KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
taufik hidayah dan inayahnya kami dapat menyelesaikan tugas
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas
tentang Pendidikan Anti Korupsi.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat membantu bagi semua pihak untuk mendalami
Pendidikan Anti Korupsi terutama dalam lingkungan mahasiswa.
Kudus, Maret 2
014
Penulis
Pendahuluan
Latar Belakang
Di mata internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
dunia, citra buruk akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan buruk ini
menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan negara lain dan
kehilangan kepercayaan pihak lain. Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia
pada birokrasi mengakibatkan investor luar negeri berpihak ke negara-
negara tetangga yang dianggap memiliki iklim yang lebih baik. Kondisi
seperti ini merugikan perekonomian dengan segala aspeknya di negara
ini. Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi korupsi
dengan berbagai cara. KPK sebagai lembaga independen yang secara
khusus menangani tindak korupsi, menjadi upaya pencegahan dan
penindakan tindak pidana. Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar
biasa (extra ordinary crime) yang oleh karena itu memerlukan upaya luar
biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi - yang
terdiri dari dua bagian besar, yaitu penindakan dan pencegahan - tidak
akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja
tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah
berlebihan jika mahasiswa - sebagai salah satu bagian penting dari
masyarakat yang merupakan pewaris masa depan - diharapkan dapat
terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Rumusan Masalah.
1. Apa pengertian korupsi ?
2. Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi ?
3. Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan Korupsi ?
Tujuan Pembahasan.
1. Mengetahui Pengertian dari Korupsi .
2. Mengatahui dan Memahami Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi.
3. Mengerti Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan
Korupsi.
Metode Penulisan.
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan menggonakan metode
kepustakaan dimana materi yang kami ambil berasal dari buku-buka
selain itu juga kami menggunakan internet untuk memperluat materi
yang kami tuliskan.
Pembahasan
Pengertian Korupsi
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di
antaranya:
Jika melihat dari pengertian korupsi diatas, bisa disimpulkan jika korupsi
adalah sejenis penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap
rakyat yang telah memberikan amanah dalam mengemban tugas
tertentu.
Bentuk-Bentuk Korupsi
Penyuapan
Pemerasan (Extorion)
Nepotisme (nepotism)
Kata nepotisme berasal dari kata Latin “nepos” yang berarti “nephew”
(keponakan). Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat
berdasarkan pertimbagan hubunga, bukan karena kemamuannya.
Moral yang kurang kuat. Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung
mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari
atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang
memberi kesempatan untuk itu.
Aspek Sosial :
Aspek ekonomi :
Aspek Politis :
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai
dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan
menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan
kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara
politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian
instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.
Aspek Organisasi :
Penutup
Kesimpulan.
Jangan sebut korupsi sebagai budaya! Karena budaya bangsa ini terlalu mahal untuk
dikonotasikan dengan istilah korup. Tapi faktanya, korupsi memang menjadi penyakit yang
seolah telah membudaya di negeri ini. Tidak hanya di pemerintahan, tapi juga di berbagai
aspek kehidupan kita, korupsi seolah menjadi bagian negatif yang tak bisa ditinggalkan
dalam sistem birokrasi.
Korupsi disebabkan karena adanya keinginan dan kesempatan. Keinginan berkaitan dengan
moral seseorang, sedangkan kesempatan berkaitan dengan sistem. Untuk itu, agar terbebas
dari korupsi, perlu ditanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dini mulai dari lingkungan
keluarga dan tempat tinggal. Pendidikan anti korupsi perlu ditanamkan sejak dini agar
generasi penerus bangsa memiliki jiwa anti korupsi.
Trend usia Koruptor semakin lama semakin muda, mulai mengarah ke usia di bawah 40
tahun. Uniknya lagi, tindakan korupsi mulai melibatkan hubungan keluarga. Lihat saja kasus
“dinasti” Banten yang melibatkan hampir seluruh keluarga besar Atut, kasus pengadaan Al-
Qur'an yang "kompak" dilakukan oleh Bapak dan Anak. Serta yang tidak kalah adalah kasus
penangkapan Bupati Karawang beserta Istrinya karena melakukan pemerasan kepada salah
satu perusahaan yang tengah mengajukan ijin pembangunan pusat perbelanjaan di kota
tersebut. Tak hanya itu, Wali Kota Palembang Romi Herton dan istri, Masyitoh, juga
ditangkap karena kasus penyuapan terhadap mantan Ketua MK Akhil Mochtar, sedangkan
Bendahara Umum Partai Demokrat sekaligus anggota DPR Muh. Nazaruddin dan istrinya,
Neneng Sri Wahyuni, ditangkap karena sejumlah tindak pidana korupsi.
Tentu upaya ini tidak akan maksimal jika KPK hanya bekerja sendiri. Oleh karena itu dengan
mengajak berbagai komponen masyarakat, salah satunya Universitas Ahmad Dahlan,
menjadikan program ini akan lebih cepat memberikan hasil dan dapat diadopsi oleh daerah
lain. Harapan besarnya adalah agar seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dari Sabang
sampai Merauke dapat bersama-sama menjadi masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran serta menjadi bangsa besar yang terbebas dari korupsi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era reformasi sekarang ini, Indonesia mengalami banyak perubahan. Perubahan
sistem politik, reformasi ekonomi, sampai reformasi birokrasi menjadi agenda utama di
negeri ini. Yang paling terkenal adalah masalah reformasi birokrasi yang menyangkut
masalah-masalah pegawai pemerintah yang dinilai korup. Reformasi birokrasi dilaksanakan
dengan harapan dapat menghilangkan budaya-budaya buruk birokrasi seperti praktik korupsi
yang paling sering terjadi di dalam instansi pemerintah. Reformasi birokrasi ini pada
umumnya diterjemahkan oleh instansi-instansi pemerintah sebagai perbaikan kembali sistem
remunerasi (penggajian) pegawai. Anggapan umum yang sering muncul adalah dengan
perbaikan sistem penggajian atau remunerasi, maka aparatur pemerintah tidak akan lagi
melakukan korupsi karena dianggap penghasilannya sudah mencukupi untuk kehidupan
sehari-hari dan untuk masa depannya. Namun pada kenyataannya, tindakan korupsi masih
terus terjadi walaupun gaji para pegawai pemerintah sudah tinggi.
Korupsi dari yang bernilai jutaan hingga milyaran rupiah yang dilakukan para pejabat
pemerintah terus terjadi. Tentunya ini bukan angka yang sedikit, melihat kebutuhan
kenegaraan yang semakin lama semakin meningkat. Jika uang yang dikorupsi tersebut benar-
benar dipakai untuk kepentingan masyarakat demi mengentaskan kemiskinan dan
meningkatkan kualitas pendidikan, mungkin cita-cita tersebut bisa terwujud. Dana-dana
sosial akan sampai ke tangan yang berhak dan tentunya kesejahteraan masyarakat akan
meningkat.
Korupsi di negeri ini sekarang sedang merajalela bahkan telah menjadi suatu
“kebiasaan”. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menangani korupsi dan
hukum yang sangat tegas. Namun, tetap saja korupsi masih terdapat di negeri ini. Salah satu
mengapa orang berani melakukan tindak pidana korupsi yaitu karena kurangnya kesadaran
pribadi tentang bahaya korupsi. Tentu saja kita tidak bisa menyadarkan para koruptor karena
mereka sudah terlanjur terbiasa dengan tindakannya tersebut.
Untuk itu, dalam makalah ini akan membahas tentang salah satu upaya jangka
panjang yang terbaik untuk mengatasi korupsi yaitu dengan memberikan pendidikan anti
korupsi dini kepada siswa Sekolah Dasar. Karena siswa Sekolah Dasar adalah generasi
penerus yang akan menggantikan kedudukan para pejabat terdahulu. Juga karena usia siswa
Sekolah Dasar sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih
mudah mendidik dan memengaruhi generasi muda supaya tidak melakukan tindak pidana
korupsi sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi
pendahulunya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
A. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin coruptio dan corruptus yang berarti kerusakan atau
kebobrokan. Dalam bahasa Yunani corruptio perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat
disuap,tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama, materil,
mental, dan umum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Suryono, Hassan :
2013), “ korupsi berasal dari kata korup artinya buruk, rusak, busuk, suka memakai barang
(uang) yang dipercayakan kepadanya, dapat disogo (memakai kekuasaannya untuk
kepentingan pribadi.”
Korupsi dalam arti hukum, adalah tingkah laku yang menguntungkan diri sendiri
dengan merugikan orang lain, yang dilakukan oleh penjabat pemerintah yang langsung
melanggar batas-batas hukum. Menurut Johnson (dalam Suryono, Hassan : 2013)
mendefinisikan “ korupsi sebagai penyalahgunaan peran-peran, jabatan-jabatan publik atau
sumber-sumber untuk kepentingan pribadi.”
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan
administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain,
yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian
bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.
Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Korupsi merupakan tindakan
melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah
korporasi) , yang secara langusng maupun tidak langsung merugikan keuangan atau
perekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan
yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.
Dalam hal metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti korupsi, ada berbagai
pendapat yang berbeda-beda.
Elwina & Riyanto (dalam Yaramadani, Febri : 2012) menyarankan bahwa dalam
menanamkan nilai-nilai anti korupsi sebaiknya menggunakan cara atau metode yaitu sebagai
berikut :
1. Metode demokratis
Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai
hidup dengan langsung melibatkan anak untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam
pendampingan dan pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan,
pendapat, dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai
pemberi informasi satu-satunya dalam menemukan nilai-nilai anti korupsi yang dihayatinya.
Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut.
Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai diantaranya keterbukaan,
kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati dan toleransi.
Melalui metode ini anak diajak untuk mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat,
maupun perasaannya. Tahap demi tahap anak diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara
berbicara, dan sikap hidupnya. Dengan cara ini anak diajak untuk belajar menentukan nilai
hidup secara benar dan jujur.
2. Metode Pencarian bersama
Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru.
Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam
masyarakat, di mana proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis,
sistematis, argumentative untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah
bersama. Melalui metode ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang sedang
berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan menemukan permasalahan, mengkritisi
dan mengolahnya, anak diharapkan dapat mengambil nilai-nilai yang ada dan menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Dengan demikian anak akan aktif sejak dalam proses pencarian
tema atau permasalahan yang muncul dalam pendampingan guru.
Selain menemukan nilai-nilai dari permasalahan yang diolah, anak juga diajak untuk
secara kritis analitis mengolah sebab akibat dari permasalahan yang muncul tersebut. Anak
diajak untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, namun dengan cermat dan
hati-hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap. Anak diajak
untuk melihat realita tidak hanya hitam-putih, tetapi lebih luas lagi yaitu adanya
kemungkinan realita abu-abu.
3. Metode siswa aktif atau aktivitas bersama
Metode ini menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran.
Guru memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompok mencari dan mengembangkan
proses selanjutnya. Anak membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai proses
penyimpulan atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong anak untuk mempunyai
kreativitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya
juang.
4. Metode keteladanan
Dalam dunia pendidikan, apa yang terjadi dan tertangkap oleh anak bisa jadi tanpa
disaring akan langsung dilakukan. Proses pembentukan kepribadian pada anak akan dimulai
dengan melihat orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan panutan bagi
anak. Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang
kokoh. Keselarasan antara kata dan tindakan dari guru akan amat berarti bagi seorang anak,
demikian pula apabila terjadi ketidakcocokan antara kata dan tindakan guru maka perilaku
anak juga akan tidak benar. Dalam hal ini guru dituntut memiliki ketulusan, keteguhan,
kekonsistenan hidup.
Proses penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada anak melalui proses keteladanan
pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa
hal itu dilakukan (Sanjaya, 2006: 179). Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa kita tidak
boleh korupsi; menjelaskan bahaya dari tindakan korupsi atau mengapa kita harus jujur, tidak
mencontek pada waktu ulangan. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-
benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.
5. Metode Live In
Metode Live in dimaksudkan agar anak mempunyai pengalaman hidup bersama orang
lain langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan
pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara
berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan secara periodik.
Dengan cara ini anak diajak untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lebih baik dari
orang lain, tumbuh sikap toleran dan sosial yang lebih tinggi pada kehidupan bersama. Anak
perlu mendapat bimbingan untuk merefleksikan pengalaman tersebut, baik secara rasional
intelektual maupun dari segi batin rohaninya. Hal ini perlu dijaga jangan sampai anak
menanggapi pengalaman ini berlebihan, tetapi haruslah secara wajar dan seimbang.
6. Metode penjernihan nilai atau klarifikasi nilai.
Latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa
perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup. Adanya berbagai pandangan hidup
dalam masyarakat membuat bingung seorang anak. Apabila kebingungan ini tidak dapat
terungkap dengan baik dan tidak mendapat pendampingan yang baik, ia akan mengalami
pembelokan nilai hidup. Oleh karena itu, dibutuhkan proses penjernihan nilai atau klarifikasi
nilai dengan dialog afektif dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif.
Teknik mengklarifikasi nilai atau penjernihan nilai dapat diartikan sebagai teknik
pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap
baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada
dan tertanam dalam diri siswa (Sanjaya, 2006: 282). Kelemahan yang sering terjadi dalam
pembelajaran nilai atau sikap, (termasuk pembelajaran anti korupsi) adalah proses
pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru menanamkan nilai-nilai yang
dianggapnya baik tanpa memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa.
Akibatnya, sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan
antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa
sering mengalami kesulitan dalam menyelaraskan nilai lama dan nilai baru.
Pembelajaran anti korupsi pada prinsipnya adalah menggunakan metode yang
melibatkan seluruh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta kecerdasan sosial. Maka
pemahaman konsep, pengenalan konteks, reaksi dan aksi menjadi bagian penting dari seluruh
metode pendidikan nilai-nilai anti korupsi. Metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti
korupsi ini juga penting karena dengan cara penyampaian yang tidak tepat, tujuan yang akan
dicapai juga sulit diperoleh. Supaya tujuan yang akan dicapai dapat diperoleh, dalam
penyampaian nilai-nilai anti korupsi, harus digunakan cara-cara yang menarik dan
disesuaikan dengan kemampuan anak didik.
B. Saran
Sebagai mahasiswa fakultas keguruan dan calon pendidik, kita hendaknya lebih
memahami tentang pendidikan anti korupsi dan dapat menerapkan kepada peserta didik kita
nanti. Tentu saja dimulai dari hal-hal kecil, seperti selalu menanamkan sikap kejujuran
kepada peserta didik. Tidak hanya memerintah tetapi dengan mencontohkan perilaku kita
kepada peserta didik.
Pemerintah sebaiknya lebih serius dalam menangani korupsi yang terjadi di Indonesia
ini. Karena tanpa kita sadari, korupsi akan menghancurkan Negara kita secara perlahan. Dan
Negara kita akan di anggap rendah oleh Negara lain.
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI (PAK)
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Anti Korupsi (PAK)
Sudah diketahui dengan jelas bahwa korupsi yang terjadi di negara Indonesia ini sudah
sedemikian rumit dan mengurat akar, sehingga sangat sulit untuk memulai mengurai dari
mana kegiatan advokasi bisa dilakukan. Kesulitan ini bisa disebabkan kompleksnya
permasalahan korupsi, kompleksnya pelaku korupsi, dan kompleksnya aturan dan penegak
hukum yang seharusnya berdiri di depan mengawal sekaligus mengamankan kekayaan negara
dari tangan-tangan koruptor yang tidak bertanggungjawab.
Terungkapnya kasus korupsi di negeri ini adalah bukti belum mapannya dunia
pendidikan. Artinya orang-orang yang bergelar profesor, doktor, dan gelar akademik lainnya
pun tidak terlepas dari jeratan korupsi. Korupsi yang dilakukan dengan cara berjamah di
Kejaksaan Agung atau di mana pun juga merupakan bukti tidak berhasilnya pembinaan
mental bangsa Indonesia. Pendidikan selama belum mampu memberikan kontribusi nyata
terhadap pencegahan korupsi yang dilakukan alumni pendidikan sendiri. Kenyataan demikian
menjadikan dunia pendidikan kita semakin jauh dari realitas kehidupan umat manusia.
Pemberantasan korupsi tidak cukup teratasi hanya dengan mengandalkan proses penegakkan
hukum. Membumihanguskan korupsi juga perlu dilakukan dengan tindakan preventif, antara
lain dengan menanamkan nilai religius, moral bebas korupsi atau pembelajaran anti korupsi
melalui berbagai lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan tidak hanya sekolah, akademi, institut, atau universitas. Juga termasuk
lembaga pendidikan dan pelatihan yang dikelola pemerintah dirancang khusus untuk
meningkatkan kualitas aparatur pemerintahan. Lembaga pendidikan memiliki posisi sangat
strategis dalam menanamkan mental antikorupsi. Dengan menanamkan mental anti korupsi
sejak dini di lembaga pendidikan baik pada level dasar, menengah maupun tinggi, generasi
penerus bangsa di negeri ini diharapkan memiliki pandangan yang tegas terhadap berbagai
bentuk praktik korupsi. Pembelajaran antikorupsi yang diberikan di berbagai level lembaga
pendidikan, diharapkan dapat menyelamatkan generasi muda agar tidak menjadi penerus atau
mewarisi tindakan korup yang dilakukan pendahulunya.
Lembaga pendidikan mestinya tidak hanya melahirkan kaum intelektual, ilmuwan yang
pandai, cerdas dan terampil atau aparatur yang dibekali berbagai kemahiran dan keterampilan
yang mendukung aktivitasnya. Tetapi juga harus mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki rasa, memegang nilai religius dan moral yang salah satunya adalah
antikorupsi. Lembaga pendidikan bertujuan mendidik, bukan sekadar mengajar. Mendidik
dalam hal ini adalah menanamkan nilai luhur dan budi pekerti kepada peserta didik. Boleh
jadi nilai anti korupsi termasuk di dalamya. Sedangkan tugas mengajar lebih difokuskan pada
proses belajar-mengajar, dalam arti pengembangan kemampuan intelektual peserta didik.
Pembelajaran anti korupsi juga harus menjadi agenda pembelajaran di berbagai lembaga
pendidikan dan pelatihan yang dikelola pemerintah untuk meningkatkan kualitas aparatur
pemerintah.
Menurut catatan ICW (Banjarmasin Post, 25 Januari 2007), pada 2006 tren korupsi
berdasarkan lembaga, eksekutif menempati peringkat pertama sebagai lembaga terkorup (69
persen) disusul BUMN/BUMD urutan kedua (49 persen) dan legislatif DPR/DPRD pada
peringkat ketiga (17 persen). Oleh karena itu, selayaknya penanaman nilai moral antikorupsi
atau pembelajaran antikorupsi menjadi fokus perhatian dan dimasukkan dalam kurikulum
pendidikan dan pelatihan di lembaga pendidikan dan pelatihan milik pemerintah.
Untuk melakukan kerja-kerja anti korupsi yang terencana dan tersistematis yang akan
mendukung terjadinya gerakan sosial anti korupsi yaitu dapat dimulai dari diadakannya
program pembelajaran anti korupsi. Pendidikan dirasa mampu mencegah atau setidaknya
memberi gambaran awal bahwa korupsi merugikan banyak kalangan dan menyengsarakan
diri sendiri. Institusi pendidikan dipandang sebagai institusi yang mengajarkan kepada
peserta didik arti ilmu pengetahuan bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Program pendidikan anti korupsi bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sama dan
terpadu serta terbimbing dalam rangka menekan kerugian negara yang disebabkan oleh
tindakan korupsi. Kemudian harapannya berdampak pada adanya respon atau tanggapan balik
dari rakyat untuk bisa menyuarakan kearifannya mengenai penyimpangan korupsi (Tim
MCM, 2005: 42 ).
Di samping itu juga bertujuan untuk membentuk kesadaran publik terhadap setiap kegiatan
yang mengarah kepada adanya tindakan korupsi oleh para penguasa atau pengambil
kebijakan yang tidak mempedulika rakyat (Tim MCW, 2005: 43). Menurut Azyumardi Azra
(dalam Suara Karya Online edisi 30 Agustus 2006) perlunya penanaman nilai anti korupsi di
lembaga pendidikan ialah agar siswa lulus dan kelak sudah terjun di masyarakat dapat
membedakan mana yang termasuk korupsi dan mana yang bukan sehingga mampu
menghindarinya.
Memerangi korupsi melalui pendayagunaan jalur pendidikan formal sebagai suatu bagian
menangani korupsi merupakan salah satu strategi yang diharapkan cukup signifikan,
mengingat masyarakat terdidik inilah yang perannya dimasyarakat cukup dominan. Mereka
tidak cukup hanya dibekali pengetahuan dan kemampuan bagaimana melakukan sesuatu
pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat, tetapi yang lebih utama dalah bagaimana
menggunakan ilmu dan cara-cara tersebut dengan benar, tanpa harus melakukan korupsi,
bahkan termasuk kiat-kiat utnuk melawan korupsi, dorongan atau motivasi untuk aktif
berperan dalam upaya memerangi atau memberantas korupsi (Tim LP3 UMY, 2004: 212).Isi
atau Materi Pendidikan Anti Korupsi (PAK)
Materi Pendidikan Anti Korupsi (PAK) untuk tingkat SMA dan SMP terdiri dari Pengenalan
Korupsi, Dampak Korupsi, Upaya Perlawanan Terhadap Korupsi, Warung Kejujuran dan
pemilihan pelajar Panutan/Unggul. Materi untuk kelas 4, 5 dan 6 SD disisipkan kedalam
beberapa mata ajaran diantaranya pelajaran Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA/IPS
dan Kesenian dan Budaya. Materi Anti Korupsi untuk siswa SD terdiri dari 7 nilai :
Kejujuran, Keberanian, Tanggungjawab, Kesederhanaan, Kepedulian, Daya Juang dan
Keadilan.
Menurut laporan KPK tahun 2007 dalam pengembangan modul pendidikan, telah dibuat 3
modul untuk siswa SMP dan telah siap untuk dipublikasikan pada tahun 2008. Selain itu juga,
untuk pendidikan pengembangan karakter anti korupsi bagi SD, telah dibuat modul
pendidikan untuk siswa kelas 4, 5, dan 6. Khusus untuk pendidikan pengembangan siswa
Taman Kanak-kanak (TK) telah dibuat buku dongeng anti korupsi yang berisi pesan moral
yang memadukan cerita sederhana dengan tokoh dan karakter hewan-hewan
lucu. Implementasi kegiatan pendidikan dengan pendekatan dongeng akan dilaksanakan pada
tahun 2008.
Dalam modul yang disusun oleh Pusat Studi Urban Unika Soegijapranata Semarang
bekerjasama dengan Insitute of Social Studies, The Netherlands, disebutkan bahwa modul
yang terbagi menjadi tiga modul adalah pengantar bagi pembelajaran anti korupsi untuk para
peserta didik SMP. Pada modul tersebut dimulai dengan proses kognisi yakni pengetahuan
tentang apa korupsi, dan mengapa korupsi merupakan tindakan yang bertentangan dengan
nilai-nilai moralitas dan peraturan/hukum. Modul lainnya adalah mengantarkan para peserta
didik untuk belajar sambil mengalami, yakni mengalami untuk berpikir kritis, mengalami
untuk mengambil keputusan dan menentukan pilihannya sendiri.
Menurut KPK dalam situsnya www.kpk.go.id, pendidikan anti korupsi bagi pelajar SMP
adalah langkah awal yang ditempuh KPK untuk mulai melakukan penanaman nilai ke arah
yang lebih baik sedari usia muda. Pelajar adalah mereka yang dalam waktu relatif singkat
akan segera bersentuhan dengan beberapa aspek pelayanan publik. Sehingga apabila mereka
dapat memahami lingkup, modus, dampak dari korupsi baik dalam lingkup paling dekat dan
dalam skala yang paling kecil hingga lingkup makro dan mencakup skala yang besar,
minimal pelajar tersebut nantinya mulai berani berkata ’TIDAK’ untuk korupsi
Program pendidikan anti korupsi tidak hanya menyentuh pelajar dan mahasiswa saja, akan
tetapi dikembangkan pula untuk Sektor Swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan para
Penyelenggara Negara (PN). Salah satunya adalah program pemberdayaan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas peran dan
fungsi DPRD. DPRD memiliki dua peran yang amat penting, yaitu sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah dan sebagai wakil rakyat. Kedua peran DPRD tersebut
diwujudkan dalam dalam tiga fungsi, yaitu legislasi, anggaran dan pengawasan. Dengan
peran dan fungsi tersebut DPRD menempati posisi yang sangat strategis dalam mewujudkan
kesejahteraan rakyat (Annual Report KPK tahun 2007: 67-68).
Sedangkan siapa saja yang menjadi sasaran pendidikan anti korupsi, TIM MWC (2005: 44)
membagi sasaran program pendidikan anti korupsi menjadi dua bagian.Pertama, kelompok
inti yang terdiri dari perseorangan maupun kelompok yang peduli terhadap aktivitas
perjuangan anti korupsi yang mempunyai basis massa homogen dalam suatu komunitas
tertentu, seperti kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok PKL, rakyat miskin kota,
mahasiswa, komunitas pengangguran, komunitas buruh dan pelajar yang selama ini mereka
selalu termarginalisasi oleh sistem yang dikembangkan oleh pengambil
kebijakan. Kedua, kelompok antara, yang terdiri dari perseorangan maupun kelompok yang
peduli terhadap aktivitas perjuangan anti korupsi yang merupakan jangkar dari kelompok inti,
seperti LSM, mahasiswa, kelompok-kelompok menengah lainnya yang konsern terhadap
nasib masyarakat akibat tindakan dari beberapa orang atau kelompok yang mempunyai
”hobby” korupsi uang negara yang nota bene-nya adalah uang untuk pembangunan
masyarakat.
Dalam pelaksanaan pendidikan anti korupsi dapat digunakan berbagai macam media dan
metode. Diantaranya dengan menggunakan media Ular Tangga Anti Korupsi dan dengan
permainan Gobak Sodor yang telah dikembangkan di SMP Keluarga Kudus. Bisa juga
melalui program warung kejujuran.
Pendekatan yang dilakukan dalam pendidikan anti korupsi mengambil pengalaman-
pengalaman berupa best practices masyarakat transparansi internasional dan pengalaman kita
dengan pendidikan P4. Hal yang harus dihindari adalah adanya indoktrinasi, pembelajaran
yang menekankan pada aspek hafalan semata-mata. Pendidikan anti korupsi haruslah
bermakna belajar dengan mengalami atauexperiential lerning jadi tidak sekedar
mengkondisikan para peserta didik hanya untuk tahu, namun juga diberi kesempatan untuk
membuat keputusan dan pilihan untuk dirinya sendiri.
Peserta didik kita seringkali hanya diberi pengetahuan normatif sesuatu hal namun tidak
diberi kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri mengapa siswa harus mengambil
keputusan tertentu dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah siswa ambil. Sebagai
contoh belajar mengalami adalah salah satunya diilustrasikan dengan adanya laboratorium
kejujuran/integritas, yakni tempat para peserta didik disediakan kantin dan toko tempat
mereka membayar sendiri tanpa ada kasir yang menerima pembayaran uang.
Laboratorium ini ada di sebuah SMP swasta di Kudus. Para siswa bertangung jawab pada
tindakannya sendiri dengan tetap membayar dengan jujur pada makanan, buku atau alat tulis
lainnya yang mereka beli meskipun tanpa adanya pengawas atau penjaga toko. Siswa bebas
memilih dan membeli apa yang mau dibeli. Siswa tinggal menuliskan barang apa yang telah
dibeli dan langsung membayar, jika ada uang kembalian siswa boleh langsung mengambil
uang kembalian di kotak uang yang telah disediakan.
Keberhasilan untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi akan dipengaruhi pula oleh cara
penyampaiannya dan pendekatan pembelajaran yang dipergunakan. Untuk tidak menambah
beban siswa yang sudah cukup berat, perlu dipikirkan secara matang bagaimana model dan
pendekatan yang akan dipilih. Ada beberapa model untuk menanamkan nilai-nilai anti
korupsi yang dapat dipilih yang memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri.
Menurut Elwina dan Riyanto (2008) model-model tersebut antara lain:
Pendidikan anti korupsi disampaikan sebagai mata pelajaran tersendiri seperti bidang studi
yang lain. Dalam hal ini guru bidang studi pembelajaran anti korupsi harus membuat Garis
Besar Pedoman Pengajaran (GBPP), Satuan pelajaran (SP), Rencana Pengajaran (RP),
metodologi pengajaran, dan evaluasi pengajaran. Selain itu, pembelajaran anti korupsi
sebagai mata pelajaran harus masuk dalam jadwal yang terstruktur.
Keunggulan pendidikan anti korupsi sebagai mata pelajaran adalah meteri lebih terfokus dan
terencana dengan matang. Dengan demikian, pelajaran lebih terstruktur dan terukur sebagai
informasi. Ada jam yang sudah ditentukan sebagai kesempatan untuk memberikan informasi
secara pasti. Guru dapat membuat perencanaan dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengembangkan kreativitasnya.
Kelemahan dari model adalah tuntutan yang ketat sehingga pembelajaran anti korupsi lebih
banyak menyentuh aspek kognitif belaka, tidak sampai pada kesadaran dan internalisasi nilai
hidupnya. Selain proses internalisasinya kurang menonjol, aspek afektifnya pun kurang
mendapat kesempatan untuk dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan
model ini adalah bahwa penanaman nilai seolah-olah hanya ditumpukan pada satu orang guru
(Zuriah, 2007: 90). Hal seperti ini dapat mengakibatkan bidang studi pembelajaran anti
korupsi hanya sebatas pengetahuan yang dangkal dan ini berarti pembelajaran anti korupsi
menjadi gagal.
Penanaman nilai anti korupsi dalam pendidikan anti korupsi juga dapat disampaikan secara
terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Guru dapat memilih nilai-nilai yang akan
ditanamkan melalui materi bahasan mata pelajarannya. Nilai-nilai anti korupsi dapat
ditanamkan melalui beberapa pokok atau sub pokok bahasan yang berkaitan dengan nilai-
nilai hidup. Dengan model seperti ini, semua guru adalah pengajar pembelajaran anti korupsi
tanpa kecuali.
Keunggulan model ini adalah semua guru ikut bertanggungjawab akan penanaman nilai-nilai
anti korupsi kepada siswa. Pemahaman nilai hidup anti korupsi dalam diri anak tidak melulu
bersifat informative-kognitif, melainkan bersifat terapan pada tiap mata pelajaran (Suparno,
2002: 43).
Kelemahan dari model ini adalah pemahaman dan persepsi tentang nilai-nilai anti korupsi
yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi semua guru. Tidak boleh ada perbedaan
persepsi dan pemahaman tentang nilai karena bila hal ini terjadi maka justru akan
membingungkan anak.
Keunggulan metode ini adalah anak sungguh mendapat nilai melalui pengalaman-
pengalaman konkret. Pengalaman akan lebih tertanam dalam jika dibandingkan sekadar
informasi apalagi informasi yang monolog. Anak-anak lebih terlibat dalam menggali nilai-
nilai hidup dan pembelajaran lebih menggembirakan. Kelemahan metode ini adalah tidak ada
struktur yang tetap dalam kerangkan pendidikan dan pengajaran di sekolah, membutuhkan
waktu lebih banyak.
Model ini juga menuntut kreativitas dan pemahaman akan kebutuhan anak secara mendalam,
tidak hanya sekadar acara bersama belaka, dibutuhkan pendamping yang kompak dan
mempunyai persepsi yang sama. Dan kegiatan semacam ini tidak bisa hanya diadakan
setahun sekali atau dua kali tetapi berulang kali.
Model pembudayaan, pembiasaan nilai dalam seluruh aktivitas dan suasana sekolah
Penanaman nilai-nilai anti korupsi dapat juga ditanamkan melalui pembudayaan dalam
seluruh aktivitas dan suasana sekolah. Pembudayaan akan menimbulkan suatu pembiasaan.
Untuk menumbuhkan budaya anti korupsi sekolah perlu merencanakan suatu kebudayaan dan
kegiatan pembiasaan. Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil,
pembiasaan sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan
menjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia
yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk
sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula (Djamarah, 2002: 72). Berdasarkan
pembiasaan itulah anak terbiasa menurut dan taat kepada peraturan-peraturan yang beralaku
di sekolah dan masyarakat, setelah mendapatkan pendidikan pembiasaan yang baik di sekolah
pengaruhnya juga terbawa dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan sampai dewasa nanti.
Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadang-kadang membutuhkan
waktu yang lama untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi melalui pembiasaan pada anak-
anak Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya. Karena
itu adalah penting, pada awal kehidupan anak, menanamkan nilai-nilai anti korupsi melalui
kebiasaan-kebiasaan yang baik dan jangan seklai-kali mendidik anak berdusta, tidak disiplin,
menyontek dalam ulangan dan sebagainya.
Model Gabungan
Model gabungan berarti menggunakan gabungan antara model terintegrasi dan di luar
pembelajaran secara bersama-sama. Penanaman nilai lewat pengakaran formal terintegrasi
bersama dengan kegiatan di luar pembelajaran. Model ini dapat dilaksanakan baik dalam
kerja sama dengan tim oleh guru maupun dalam kerja sama dengan pihak luar sekolah.
Keunggulan model ini adalah semua guru terlibat dan bahkan dapat dan harus belajar dari
pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswa. Anak mengenal nilai-nilai hidup untuk
membentuk mereka baik secara informativ dan diperkuat dengan pengalaman melalui
kegiatan-kegiatan yang terencana dengan baik.
Kelemahan model ini adalah menuntut keterlibatan banyak pihak, banyak waktu untuk
koordinasi, banyak biaya dan kesepahaman yang mendalam, terlihat apabila melibatkan pihak
luar sekolah. Selain itu, tidak semua guru mempunyai kompetensi dan keterampilan untuk
menanamkan nilai-nilai anti korupsi.
Untuk metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti korupsi Elwina & Riyanto (2008)
menyarankan bahwa dalam menanamkan nilai-nilai anti korupsi sebaiknya menggunakan
cara yang demokratis, merupakan suatu upaya pencarian bersama, aktivitas bersama,
menggunakan metode keteladanan, pengalaman langsung atau simulasi, live in serta
melakukan klarifikasi nilai.
Metode demokratis
Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup
dengan langsung melibatkan anak untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam
pendampingan dan pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan,
pendapat, dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai
pemberi informasi satu-satunya dalam menemukan nilai-nilai anti korupsi yang dihayatinya.
Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut.
Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai diantaranya keterbukaan,
kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati dan toleransi.
Melalui metode ini anak diajak untuk mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat,
maupun perasaannya. Tahap demi tahap anak diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara
berbicara, dan sikap hidupnya. Dengan cara ini anak diajak untuk belajar menentukan nilai
hidup secara benar dan jujur.
Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian
bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat, di mana
proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis, sistematis, argumentative
untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama. Melalui metode
ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi
perhatian bersama. Dengan menemukan permasalahan, mengkritisi dan mengolahnya, anak
diharapkan dapat mengambil nilai-nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan
mereka. Dengan demikian anak akan aktif sejal dalam proses pencarian tema atau
permasalahan yang muncul dalam pendampingan guru.
Selain menemukan nilai-nilai dari permasalahan yang diolah, anak juga diajak untuk secara
kritis analitis mengolah sebab akibat dari permasalahan yang muncul tersebut. Anak diajak
untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, namun dengan cermat dan hati-
hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap. Anak diajak untuk
melihat realita tidak hanya hitam-putih, tetapi lebih luas lagi yaitu adanya kemungkinan
realita abu-abu.
Metode ini menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran. Guru
memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompk mencari dan mengembangkan proses
selanjutnya. Anak membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai proses penyimpulan
atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong anak untuk mempunyai kreativitas, ketelitian,
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang.
Metode keteladanan
Dalam dunia pendidikan, apa yang terjadi dan tertangkap oleh anak bisa jadi tanpa disaring
akan langsung dilakukan. Proses pembentukan kepribadian pada anak akan dimulai dengan
melihat orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan panutan bagi anak.
Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang kokoh.
Keselarasan antara kata dan tindakan dari guru akan amat berarti bagi seorang anak, demikian
pula apabila terjadi ketidakcocokan antara kata dan tindakan guru maka perilaku anak juga
akan tidak benar. Dalam hal ini guru dituntut memiliki ketulusan, keteguhan, kekonsistenan
hidup.
Proses penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada anak melalui proses keteladanan pada
mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa hal itu
dilakukan (Sanjaya, 2006: 179). Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa kita tidak boleh
korupsi; menjelaskan bahaya dari tindakan korupsi atau mengapa kita harus jujur, tidak
mencontek pada waktu ulangan. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-
benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.
Metode Live In
Metode Live in dimaksudkan agar anak mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain
langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan
pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara
berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan secara periodik.
Dengan cara ini anak diajak untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lebih baik dari orang lain,
tumbuh sikap toleran dan sosial yang lebih tinggi pada kehidupan bersama. Anak perlu
mendapat bimbingan untuk merefleksikan pengalaman tersebut, baik secara rasional
intelektual maupun dari segi batin rohaninya. Hal ini perlu dijaga jangan sampai anak
menanggapi pengalaman ini berlebihan, tetapi haruslah secara wajar dan seimbang.
Latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa perbedaan
pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup. Adanya berbagai pandangan hidup dalam
masyarakat membuat bingung seorang anak. Apabila kebingungan ini tidak dapat terungkap
dengan baik dan tidak mendapat pendampingan yang baik, ia akan mengalami pembelokan
nilai hidup. Oleh karena itu, dibutuhkan proses penjernihan nilai atau klarifikasi nilai dengan
dialog afektif dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif.
Teknik mengklarifikasi nilai atau penjernihan nilai dapat diartikan sebagai teknik pengajaran
untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam
menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam
dalam diri siswa (Sanjaya, 2006: 282). Kelemahan yang sering terjadi dalam pembelajaran
nilai atau sikap, (termasuk pembelajaran anti korupsi) adalah proses pembelajaran dilakukan
secara langsung oleh guru, artinya guru menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa
memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa. Akibatnya, sering terjadi
benturan atau konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah
terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa sering mengalami kesulitan
dalam menyelaraskan nilai lama dan nilai baru.
Pembelajaran anti korupsi pada prinsipnya adalah menggunakan metode yang melibatkan
seluruh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta kecerdasan sosial. Maka pemahaman
konsep, pengenalan konteks, reaksi dan aksi menjadi bagian penting dari seluruh metode
pendidikan nilai-nilai anti korupsi. Metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti korupsi ini
juga penting karena dengan cara penyampaian yang tidak tepat, tujuan yang akan dicapai juga
sulit diperoleh. Supaya tujuan yang akan dicapai dapat diperoleh, dalam penyampaian nilai-
nilai anti korupsi, harus digunakan cara-cara yang menarik dan disesuaikan dengan
kemampuan anak didik.
Model dan metode pelaksanaan Pendidikan Anti Korupsi di SMP Keluarga Kudus
Dari beberapa model dan metode yang dipaparkan di atas, ternyata masing-masing model dan
metode memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Untuk menentukan metode yang
akan digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai anti korupsi harus disesuaikan dengan
kondisi siswa, guru, sarana dan prasarana yang ada.
Adapun penerapannya di SMP Keluarga Kudus dapat disimpulkan bahwa model dan metode
penyampaian pembelajaran anti korupsi yang diterapkan di SMP Keluarga Kudus tidak hanya
dilaksanakan dengan menggunakan satu model dan metode penyampaian. Di sana telah
digunakan berbagai kombinasi yang merupakan gabungan dari berbagai metode dan model.
Sehingga masing-masing model dan metode yang digunakan akan saling melengkapi satu
dengan yang lainnya, saling menutupi kelemahan dari metode satu dengan menggunakan
metode lainnya.
Adapun model yang biasa diterapkan dalam pembelajaran anti korupsi di SMP Keluarga
Kudus yaitu dengan menggunakan model sebagai mata pelajaran tersendiri dan model
pembiasaan. Pendidikan anti korupsi (PAK) sebagai mata pelajaran tersendiri seperti mata
pelajaran lainnya. Dalam hal ini wali kelas atau guru yang memberikan materi anti korupsi
harus membuat silabus yang biasanya telah disusun diawal tahun pelajaran yang
dimusyawarahkan bersama. Selain itu pembelajaran anti korupsi yang dilaksanakan di SMP
Keluarga Kudus juga telah masuk dalam jadwal yang terstruktur diadakan selama 1 kali jam
pelajaran setiap minggunya yaitu setiap hari Sabtu. Pada prinsipnya pembelajaran anti
korupsi yang telah dilaksanakan di SMP Keluarga Kudus selama ini lebih menekankan
praktek anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari, tujuannya agar siswa terlatih untuk tidak
korupsi.
Untuk mendukung praktek anti korupsi tersebut penanaman nilai-nilai anti korupsi dapat juga
ditanamkan melalui pembudayaan dalam seluruh aktivitas dan suasana sekolah.
Pembudayaan akan menimbulkan suatu pembiasaan. Untuk menumbuhkan budaya anti
korupsi sekolah perlu merencanakan suatu kebudayaan dan kegiatan pembiasaan. Bagi anak
yang masih kecil, pembiasaan sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya
suatu aktivitas akan menjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan
membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya, pembiasaan
yang buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula. Untuk
menumbuhkan budaya pembiasaan anti korupsi maka di SMP Keluarga Kudus telah dibuat
sebuah warung atau kantin kejujuran dan telepon kejujuran.
Penjernihan nilai (klarifikasi nilai) dalam kehidupan amat penting. Apabila bias tentang nilai
dan sikap hidup ini dibiarkan maka akan menyesatkan. Apabila yang salah ini biarkan dan
seolah dibenarkan maka akan terjadi kekacauan pandangan di dalam hidup bersama. Teknik
klarifikasi nilai (value clarification technique) atau sering disingkat VCT dapat diartikan
sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai
yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai
yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada waktu berlangsung pembelajaran anti korupsi di
SMP Keluarga Kudus, anak diajak untuk membahas kasus korupsi yang sedang marak di
Indonesia. Tahap demi tahap anak diajak untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam
masyarakat dan akhirnya pada apa yang telah mereka lakukan. Anak diajak untuk melihat
duduk permasalahan dan berani mengambil sikap dan pilihan dalam hidupnya. Anak juga
diajak untuk secara kritis melihat nilai-nilai hidup yang ada dalam masyarakatnya dan
bersikap terhadap situasi tersebut. Penjernihan nilai dalam kehidupan amat penting. Apabila
bias tentang nilai dan sikap hidup ini dibiarkan maka akan menyesatkan. Apabila yang salah
ini biarkan dan seolah dibenarkan maka akan terjadi kekacauan pandangan di dalam hidup
bersama.
MODEL PEMBELAJARAN ANTI KORUPSI
Jetty. M. Patty
Pendahuluan.
Persoalan korupsi di Indonesia (kolusi dan nepotisme merupakan bagian dari koruppsi) yang
sekarang ini telah menjadi gurita dalam sistem pemerintahan. Kasus-kasus korupsi yang
terjadi di lembaga-lembaga dan deparrtemen (kasus hambalang di kementrian menpora, kasus
suap kuota impor daging sapi di kementrian pertanian, kasus korupsi simulator surat ijin
mengemudi (SIM) di Korps Lalu Lintas Polri, skandal pemberian dana talangan Rp 6,7 triliun
bank century ), merupakan gambaran dari bobroknya tata pemerintahan di negara ini.
Fenomena ini telah membawah akibat kerugian negara yang cukup besar. Uang yang
seharusnya diperuntukan bagi pembangunan di segala bidang (ekonomi, sosial, budaya
hukum dan politik) ternyata sebagian dimasukan kedalam kantong koruptor, Fenomena ini
juga sekaligus membuat masyarakat tidak memperoleh kesejahteraan. Tingginya angka
kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan serta buruknya pelayanan publik,
menunjukkan akibat dari adanya korupsi.
Berbagai bentuk korupsi dapatlah dikemukakan antara lain suap (bribery), penggelapan
(embezzlement), penipuan (fraud), pemerasan yang berkaitan dengan penyalahgunaan
wewenang (abuse of discration), jabatan (extortion) nepotisme, komisi yang diterima pejabat
publik dalam kaitan bisnis (iliegal commission), dan kontribusi uang secara illegal untuk
partai politik.
Korupsi merupakan masalah serius karena dapat membahayakan stabilitas dan keamanan
masyarakat, merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas dan membahayakan pembangunan
ekonomi, sosial politik, sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat
serta lembaga sosial.
Salah satu upaya untuk menekan tingginya angka korupsi adalah upaya pencegahan. Upaya
pencegahan kejahatan korupsi harus dilakukan sedini mungkin, dan dimulai dari anak. Salah
satu isu penting yang harus mendapat perhatian dalam upaya mencegah korupsi adalah
menanamkan pendidikan anti korupsi di kalangan anak pra usia sekolah .
Pendidikan anti korupsi yang diberikan bagi anak pra usia sekolah mengingat anak pada usia
pra sekolah sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya
(orang tua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain,
anak akan belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik/ boleh/diterima/
disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui. Berdasarkan pengalaman itu anak
harus dilatih atau dibiasakan mengenai bagaimana anak harus bertingkah laku.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan untuk dibahas selanjutnya adalah,
bagaimana model pembelajaran anti korupsi yang dapat diberikan kepada anak pra usia
sekolah.
Pembahasan
Korupsi merupakan kejahatan yang sangat kompleks. Ditinjau dari sudut politik, korupsi
merupakan faktor yang menggangu dan mengurangi kredibilitas pemerintah terutama
dikalangan masyarakat terdidik. Dari sudut ekonomi, korupsi merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi yang sangat merugikan negara dan masyarakat.
Dari sudut kultural korupsi merusak moral dan karakter bangsa Indonesia yang mempunyai
nilai-nilai luhur. Kompleksitas dari korupsi bisa dilihat dari pengertian korupsi itu sendiri
yaitu:
1. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung
atau tidak langsung atau diketahui atau patut disangka dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.
2. Menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dengan
menyalahgunakan kewenangan karena jabatan atau kedudukan yang secara langsung
atau tidak langsung dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
4. Memberikan hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat sesuatu
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya.
5. Tidak melapor setelah menerima pemberian atau janji kepada yang berwajib
dalam waktu yang singkat tanpa alasan yang wajar sehubungan dengan kejahatan
jabatan.
Kejahatan korupsi di Indonesia sudah merupakan kejahatan yang luar biasa karena sudah
masuk ke semua lembaga negara dan semua sektor dari daerah hinga pusat. Bahkan korupsi
telah menjadi fenomena transnasional sehingga perlu menjadi perhatian serius dari
pemerintah dan masyarakat.
Perhatian terhadap kejahatan korupsi ini perlu diarahkan kepada apa yang menjadi faktor
sebab timbulnya korupsi di Indonesia, sehingga dari sebab itulah dapat dibuat pencegahan
terhadap korupsi tersebut. Beberapa penyebab timbulnya korupsi adalah belum adanya
kesadaran menanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dini, merosotnya nilai moral warga
negara, belum optomalisasi penanggulangan korupsi melalui pendidikan, masalah korupsi
hanya ditangani secara represif dengan menjerat koruptor ke penjara, sementara upaya-upaya
preventif melalui pendidikan belum maksimal. Dari faktor penyebab timbulnya korupsi di
atas, maka salah satu langkah yang harus diambil yaitu memberikan pendidikan anti korupsi
sedini mungkin yang dimulai dari pendidikan anak pra usia sekolah atau yang dikenal dengan
sebutan pendidikan anak usia dini (PAUD) melalui jalur pendidikan non formal ( kelompok
bermain, taman bermain, taman penitipan anak taman bacaan anak, ), taman kanak-kanak
merupakan jalur sekolah dan pendidikan dalam keluarga.
Adapun tujuan dari pendidikan anti korupsi yang diberikan pada anak adalah :
2. Agar anak kelak di kemudian hari tidak melakukan korupsi karena dapat
merugikan orang lain, dan korupsi sudah menjadi penyakit mental.
3. Sebagai upaya pencegahan atau preventif secara dini akan bahaya-bahaya korupsi
dan menciptakan budaya anti korupsi yang dimulai dari pendidikan di rumah dan
sekolah.
4. Mendidik anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki sifat jujur.
5. Mendidik anak untuk mempunyai pola hidup yang penuh tanggung jawab dan
hati-hati baik dalam ucapan maupun tindakan.
6. Sebagai upaya pendidikan ahklaq yang nyata dalam kehidupan anak pra usia
sekolah di rumah dan di sekolah.
Anak dengan usia 2-3 tahun dikenal dengan masa batita (anal muscular). Pada usia ini anak
masih bersifat malu dan ragu-ragu. Sedangkan anak dengan usia 4-5 tahun dikenal dengan
masa prasekolah (genital locomotor). Pada usia ini anak sudah mulai mempunyai inisiatif dan
mempunyai rasa bersalah.
Anak adalah generasi penerus cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia (potensi masa
depan bangsa). Untuk membentuk generasi anti korupsi saat ini, maka dimulai dari
membangun karakter anak pra usia sekola sedini mungkin. Membangun karakter (character
building) berarti proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa sehingga berbentuk
unik, menarik dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain.
Untuk mengukir jiwa anak pra usia sekolah menjadi karakter seorang anak yang memiliki
nilai moral baik maka diperlukan model ukiran apa yang tepat untuk pembentukan
karakter seorang anak. Model ukiran yang digunakan bagi pembentukan karakter anak
adalah melalui model pembelajaran. Model pembelajaran inilah yang akan diberikan kepada
anak baik di dalam keluarga maupun di sekolah ( kelompok bermain, taman bermain) , taman
kanak-kanak (kindergarten)
Model-model pembelajaran yang membangun karakter anti korupsi yang dapat diberikan
kepada anak pra usia sekolah berupa pengembangan nilai nilai agama dan moral antara lain :
1. Anak diajar berdoa sebelum dan seusai melakukan kegiatan sesuai keyakinannya,
2. Berbuat baik terhadap semua mahluk Tuhan,
5. Menyebutkan mana yang benar dan salah pada suatu persoalan, ( anak diajar
untuk bersikap adil dalam membela teman )
7. Menyebutkan perbuatan baik dan buruk, ( anak diajar bahwa perbuatan mencuri
atau mengambil barang milik orang lain itu tidak baik)
8. Melakukan perbuatan yang baik pada saat bermain, (anak diajar tidak mengambil
mainan teman, harus minta ijin kalau mau pinjam mainan teman),
Pendidikan anti korupsi dapat diberikan orang tua kepada anak pra usia sekolah di
lingkungan keluarga melalui model pembelajaran yaitu :
1. Tidak memberi imbalan hadiah yang bersifat materi, tetapi berikan imbalan
hadiah yang bersifat moral. Kalangan orang tua atau pendidik dapat membedakan
pemberian hadiah dengan cara menyuap atau sogokan. Sogokan adalah sesuatu yang
diberikan untuk membujuk atau mempengaruhi anak untuk melakukan suatu tindakan
tertentu. Hal tersebut kurang baik karena : anak akan terdorong untuk bertingkah laku
tertentu jika ia dibayar dan tidak melatih kedisiplinan diri anak, anak tidak bertanggung
jawab terhadap perilakunya, anak tidak akan melakukan perbuatan yang diinginkan jika
dirinya mengganggap jumlah imbalannya kurang, anak akan selalu mencari
keuntungan.Pemberian hadiah bersifat moral yang diberikan pada anak seperti memuji
dan menyanjungnya di depan orang lain, menciumnya, menggunakan kalimat kalimat
yang memberikan dorongan, misalnya “terima kasih” sangat bagus” pintar.
2. Tidak memberi hukuman yang melebihi dosis sehingga menyebabkan racun bagi
anak. Tetapi memberikan hukuman yang dapat menjadi obat bagi anak. Fungsi hukuman
mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan anak yaitu : menghilangkan
pengulangan suatu tindakan yang tidak diinginkan, mendidik anak supaya lebih mengerti
peraturan apabila dia tidak berbuat kesalahan maka mendapatkan hukuman dan tidak
apabila dia tidak berbuat kesalahan, supaya anak merasa terdorong atau termotivasi lagi
agar tidak melakukan kesalahan lagi.
5. Memberi pemahaman atau jawaban yang benar terhadap masalah atau pertanyaan
yang disampaikan anak. Anak pandai akan banyak bertanya apa yang ia belum ketahui
dan membuat jengkel orang dewasa.Pertanyaan anak mungkin terdengar konyol,
sehingga orang tua akan menjawab apa adanya, atau berbohong agar anak berhenti
bertanya. Keengganan untuk menjawab membuat anak menerima informasi yang salah
dan tidak lengkap, dan menyebabkan anak tak mampu mengambil keputusan yang tepat
jika persoalan serupa dating lagi.
6. Tidak memaksa tetapi terus memotivasi anak. Agar permasalahan cepat selesai,
banyak orang tua mengambil jalan pintas, dengan memaksa anak agar menuruti
keinginan orang tua. Seorang ibu memaksa seorang kakak untuk menyerahkan mainan
kepada adiknya yang menangis karena menginginkan mainan kakaknya. Padahal dengan
berhentinya adik menangis masalah bukannya selesai malah menciptakan masalah baru,
yaitu tangisan menjadi senjata untuk adik mencapai keinginannya dan kakak menjadi
kecewa karena haknya dirampas.
Model pembelajaran tersebut jika diterapkan untuk anak dengan baik dan tepat maka akan
membentuk pribadi anak dengan karakter yang baik pula. Pendidikan suatu bangsa
mencirikan karakter bangsa tersebut. Pendidikan karakter yang ditanamkan dari dini bagi
anak pra sekolah di Indonesia melalui model-model pembelajaran tersebut di atas akan
bermanfaat dalam mewujudkan karakter bangsa Indonesia yang anti korupsi. Seperti pepatah
mengatakan kecil beranjak-anjak, besar terbawah-bawah. Pepatah ini mengandung arti bahwa
anak kalau dari kecil tidak dididik karakternya (mental dan moral) dengan baik, maka sampai
besarpun ia menjadi anak yang tidak memiliki karakter yang baik, sebaliknya anak yang dari
kecil dibina karakternya dengan baik maka sampai ia besar menjadi anak yang berkarakter
baik.
Dengan model pembelajaran anti korupsi yang diberikan pada anak pra usia sekolah sedini
mungkin, dapat membentuk anak menjadi anak yang memiliki jiwa anti korupsi. Anak akan
menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki potensi sumber daya manusia yang
berkarakter jujur dan bartanggung jawab serta memiliki moral yang baik. Jiwa anti korupsi
yang dimiliki generasi penerus bangsa dapat menghilangkan stigma Indonesia sebagai negara
dengan tingkat korupsi yang masuk dalam kategori paling luas di dunia yang menempatkan
Indonesia sebagai jawara korupsi di Asia. Peringkat Indonesia tahun 2012 lebih buruk dari
negara Asia Tenggara lainnya.
Pencanangan isu pendidikan anti korupsi yang dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan
anak usia dini (PAUD) atau anak pra usia sekolah melalui model pembelajaran pendidikan
karakter sudah mulai diterapkan pada bulan Juni 2012 oleh Kementrian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan diharapkan dapat
diimplementasikan kepada anak. Perlu juga menjadi perhatian pemerintah untuk
mensosialisasikan kurikulum pendidikan anti korupsi melalui model pembelajaran
pendidikan karakter yang mendukung pendidikan anti korupsi bagi para pendidik dan orang
tua. Sebab menurut penilaian penulis belum semua jenjang pendidikan anak usia dini
(PAUD) menerapkan pendidikan karakter, hal ini disebabkan karena para pendidik belum
mendapatkan sosialisasi kurikulum pendidikan anti korupsi, misalnya baru tiga sekolah
taman kanak-kanak negeri di kodya Ambon yang tenaga pendidiknya mengikuti sosialisasi
kurikulum pendidikan anti korupsi. Keterlambatan dalam mensosialisasikan kurikulum anti
korupsi, jelas berpengaruh terhadap lambatnya pencegahan korupsi.
Kesimpulan
Sambil meneriakkan yelyel, Senin (1/5) siang pelataran gedung KPK disesaki puluhan siswa SD.
Mereka datang bukan untuk berdemonstrasi, melainkan hendak belajar tentang antikorupsi.
Mengenakan seragam putih-putih, para siswa berbaris rapi menunggu giliran untuk memasuki
gedung KPK sambil mendengarkan arahan dari guru pembimbing. Mereka siswa SD Muhammadiyah
5 Kebayoran, Jakarta.
Ditemani kepala sekolah dan tiga orang guru pembimbing, 71 siswa tersebut bertandang ke KPK
dalam rangka outing kelas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) yang salah satu
temanya membahas tentang pemerintahan. "Salah satu lembaga pemerintahan tersebut adalah
KPK,” ucap Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 5 Jakarta, Ahmad Said.
Di ruang Auditorium KPK, sebelum acara dimulai, mereka kembali kompak memperdengarkan yelyel
"Berani Jujur Hebat" yang mereka persiapkan dari sekolah untuk membangkitkan semangat. “Kami
ingin mengajarkan nilai-nilai kejujuran kepada siswa sejak dini supaya mereka berani, jujur, dan
antikorupsi, sebagaimana diajarkan oleh nilai-nilai agama,” lanjut Ahmad Said.
Diawali dengan games ringan, fasilitator dari Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
(Dikyanmas) KPK, Ardiansyah Putra, segera memulai sesi belajar. Di awal peparannya, Ardi
memberikan gambaran awal tentang kondisi Indonesia dengan segala kekayaan yang dimiliki, baik
sumber daya alam maupun ekonomi. Namun kondisi tersebut dibuat carut-marut karena perilaku
korupsi. “Kalian adalah generasi pelurus atas segala yang terjadi di Indonesia saat ini,” ungkap ardi.
Stimulasi awal dilakukan oleh fasilitator untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan para siswa
tentang arti dari korupsi itu sendiri. Suasana mulai riuh ketika siswa berebut untuk menjawab
pertanyaan dari fasilitator. “Korupsi adalah mengambil uang yang bukan punya kita,” ucap salah
satu siswa bernama Daffa. “Korupsi adalah mengambil uang rakyat atau negara,” sahut siswa lain.
Fasilitator memberikan apresiasi atas pendapat yang mereka sampaikan. “Betul sekali, itu
merupakan salah satu bentuk korupsi,” ucap Ardi.
Sejurus kemudian, Ardi memulai paparannya yang disampaikan dengan tata cara dan bahasa yang
komunikatif dan disesuaikan kemampuan siswa SD. Menurutnya, kejujuran dimulai dari dari sendiri.
Bibit-bibit korupsi berasal dari hal-hal kecil. Ardi pun mencontohkan perbuatan korupsi kecil-kecilan
di lingkungan sekolah yang justru menjadi bibit dari terjadinya korupsi kelak. “Mencontek
merupakan salah satu perbuatan korupsi”, ucapnya. Seolah tak mau kalah, para siswa kembali
berebut untuk memberikan contoh lain perbuatan korupsi yang sering terjadi di sekolah maupun di
rumah.
KPK berharap para siswa dapat menerapkan nilai-nilai antikorupsi, terutama kejujuran, dalam diri
para siswa. Yang kemudian bisa diterapkan di lingkungan terdekatnya, yakni keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dengan demikian, praktik korupsi meskipun kecil dapat dihindari sejak dini.
Satu setengah jam pun berlalu. Akhirnya pertemuan itu berakhir. Para siswa meninggalkan gedung
KPK dengan semangat baru. Semangat dengan menjadikan nilai kejujuran sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan.
(Humas KPK)
Dampak Korupsi Bagi Negara dan
Masyarakat
Sponsors Link
Dalam makna yang paling sederhana, korupsi diartikan sebagai tindakan menyelewengkan
uang atau benda orang lain yang bukan menjadi haknya. Dalam arti luas, korupsi diartikan
sebagai tindakan menyalahgunakan jabatan untuk keuntungan pribadi dan digunakan sebagai
upaya untuk memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi. Tindakan korupsi pada
tingkatan pemerintahan suatu negara sangat merugikan karena berpotensi meningkatnya
kemiskinan di suatu negara. Selain itu, negara juga mengalami kerugian materi yang tidak
sedikit. Korupsi bersifat menguntungkan diri sendiri, namun merugikan kepentingan umum
dan negara. Di Indonesia sendiri, kasus korupsi bukan merupakan hal baru. Berdasarkan data
dari Transparency Indonesia, Indonesia menduduki peringkat 12 dari total 175 negara
sebagai negara terkorup. Cukup disayangkan memang, meskipun berbagai upaya hukum telah
diupayakan, nyatanya tidak mampu memberikan efek jera kepada para pelaku korupsi.
ads
Catatan panjang tentang korupsi di Indonesia telah dimulau bahkan sebelum Indonesia
merdeka. Pada masa kerajaan, korupsi telah banyak terjadi, biasanya karena motif perebutan
kekuasaan. Bahkan sejarah menyebutkan bahwa runtuhnya kerajaan -kerajaan besar di
Indonesia seperti Sriwijaya dan Singasari dilatarbelakangi oleh korupsi pada masa itu. Pada
masa itu, masyarakat belum mengenal korupsi. Korupsi didominasi oleh kalangan raja dan
sultan dari kerajaan tertentu dan lingkupnya belum menyebar ke luar kerajaan.
Pada masa penjajahan, korupsi juga merajalela. Tidak hanya korupsi oleh sultan-sultan
kerajaan, korupsi juga dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintahan Portugis dan Belanda
yang saat itu menduduki kekuasaan di Indonesia. Pada masa itu, pejabat-pejabat penjajah
mengkorup uang korpsnya, atau mengkorup keuangan instansi pemerintahan. Pada masa
penjajahan, banyak pula raja yang menerapkan sistem upeti untuk rakyat. Rakyat harus
menyerahkan harta benda atau pangan dalam jumlah tertentu. Teknik tersebut ternyata juga
ditiru oleh pemerintahan Belanda ketika menduduki Indonesia.
Pada masa sekarang, korupsi sudah bukan hal yang baru di lingkup pemerintahan. Korupsi
merupakan tindakan biasa, bahkan para pejabat beramai-ramai melakukan korupsi untuk
memperkaya diri. Berbagai upaya hukum telah diterapkan, namun ternyata tidak mampu
memberikan efek jera bagi koruptor.
Dampak Korupsi
Apapun alasannya, korupsi merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan dilihat dari aspek
manapun. Banyak kepentingan publik yang terbengkalai, juga kerugian negara yang sangat
besar akibat dari korupsi itu sendiri. Selain itu, korupsi juga memberikan dampak negatif di
berbagai bidang yang meliputi:
1. Bidang Demokrasi
Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di bidang demokrasi. Bagi Anda yang
pernah menjadi Dewan Pemilih Tetap (DPT) saat pesta demokrasi (pemilu) berlangsung pasti
pernah mengetahui yang disebut “serangan fajar”. Sejumlah calon tetentu memberikan
imbalan uang bagi siapa saja yang memilihnya saat pemilu, sehingga ia terpilih menduduki
jabatan tertentu. Pemberian imbalan uang tersebut sifatnya adalah sogokan. Beberapa
memang tidak memberikan uang untuk melancarkan jalannya menduduki suatu jabatan,
namun ia memberikan barang tertentu kepada masyarakat. Apapun bentuk sogokan yang
diberikan tersebut adalah salah satu bentuk korupsi. Sayangnya, masyarakat Indonesia
kebanyakan tidak cukup cerdas untuk memikirkan dampak jangka panjang jika mereka
menerima sogokan tersebut.
Saya contohkan sebuah kasus ringan yang sangat sering terjadi saat pemilu. Ada 2 orang dari
daerah yang sama yang mencalonkan diri mejadi anggota DPR. Sebut saja A dan B. Si A
memiliki kepribadian pemimpin yang baik, mampu mengayomi, memberikan bantuan untuk
kasus-kasus sosial yang terjadi di lingkungannya. Saat detik-detik menjelang berlangsungnya
pemilu, si A menggunakan cara yang jujur, sedangkan si B memberikan uang kepada para
calon pemilih agar ia terpilih menduduki kursi DPR. Karena para pemilih yang memilih
sogokan dan juga tidak memikirkan dampak panjang, akibatnya si B yang justru terpilih
menduduki kursi DPR, padahal dari segi kemampuan, si A lebih kompeten dibanding si B.
Itulah salah satu contoh dampak korupsi bagi berjalannya demokrasi di Indonesia. Maka
jangan salah jika ada semboyan “Jadilah masyarakat yang baik jika menginginkan pemimpin
yang baik”.
2. Bidang Ekonomi
Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat ekonomi negara tersebut. Dan
penelitian juga telah membuktikan, makin maju suatu negara biasanya diikuti dengan makin
rendahnya tingkat korupsu negara tersebut. Korupsi memang biasa terjadi di negara-negara
berkembang. Maka tidak heran pula, jika negara-negara berkembang memiliki perekonomian
yang tidak baik dan relatif tidak stabil. Bahkan pada beberapa kasus, sering ditemukan
perusahaan-perusahaan yang memiliki koneksi dengan pejabat mampu bertahan dan
dilindungi dari segala macam persaingan. Akibatnya, perusahaan-perusahaan yang tidak
efisien bertahan dan justru merugikan perekonomian negara.
Sponsors Link
Para ahli ekonomi juga menyebutkan bahwa buruknya perekonomian di negara-negara Afrika
ternyata disebabkan oleh tingginya tingkat korupsi negara tersebut. Para pejabat yang korup,
menyimpan uang mereka di berbagai bank di luar negeri. Bahkan ada data yang menyebutkan
bahwa besarnya uang simpanan hasil korupsi pejabat-pejabat Afrika yang ada di luar negeri
justru lebih besar dibandingkan hutang negaranya sendiri. Maka tidak heran jika ada
beberapa negara di benua Afrika yang sangat terbelakang tingkat ekonomi dan juga
pembangunan insfrastrukturnya, padahal jika dilihat dari kekayaan alam, mereka memiliki
kekayaan sumber daya alam yang luar biasa.
Anda mungkin masih mengingat robohnya jembatan Kutai Kertanegara. Masih ada kasus-
kasus lain mengenai kerusakan fasilitas publik yang juga menimbulkan korban jiwa. Selain
itu, ada pula pekerja-pekerja fasilitas publik yang mengalami kecelakaan kerja. Ironisnya,
kejadian tersebut diakibatkan oleh korupsi. Bukan rahasia jika dana untuk membangun
insfrastruktur publik merupakan dana yang sangat besar jika dilihat dalam catatan. Nyatanya,
saat dana tersebut melewati para pejabat-pejabat pemerintahan, dana tersebut mengalami
pangkas sana-sini sehingga dalam pengerjaan insfrastruktur tersebut menjadi minim
keselamatan. Hal tersebut terjadi karena tingginya resiko yang timbul ketika korupsi tersebut
memangkas dana menjadi sangat minim pada akhirnya. Keselamatan para pekerja
dipertaruhkan ketika berbagai bahan insfrstruktur tidak memenuhi standar keselamatan
karena minimnya dana.
Dampak korupsi dalam bidang ekonomi lainnya adalah tidak adanya kesejahteraan umum.
Anda pasti sering memperhatikan tayangan televisi tentang pembuatan peraturan-peraturan
baru oleh pemerintah. Dan tidak jarang pula, ketika dicermati, peraturan-peraturan tersebut
ternyata justru lebih memihak pada perusahaan-perusahaan besar yang mampu memberikan
keuntungan untuk para pejabat. Akibatnya, perusahaan-perusahaan kecil dan juga industri
menengah tidak mampu bertahan dan membuat kesejahteraan masyarakat umum terganggu.
Tingkat pengangguran makin tinggi, diikuti dengan tingkat kemiskinan yang juga semakin
tinggi.
Sponsors Link
5. Pengikisan Budaya
Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada masyarakat umum. Bagi pelaku
korupsi, ia akan dikuasai oleh rasa tak pernah cukup. Ia akan terus-menerus melakukan upaya
untuk menguntungkan diri sendiri sehingga lambat laun ia akan menuhankan materi. Bagi
masyarakat umum, tingginya tingkat korupsi, lemahnya penegakan hukum, akan membuat
masyarakat meninggalkan budaya kejujuran dengan sendirinya. Pengaruh dari luar akan
membentuk kepribadian yang tamak, hanya peduli pada materi, dan tidak takut pada hukum.
Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah tidak adanya kepercayaan terhadap
lembaga pemerintah. Sebagai pengamat, masyarakat Indonesia saat ini sudah semakin cerdas
untuk menilai sebuah kasus. Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia tidak
pernah merasa puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor. Banyak koruptor yang
menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak sedikit, namun hanya memperoleh
hukuman tidak seberapa. Akibatnya, rakyat tidak lagi percaya pada proses hukum yang
berlaku. Tidak jarang pula masyarakat lebih senang main hakim sendiri untuk menyelesaikan
sebuah kasus. Hal tersebut sebenarnya merupakan salah satu tanda bahwa masyarakat
Indonesia sudah tidak percaya dengan jalannya hukum, terutama dengan berbagai tindakan
yang diambil oleh pemerintah dalam menangani kasus korupsi.
Berbagai kasus korupsi yang terjadi di Indonesia memang sangat memprihatinkan. Berbagai
faktor bisa menyebabkan korupsi itu terjadi. Langkah yang paling tepat adalah memiliki
kesadaran untuk diri sendiri terlebih dahulu. Kesadaran untuk mengutamakan kejujuran akan
mencegah kita melakukan hal-hal negatif seperti korupsi. Selanjutnya, kebijakan untuk
memperbaiki mental bangsa, juga memperbaiki kebijakan hukum akan menciptakan negara
yang bebas korupsi.
DAMPAK KORUPSI Korupsi memiliki pengaruh yang negatif bagi suau negara. Akibat dari
tindak korupsi tersebut memiliki dampak yang sangat berpengaruh bagi negara. Berikut
dampak dari korupsi. Dampak Terhadap Ekonomi Ekonomi berfunsi sebagai faktor
terpenting bagi masyarakat. apabila korupsi sudah masuk pada perekonomian negara mana
mungkin bisa makmur masyaraktnya jikalau semua proses ekonomi dijalankan oleh oknum
yang korup. Hasil dari dampak korupsi terhadp ekonomi yakni, Lambatnya Pertumbuhan
ekonomi dan Investasi Turunya Produktifitas Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa
Menurunnya Pendapatan Negara dari Sektor Pajak Meningkatnya Hutang Negara 2. Dampak
Sosial dan Kemiskinan Rakyat Dari dampak sosial dan Kmiskinan Rakyat akan menybabkan
Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik Lambatnya pengentasan kemiskinan rakyat Akses
bagi masyarakat sangat terbatas bertambahnya anka kriminalitas 3. Runtuhnya Otoritas
Pemerintahan Penyebab dari runtuhnya otoritas pemerintahan yakni, Matinya Etika Sosial
Politik para wakil rakyat sudah tidak dapat dipercaya sebagai pelindung rakyat, karna mereka
hanya memikirkan anak buah mereka jika salah satu dari mereka melakukan tindak korupsi
dengan kekuatan politiknya mereka akan melakukan berbagai cara untuk menyelamatkannya.
Tidak Berlakunya Peraturan dan Perundng Undangan peraturan perundang undangan tidak
lagi berlaku karna, kebanyakan para pejabat tinggi, pemegang kekuasaan atau hakim sering
kali dijumpai bahwa mereka mudah sekali terbawa oleh hawa nafsu mereka. dan juga sering
kali semua permasalahan selalu diselesaikan dengan korupsi. 4. Dampak Terhadap Polittik
dan Demokrasi Dari dampak terhadap politik dan demokrasi tersebut menghasilkan
Munculnya kepemimpinan yang korup Hilangnya kepercayaam publik pada demokrasi
Menguatnya system politik yang dikuasai oleh pemilik modal Hancurnya kedaulatan rakyat.
5. Dampak Terhadap Penegak Hukum korupsii terhadap penegak hukum dapat melemahkan
suatu pemerintahan. bahwasanya setiap pejabat atau pemegang kekusaan memiliki peran
penting dalam membangun suatu negara, apabila pejabat sudah melalaikan kewajibannya
maka yang akan terjadi yakni, Fungsi pemerintahan tidak berjalan dengan baik Masyarakat
akan kehilangan kepercayaan kepada pemerintah 6. Dampak terhadap Pertahanan dan
keamanan Dampak terhadap pertahanan dan keamanan mengakibatkan Lemahnya alusistra
(senjata) dan SDM Lemahnya garis batas negara Menguatnya kekerasan dalam masyarakat 7.
Dampak Terhadap Lingkungan Dampak korupsi terhadap lingkungan dapat menyebabkan
Menurunya kualitas lingkungan Menurunnya kualitas hidup
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/muhammadnurikhsanarifandi/dampak-dampak-
korupsi_58213625d99373230cff92ea