaja ?
6. Jelaskan Faktor-faktor Terjadinya Kenakalan Remaja ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Remaja
2. Mengetahui Ciri-ciri atau Karakteristik Psikologi Remaja
3. Mengetahui Peran orang tua yang memiliki anak berusia remaja
4. Mengetahui Pola Asuh Orang Tua pada Remaja
5. Mengetahui Konflik-konflik Keluarga pada Remaja
6. Mengetahui Faktor-faktor terjadinya Kenakalan Remaja
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defini Remaja

Menurut Hurlock 91981) remaja adalah mereka yang berada pada usia
12-18 tahun. 1[1] Moncks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah
12-21 tahun. 2[2] menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja
pada rentang 12-23 tahun. 3[3] berdasarkan batasan-batasan yang diberikan
para ahli, bisa dilihat bahwa dimulai masa remaja relatif sama, tetapi
berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan da yang dikenal juga
dengan istilah remaja yang diperpanjang dan remaja yang diperpendek.

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini


sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak
Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu
bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress)
sampai sekarang masih banyak dikutip orang.

B. Ciri-Ciri Atau Karakteristik Psikologi Remaja


1. Perkembangan fisik psikologi remaja
Fase remaja adalah periode kehidupan manusia yang sangat strategis,
penting dan berdampak luas bagi perkembangan berikutnya. Pada remaja
awal, pertumbuhan fisiknya sangat pesat tetapi tidak proporsional, misalnya
pada hidung, tangan, dan kaki. Pada remaja akhir, proporsi tubuh mencapai
ukuran tubuh orang dwasa dalam semua bagiannya (Syamsu Yusuf: 2005).
Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, perkembangan terpenting
adalah aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni :
a. Ciri-ciri Seks Primer
Perkembangan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat
pada organ testis, pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat.
Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar
usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”, keluar sperma. Pada remaja
wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim dan ovarium yang
memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan. Akibatnya
terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi
sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan
mudah tersinggung.
b. Ciri-ciri Seks Sekunder
Perkembangan psikologi remaja pada seksualitas sekunder adalah
pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak sebagai
lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada
kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan kelaminnya. Pada pria
telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi parau dan rendah.
Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga mengalami
pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin.
Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu di
buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa
secara proporsional.
2. Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja
Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara
fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan
abstrak
2. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana,
strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah
3. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang
konkrit dengan yang abstrak
4. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
5. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif
untuk mencapainya
6. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi
7. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan,
moralitas, dan identitas (jati diri)
3. Perkembangan Emosi Psikologi Remaja
Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi
tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif,
reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah
tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai
mampu mengendalikannya. Remaja yangberkembang di lingkungan yang
kurang kondusif, kematangan emosionalnyaterhambat. Sehingga sering
mengalami akibat negatif berupa tingkah laku “salah suai”, misalnya :
1. Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-
lainnya
2. Lari dari kenyataan (regresif) : suka melamun, pendiam, senang
menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat
terlarang
3. Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis
dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi :
4. Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang
menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah,
dan lain-lainnya
5. Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar,
optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan
bijak
4. Pekembangan Moral Psikologi Remaja
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan
fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan
penilaian positif dari orang lain).
5. Perkembangan Sosial Psikologi Remaja
Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami
orang lain (social cognition) dan menjalin persahabatan. Remaja memilih
teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan
dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya.
Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity
yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman
sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya
hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lain-lainnya.
6. Perkembangan Kepribadian Psikologi Remaja
Isu sentral pada remaja adalah masa berkembangnya identitas diri (jati
diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja mulai sibuk dan
heboh dengan problem “siapa saya?” (Who am I ?). Terkait dengan hal tersebut
remaja juga risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan tokoh
panutan dan kebanggaan. Faktor-faktor penting dalam perkembangan integritas
pribadi remaja (psikologi remaja) adalah :
1. Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi untuk
berperilaku dewasa pula
2. Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi
baru
3. Munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi
dan cita-citanya
4. Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis
dan lawan jenis
5. Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak
menuju dewasa. Remaja akhir sudah mulai dapat memahami,
mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri

Tindakan antisipasi remaja akhir adalah:


1. Berusaha bersikap hati-hati dalam berperilaku dan menyikapi kelebihan
dirinya
2. Mengkaji tujuan dan keputusan untuk menjadi model manusia yang
diidamkan
3. Memperhatikan etika masyarakat, kehendak orang tua, dan sikap teman-
temannya
4. Mengembangkan sikap-sikap pribadinya
7. Perkembangan Kesadaran Beragama
Iman dan hati adalah penentu perilaku dan perbuatan seseorang.
Bagaimana perkembangan spiritual ini terjadi pada psikologi remaja? Sesuai
dengan perkembangannya kemampuan kritis psikologi remaja hingga
menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat. Mereka mulai membawa nilai-nilai
agama ke dalam kalbu dan kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati
secara kritis kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya
kurang memedulikan nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku
amoral lainnya. Di sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja mengalami
benturan-benturan dan ujian.

B. Peran Orang Tua yang Memiliki Anak Berusia Remaja


Untuk itu sebagai orangtua, dalam mengahadapi remaja harus tetap
bersikap tenang dan bertahan, mengingat bahwa ini adalah masa pemberontakan
mereka sebagai remaja. Namun Tidak berarti mereka boleh bersikap seenaknya,
tetapi sebagai orang tua sekali lagi ketenangan dalam menyikapi mereka yang
sekarang ini INGIN DIDENGAR suaranya, orang tua mendengarkan apa yang
mereka inginkan atau mereka maksud. Jadikan dialog dan diskusi bagian dari
keluarga. Dengan demikian mereka tahu bahwa orang tua selalu ada untuk
mereka saat mereka butuh.
Upayakan mendorong aturan keluarga, habiskan waktu bersama dengan
kualitas yang baik, fokuskan perhatian orang tua pada kebutuhan mereka dan beri
pujian pada perilaku yang positif. saat ini mereka sedang tidak ingin banyak
mendengar tetapi mereka ingin didengar, jadi berikan waktu, perhatian dan
pikiran anda untuk anak anda baik sebagai orang tua yg tetap harus memberi
arahan atau sebagai teman dimana mereka bisa bertanya dan berdiskusi.

C. Pola Asuh Orang Tua pada Remaja


Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua:
a. Pola asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan
anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola
asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau
pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap
kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan
anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih
dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
b. Pola asuh Otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung
memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa
yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum
anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi
biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari
anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.

c. Pola asuh Permisif


Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan
kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang
cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak
apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan
oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga
seringkali disukai oleh anak.
d. Pola asuh Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang
sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk
keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun
dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku
penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada
umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-
anaknya.

D. Menurut Diane Baumrind dalam Djiwandono (1989: 23-24) pola asuh orang
tua dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Pola asuh Demokratis
Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan
adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam
aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis ini yaitu
orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.
2. Pola asuh Otoriter
Pola asuh otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya
dengan mengorbankan otonomi anak. Menurut Danny (1986: 96), pola asuh
otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.
3. Pola asuh Permisif
Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada
anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Moesono
(1993: 18) menjelaskan bahwa pelaksanaanpola asuh permisif atau dikenal pula
dengan pola asuh serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah,
menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau
memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.

E. Konflik-konflik Keluarga pada Remaja


(Dariyo, 2004)
1. Konflik Pemilihan Teman atau pacar.
a. Bila remaja wanita ; anaknya diharapkan dapat menjaga diri agar jangan
sampai terlibat dalam pergaulan bebas (free-sex, narkoba)
b. Bila remaja laki-laki; anaknya diharapkan selalu waspada
2. Konflik pemilihan jurusan atau program studi
3. Konflik dengan saudara kandung (Biasa terjadi pertengkaran, percekcokan
atau konflik antara anak yang satu dengan yang lain)

F. Faktor- Faktor terjadinya Kenakalan Remaja


1. Kondisi keluarga yang berantakan (Broken Home)
2. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua
3. Status sosial ekonomi orang tua rendah
4. Penerapan disiplin keluarga yang tidak tepat
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
keluarga dalam mendidik anak yang berusia remaja itu sangatlah berhati-
hati, karena remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. masa
terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik remaja yang
sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan
masalah pada diri remaja.
Untuk itu timbul kecemasan-kecemasan pada orang tua dalam mendidik
anak yang berusia remaja. Namun kadang kehawatiran ini akan menimbulkan
petaka bagi orang tua tersebut jika ia tidak pandai-pandai dalam memahami itu
semua. Untuk itu sebagai orangtua, dalam mengahadapi remaja harus tetap
bersikap tenang dan bertahan, mengingat bahwa ini adalah masa pemberontakan
mereka sebagai remaja. Namun Tidak berarti mereka boleh bersikap seenaknya,
tetapi sebagai orang tua sekali lagi ketenangan dalam menyikapi mereka yang
sekarang ini ingin didengar suaranya, orang tua mendengarkan apa yang mereka
inginkan atau mereka maksud. Jadikan dialog dan diskusi bagian dari keluarga.
Dengan demikian mereka tahu bahwa orang tua selalu ada untuk mereka saat
mereka butuh.

B. SARAN

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menimbulkan


berbagai konflik batin maupun psikis. Orang tua harus benar-benar memahami
konsekuensi perubahan pada remaja. Sementara itu, perawat dapat dijadikan
tempat konseling untuk remaja sebagaimana peran perawat dan sebagai perawat
yang menghadapi permasalahan remaja senantiasa memberikan bimbingan atau
konseling yang baik atau yang tidak memojokkan remaja tersebut dalam masalah
yang dihadapinya. Demikian makalah mengenai perkembangan remaja. Mohon
maaf,apabila makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran
yang membangun sangat dibutuhkan. Semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, S. D. Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung


Mulia,1989.

Hurlock, E.B. Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Erlangga,
1991.

Mongks, F. J.dkk. Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000.

Santrok, J. W. Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit


Erlangga, 2003.

Setiono, L.H. Beberapa Permasalahan Remaja. Diakses dari www.e-psikologi.com


pada tanggal 22 juni 2014, 2002

http://organisasi.org/jenis-macam-tipe-pola-asuh-orangtua-pada-anak-cara-mendidik-
mengasuh-anak-yang-baik

Anda mungkin juga menyukai