Anda di halaman 1dari 43

Makalah Pendidikan AntiKorupsi

Berikut ini kutipan dari makalah pendidikan antikorupsi, pendidikan


antikorupsi untuk perguruan tinggi / sekolah, pendidikan
antikorupsi yang pernah saya susun dan dikutip dr berbagai sumber.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
taufik hidayah dan inayahnya kami dapat menyelesaikan tugas
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas
tentang Pendidikan Anti Korupsi.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat membantu bagi semua pihak untuk mendalami
Pendidikan Anti Korupsi terutama dalam lingkungan mahasiswa.

Kudus, Maret 2
014

Penulis

Pendahuluan

Latar Belakang
Di mata internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
dunia, citra buruk akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan buruk ini
menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan negara lain dan
kehilangan kepercayaan pihak lain. Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia
pada birokrasi mengakibatkan investor luar negeri berpihak ke negara-
negara tetangga yang dianggap memiliki iklim yang lebih baik. Kondisi
seperti ini merugikan perekonomian dengan segala aspeknya di negara
ini. Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi korupsi
dengan berbagai cara. KPK sebagai lembaga independen yang secara
khusus menangani tindak korupsi, menjadi upaya pencegahan dan
penindakan tindak pidana. Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar
biasa (extra ordinary crime) yang oleh karena itu memerlukan upaya luar
biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi - yang
terdiri dari dua bagian besar, yaitu penindakan dan pencegahan - tidak
akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja
tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah
berlebihan jika mahasiswa - sebagai salah satu bagian penting dari
masyarakat yang merupakan pewaris masa depan - diharapkan dapat
terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak


pada upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak
hukum. Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya
pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya antikorupsi di
masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen
perubahan dan motor penggerak gerakan anti korupsi di masyarakat.
Untuk dapat berperan aktif, mahasiswa perlu dibekali dengan
pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan
pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif
mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai antikorupsi
dalam kehidupan sehari-hari.Upaya pembekalan mahasiswa dapat
ditempuh dengan berbagai cara antara lain melalui kegiatan sosialisasi,
kampanye, seminar atau perkuliahan. Untuk keperluan perkuliahan
dipandang perlu membuat sebuah Buku Ajar yang berisikan materi dasar
mata kuliah Pendidikan Antikorupsi bagi mahasiswa . Pendidikan
Antikorupsi bagi mahasiswa bertujuan untuk memberikan pengetahuan
yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya serta
menanamkan nilai-nilai antikorupsi. Tujuan jangka panjangnya adalah
menumbuhkan budaya antikorupsi di kalangan mahasiswa dan
mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia.

Rumusan Masalah.
1. Apa pengertian korupsi ?
2. Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi ?
3. Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan Korupsi ?
Tujuan Pembahasan.
1. Mengetahui Pengertian dari Korupsi .
2. Mengatahui dan Memahami Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi.
3. Mengerti Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan
Korupsi.

Metode Penulisan.
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan menggonakan metode
kepustakaan dimana materi yang kami ambil berasal dari buku-buka
selain itu juga kami menggunakan internet untuk memperluat materi
yang kami tuliskan.

Pembahasan

Pengertian Korupsi

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus” .


Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”,
suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian
dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda). Dari asal usul bahasanya korupsi
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok)
adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri,
serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar
dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan
kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
mencakup unsur-unsur sebagai berikut:

1. Perbuatan melawan hukum;


2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di
antaranya:

1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);


2. Penggelapan dalam jabatan;
3. Pemerasan dalam jabatan;
4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara
negara);
5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Jika melihat dari pengertian korupsi diatas, bisa disimpulkan jika korupsi
adalah sejenis penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap
rakyat yang telah memberikan amanah dalam mengemban tugas
tertentu.

Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi

Bentuk-Bentuk Korupsi

 Penyuapan

Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan


sejumlah pemberian kepada seorang dengan sedemikian rupa sehingga
bertentangan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Sesuatu yang
diberikan sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi bisa berupa barang
berharga, rujukan hak-hak istimewa, keuntungan ataupun janji tindakan,
suara atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan public.

 Penggelapan (embezzlement) dan pemalsuan atau


penggelembungan (froud).

Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencurian


uang, properti, atau barang berharga. Oleh seseorang yang diberi amanat
untuk menjaga dan mengurus uang, properti atau barang berharga
tersebut. Penggelembungan menyatu kepada praktik penggunaan
informasi agar mau mengalihkan harta atau barang secara suka rela.

 Pemerasan (Extorion)

Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan


informasi yang menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau
bekerjasama. Dalam hal ini pemangku jabatan dapat menjadi pemeras
atau korban pemerasan.

 Nepotisme (nepotism)

Kata nepotisme berasal dari kata Latin “nepos” yang berarti “nephew”
(keponakan). Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat
berdasarkan pertimbagan hubunga, bukan karena kemamuannya.

Faktor Penyebab Korupsi

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KORUPSI

Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat kompleks.


Faktor-faktor penyebabnya bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi
bisa juga bisa berasal dari situasi lingkungan yang kondusif bagi
seseorang untuk melakukan korupsi. Dengan demikian secara garis besar
penyebab korupsi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.
Faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri,
yang dapat dirinci menjadi:

Aspek Perilaku Individu :

Sifat tamak/rakus manusia. Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan


karena mereka membutuhkan makan. Korupsi adalah kejahatan orang
profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai
hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada
pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan
rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib hukumnya.

Moral yang kurang kuat. Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung
mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari
atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang
memberi kesempatan untuk itu.

Gaya hidup yang konsumtif. Kehidupan di kota-kota besar sering


mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak
diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang
seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi
hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

Aspek Sosial :

Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris


mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan
dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang
yang sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah
memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang
ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.

Faktor eksternal, pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di


luar diri pelaku.

Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi :

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang


dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini
pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk. Oleh
karena itu sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi
terjadi karena :

Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa


ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali
membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana
kekayaan itu didapatkan.

Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah


masyarakat sendiri. Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa
korupsi, sosok yang paling dirugikan adalah negara. Padahal bila negara
merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga, karena
proses anggaran pembangunan bisa berkurang sebagai akibat dari
perbuatan korupsi.

Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap


perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang
disadari oleh masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa
terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka
namun tidak disadari.

Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan


diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa
masalah korupsi adalahtanggung jawab pemerintah semata. Masyarakat
kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya bila
masyarakat ikut melakukannya.

Aspek ekonomi :

Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada


kemung-kinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan
pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.

Aspek Politis :

Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai
dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan
menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan
kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara
politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian
instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.

Aspek Organisasi :

Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan. Posisi pemimpin dalam suatu


lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh penting bagi
bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di
hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan
besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan
atasannya.

Tidak adanya kultur organisasi yang benar. Kultur organisasi biasanya


punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi
tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak
kondusif mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan
negatif, seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.

Kurang memadainya sistem akuntabilitas. Institusi pemerintahan


umumnya pada satu sisi belum dirumuskan dengan jelas visi dan misi
yang diembannya, dan belum dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus
dicapai dalam periode tertentu guna mencapai hal tersebut. Akibatnya,
terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi
tersebut berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut
adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang
dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk
praktik korupsi.

Kelemahan sistim pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen


merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam
sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen
sebuah organisasi akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi
anggota atau pegawai di dalamnya.

Lemahnya pengawasan. Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua,


yaitu pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan
langsung oleh pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal (pengawasan
dari legislatif dan masyarakat). Pengawasan ini kurang bisa efektif karena
beberapa faktor, diantaranya adanya tumpang tindih pengawasan pada
berbagai instansi, kurangnya profesional pengawas.

Berbagai Strategi dan/atau Upaya Pemberantasan Korupsi

Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang dilakukan


untuk memberantas korupsi :

1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

1. Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan


membentuk lembaga yang independen yang khusus menangani
korupsi. Sebagai contoh di beberapa negara di-dirikan lembaga
yang dinamakan Ombudsman. Lembaga ini pertama kali didirikan
oleh Parlemen Swedia dengan nama Justitieombudsmannen pada
tahun 1809. Peran lembaga ombudsman --yang kemudian
berkembang pula di negara lain--antara lain menyediakan sarana
bagi masyarakat yang hendak mengkomplain apa yang dilakukan
oleh Lembaga Pemerintah dan pegawainya. Selain itu lembaga ini
juga memberikan edukasi pada pemerintah dan masyarakat serta
mengembangkan standar perilaku serta code of conduct bagi
lembaga pemerintah maupun lembaga hukum yang membutuhkan.
Salah satu peran dari ombudsman adalah mengembangkan
kepedulian serta pengetahuan masyarakat mengenai hak mereka
untuk mendapat perlakuan yang baik, jujur dan efisien dari pegawai
pemerintah (UNODC : 2004). Di Hongkong dibentuk lembaga anti
korupsi yang bernama Independent Commission against Corruption
(ICAC); di Malaysia dibentuk the Anti-Corruption Agency (ACA). Kita
sudah memiliki Lembaga yang secara khusus dibentuk untuk
memberantas korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
2. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki kinerja
lembaga peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan,
pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Pengadilan adalah
jantungnya penegakan hukum yang harus bersikap imparsial (tidak
memihak), jujur dan adil. Banyak kasus korupsi yang tidak terjerat
oleh hukum karena kinerja lembaga peradilan yang sangat buruk.
Bila kinerjanya buruk karena tidak mampu (unable), mungkin masih
dapat dimaklumi. Ini berarti pengetahuan serta ketrampilan aparat
penegak hukum harus ditingkatkan. Yang menjadi masalah adalah
bila mereka tidak mau (unwilling) atau tidak memiliki keinginan
yang kuat (strong political will) untuk memberantas korupsi, atau
justru terlibat dalam berbagai perkara korupsi. Tentunya akan
menjadi malapetaka bagi bangsa ini bukan? Dimana lagi kita
mencari keadilan ?

2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

1. Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan


mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan dan mengumumkan
jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum maupun sesudah
menjabat. Dengan demikian masyarakat dapat memantau tingkat
kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya
apabila ada peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat.
Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan
melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya kepada orang lain
misalnya anggota keluarga.
2. Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di
pemerintahan pusat, daerah maupun militer, salah satu cara untuk
memperkecil potensi korupsi adalah dengan melakukan lelang atau
penawaran secara terbuka. Masyarakat harus diberi otoritas atau
akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil dari pelelangan
atau penawaran tersebut. Untuk itu harus dikembangkan sistem
yang dapat memberi kemudahan bagi masyarakat untuk ikut
memantau ataupun memonitor hal ini
3. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekruitan pegawai negeri dan
anggota militer baru. Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi
dalam kondisi ini. Sebuah sistem yang transparan dan akuntabel
dalam hal perekruitan pegawai negeri dan anggota militer juga
perlu dikembangkan.

3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada


masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi (access to
information). Sebuah sistem harus dibangun di mana kepada masyarakat
(termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi yang berkaitan
dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi hajat hidup orang
banyak. Hak ini dapat meningkatkan keinginan pemerintah untuk
membuat kebijakan dan menjalankannya secara transparan.Pemerintah
memiliki kewajiban melakukan sosialisasi atau diseminasi berbagai
kebijakan yang dibuat dan akan dijalankan.

4. Pencegahan dengan memasukan pendidikan anti korupsi di sekolah /


perguruan tinggi.

Pendidikan antikorupsi bagi siswa mengarah pada pendidikan nilai, yaitu


nilai-nilai kebaikan. Suseno (dalam Djabbar, 2009) berpendapat bahwa
pendidikan yang mendukung orientasi nilai adalah pendidikan yang
membuat orang merasa malu apabila tergoda untuk melakukan korupsi,
dan marah bila ia menyaksikannya. Menurut Suseno, ada tiga sikap moral
fundamental yang akan membuat orang menjadi kebal terhadap godaan
korupsi. Ketiga sikap moral fundamental tersebut adalah kejujuran, rasa
keadilan, dan rasa tanggung jawab.

Melaui pendidikan karakter antikorupsi inilah yang pertama, para siswa


sejak usia dini sudah mengetahui tentang seluk-beluk praktek korupsi
sekaligus konsekuensi yang akan diterima oleh para pelaku. Yang kedua,
juga memberikan proses pembelajaran tentang kepakaan terhadap
praktek-praktek korupsi yang ada disekitar kita. Ketiga, mendidik para
siswa dari usia dini tentang akhlak atau moral yang sesuai dengan ajaran-
ajaran sosial keagamaan. Keempat, menciptakan generasi penerus yang
bersih dari perilaku penyimpangan, dan Kelima, membantu seluruh cita-
cita warga bangsa dalam menciptakan clean and good-goverment demi
masa depan yang lebih baik dan beradab.

Penutup

Kesimpulan.

Dari berbagai penjelasan diatas kami menarik kesimpulan bahwa korupsi


adalah kejahatan yang sangat merugikan public. Korupsi adalah
penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang
telah memberikan amanah dalam mengemban tugas tertentu.

Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah


umum yang berlaku di masyarakat. Korupsi di Indonesia telah dianggap
sebagai kejahatan luar biasa. Melihat realita tersebut timbul public
judgement bahwa korupsi adalah manisfestasi budaya bangsa. Telah
banyak usaha yang dilakukan untuk memberantas korupsi. Namun
walaupun begitu dengan upaya apapun memang harus terus dilakukan
untuk memberantas korupsi .
Seperti yang sekarang ini kita lakukan di lingkungan mahasiswa
,memasukan Pendidikan Anti korupsi guna mengoptimalkan intelektual,
sifat kritis dan etika integritas mahasiswa agar kedepannya bisa
menghasilkan sosok sosok pembangun bangsa yang berjiwa anti korupsi
tentunya.
Pendidikan Anti Korupsi Berbasis
Keluarga

Ika Maryani, PGSD FKIP Universitas Ahmad Dahlan UAD

Jangan sebut korupsi sebagai budaya! Karena budaya bangsa ini terlalu mahal untuk
dikonotasikan dengan istilah korup. Tapi faktanya, korupsi memang menjadi penyakit yang
seolah telah membudaya di negeri ini. Tidak hanya di pemerintahan, tapi juga di berbagai
aspek kehidupan kita, korupsi seolah menjadi bagian negatif yang tak bisa ditinggalkan
dalam sistem birokrasi.

Korupsi disebabkan karena adanya keinginan dan kesempatan. Keinginan berkaitan dengan
moral seseorang, sedangkan kesempatan berkaitan dengan sistem. Untuk itu, agar terbebas
dari korupsi, perlu ditanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dini mulai dari lingkungan
keluarga dan tempat tinggal. Pendidikan anti korupsi perlu ditanamkan sejak dini agar
generasi penerus bangsa memiliki jiwa anti korupsi.

Trend usia Koruptor semakin lama semakin muda, mulai mengarah ke usia di bawah 40
tahun. Uniknya lagi, tindakan korupsi mulai melibatkan hubungan keluarga. Lihat saja kasus
“dinasti” Banten yang melibatkan hampir seluruh keluarga besar Atut, kasus pengadaan Al-
Qur'an yang "kompak" dilakukan oleh Bapak dan Anak. Serta yang tidak kalah adalah kasus
penangkapan Bupati Karawang beserta Istrinya karena melakukan pemerasan kepada salah
satu perusahaan yang tengah mengajukan ijin pembangunan pusat perbelanjaan di kota
tersebut. Tak hanya itu, Wali Kota Palembang Romi Herton dan istri, Masyitoh, juga
ditangkap karena kasus penyuapan terhadap mantan Ketua MK Akhil Mochtar, sedangkan
Bendahara Umum Partai Demokrat sekaligus anggota DPR Muh. Nazaruddin dan istrinya,
Neneng Sri Wahyuni, ditangkap karena sejumlah tindak pidana korupsi.

Fakta-fakta menyedihkan ini menunjukkan betapa keluarga sangat berpengaruh terhadap


tindakan seseorang untuk melakukan upaya korup. Hal ini menjadi keprihatinan bersama
rakyat Indonesia. Wakil Ketua KPK Busro Muqoddas dalam kunjungannya ke Kampus 5
Universitas Ahmad Dahlan beberapa saat yang lalu memaparkan betapa besar peran keluarga
dalam pencegahan korupsi. "Tanpa kita sadari, keluarga menjadi salah satu pemicu seseorang
untuk melakukan tindakan korupsi karena pola hidup boros dan konsumtif yang dibina dari
keluarga. Oleh karena itu, pendidikan anti korupsi dan penanaman hidup sederhana dalam
keluarga menjadi hal yang paling utama dan menjadi salah satu fokus utama KPK saat ini”,
ujarnya.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadikan Yogyakarta (dimulai dari Prenggan,


Kotagede) sebagai pilot project pencegahan korupsi berbasis keluarga. Dengan merangkul
berbagai komunitas, institusi pemerintah, serta Perguruan Tinggi (khususnya Universitas
Ahmad Dahlan), KPK akan memberikan pendidikan antikorupsi di tingkat keluarga. Upaya
ini dilakukan mengingat pembiasaan-pembiasaan hidup dalam keluarga menjadi faktor utama
tindakan seseorang di masa depan. Ikatan antara suami-istri, orangtua-anak, maupun
antartetangga menjadi sesuatu yang potensial untuk menanamkan nilai kejujuran berbasis
keluarga. Yogyakarta dengan local content yang sangat kuat menjadi tempat yang tepat
untuk memulai program pencegahan korupsi berbasis budaya lokal. Terlebih lagi mengingat
budaya yang kental akan nilai-nilai kejujuran dan berbudi luhur masih terwariskan dengan
baik di wilayah Yogyakarta.

Tentu upaya ini tidak akan maksimal jika KPK hanya bekerja sendiri. Oleh karena itu dengan
mengajak berbagai komponen masyarakat, salah satunya Universitas Ahmad Dahlan,
menjadikan program ini akan lebih cepat memberikan hasil dan dapat diadopsi oleh daerah
lain. Harapan besarnya adalah agar seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dari Sabang
sampai Merauke dapat bersama-sama menjadi masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran serta menjadi bangsa besar yang terbebas dari korupsi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era reformasi sekarang ini, Indonesia mengalami banyak perubahan. Perubahan
sistem politik, reformasi ekonomi, sampai reformasi birokrasi menjadi agenda utama di
negeri ini. Yang paling terkenal adalah masalah reformasi birokrasi yang menyangkut
masalah-masalah pegawai pemerintah yang dinilai korup. Reformasi birokrasi dilaksanakan
dengan harapan dapat menghilangkan budaya-budaya buruk birokrasi seperti praktik korupsi
yang paling sering terjadi di dalam instansi pemerintah. Reformasi birokrasi ini pada
umumnya diterjemahkan oleh instansi-instansi pemerintah sebagai perbaikan kembali sistem
remunerasi (penggajian) pegawai. Anggapan umum yang sering muncul adalah dengan
perbaikan sistem penggajian atau remunerasi, maka aparatur pemerintah tidak akan lagi
melakukan korupsi karena dianggap penghasilannya sudah mencukupi untuk kehidupan
sehari-hari dan untuk masa depannya. Namun pada kenyataannya, tindakan korupsi masih
terus terjadi walaupun gaji para pegawai pemerintah sudah tinggi.
Korupsi dari yang bernilai jutaan hingga milyaran rupiah yang dilakukan para pejabat
pemerintah terus terjadi. Tentunya ini bukan angka yang sedikit, melihat kebutuhan
kenegaraan yang semakin lama semakin meningkat. Jika uang yang dikorupsi tersebut benar-
benar dipakai untuk kepentingan masyarakat demi mengentaskan kemiskinan dan
meningkatkan kualitas pendidikan, mungkin cita-cita tersebut bisa terwujud. Dana-dana
sosial akan sampai ke tangan yang berhak dan tentunya kesejahteraan masyarakat akan
meningkat.
Korupsi di negeri ini sekarang sedang merajalela bahkan telah menjadi suatu
“kebiasaan”. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menangani korupsi dan
hukum yang sangat tegas. Namun, tetap saja korupsi masih terdapat di negeri ini. Salah satu
mengapa orang berani melakukan tindak pidana korupsi yaitu karena kurangnya kesadaran
pribadi tentang bahaya korupsi. Tentu saja kita tidak bisa menyadarkan para koruptor karena
mereka sudah terlanjur terbiasa dengan tindakannya tersebut.
Untuk itu, dalam makalah ini akan membahas tentang salah satu upaya jangka
panjang yang terbaik untuk mengatasi korupsi yaitu dengan memberikan pendidikan anti
korupsi dini kepada siswa Sekolah Dasar. Karena siswa Sekolah Dasar adalah generasi
penerus yang akan menggantikan kedudukan para pejabat terdahulu. Juga karena usia siswa
Sekolah Dasar sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih
mudah mendidik dan memengaruhi generasi muda supaya tidak melakukan tindak pidana
korupsi sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi
pendahulunya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari korupsi?


2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan anti korupsi?
3. Bagaimana metode atau cara penyampaian pendidikan anti korupsi?
4. Bagaimana contoh nyata penyampaian pendidikan anti korupsi Di Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan korupsi.


2. Menjelaskan tentang pendidikan anti korupsi.
3. Menjelaskan metode atau cara penyampaian pendidikan anti korupsi.
4. Memberikan contoh nyata penyampaian pendidikan anti korupsi Sekolah Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin coruptio dan corruptus yang berarti kerusakan atau
kebobrokan. Dalam bahasa Yunani corruptio perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat
disuap,tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama, materil,
mental, dan umum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Suryono, Hassan :
2013), “ korupsi berasal dari kata korup artinya buruk, rusak, busuk, suka memakai barang
(uang) yang dipercayakan kepadanya, dapat disogo (memakai kekuasaannya untuk
kepentingan pribadi.”
Korupsi dalam arti hukum, adalah tingkah laku yang menguntungkan diri sendiri
dengan merugikan orang lain, yang dilakukan oleh penjabat pemerintah yang langsung
melanggar batas-batas hukum. Menurut Johnson (dalam Suryono, Hassan : 2013)
mendefinisikan “ korupsi sebagai penyalahgunaan peran-peran, jabatan-jabatan publik atau
sumber-sumber untuk kepentingan pribadi.”
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan
administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain,
yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian
bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.
Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Korupsi merupakan tindakan
melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah
korporasi) , yang secara langusng maupun tidak langsung merugikan keuangan atau
perekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan
yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.

B. Pendidikan Anti Korupsi

Pengertian Pendidikan Anti Korupsi :


Menurut M. Ihsan Ananto (dalam Suryono, Hassan : 2013) , Pendidikan anti korupsi
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis
terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses tersebut, maka Pendidikan Anti korupsi bukan
sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan(kognitif) namun juga menekankan pada
upaya pembentukan karakter (afektif) dan kesadaran moral dalam melakukan perlawanan
(psikomotorik) terhadap penyimpangan perilaku korupsi.
Dasar Pemikiran Pendidikan Anti Korupsi :
Realitas dan praktek korupsi di Indonesia sudah sangat akut, maka masalah tidak bisa
diselesaikan hanya melalui penegakan hukum. Menurut Paulo Freire, pendidikan mesti
menjadi jalan menuju pembebasan permanen agar manusia menjadi sadar (disadarkan)
tentang penindasan yang menimpanya, dan perlu melakukan aksi-aksi budaya yang
membebaskannya.
Perlawanan masyarakat terhadap korupsi masih sangat rendah jalur penyelenggaraan
Pendidikan Antikorupsi selama ini tidak ada. Menurut Maheka (dalam Suryono, Hassan :
2013) , “ anti korupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan peluang
bagi berkembangnya korupsi.”
Latar Belakang Pendidikan Anti Korupsi :
Praktek korupsi di Indonesia telah terjadi sejak masa kerajaan di wilayah
nusantara,bahkan telah tersistematisasi mulai pada masa VOC dan pemerintahan Hindia
Belanda. Secara Faktual persoalan korupsi di Indonesia, dikatakan telah sampai pada titik
kulminasi yang akut, tidak hanya mewabah di kultur dan struktur birokrasi pemerintah, juga
menjadi fenomena multi dimensional. Telah merambah dalam kehidupan sosial dan kultural.

C. Cara Penyampaian Pendidikan Anti Korupsi

Dalam hal metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti korupsi, ada berbagai
pendapat yang berbeda-beda.
Elwina & Riyanto (dalam Yaramadani, Febri : 2012) menyarankan bahwa dalam
menanamkan nilai-nilai anti korupsi sebaiknya menggunakan cara atau metode yaitu sebagai
berikut :
1. Metode demokratis
Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai
hidup dengan langsung melibatkan anak untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam
pendampingan dan pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan,
pendapat, dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai
pemberi informasi satu-satunya dalam menemukan nilai-nilai anti korupsi yang dihayatinya.
Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut.
Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai diantaranya keterbukaan,
kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati dan toleransi.
Melalui metode ini anak diajak untuk mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat,
maupun perasaannya. Tahap demi tahap anak diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara
berbicara, dan sikap hidupnya. Dengan cara ini anak diajak untuk belajar menentukan nilai
hidup secara benar dan jujur.
2. Metode Pencarian bersama
Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru.
Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam
masyarakat, di mana proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis,
sistematis, argumentative untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah
bersama. Melalui metode ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang sedang
berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan menemukan permasalahan, mengkritisi
dan mengolahnya, anak diharapkan dapat mengambil nilai-nilai yang ada dan menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Dengan demikian anak akan aktif sejak dalam proses pencarian
tema atau permasalahan yang muncul dalam pendampingan guru.
Selain menemukan nilai-nilai dari permasalahan yang diolah, anak juga diajak untuk
secara kritis analitis mengolah sebab akibat dari permasalahan yang muncul tersebut. Anak
diajak untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, namun dengan cermat dan
hati-hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap. Anak diajak
untuk melihat realita tidak hanya hitam-putih, tetapi lebih luas lagi yaitu adanya
kemungkinan realita abu-abu.
3. Metode siswa aktif atau aktivitas bersama
Metode ini menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran.
Guru memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompok mencari dan mengembangkan
proses selanjutnya. Anak membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai proses
penyimpulan atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong anak untuk mempunyai
kreativitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya
juang.
4. Metode keteladanan
Dalam dunia pendidikan, apa yang terjadi dan tertangkap oleh anak bisa jadi tanpa
disaring akan langsung dilakukan. Proses pembentukan kepribadian pada anak akan dimulai
dengan melihat orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan panutan bagi
anak. Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang
kokoh. Keselarasan antara kata dan tindakan dari guru akan amat berarti bagi seorang anak,
demikian pula apabila terjadi ketidakcocokan antara kata dan tindakan guru maka perilaku
anak juga akan tidak benar. Dalam hal ini guru dituntut memiliki ketulusan, keteguhan,
kekonsistenan hidup.
Proses penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada anak melalui proses keteladanan
pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa
hal itu dilakukan (Sanjaya, 2006: 179). Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa kita tidak
boleh korupsi; menjelaskan bahaya dari tindakan korupsi atau mengapa kita harus jujur, tidak
mencontek pada waktu ulangan. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-
benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.
5. Metode Live In
Metode Live in dimaksudkan agar anak mempunyai pengalaman hidup bersama orang
lain langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan
pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara
berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan secara periodik.
Dengan cara ini anak diajak untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lebih baik dari
orang lain, tumbuh sikap toleran dan sosial yang lebih tinggi pada kehidupan bersama. Anak
perlu mendapat bimbingan untuk merefleksikan pengalaman tersebut, baik secara rasional
intelektual maupun dari segi batin rohaninya. Hal ini perlu dijaga jangan sampai anak
menanggapi pengalaman ini berlebihan, tetapi haruslah secara wajar dan seimbang.
6. Metode penjernihan nilai atau klarifikasi nilai.
Latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa
perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup. Adanya berbagai pandangan hidup
dalam masyarakat membuat bingung seorang anak. Apabila kebingungan ini tidak dapat
terungkap dengan baik dan tidak mendapat pendampingan yang baik, ia akan mengalami
pembelokan nilai hidup. Oleh karena itu, dibutuhkan proses penjernihan nilai atau klarifikasi
nilai dengan dialog afektif dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif.
Teknik mengklarifikasi nilai atau penjernihan nilai dapat diartikan sebagai teknik
pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap
baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada
dan tertanam dalam diri siswa (Sanjaya, 2006: 282). Kelemahan yang sering terjadi dalam
pembelajaran nilai atau sikap, (termasuk pembelajaran anti korupsi) adalah proses
pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru menanamkan nilai-nilai yang
dianggapnya baik tanpa memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa.
Akibatnya, sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan
antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa
sering mengalami kesulitan dalam menyelaraskan nilai lama dan nilai baru.
Pembelajaran anti korupsi pada prinsipnya adalah menggunakan metode yang
melibatkan seluruh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta kecerdasan sosial. Maka
pemahaman konsep, pengenalan konteks, reaksi dan aksi menjadi bagian penting dari seluruh
metode pendidikan nilai-nilai anti korupsi. Metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti
korupsi ini juga penting karena dengan cara penyampaian yang tidak tepat, tujuan yang akan
dicapai juga sulit diperoleh. Supaya tujuan yang akan dicapai dapat diperoleh, dalam
penyampaian nilai-nilai anti korupsi, harus digunakan cara-cara yang menarik dan
disesuaikan dengan kemampuan anak didik.

D. Contoh Nyata Penyampaian Pendidikan Anti Korupsi


Di Sekolah Dasar
Contoh nyata penyampaian pendidikan anti korupsi di sekolah dasar melalui analisis
berita.

KANTIN KEJUJURAN DONGKRAK KEJUJURAN MURID


MUARA BUNG0 – Banyak cara untuk mendidik murid yang baik dan
menyenangkan. Caranya tidak hanya didalam ruangan kelas saja, karena tempat jajan para
murid pun bisa dilakukan. Pihak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 98 Muara Bungo mengajarkan
nilai-nilai kejujuran kepada murid-murid lewat katin kejujuran yang belum lama ini
dibangun.
Kepada koran ini, Deli Iriani, Kepala sekolah saat dikonfirmasi belum lama ini
mengatakan pembangunan kantin kejujuran sangat berdampak positif, pasalnya para murid
hingga saat ini melakukan aktvitas jajan dengan jujur.
“Kantin kejujuran sangat membantu mendidik para murid untuk berperilaku jujur,
“terang Deli Iriani.
Lebih lanjut, Deli menegaskan untuk mendapatkan pendidikan moral dan nilai-nilai
keagamaan memang sangat banyak cara yang bisa diterapkan, untuk itu melalui kantin
kejujuran ini pihaknya berharap bisa menjadi salah satu jalan agar harapan sekolah tercapai.
“Pendidikan moral tidak harus kita berikan di dalam kelas melainkan banyak cara
yang bisa kami terapkan untuk membiasakan kebaikan terhadap anak sejak dini sehingga di
harapkan mereka bisa terbiasa hingga dewasa nanti, ”ungkap Deli Iriani.
Ditambahnya, Deli yang belum lama ditugaskan di SDN 98 tersebut sangat berharap
para muridnya bisa mendapatkan pendidikan yang baik, sehingga kwalitas pendidikan di desa
tanjung tersebut bisa beranjak naik.

Sumber : Bungo Tebo Ekspress

Berdasarkan berita dari SD N 98 Muara Bungo, yang menanamkan nilai kejujuran


kepada siswanya dengan membuat kantin kejujuran maka dapat dianalisis bahwa :
Kantin kejujuran merupakan upaya untuk mendidik akhlak siswa agar berperilaku
jujur. Kantin kejujuran adalah kantin yang menjual segala kebutuhan anak didik baik berupa
makanan,minuman serta segala perlengkapan siswa baik berupa alat tulis menulis maupun
buku tulis. Semuanya dipajang dalam etalase kantin kejujuran tanpa ada penjaga,
sebagaimana lazimnya sebuah kantin yang kita kenal selama ini. Didalam Kantin dipajang
kotak uang, yang berguna untuk menampung hasil transaksi siswa. Bila ada kembalian maka
mereka sendiri yang mengambil dan menghitung hasil kembaliannya. Dikantin ini dibangun
kesadaran siswa untuk berbuat jujur tanpa harus diawasi oleh guru ataupun pengelola kantin.
Tujuan utamanya adalah mengukur kejujuran anak didik sehingga dengan pengalaman
mereka itu ia akan menjadi anggota masyarakat yang jujur kedepan.
Kantin kejujuran merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan anti
korupsi. Yang harus kita akui merupakan salah satu penyakit atau problema bangsa yang
hingga kini masih merajalela dibumi pertiwi. Virus korupsi telah merajalela hampir disemua
lini disetiap orde pemerintahan kita. Korupsi yang subur telah menyengsarakan rakyat banyak
secara berkepanjangan. Bahkan menghambat kemajuan bangsa dan negara ini kedepan.
Sangat sulit memang memutus mata rantai korupsi ini sebab kebanyakan dari kita
menganggapnya sebagai budaya. Padahal kalau kita bercermin dengan kultur budaya kita
mengambil sesuatu tanpa seizin pemiliknya adalah sangat memalukan. Sebuah persepsi yang
keliru jika menganggap korupsi adalah budaya.
Korupsi merupakan penyakit masyarakat, bukanlah budaya. Praktik korupsi juga
ditolak oleh Agama apapun. Oleh karena itu ,sifat jujur merupakan penangkal yang efektif
dari virus korupsi. Tanpa kejujuran, praktik korupsi, kolusi, nepotisme, dan segala bentuk
manipulasi lainnya akan tetap subur di negeri ini. Karena itulah Kantin Kejujuran merupakan
salah satu jalan untuk menanamkan sikap anti korupsi yang dimulai dari sekolah.
Program kantin kejujuran ini akan dapat berjalan dengan baik bila semua pihak terkait
dalam lingkungan sekolah dan masyarakat mendukungnya. Program ini meskipun merupakan
kebijakan pemerintah yang meskipun beberapa oknumnya banyak terlibat korupsi patut kita
apresiasi untuk mendukung dan menyukseskannya. Diharapkan dengan program ini akan
mempermudah para guru untuk mendidik akhlak siswa. Sebab tugas guru tidak hanya
melaksanakan proses pembelajaran didalam kelas tetapi lebih dari itu tugas guru bertanggung
jawab dalam membina kepribadian siswa.
Ide kantin kejujuran ini dianggap cara paling baik untuk mendidik para siswa agar
kelak jika telah menjadi orang tidak melakukan korupsi dimanapun mereka berada. Sebab
mereka dari awal diajar tentang kejujuran, bersikap apa adanya dan yang terpenting mereka
diberi kepercayaan untuk berbuat jujur tanpa ada yang mengawasi mereka.
Kantin Kejujuran merupakan ide yang sangat bagus untuk mengubah nasib bangsa
yang terpuruk akibat korupsi yang menggerogoti setiap lini kehidupan bangsa.
Kejujuran adalah sifat manusia yang hakiki. Bila diberi ruang dan berada dalam
lingkungan yang baik maka akan berkembang dengan sendirinya. Suasana untuk berbuat
jujur perlu didorong agar sifat yang hakiki tersebut dapat tumbuh dengan sendirinya.
Ciptakan suasana dimana kejujuran bisa mendapat tempat berupa penghargaan, dan
pelanggaran mendapat hukuman yang setimpal.
Sebagai generasi bangsa, siswa yang terlibat dalam kantin kejujuran kalau diberi
amanah untuk berbuat baik tentunya mereka mampu untuk melakukannya. Sebab inti dari
sebuah proses pendidikan tidak hanya pengetahuan semata tetapi mengubah perilaku menjadi
lebih baik. Pelajaran kejujuran ini perlu ditanamkan sejak dini, dimulai dari sekolah dasar
sebab dianggap langkah yang paling jitu dalam memberantas korupsi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah tersebut dapat disimpulkan yaitu korupsi
adalah penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan
oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi,
sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.
Yang dimaksud pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi.
Cara atau metode penyampaian pendidikan anti korupsi di SD dapat dilakukan dengan
berbagai metode antara lain dengan metode demokratis, metode pencarian bersama, metode
siswa aktif atau aktivitas bersama, metode keteladanan, metode Live In, metode penjernihan
nilai atau klarifikasi nilai.
Contoh nyata penyampaian pendidikan anti korupsi di sekolah dasar salah satunya
dengan penanaman sikap kejujuran melalui kantin kejujuran. Dengan adanya kantin kejujuran
di harapkan dapat menumbuhkan sikap anti korupsi sejak dini.

B. Saran
Sebagai mahasiswa fakultas keguruan dan calon pendidik, kita hendaknya lebih
memahami tentang pendidikan anti korupsi dan dapat menerapkan kepada peserta didik kita
nanti. Tentu saja dimulai dari hal-hal kecil, seperti selalu menanamkan sikap kejujuran
kepada peserta didik. Tidak hanya memerintah tetapi dengan mencontohkan perilaku kita
kepada peserta didik.
Pemerintah sebaiknya lebih serius dalam menangani korupsi yang terjadi di Indonesia
ini. Karena tanpa kita sadari, korupsi akan menghancurkan Negara kita secara perlahan. Dan
Negara kita akan di anggap rendah oleh Negara lain.
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI (PAK)
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Anti Korupsi (PAK)

Sudah diketahui dengan jelas bahwa korupsi yang terjadi di negara Indonesia ini sudah
sedemikian rumit dan mengurat akar, sehingga sangat sulit untuk memulai mengurai dari
mana kegiatan advokasi bisa dilakukan. Kesulitan ini bisa disebabkan kompleksnya
permasalahan korupsi, kompleksnya pelaku korupsi, dan kompleksnya aturan dan penegak
hukum yang seharusnya berdiri di depan mengawal sekaligus mengamankan kekayaan negara
dari tangan-tangan koruptor yang tidak bertanggungjawab.

Terungkapnya kasus korupsi di negeri ini adalah bukti belum mapannya dunia
pendidikan. Artinya orang-orang yang bergelar profesor, doktor, dan gelar akademik lainnya
pun tidak terlepas dari jeratan korupsi. Korupsi yang dilakukan dengan cara berjamah di
Kejaksaan Agung atau di mana pun juga merupakan bukti tidak berhasilnya pembinaan
mental bangsa Indonesia. Pendidikan selama belum mampu memberikan kontribusi nyata
terhadap pencegahan korupsi yang dilakukan alumni pendidikan sendiri. Kenyataan demikian
menjadikan dunia pendidikan kita semakin jauh dari realitas kehidupan umat manusia.

Pemberantasan korupsi tidak cukup teratasi hanya dengan mengandalkan proses penegakkan
hukum. Membumihanguskan korupsi juga perlu dilakukan dengan tindakan preventif, antara
lain dengan menanamkan nilai religius, moral bebas korupsi atau pembelajaran anti korupsi
melalui berbagai lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan tidak hanya sekolah, akademi, institut, atau universitas. Juga termasuk
lembaga pendidikan dan pelatihan yang dikelola pemerintah dirancang khusus untuk
meningkatkan kualitas aparatur pemerintahan. Lembaga pendidikan memiliki posisi sangat
strategis dalam menanamkan mental antikorupsi. Dengan menanamkan mental anti korupsi
sejak dini di lembaga pendidikan baik pada level dasar, menengah maupun tinggi, generasi
penerus bangsa di negeri ini diharapkan memiliki pandangan yang tegas terhadap berbagai
bentuk praktik korupsi. Pembelajaran antikorupsi yang diberikan di berbagai level lembaga
pendidikan, diharapkan dapat menyelamatkan generasi muda agar tidak menjadi penerus atau
mewarisi tindakan korup yang dilakukan pendahulunya.

Lembaga pendidikan mestinya tidak hanya melahirkan kaum intelektual, ilmuwan yang
pandai, cerdas dan terampil atau aparatur yang dibekali berbagai kemahiran dan keterampilan
yang mendukung aktivitasnya. Tetapi juga harus mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki rasa, memegang nilai religius dan moral yang salah satunya adalah
antikorupsi. Lembaga pendidikan bertujuan mendidik, bukan sekadar mengajar. Mendidik
dalam hal ini adalah menanamkan nilai luhur dan budi pekerti kepada peserta didik. Boleh
jadi nilai anti korupsi termasuk di dalamya. Sedangkan tugas mengajar lebih difokuskan pada
proses belajar-mengajar, dalam arti pengembangan kemampuan intelektual peserta didik.
Pembelajaran anti korupsi juga harus menjadi agenda pembelajaran di berbagai lembaga
pendidikan dan pelatihan yang dikelola pemerintah untuk meningkatkan kualitas aparatur
pemerintah.

Menurut catatan ICW (Banjarmasin Post, 25 Januari 2007), pada 2006 tren korupsi
berdasarkan lembaga, eksekutif menempati peringkat pertama sebagai lembaga terkorup (69
persen) disusul BUMN/BUMD urutan kedua (49 persen) dan legislatif DPR/DPRD pada
peringkat ketiga (17 persen). Oleh karena itu, selayaknya penanaman nilai moral antikorupsi
atau pembelajaran antikorupsi menjadi fokus perhatian dan dimasukkan dalam kurikulum
pendidikan dan pelatihan di lembaga pendidikan dan pelatihan milik pemerintah.

Untuk melakukan kerja-kerja anti korupsi yang terencana dan tersistematis yang akan
mendukung terjadinya gerakan sosial anti korupsi yaitu dapat dimulai dari diadakannya
program pembelajaran anti korupsi. Pendidikan dirasa mampu mencegah atau setidaknya
memberi gambaran awal bahwa korupsi merugikan banyak kalangan dan menyengsarakan
diri sendiri. Institusi pendidikan dipandang sebagai institusi yang mengajarkan kepada
peserta didik arti ilmu pengetahuan bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Program pendidikan anti korupsi bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sama dan
terpadu serta terbimbing dalam rangka menekan kerugian negara yang disebabkan oleh
tindakan korupsi. Kemudian harapannya berdampak pada adanya respon atau tanggapan balik
dari rakyat untuk bisa menyuarakan kearifannya mengenai penyimpangan korupsi (Tim
MCM, 2005: 42 ).

Di samping itu juga bertujuan untuk membentuk kesadaran publik terhadap setiap kegiatan
yang mengarah kepada adanya tindakan korupsi oleh para penguasa atau pengambil
kebijakan yang tidak mempedulika rakyat (Tim MCW, 2005: 43). Menurut Azyumardi Azra
(dalam Suara Karya Online edisi 30 Agustus 2006) perlunya penanaman nilai anti korupsi di
lembaga pendidikan ialah agar siswa lulus dan kelak sudah terjun di masyarakat dapat
membedakan mana yang termasuk korupsi dan mana yang bukan sehingga mampu
menghindarinya.

Memerangi korupsi melalui pendayagunaan jalur pendidikan formal sebagai suatu bagian
menangani korupsi merupakan salah satu strategi yang diharapkan cukup signifikan,
mengingat masyarakat terdidik inilah yang perannya dimasyarakat cukup dominan. Mereka
tidak cukup hanya dibekali pengetahuan dan kemampuan bagaimana melakukan sesuatu
pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat, tetapi yang lebih utama dalah bagaimana
menggunakan ilmu dan cara-cara tersebut dengan benar, tanpa harus melakukan korupsi,
bahkan termasuk kiat-kiat utnuk melawan korupsi, dorongan atau motivasi untuk aktif
berperan dalam upaya memerangi atau memberantas korupsi (Tim LP3 UMY, 2004: 212).Isi
atau Materi Pendidikan Anti Korupsi (PAK)

Materi Pendidikan Anti Korupsi (PAK) untuk tingkat SMA dan SMP terdiri dari Pengenalan
Korupsi, Dampak Korupsi, Upaya Perlawanan Terhadap Korupsi, Warung Kejujuran dan
pemilihan pelajar Panutan/Unggul. Materi untuk kelas 4, 5 dan 6 SD disisipkan kedalam
beberapa mata ajaran diantaranya pelajaran Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA/IPS
dan Kesenian dan Budaya. Materi Anti Korupsi untuk siswa SD terdiri dari 7 nilai :
Kejujuran, Keberanian, Tanggungjawab, Kesederhanaan, Kepedulian, Daya Juang dan
Keadilan.

Menurut laporan KPK tahun 2007 dalam pengembangan modul pendidikan, telah dibuat 3
modul untuk siswa SMP dan telah siap untuk dipublikasikan pada tahun 2008. Selain itu juga,
untuk pendidikan pengembangan karakter anti korupsi bagi SD, telah dibuat modul
pendidikan untuk siswa kelas 4, 5, dan 6. Khusus untuk pendidikan pengembangan siswa
Taman Kanak-kanak (TK) telah dibuat buku dongeng anti korupsi yang berisi pesan moral
yang memadukan cerita sederhana dengan tokoh dan karakter hewan-hewan
lucu. Implementasi kegiatan pendidikan dengan pendekatan dongeng akan dilaksanakan pada
tahun 2008.

Dalam modul yang disusun oleh Pusat Studi Urban Unika Soegijapranata Semarang
bekerjasama dengan Insitute of Social Studies, The Netherlands, disebutkan bahwa modul
yang terbagi menjadi tiga modul adalah pengantar bagi pembelajaran anti korupsi untuk para
peserta didik SMP. Pada modul tersebut dimulai dengan proses kognisi yakni pengetahuan
tentang apa korupsi, dan mengapa korupsi merupakan tindakan yang bertentangan dengan
nilai-nilai moralitas dan peraturan/hukum. Modul lainnya adalah mengantarkan para peserta
didik untuk belajar sambil mengalami, yakni mengalami untuk berpikir kritis, mengalami
untuk mengambil keputusan dan menentukan pilihannya sendiri.

Menurut KPK dalam situsnya www.kpk.go.id, pendidikan anti korupsi bagi pelajar SMP
adalah langkah awal yang ditempuh KPK untuk mulai melakukan penanaman nilai ke arah
yang lebih baik sedari usia muda. Pelajar adalah mereka yang dalam waktu relatif singkat
akan segera bersentuhan dengan beberapa aspek pelayanan publik. Sehingga apabila mereka
dapat memahami lingkup, modus, dampak dari korupsi baik dalam lingkup paling dekat dan
dalam skala yang paling kecil hingga lingkup makro dan mencakup skala yang besar,
minimal pelajar tersebut nantinya mulai berani berkata ’TIDAK’ untuk korupsi

Program pendidikan anti korupsi tidak hanya menyentuh pelajar dan mahasiswa saja, akan
tetapi dikembangkan pula untuk Sektor Swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan para
Penyelenggara Negara (PN). Salah satunya adalah program pemberdayaan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas peran dan
fungsi DPRD. DPRD memiliki dua peran yang amat penting, yaitu sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah dan sebagai wakil rakyat. Kedua peran DPRD tersebut
diwujudkan dalam dalam tiga fungsi, yaitu legislasi, anggaran dan pengawasan. Dengan
peran dan fungsi tersebut DPRD menempati posisi yang sangat strategis dalam mewujudkan
kesejahteraan rakyat (Annual Report KPK tahun 2007: 67-68).

Sedangkan siapa saja yang menjadi sasaran pendidikan anti korupsi, TIM MWC (2005: 44)
membagi sasaran program pendidikan anti korupsi menjadi dua bagian.Pertama, kelompok
inti yang terdiri dari perseorangan maupun kelompok yang peduli terhadap aktivitas
perjuangan anti korupsi yang mempunyai basis massa homogen dalam suatu komunitas
tertentu, seperti kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok PKL, rakyat miskin kota,
mahasiswa, komunitas pengangguran, komunitas buruh dan pelajar yang selama ini mereka
selalu termarginalisasi oleh sistem yang dikembangkan oleh pengambil
kebijakan. Kedua, kelompok antara, yang terdiri dari perseorangan maupun kelompok yang
peduli terhadap aktivitas perjuangan anti korupsi yang merupakan jangkar dari kelompok inti,
seperti LSM, mahasiswa, kelompok-kelompok menengah lainnya yang konsern terhadap
nasib masyarakat akibat tindakan dari beberapa orang atau kelompok yang mempunyai
”hobby” korupsi uang negara yang nota bene-nya adalah uang untuk pembangunan
masyarakat.

Dalam pelaksanaan pendidikan anti korupsi dapat digunakan berbagai macam media dan
metode. Diantaranya dengan menggunakan media Ular Tangga Anti Korupsi dan dengan
permainan Gobak Sodor yang telah dikembangkan di SMP Keluarga Kudus. Bisa juga
melalui program warung kejujuran.
Pendekatan yang dilakukan dalam pendidikan anti korupsi mengambil pengalaman-
pengalaman berupa best practices masyarakat transparansi internasional dan pengalaman kita
dengan pendidikan P4. Hal yang harus dihindari adalah adanya indoktrinasi, pembelajaran
yang menekankan pada aspek hafalan semata-mata. Pendidikan anti korupsi haruslah
bermakna belajar dengan mengalami atauexperiential lerning jadi tidak sekedar
mengkondisikan para peserta didik hanya untuk tahu, namun juga diberi kesempatan untuk
membuat keputusan dan pilihan untuk dirinya sendiri.

Peserta didik kita seringkali hanya diberi pengetahuan normatif sesuatu hal namun tidak
diberi kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri mengapa siswa harus mengambil
keputusan tertentu dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah siswa ambil. Sebagai
contoh belajar mengalami adalah salah satunya diilustrasikan dengan adanya laboratorium
kejujuran/integritas, yakni tempat para peserta didik disediakan kantin dan toko tempat
mereka membayar sendiri tanpa ada kasir yang menerima pembayaran uang.

Laboratorium ini ada di sebuah SMP swasta di Kudus. Para siswa bertangung jawab pada
tindakannya sendiri dengan tetap membayar dengan jujur pada makanan, buku atau alat tulis
lainnya yang mereka beli meskipun tanpa adanya pengawas atau penjaga toko. Siswa bebas
memilih dan membeli apa yang mau dibeli. Siswa tinggal menuliskan barang apa yang telah
dibeli dan langsung membayar, jika ada uang kembalian siswa boleh langsung mengambil
uang kembalian di kotak uang yang telah disediakan.

Model Pendidikan Anti Korupsi

Keberhasilan untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi akan dipengaruhi pula oleh cara
penyampaiannya dan pendekatan pembelajaran yang dipergunakan. Untuk tidak menambah
beban siswa yang sudah cukup berat, perlu dipikirkan secara matang bagaimana model dan
pendekatan yang akan dipilih. Ada beberapa model untuk menanamkan nilai-nilai anti
korupsi yang dapat dipilih yang memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri.
Menurut Elwina dan Riyanto (2008) model-model tersebut antara lain:

 Model sebagai Mata Pelajaran Tersendiri

Pendidikan anti korupsi disampaikan sebagai mata pelajaran tersendiri seperti bidang studi
yang lain. Dalam hal ini guru bidang studi pembelajaran anti korupsi harus membuat Garis
Besar Pedoman Pengajaran (GBPP), Satuan pelajaran (SP), Rencana Pengajaran (RP),
metodologi pengajaran, dan evaluasi pengajaran. Selain itu, pembelajaran anti korupsi
sebagai mata pelajaran harus masuk dalam jadwal yang terstruktur.

Keunggulan pendidikan anti korupsi sebagai mata pelajaran adalah meteri lebih terfokus dan
terencana dengan matang. Dengan demikian, pelajaran lebih terstruktur dan terukur sebagai
informasi. Ada jam yang sudah ditentukan sebagai kesempatan untuk memberikan informasi
secara pasti. Guru dapat membuat perencanaan dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengembangkan kreativitasnya.

Kelemahan dari model adalah tuntutan yang ketat sehingga pembelajaran anti korupsi lebih
banyak menyentuh aspek kognitif belaka, tidak sampai pada kesadaran dan internalisasi nilai
hidupnya. Selain proses internalisasinya kurang menonjol, aspek afektifnya pun kurang
mendapat kesempatan untuk dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan
model ini adalah bahwa penanaman nilai seolah-olah hanya ditumpukan pada satu orang guru
(Zuriah, 2007: 90). Hal seperti ini dapat mengakibatkan bidang studi pembelajaran anti
korupsi hanya sebatas pengetahuan yang dangkal dan ini berarti pembelajaran anti korupsi
menjadi gagal.

 Model Terintegrasi dalam Semua Mata Pelajaran

Penanaman nilai anti korupsi dalam pendidikan anti korupsi juga dapat disampaikan secara
terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Guru dapat memilih nilai-nilai yang akan
ditanamkan melalui materi bahasan mata pelajarannya. Nilai-nilai anti korupsi dapat
ditanamkan melalui beberapa pokok atau sub pokok bahasan yang berkaitan dengan nilai-
nilai hidup. Dengan model seperti ini, semua guru adalah pengajar pembelajaran anti korupsi
tanpa kecuali.

Keunggulan model ini adalah semua guru ikut bertanggungjawab akan penanaman nilai-nilai
anti korupsi kepada siswa. Pemahaman nilai hidup anti korupsi dalam diri anak tidak melulu
bersifat informative-kognitif, melainkan bersifat terapan pada tiap mata pelajaran (Suparno,
2002: 43).

Kelemahan dari model ini adalah pemahaman dan persepsi tentang nilai-nilai anti korupsi
yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi semua guru. Tidak boleh ada perbedaan
persepsi dan pemahaman tentang nilai karena bila hal ini terjadi maka justru akan
membingungkan anak.

 Model di Luar Pembelajaran

Penanaman nilai anti korupsi dapat ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan di luar


pembelajaran misalnya dalam kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan insidental. Penanaman
nilai dengan model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu
kegiatan untuk dibahas dan dikupas nilai-nilai hidupnya. Model ini dapat dilaksanakan oleh
guru sekolah yang bersangkutan yang mendapat tugas tersebut atau dipercayakan pada
lembaga di luar sekolah untuk melaksanakannya, misalnya dari Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).

Keunggulan metode ini adalah anak sungguh mendapat nilai melalui pengalaman-
pengalaman konkret. Pengalaman akan lebih tertanam dalam jika dibandingkan sekadar
informasi apalagi informasi yang monolog. Anak-anak lebih terlibat dalam menggali nilai-
nilai hidup dan pembelajaran lebih menggembirakan. Kelemahan metode ini adalah tidak ada
struktur yang tetap dalam kerangkan pendidikan dan pengajaran di sekolah, membutuhkan
waktu lebih banyak.

Model ini juga menuntut kreativitas dan pemahaman akan kebutuhan anak secara mendalam,
tidak hanya sekadar acara bersama belaka, dibutuhkan pendamping yang kompak dan
mempunyai persepsi yang sama. Dan kegiatan semacam ini tidak bisa hanya diadakan
setahun sekali atau dua kali tetapi berulang kali.

 Model pembudayaan, pembiasaan nilai dalam seluruh aktivitas dan suasana sekolah

Penanaman nilai-nilai anti korupsi dapat juga ditanamkan melalui pembudayaan dalam
seluruh aktivitas dan suasana sekolah. Pembudayaan akan menimbulkan suatu pembiasaan.
Untuk menumbuhkan budaya anti korupsi sekolah perlu merencanakan suatu kebudayaan dan
kegiatan pembiasaan. Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil,
pembiasaan sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan
menjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia
yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk
sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula (Djamarah, 2002: 72). Berdasarkan
pembiasaan itulah anak terbiasa menurut dan taat kepada peraturan-peraturan yang beralaku
di sekolah dan masyarakat, setelah mendapatkan pendidikan pembiasaan yang baik di sekolah
pengaruhnya juga terbawa dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan sampai dewasa nanti.

Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadang-kadang membutuhkan
waktu yang lama untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi melalui pembiasaan pada anak-
anak Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya. Karena
itu adalah penting, pada awal kehidupan anak, menanamkan nilai-nilai anti korupsi melalui
kebiasaan-kebiasaan yang baik dan jangan seklai-kali mendidik anak berdusta, tidak disiplin,
menyontek dalam ulangan dan sebagainya.

 Model Gabungan

Model gabungan berarti menggunakan gabungan antara model terintegrasi dan di luar
pembelajaran secara bersama-sama. Penanaman nilai lewat pengakaran formal terintegrasi
bersama dengan kegiatan di luar pembelajaran. Model ini dapat dilaksanakan baik dalam
kerja sama dengan tim oleh guru maupun dalam kerja sama dengan pihak luar sekolah.

Keunggulan model ini adalah semua guru terlibat dan bahkan dapat dan harus belajar dari
pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswa. Anak mengenal nilai-nilai hidup untuk
membentuk mereka baik secara informativ dan diperkuat dengan pengalaman melalui
kegiatan-kegiatan yang terencana dengan baik.

Kelemahan model ini adalah menuntut keterlibatan banyak pihak, banyak waktu untuk
koordinasi, banyak biaya dan kesepahaman yang mendalam, terlihat apabila melibatkan pihak
luar sekolah. Selain itu, tidak semua guru mempunyai kompetensi dan keterampilan untuk
menanamkan nilai-nilai anti korupsi.

Metode Atau Cara Penyampaian Nilai-Nilai Anti Korupsi

Untuk metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti korupsi Elwina & Riyanto (2008)
menyarankan bahwa dalam menanamkan nilai-nilai anti korupsi sebaiknya menggunakan
cara yang demokratis, merupakan suatu upaya pencarian bersama, aktivitas bersama,
menggunakan metode keteladanan, pengalaman langsung atau simulasi, live in serta
melakukan klarifikasi nilai.

 Metode demokratis

Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup
dengan langsung melibatkan anak untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam
pendampingan dan pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan,
pendapat, dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai
pemberi informasi satu-satunya dalam menemukan nilai-nilai anti korupsi yang dihayatinya.
Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut.
Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai diantaranya keterbukaan,
kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati dan toleransi.
Melalui metode ini anak diajak untuk mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat,
maupun perasaannya. Tahap demi tahap anak diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara
berbicara, dan sikap hidupnya. Dengan cara ini anak diajak untuk belajar menentukan nilai
hidup secara benar dan jujur.

 Metode Pencarian bersama

Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian
bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat, di mana
proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis, sistematis, argumentative
untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama. Melalui metode
ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi
perhatian bersama. Dengan menemukan permasalahan, mengkritisi dan mengolahnya, anak
diharapkan dapat mengambil nilai-nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan
mereka. Dengan demikian anak akan aktif sejal dalam proses pencarian tema atau
permasalahan yang muncul dalam pendampingan guru.

Selain menemukan nilai-nilai dari permasalahan yang diolah, anak juga diajak untuk secara
kritis analitis mengolah sebab akibat dari permasalahan yang muncul tersebut. Anak diajak
untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, namun dengan cermat dan hati-
hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap. Anak diajak untuk
melihat realita tidak hanya hitam-putih, tetapi lebih luas lagi yaitu adanya kemungkinan
realita abu-abu.

 Metode siswa aktif atau aktivitas bersama

Metode ini menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran. Guru
memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompk mencari dan mengembangkan proses
selanjutnya. Anak membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai proses penyimpulan
atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong anak untuk mempunyai kreativitas, ketelitian,
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang.

 Metode keteladanan

Dalam dunia pendidikan, apa yang terjadi dan tertangkap oleh anak bisa jadi tanpa disaring
akan langsung dilakukan. Proses pembentukan kepribadian pada anak akan dimulai dengan
melihat orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan panutan bagi anak.
Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang kokoh.
Keselarasan antara kata dan tindakan dari guru akan amat berarti bagi seorang anak, demikian
pula apabila terjadi ketidakcocokan antara kata dan tindakan guru maka perilaku anak juga
akan tidak benar. Dalam hal ini guru dituntut memiliki ketulusan, keteguhan, kekonsistenan
hidup.

Proses penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada anak melalui proses keteladanan pada
mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa hal itu
dilakukan (Sanjaya, 2006: 179). Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa kita tidak boleh
korupsi; menjelaskan bahaya dari tindakan korupsi atau mengapa kita harus jujur, tidak
mencontek pada waktu ulangan. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-
benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.

 Metode Live In

Metode Live in dimaksudkan agar anak mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain
langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan
pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara
berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan secara periodik.

Dengan cara ini anak diajak untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lebih baik dari orang lain,
tumbuh sikap toleran dan sosial yang lebih tinggi pada kehidupan bersama. Anak perlu
mendapat bimbingan untuk merefleksikan pengalaman tersebut, baik secara rasional
intelektual maupun dari segi batin rohaninya. Hal ini perlu dijaga jangan sampai anak
menanggapi pengalaman ini berlebihan, tetapi haruslah secara wajar dan seimbang.

 Metode penjernihan nilai atau klarifikasi nilai.

Latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa perbedaan
pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup. Adanya berbagai pandangan hidup dalam
masyarakat membuat bingung seorang anak. Apabila kebingungan ini tidak dapat terungkap
dengan baik dan tidak mendapat pendampingan yang baik, ia akan mengalami pembelokan
nilai hidup. Oleh karena itu, dibutuhkan proses penjernihan nilai atau klarifikasi nilai dengan
dialog afektif dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif.

Teknik mengklarifikasi nilai atau penjernihan nilai dapat diartikan sebagai teknik pengajaran
untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam
menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam
dalam diri siswa (Sanjaya, 2006: 282). Kelemahan yang sering terjadi dalam pembelajaran
nilai atau sikap, (termasuk pembelajaran anti korupsi) adalah proses pembelajaran dilakukan
secara langsung oleh guru, artinya guru menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa
memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa. Akibatnya, sering terjadi
benturan atau konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah
terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa sering mengalami kesulitan
dalam menyelaraskan nilai lama dan nilai baru.

Pembelajaran anti korupsi pada prinsipnya adalah menggunakan metode yang melibatkan
seluruh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta kecerdasan sosial. Maka pemahaman
konsep, pengenalan konteks, reaksi dan aksi menjadi bagian penting dari seluruh metode
pendidikan nilai-nilai anti korupsi. Metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti korupsi ini
juga penting karena dengan cara penyampaian yang tidak tepat, tujuan yang akan dicapai juga
sulit diperoleh. Supaya tujuan yang akan dicapai dapat diperoleh, dalam penyampaian nilai-
nilai anti korupsi, harus digunakan cara-cara yang menarik dan disesuaikan dengan
kemampuan anak didik.

Model dan metode pelaksanaan Pendidikan Anti Korupsi di SMP Keluarga Kudus

Dari beberapa model dan metode yang dipaparkan di atas, ternyata masing-masing model dan
metode memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Untuk menentukan metode yang
akan digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai anti korupsi harus disesuaikan dengan
kondisi siswa, guru, sarana dan prasarana yang ada.

Adapun penerapannya di SMP Keluarga Kudus dapat disimpulkan bahwa model dan metode
penyampaian pembelajaran anti korupsi yang diterapkan di SMP Keluarga Kudus tidak hanya
dilaksanakan dengan menggunakan satu model dan metode penyampaian. Di sana telah
digunakan berbagai kombinasi yang merupakan gabungan dari berbagai metode dan model.
Sehingga masing-masing model dan metode yang digunakan akan saling melengkapi satu
dengan yang lainnya, saling menutupi kelemahan dari metode satu dengan menggunakan
metode lainnya.

Adapun model yang biasa diterapkan dalam pembelajaran anti korupsi di SMP Keluarga
Kudus yaitu dengan menggunakan model sebagai mata pelajaran tersendiri dan model
pembiasaan. Pendidikan anti korupsi (PAK) sebagai mata pelajaran tersendiri seperti mata
pelajaran lainnya. Dalam hal ini wali kelas atau guru yang memberikan materi anti korupsi
harus membuat silabus yang biasanya telah disusun diawal tahun pelajaran yang
dimusyawarahkan bersama. Selain itu pembelajaran anti korupsi yang dilaksanakan di SMP
Keluarga Kudus juga telah masuk dalam jadwal yang terstruktur diadakan selama 1 kali jam
pelajaran setiap minggunya yaitu setiap hari Sabtu. Pada prinsipnya pembelajaran anti
korupsi yang telah dilaksanakan di SMP Keluarga Kudus selama ini lebih menekankan
praktek anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari, tujuannya agar siswa terlatih untuk tidak
korupsi.

Untuk mendukung praktek anti korupsi tersebut penanaman nilai-nilai anti korupsi dapat juga
ditanamkan melalui pembudayaan dalam seluruh aktivitas dan suasana sekolah.
Pembudayaan akan menimbulkan suatu pembiasaan. Untuk menumbuhkan budaya anti
korupsi sekolah perlu merencanakan suatu kebudayaan dan kegiatan pembiasaan. Bagi anak
yang masih kecil, pembiasaan sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya
suatu aktivitas akan menjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan
membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya, pembiasaan
yang buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula. Untuk
menumbuhkan budaya pembiasaan anti korupsi maka di SMP Keluarga Kudus telah dibuat
sebuah warung atau kantin kejujuran dan telepon kejujuran.

Sedangkan metodenya menggunakan metode demokratis dan metode penjernihan nilai.


Dalam praktiknya anak diajak untuk membahas kasus korupsi yang sedang marak di
Indonesia. Tahap demi tahap anak diajak untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam
masyarakat dan akhirnya pada apa yang telah mereka lakukan. Anak diajak untuk melihat
duduk permasalahan dan berani mengambil sikap dan pilihan dalam hidupnya. Tema kegiatan
diskusi tersebut biasanya diambil dari kasus korupsi yang saat itu sedang marak-maraknya.
Dalam diskusi itu, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan meluruskan jika dalam diskusi
tersebut telah keluar dari tema diskusi. Anak juga diajak untuk secara kritis melihat nilai-nilai
hidup yang ada dalam masyarakatnya dan bersikap terhadap situasi tersebut.

Penjernihan nilai (klarifikasi nilai) dalam kehidupan amat penting. Apabila bias tentang nilai
dan sikap hidup ini dibiarkan maka akan menyesatkan. Apabila yang salah ini biarkan dan
seolah dibenarkan maka akan terjadi kekacauan pandangan di dalam hidup bersama. Teknik
klarifikasi nilai (value clarification technique) atau sering disingkat VCT dapat diartikan
sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai
yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai
yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada waktu berlangsung pembelajaran anti korupsi di
SMP Keluarga Kudus, anak diajak untuk membahas kasus korupsi yang sedang marak di
Indonesia. Tahap demi tahap anak diajak untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam
masyarakat dan akhirnya pada apa yang telah mereka lakukan. Anak diajak untuk melihat
duduk permasalahan dan berani mengambil sikap dan pilihan dalam hidupnya. Anak juga
diajak untuk secara kritis melihat nilai-nilai hidup yang ada dalam masyarakatnya dan
bersikap terhadap situasi tersebut. Penjernihan nilai dalam kehidupan amat penting. Apabila
bias tentang nilai dan sikap hidup ini dibiarkan maka akan menyesatkan. Apabila yang salah
ini biarkan dan seolah dibenarkan maka akan terjadi kekacauan pandangan di dalam hidup
bersama.
MODEL PEMBELAJARAN ANTI KORUPSI

DI KALANGAN ANAK PRA USIA SEKOLAH[1]

Jetty. M. Patty

Pendahuluan.

Persoalan korupsi di Indonesia (kolusi dan nepotisme merupakan bagian dari koruppsi) yang
sekarang ini telah menjadi gurita dalam sistem pemerintahan. Kasus-kasus korupsi yang
terjadi di lembaga-lembaga dan deparrtemen (kasus hambalang di kementrian menpora, kasus
suap kuota impor daging sapi di kementrian pertanian, kasus korupsi simulator surat ijin
mengemudi (SIM) di Korps Lalu Lintas Polri, skandal pemberian dana talangan Rp 6,7 triliun
bank century ), merupakan gambaran dari bobroknya tata pemerintahan di negara ini.

Fenomena ini telah membawah akibat kerugian negara yang cukup besar. Uang yang
seharusnya diperuntukan bagi pembangunan di segala bidang (ekonomi, sosial, budaya
hukum dan politik) ternyata sebagian dimasukan kedalam kantong koruptor, Fenomena ini
juga sekaligus membuat masyarakat tidak memperoleh kesejahteraan. Tingginya angka
kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan serta buruknya pelayanan publik,
menunjukkan akibat dari adanya korupsi.

Berbagai bentuk korupsi dapatlah dikemukakan antara lain suap (bribery), penggelapan
(embezzlement), penipuan (fraud), pemerasan yang berkaitan dengan penyalahgunaan
wewenang (abuse of discration), jabatan (extortion) nepotisme, komisi yang diterima pejabat
publik dalam kaitan bisnis (iliegal commission), dan kontribusi uang secara illegal untuk
partai politik.

Korupsi merupakan masalah serius karena dapat membahayakan stabilitas dan keamanan
masyarakat, merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas dan membahayakan pembangunan
ekonomi, sosial politik, sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat
serta lembaga sosial.

Salah satu upaya untuk menekan tingginya angka korupsi adalah upaya pencegahan. Upaya
pencegahan kejahatan korupsi harus dilakukan sedini mungkin, dan dimulai dari anak. Salah
satu isu penting yang harus mendapat perhatian dalam upaya mencegah korupsi adalah
menanamkan pendidikan anti korupsi di kalangan anak pra usia sekolah .

Pendidikan anti korupsi yang diberikan bagi anak pra usia sekolah mengingat anak pada usia
pra sekolah sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya
(orang tua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain,
anak akan belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik/ boleh/diterima/
disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui. Berdasarkan pengalaman itu anak
harus dilatih atau dibiasakan mengenai bagaimana anak harus bertingkah laku.

Pendidikan anti korupsi hendaknya dilakukan melalui penerapan model-model pembelajaran


yang dapat membentuk pribadi atau karakter anak yang berkaitan dengan anti korupsi. Model
pembelajaran yang baik dan tepat akan membentuk moral anak menjadi generasi penerus
bangsa yang anti korupsi, berperilaku baik dan jujur. Namun sebaliknya jika model
pembelajaran anti korupsi yang diberikan pada anak pra usia sekolah tidak tepat sesuai
karakter anak, maka pendidikan anti korupsi di kalangan anak tersebut gagal, dengan
demikian bangsa Indonesia akan tetap melahirkan generasi korupsi sepanjang masa yang
akhirnya menjadi budaya yang sulit dihilangkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan untuk dibahas selanjutnya adalah,
bagaimana model pembelajaran anti korupsi yang dapat diberikan kepada anak pra usia
sekolah.

Pembahasan

Korupsi merupakan kejahatan yang sangat kompleks. Ditinjau dari sudut politik, korupsi
merupakan faktor yang menggangu dan mengurangi kredibilitas pemerintah terutama
dikalangan masyarakat terdidik. Dari sudut ekonomi, korupsi merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi yang sangat merugikan negara dan masyarakat.
Dari sudut kultural korupsi merusak moral dan karakter bangsa Indonesia yang mempunyai
nilai-nilai luhur. Kompleksitas dari korupsi bisa dilihat dari pengertian korupsi itu sendiri
yaitu:

1. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung
atau tidak langsung atau diketahui atau patut disangka dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.

2. Menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dengan
menyalahgunakan kewenangan karena jabatan atau kedudukan yang secara langsung
atau tidak langsung dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

3. Kejahatan tertentu dalam KUHP yang menyangkut kekuasaan umum, pekerjaan


pembangunan, penggelapan, pemerasan yang berhubungan dengan jabatan.

4. Memberikan hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat sesuatu
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya.

5. Tidak melapor setelah menerima pemberian atau janji kepada yang berwajib
dalam waktu yang singkat tanpa alasan yang wajar sehubungan dengan kejahatan
jabatan.

Kejahatan korupsi di Indonesia sudah merupakan kejahatan yang luar biasa karena sudah
masuk ke semua lembaga negara dan semua sektor dari daerah hinga pusat. Bahkan korupsi
telah menjadi fenomena transnasional sehingga perlu menjadi perhatian serius dari
pemerintah dan masyarakat.

Perhatian terhadap kejahatan korupsi ini perlu diarahkan kepada apa yang menjadi faktor
sebab timbulnya korupsi di Indonesia, sehingga dari sebab itulah dapat dibuat pencegahan
terhadap korupsi tersebut. Beberapa penyebab timbulnya korupsi adalah belum adanya
kesadaran menanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dini, merosotnya nilai moral warga
negara, belum optomalisasi penanggulangan korupsi melalui pendidikan, masalah korupsi
hanya ditangani secara represif dengan menjerat koruptor ke penjara, sementara upaya-upaya
preventif melalui pendidikan belum maksimal. Dari faktor penyebab timbulnya korupsi di
atas, maka salah satu langkah yang harus diambil yaitu memberikan pendidikan anti korupsi
sedini mungkin yang dimulai dari pendidikan anak pra usia sekolah atau yang dikenal dengan
sebutan pendidikan anak usia dini (PAUD) melalui jalur pendidikan non formal ( kelompok
bermain, taman bermain, taman penitipan anak taman bacaan anak, ), taman kanak-kanak
merupakan jalur sekolah dan pendidikan dalam keluarga.

Adapun tujuan dari pendidikan anti korupsi yang diberikan pada anak adalah :

1. Untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang korupsi baik kepada


anak, orang tua dan guru.

2. Agar anak kelak di kemudian hari tidak melakukan korupsi karena dapat
merugikan orang lain, dan korupsi sudah menjadi penyakit mental.

3. Sebagai upaya pencegahan atau preventif secara dini akan bahaya-bahaya korupsi
dan menciptakan budaya anti korupsi yang dimulai dari pendidikan di rumah dan
sekolah.

4. Mendidik anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki sifat jujur.

5. Mendidik anak untuk mempunyai pola hidup yang penuh tanggung jawab dan
hati-hati baik dalam ucapan maupun tindakan.

6. Sebagai upaya pendidikan ahklaq yang nyata dalam kehidupan anak pra usia
sekolah di rumah dan di sekolah.

Anak dengan usia 2-3 tahun dikenal dengan masa batita (anal muscular). Pada usia ini anak
masih bersifat malu dan ragu-ragu. Sedangkan anak dengan usia 4-5 tahun dikenal dengan
masa prasekolah (genital locomotor). Pada usia ini anak sudah mulai mempunyai inisiatif dan
mempunyai rasa bersalah.

Anak adalah generasi penerus cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia (potensi masa
depan bangsa). Untuk membentuk generasi anti korupsi saat ini, maka dimulai dari
membangun karakter anak pra usia sekola sedini mungkin. Membangun karakter (character
building) berarti proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa sehingga berbentuk
unik, menarik dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain.

Untuk mengukir jiwa anak pra usia sekolah menjadi karakter seorang anak yang memiliki
nilai moral baik maka diperlukan model ukiran apa yang tepat untuk pembentukan
karakter seorang anak. Model ukiran yang digunakan bagi pembentukan karakter anak
adalah melalui model pembelajaran. Model pembelajaran inilah yang akan diberikan kepada
anak baik di dalam keluarga maupun di sekolah ( kelompok bermain, taman bermain) , taman
kanak-kanak (kindergarten)

Model-model pembelajaran yang membangun karakter anti korupsi yang dapat diberikan
kepada anak pra usia sekolah berupa pengembangan nilai nilai agama dan moral antara lain :

1. Anak diajar berdoa sebelum dan seusai melakukan kegiatan sesuai keyakinannya,
2. Berbuat baik terhadap semua mahluk Tuhan,

3. Melaksanakan kegiatan ibadah sesuai aturan menurut keyakinannya,

4. Bersikap jujur, ( anak diajari untuk tidak berbohong/menipu )

5. Menyebutkan mana yang benar dan salah pada suatu persoalan, ( anak diajar
untuk bersikap adil dalam membela teman )

6. Menunjukan perbuatan yang benar dan salah,

7. Menyebutkan perbuatan baik dan buruk, ( anak diajar bahwa perbuatan mencuri
atau mengambil barang milik orang lain itu tidak baik)

8. Melakukan perbuatan yang baik pada saat bermain, (anak diajar tidak mengambil
mainan teman, harus minta ijin kalau mau pinjam mainan teman),

9. Selalu mengucapkan terima kasih jika memperoleh sesuatu

10. Berperilaku hidup hemat ( air, listrik, peralatan sendiri)

11. Melakukan kegiatan yang bermanfaat pada saat dibutuhkan,

Pendidikan anti korupsi dapat diberikan orang tua kepada anak pra usia sekolah di
lingkungan keluarga melalui model pembelajaran yaitu :

1. Tidak memberi imbalan hadiah yang bersifat materi, tetapi berikan imbalan
hadiah yang bersifat moral. Kalangan orang tua atau pendidik dapat membedakan
pemberian hadiah dengan cara menyuap atau sogokan. Sogokan adalah sesuatu yang
diberikan untuk membujuk atau mempengaruhi anak untuk melakukan suatu tindakan
tertentu. Hal tersebut kurang baik karena : anak akan terdorong untuk bertingkah laku
tertentu jika ia dibayar dan tidak melatih kedisiplinan diri anak, anak tidak bertanggung
jawab terhadap perilakunya, anak tidak akan melakukan perbuatan yang diinginkan jika
dirinya mengganggap jumlah imbalannya kurang, anak akan selalu mencari
keuntungan.Pemberian hadiah bersifat moral yang diberikan pada anak seperti memuji
dan menyanjungnya di depan orang lain, menciumnya, menggunakan kalimat kalimat
yang memberikan dorongan, misalnya “terima kasih” sangat bagus” pintar.

2. Tidak memberi hukuman yang melebihi dosis sehingga menyebabkan racun bagi
anak. Tetapi memberikan hukuman yang dapat menjadi obat bagi anak. Fungsi hukuman
mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan anak yaitu : menghilangkan
pengulangan suatu tindakan yang tidak diinginkan, mendidik anak supaya lebih mengerti
peraturan apabila dia tidak berbuat kesalahan maka mendapatkan hukuman dan tidak
apabila dia tidak berbuat kesalahan, supaya anak merasa terdorong atau termotivasi lagi
agar tidak melakukan kesalahan lagi.

3. Mengajak anak menabung uangnya, ( anak belajar mengelola keuangannya


sehinga memahami kegunaan dari menabung),
4. Memberikan contoh atau teladan yang baik pada anak. ( ketika ada tamu yang
tidak diharapkan, maka jangan mengatakan kepada sianak “ beri tahu dia bahwa ibu/ayah
sedang tidak ada )

5. Memberi pemahaman atau jawaban yang benar terhadap masalah atau pertanyaan
yang disampaikan anak. Anak pandai akan banyak bertanya apa yang ia belum ketahui
dan membuat jengkel orang dewasa.Pertanyaan anak mungkin terdengar konyol,
sehingga orang tua akan menjawab apa adanya, atau berbohong agar anak berhenti
bertanya. Keengganan untuk menjawab membuat anak menerima informasi yang salah
dan tidak lengkap, dan menyebabkan anak tak mampu mengambil keputusan yang tepat
jika persoalan serupa dating lagi.

6. Tidak memaksa tetapi terus memotivasi anak. Agar permasalahan cepat selesai,
banyak orang tua mengambil jalan pintas, dengan memaksa anak agar menuruti
keinginan orang tua. Seorang ibu memaksa seorang kakak untuk menyerahkan mainan
kepada adiknya yang menangis karena menginginkan mainan kakaknya. Padahal dengan
berhentinya adik menangis masalah bukannya selesai malah menciptakan masalah baru,
yaitu tangisan menjadi senjata untuk adik mencapai keinginannya dan kakak menjadi
kecewa karena haknya dirampas.

Model pembelajaran tersebut jika diterapkan untuk anak dengan baik dan tepat maka akan
membentuk pribadi anak dengan karakter yang baik pula. Pendidikan suatu bangsa
mencirikan karakter bangsa tersebut. Pendidikan karakter yang ditanamkan dari dini bagi
anak pra sekolah di Indonesia melalui model-model pembelajaran tersebut di atas akan
bermanfaat dalam mewujudkan karakter bangsa Indonesia yang anti korupsi. Seperti pepatah
mengatakan kecil beranjak-anjak, besar terbawah-bawah. Pepatah ini mengandung arti bahwa
anak kalau dari kecil tidak dididik karakternya (mental dan moral) dengan baik, maka sampai
besarpun ia menjadi anak yang tidak memiliki karakter yang baik, sebaliknya anak yang dari
kecil dibina karakternya dengan baik maka sampai ia besar menjadi anak yang berkarakter
baik.

Dengan model pembelajaran anti korupsi yang diberikan pada anak pra usia sekolah sedini
mungkin, dapat membentuk anak menjadi anak yang memiliki jiwa anti korupsi. Anak akan
menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki potensi sumber daya manusia yang
berkarakter jujur dan bartanggung jawab serta memiliki moral yang baik. Jiwa anti korupsi
yang dimiliki generasi penerus bangsa dapat menghilangkan stigma Indonesia sebagai negara
dengan tingkat korupsi yang masuk dalam kategori paling luas di dunia yang menempatkan
Indonesia sebagai jawara korupsi di Asia. Peringkat Indonesia tahun 2012 lebih buruk dari
negara Asia Tenggara lainnya.

Pencanangan isu pendidikan anti korupsi yang dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan
anak usia dini (PAUD) atau anak pra usia sekolah melalui model pembelajaran pendidikan
karakter sudah mulai diterapkan pada bulan Juni 2012 oleh Kementrian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan diharapkan dapat
diimplementasikan kepada anak. Perlu juga menjadi perhatian pemerintah untuk
mensosialisasikan kurikulum pendidikan anti korupsi melalui model pembelajaran
pendidikan karakter yang mendukung pendidikan anti korupsi bagi para pendidik dan orang
tua. Sebab menurut penilaian penulis belum semua jenjang pendidikan anak usia dini
(PAUD) menerapkan pendidikan karakter, hal ini disebabkan karena para pendidik belum
mendapatkan sosialisasi kurikulum pendidikan anti korupsi, misalnya baru tiga sekolah
taman kanak-kanak negeri di kodya Ambon yang tenaga pendidiknya mengikuti sosialisasi
kurikulum pendidikan anti korupsi. Keterlambatan dalam mensosialisasikan kurikulum anti
korupsi, jelas berpengaruh terhadap lambatnya pencegahan korupsi.

Kesimpulan

Sebenarnya korupsi dapat diberantas melalui pencegahan. Pencegahan dimaksud adalah


melalui pendidikan anti korupsi yang diberikan kepada anak usia dini atau anak pra usia
sekolah dengan cara memberikan model-model pembelajaran tentang pendidian karakter
yang dapat membentuk moral dan mengarah kepada perilaku anak yang anti korupsi. Dengan
memberikan model pembelajaran pada anak usia dini dapat mencegah korupsi di kemudian
hari. Membangun karakter generasi bangsa anti korupsi sedini mungkin merupakan tanggung
jawab bersama. Pemerintah, pendidik dan orang tua, sehingga pendidikan anti korupsi dapat
terwujud dengan baik.
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR

Tuesday, May 28, 2013 | comments (2)


Perlunya pendidkan korupsi untuk anak sekolah dasar seperti contoh berikut ini:

Sambil meneriakkan yelyel, Senin (1/5) siang pelataran gedung KPK disesaki puluhan siswa SD.
Mereka datang bukan untuk berdemonstrasi, melainkan hendak belajar tentang antikorupsi.
Mengenakan seragam putih-putih, para siswa berbaris rapi menunggu giliran untuk memasuki
gedung KPK sambil mendengarkan arahan dari guru pembimbing. Mereka siswa SD Muhammadiyah
5 Kebayoran, Jakarta.
Ditemani kepala sekolah dan tiga orang guru pembimbing, 71 siswa tersebut bertandang ke KPK
dalam rangka outing kelas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) yang salah satu
temanya membahas tentang pemerintahan. "Salah satu lembaga pemerintahan tersebut adalah
KPK,” ucap Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 5 Jakarta, Ahmad Said.

Di ruang Auditorium KPK, sebelum acara dimulai, mereka kembali kompak memperdengarkan yelyel
"Berani Jujur Hebat" yang mereka persiapkan dari sekolah untuk membangkitkan semangat. “Kami
ingin mengajarkan nilai-nilai kejujuran kepada siswa sejak dini supaya mereka berani, jujur, dan
antikorupsi, sebagaimana diajarkan oleh nilai-nilai agama,” lanjut Ahmad Said.

Diawali dengan games ringan, fasilitator dari Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
(Dikyanmas) KPK, Ardiansyah Putra, segera memulai sesi belajar. Di awal peparannya, Ardi
memberikan gambaran awal tentang kondisi Indonesia dengan segala kekayaan yang dimiliki, baik
sumber daya alam maupun ekonomi. Namun kondisi tersebut dibuat carut-marut karena perilaku
korupsi. “Kalian adalah generasi pelurus atas segala yang terjadi di Indonesia saat ini,” ungkap ardi.

Stimulasi awal dilakukan oleh fasilitator untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan para siswa
tentang arti dari korupsi itu sendiri. Suasana mulai riuh ketika siswa berebut untuk menjawab
pertanyaan dari fasilitator. “Korupsi adalah mengambil uang yang bukan punya kita,” ucap salah
satu siswa bernama Daffa. “Korupsi adalah mengambil uang rakyat atau negara,” sahut siswa lain.
Fasilitator memberikan apresiasi atas pendapat yang mereka sampaikan. “Betul sekali, itu
merupakan salah satu bentuk korupsi,” ucap Ardi.

Sejurus kemudian, Ardi memulai paparannya yang disampaikan dengan tata cara dan bahasa yang
komunikatif dan disesuaikan kemampuan siswa SD. Menurutnya, kejujuran dimulai dari dari sendiri.
Bibit-bibit korupsi berasal dari hal-hal kecil. Ardi pun mencontohkan perbuatan korupsi kecil-kecilan
di lingkungan sekolah yang justru menjadi bibit dari terjadinya korupsi kelak. “Mencontek
merupakan salah satu perbuatan korupsi”, ucapnya. Seolah tak mau kalah, para siswa kembali
berebut untuk memberikan contoh lain perbuatan korupsi yang sering terjadi di sekolah maupun di
rumah.

KPK berharap para siswa dapat menerapkan nilai-nilai antikorupsi, terutama kejujuran, dalam diri
para siswa. Yang kemudian bisa diterapkan di lingkungan terdekatnya, yakni keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dengan demikian, praktik korupsi meskipun kecil dapat dihindari sejak dini.
Satu setengah jam pun berlalu. Akhirnya pertemuan itu berakhir. Para siswa meninggalkan gedung
KPK dengan semangat baru. Semangat dengan menjadikan nilai kejujuran sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan.
(Humas KPK)
Dampak Korupsi Bagi Negara dan
Masyarakat
Sponsors Link

Dalam makna yang paling sederhana, korupsi diartikan sebagai tindakan menyelewengkan
uang atau benda orang lain yang bukan menjadi haknya. Dalam arti luas, korupsi diartikan
sebagai tindakan menyalahgunakan jabatan untuk keuntungan pribadi dan digunakan sebagai
upaya untuk memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi. Tindakan korupsi pada
tingkatan pemerintahan suatu negara sangat merugikan karena berpotensi meningkatnya
kemiskinan di suatu negara. Selain itu, negara juga mengalami kerugian materi yang tidak
sedikit. Korupsi bersifat menguntungkan diri sendiri, namun merugikan kepentingan umum
dan negara. Di Indonesia sendiri, kasus korupsi bukan merupakan hal baru. Berdasarkan data
dari Transparency Indonesia, Indonesia menduduki peringkat 12 dari total 175 negara
sebagai negara terkorup. Cukup disayangkan memang, meskipun berbagai upaya hukum telah
diupayakan, nyatanya tidak mampu memberikan efek jera kepada para pelaku korupsi.

ads

Sejarah Korupsi di Indonesia

Catatan panjang tentang korupsi di Indonesia telah dimulau bahkan sebelum Indonesia
merdeka. Pada masa kerajaan, korupsi telah banyak terjadi, biasanya karena motif perebutan
kekuasaan. Bahkan sejarah menyebutkan bahwa runtuhnya kerajaan -kerajaan besar di
Indonesia seperti Sriwijaya dan Singasari dilatarbelakangi oleh korupsi pada masa itu. Pada
masa itu, masyarakat belum mengenal korupsi. Korupsi didominasi oleh kalangan raja dan
sultan dari kerajaan tertentu dan lingkupnya belum menyebar ke luar kerajaan.

Pada masa penjajahan, korupsi juga merajalela. Tidak hanya korupsi oleh sultan-sultan
kerajaan, korupsi juga dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintahan Portugis dan Belanda
yang saat itu menduduki kekuasaan di Indonesia. Pada masa itu, pejabat-pejabat penjajah
mengkorup uang korpsnya, atau mengkorup keuangan instansi pemerintahan. Pada masa
penjajahan, banyak pula raja yang menerapkan sistem upeti untuk rakyat. Rakyat harus
menyerahkan harta benda atau pangan dalam jumlah tertentu. Teknik tersebut ternyata juga
ditiru oleh pemerintahan Belanda ketika menduduki Indonesia.

Pada masa sekarang, korupsi sudah bukan hal yang baru di lingkup pemerintahan. Korupsi
merupakan tindakan biasa, bahkan para pejabat beramai-ramai melakukan korupsi untuk
memperkaya diri. Berbagai upaya hukum telah diterapkan, namun ternyata tidak mampu
memberikan efek jera bagi koruptor.

Dampak Korupsi

Apapun alasannya, korupsi merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan dilihat dari aspek
manapun. Banyak kepentingan publik yang terbengkalai, juga kerugian negara yang sangat
besar akibat dari korupsi itu sendiri. Selain itu, korupsi juga memberikan dampak negatif di
berbagai bidang yang meliputi:

1. Bidang Demokrasi

Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di bidang demokrasi. Bagi Anda yang
pernah menjadi Dewan Pemilih Tetap (DPT) saat pesta demokrasi (pemilu) berlangsung pasti
pernah mengetahui yang disebut “serangan fajar”. Sejumlah calon tetentu memberikan
imbalan uang bagi siapa saja yang memilihnya saat pemilu, sehingga ia terpilih menduduki
jabatan tertentu. Pemberian imbalan uang tersebut sifatnya adalah sogokan. Beberapa
memang tidak memberikan uang untuk melancarkan jalannya menduduki suatu jabatan,
namun ia memberikan barang tertentu kepada masyarakat. Apapun bentuk sogokan yang
diberikan tersebut adalah salah satu bentuk korupsi. Sayangnya, masyarakat Indonesia
kebanyakan tidak cukup cerdas untuk memikirkan dampak jangka panjang jika mereka
menerima sogokan tersebut.

Saya contohkan sebuah kasus ringan yang sangat sering terjadi saat pemilu. Ada 2 orang dari
daerah yang sama yang mencalonkan diri mejadi anggota DPR. Sebut saja A dan B. Si A
memiliki kepribadian pemimpin yang baik, mampu mengayomi, memberikan bantuan untuk
kasus-kasus sosial yang terjadi di lingkungannya. Saat detik-detik menjelang berlangsungnya
pemilu, si A menggunakan cara yang jujur, sedangkan si B memberikan uang kepada para
calon pemilih agar ia terpilih menduduki kursi DPR. Karena para pemilih yang memilih
sogokan dan juga tidak memikirkan dampak panjang, akibatnya si B yang justru terpilih
menduduki kursi DPR, padahal dari segi kemampuan, si A lebih kompeten dibanding si B.
Itulah salah satu contoh dampak korupsi bagi berjalannya demokrasi di Indonesia. Maka
jangan salah jika ada semboyan “Jadilah masyarakat yang baik jika menginginkan pemimpin
yang baik”.

2. Bidang Ekonomi

Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat ekonomi negara tersebut. Dan
penelitian juga telah membuktikan, makin maju suatu negara biasanya diikuti dengan makin
rendahnya tingkat korupsu negara tersebut. Korupsi memang biasa terjadi di negara-negara
berkembang. Maka tidak heran pula, jika negara-negara berkembang memiliki perekonomian
yang tidak baik dan relatif tidak stabil. Bahkan pada beberapa kasus, sering ditemukan
perusahaan-perusahaan yang memiliki koneksi dengan pejabat mampu bertahan dan
dilindungi dari segala macam persaingan. Akibatnya, perusahaan-perusahaan yang tidak
efisien bertahan dan justru merugikan perekonomian negara.

Sponsors Link

Para ahli ekonomi juga menyebutkan bahwa buruknya perekonomian di negara-negara Afrika
ternyata disebabkan oleh tingginya tingkat korupsi negara tersebut. Para pejabat yang korup,
menyimpan uang mereka di berbagai bank di luar negeri. Bahkan ada data yang menyebutkan
bahwa besarnya uang simpanan hasil korupsi pejabat-pejabat Afrika yang ada di luar negeri
justru lebih besar dibandingkan hutang negaranya sendiri. Maka tidak heran jika ada
beberapa negara di benua Afrika yang sangat terbelakang tingkat ekonomi dan juga
pembangunan insfrastrukturnya, padahal jika dilihat dari kekayaan alam, mereka memiliki
kekayaan sumber daya alam yang luar biasa.

3. Bidang Keselamatan dan Kesehatan Manusia

Anda mungkin masih mengingat robohnya jembatan Kutai Kertanegara. Masih ada kasus-
kasus lain mengenai kerusakan fasilitas publik yang juga menimbulkan korban jiwa. Selain
itu, ada pula pekerja-pekerja fasilitas publik yang mengalami kecelakaan kerja. Ironisnya,
kejadian tersebut diakibatkan oleh korupsi. Bukan rahasia jika dana untuk membangun
insfrastruktur publik merupakan dana yang sangat besar jika dilihat dalam catatan. Nyatanya,
saat dana tersebut melewati para pejabat-pejabat pemerintahan, dana tersebut mengalami
pangkas sana-sini sehingga dalam pengerjaan insfrastruktur tersebut menjadi minim
keselamatan. Hal tersebut terjadi karena tingginya resiko yang timbul ketika korupsi tersebut
memangkas dana menjadi sangat minim pada akhirnya. Keselamatan para pekerja
dipertaruhkan ketika berbagai bahan insfrstruktur tidak memenuhi standar keselamatan
karena minimnya dana.

4. Bidang Kesejahteraan Umum

Dampak korupsi dalam bidang ekonomi lainnya adalah tidak adanya kesejahteraan umum.
Anda pasti sering memperhatikan tayangan televisi tentang pembuatan peraturan-peraturan
baru oleh pemerintah. Dan tidak jarang pula, ketika dicermati, peraturan-peraturan tersebut
ternyata justru lebih memihak pada perusahaan-perusahaan besar yang mampu memberikan
keuntungan untuk para pejabat. Akibatnya, perusahaan-perusahaan kecil dan juga industri
menengah tidak mampu bertahan dan membuat kesejahteraan masyarakat umum terganggu.
Tingkat pengangguran makin tinggi, diikuti dengan tingkat kemiskinan yang juga semakin
tinggi.

Sponsors Link

5. Pengikisan Budaya

Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada masyarakat umum. Bagi pelaku
korupsi, ia akan dikuasai oleh rasa tak pernah cukup. Ia akan terus-menerus melakukan upaya
untuk menguntungkan diri sendiri sehingga lambat laun ia akan menuhankan materi. Bagi
masyarakat umum, tingginya tingkat korupsi, lemahnya penegakan hukum, akan membuat
masyarakat meninggalkan budaya kejujuran dengan sendirinya. Pengaruh dari luar akan
membentuk kepribadian yang tamak, hanya peduli pada materi, dan tidak takut pada hukum.

6. Terjadinya Krisis Kepercayaan

Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah tidak adanya kepercayaan terhadap
lembaga pemerintah. Sebagai pengamat, masyarakat Indonesia saat ini sudah semakin cerdas
untuk menilai sebuah kasus. Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia tidak
pernah merasa puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor. Banyak koruptor yang
menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak sedikit, namun hanya memperoleh
hukuman tidak seberapa. Akibatnya, rakyat tidak lagi percaya pada proses hukum yang
berlaku. Tidak jarang pula masyarakat lebih senang main hakim sendiri untuk menyelesaikan
sebuah kasus. Hal tersebut sebenarnya merupakan salah satu tanda bahwa masyarakat
Indonesia sudah tidak percaya dengan jalannya hukum, terutama dengan berbagai tindakan
yang diambil oleh pemerintah dalam menangani kasus korupsi.

Berbagai kasus korupsi yang terjadi di Indonesia memang sangat memprihatinkan. Berbagai
faktor bisa menyebabkan korupsi itu terjadi. Langkah yang paling tepat adalah memiliki
kesadaran untuk diri sendiri terlebih dahulu. Kesadaran untuk mengutamakan kejujuran akan
mencegah kita melakukan hal-hal negatif seperti korupsi. Selanjutnya, kebijakan untuk
memperbaiki mental bangsa, juga memperbaiki kebijakan hukum akan menciptakan negara
yang bebas korupsi.
DAMPAK KORUPSI Korupsi memiliki pengaruh yang negatif bagi suau negara. Akibat dari
tindak korupsi tersebut memiliki dampak yang sangat berpengaruh bagi negara. Berikut
dampak dari korupsi. Dampak Terhadap Ekonomi Ekonomi berfunsi sebagai faktor
terpenting bagi masyarakat. apabila korupsi sudah masuk pada perekonomian negara mana
mungkin bisa makmur masyaraktnya jikalau semua proses ekonomi dijalankan oleh oknum
yang korup. Hasil dari dampak korupsi terhadp ekonomi yakni, Lambatnya Pertumbuhan
ekonomi dan Investasi Turunya Produktifitas Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa
Menurunnya Pendapatan Negara dari Sektor Pajak Meningkatnya Hutang Negara 2. Dampak
Sosial dan Kemiskinan Rakyat Dari dampak sosial dan Kmiskinan Rakyat akan menybabkan
Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik Lambatnya pengentasan kemiskinan rakyat Akses
bagi masyarakat sangat terbatas bertambahnya anka kriminalitas 3. Runtuhnya Otoritas
Pemerintahan Penyebab dari runtuhnya otoritas pemerintahan yakni, Matinya Etika Sosial
Politik para wakil rakyat sudah tidak dapat dipercaya sebagai pelindung rakyat, karna mereka
hanya memikirkan anak buah mereka jika salah satu dari mereka melakukan tindak korupsi
dengan kekuatan politiknya mereka akan melakukan berbagai cara untuk menyelamatkannya.
Tidak Berlakunya Peraturan dan Perundng Undangan peraturan perundang undangan tidak
lagi berlaku karna, kebanyakan para pejabat tinggi, pemegang kekuasaan atau hakim sering
kali dijumpai bahwa mereka mudah sekali terbawa oleh hawa nafsu mereka. dan juga sering
kali semua permasalahan selalu diselesaikan dengan korupsi. 4. Dampak Terhadap Polittik
dan Demokrasi Dari dampak terhadap politik dan demokrasi tersebut menghasilkan
Munculnya kepemimpinan yang korup Hilangnya kepercayaam publik pada demokrasi
Menguatnya system politik yang dikuasai oleh pemilik modal Hancurnya kedaulatan rakyat.
5. Dampak Terhadap Penegak Hukum korupsii terhadap penegak hukum dapat melemahkan
suatu pemerintahan. bahwasanya setiap pejabat atau pemegang kekusaan memiliki peran
penting dalam membangun suatu negara, apabila pejabat sudah melalaikan kewajibannya
maka yang akan terjadi yakni, Fungsi pemerintahan tidak berjalan dengan baik Masyarakat
akan kehilangan kepercayaan kepada pemerintah 6. Dampak terhadap Pertahanan dan
keamanan Dampak terhadap pertahanan dan keamanan mengakibatkan Lemahnya alusistra
(senjata) dan SDM Lemahnya garis batas negara Menguatnya kekerasan dalam masyarakat 7.
Dampak Terhadap Lingkungan Dampak korupsi terhadap lingkungan dapat menyebabkan
Menurunya kualitas lingkungan Menurunnya kualitas hidup

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/muhammadnurikhsanarifandi/dampak-dampak-
korupsi_58213625d99373230cff92ea

Anda mungkin juga menyukai