Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HIPERTENSI PADA LANSIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interprofessional Education (IPE)

Dosen Pengampu : Evi Soviyati, S.ST., MKM

Disusun Oleh :

1. Diah Lailatul Qaidah CBR0190009


2. Koni Rahmasari CBR01900114
3. Reza Sri Lestari CBR01900118
4. Siti Nurlela CBR0190021
5. Sri Noviyanti CBR0190022
6. Sriyani CBR0190024

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan pada tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
dan bimbingan-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini merupakan
tugas mata kuliah Interprofessional Education (IPE)

Dalam makalah ini, kami menguraikan tentang "Hipertensi Pada Lansia". Harapan
kami makalah ini bisa memberikan manfaat sebesar mungkin bagi siapa pun yang membaca
nya. Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, Kami siap menerima
segala kritik dan saran dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini

Kuningan, 10 November 2021

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pula penyakit yang


muncul dan sering diderita khususnya pada lansia atau lanjut usia. Pada usia lanjut
akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh, oleh sebab itu para lansia
mudah sekali terkena penyakit seperti hipertensi. Hipertensi atau penyakit “darah
tinggi” merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah
baik secara lambat atau mendadak. Diagnosis hipertensi ditegakkan jika tekanan
darah sistol seseorang menetap pada 140 mmHg atau lebih. Nilai tekanan darah
yang paling ideal adalah 115/75 mmHg (Agoes , 2011).

Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan
26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi
29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara
maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia
(Suhadak, 2010).

Angka kejadian hipertensi pada lansia di Indonesia dari hasil survei


kesehatan rumah tangga tahun 1995 di Jakarta, menunjukkan tekanan darah tinggi
cukup tinggi yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga. Di Poli Geriatri RSU Dr.
Soetomo pada tahun 2005 jumlah kasus hipertensi pada lansia sebanyak 55,9%.
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi risiko yang
tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan
(minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan,
jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan
(minor) yaitu obesitas, kurang olah raga atau aktivitas, merokok, minum kopi,
sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan,
pendidikan dan pola makan (Suhadak, 2010). Penyakit hipertensi akan menjadi
masalah yang serius, karena jika tidak ditangani sedini mungkin akan berkembang
dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongestif, stroke, gangguan penglihatan, dan penyakit ginjal.
Hipertensi dapat dicegah dengan menghindari faktor penyebab terjadinya

3
hipertensi dengan pengaturan pola makan, gaya hidup yang benar, hindari kopi,
merokok dan alkohol, mengurangi konsumsi garam yang berlebihan dan aktivitas
yang cukup seperti olahraga yang teratur (Dalimartha, 2008).

Pada tugas ini mahasiswa berkolaborasi/bekerjasama dengan mahasiswa


dari program studi yang berbeda dalam menganalisis suatu kasus dengan pendapat
sesuai ranahnya masing-masing, selain itu untuk meningkatkan pengetahuan
terkait IPC. Hal ini juga membantu memberikan solusi terhadap permasalahan
kesehatan pada lansia dan dapat menjadi suatu kegiatan yang berkesinambungan
dan berkelanjutan dalam pemberdayaan kesehatan pada masyarakat lansia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu hipertensi pada lansia ?
2. Apa saja klasifikasi hipertensi pada lansia ?
3. Apa saja tanda dan gejala hipertensi pada lansia ?
4. Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada kasus hipertensi lansia ?
5. Bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada kasus hipertensi
lansia ?
6. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan dan asuhan apa yang harus
diberikan oleh tenaga kesehatan masyarakat pada kasus hipertensi tersebut ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar pembaca dapat memahami lebih jauh tentang penyakit hipertensi
pada lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian hipertensi pada lansia.
2. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi pada lansia.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi pada lansia.
4. Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada kasus hipertensi lansia.
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus hipertensi pada
lansia.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan asuhan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan masyarakat pada kasus hipertensi lansia.

4
1.4 Manfaat Pembahasan

Tulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi baik bagi
tenaga kesehatan ataupun masyarakat umum mengenai hipertensi pada lansia.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. IPE (Interprofesional Education)


Merupakan suatu proses dimana sekelompok mahasiswa atau profesi
kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi melakukan pembelajaran
bersama dalam periode tertentu, berinteraksi sebagai tujuan yang utama, serta untuk
kolaborasi dalam upaya promotive, preventif, kuratif, rehbilitatif, dan jenis pelayanan
kesehatan lainnya (WHO, 2010).
WHO (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang dampak
daripenerapan praktikkolaborasi dalam dunia kesehatan menunjukan bahwa hasil
praktik kolaborasi dapat meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi layanan
kesehatan, penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai, outcome kesehatan
bagi penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan pasien. Proses IPE membentuk
proses komunikasi, tukar pikiran, proses belajar, sampai kemudian menemukan
sesuatu yang bermanfaat antar pekerja profesi kesehatan yang berbeda dalam rangka
penyelesaian suatu masalah atau peningkatan kualitas kesehatan (Toman, Kevin,
dkk., 2016).

B. Hipertensi pada lansia


Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang
di bawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan
menetap, timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan darah tinggi.
Hipertensi atau penyakit “darah tinggi” merupakan kondisi ketika seseorang
mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak. Diagnosis
hipertensi ditegakkan jika tekanan darah sistol seseorang menetap pada 140 mmHg
atau lebih. Nilai tekanan darah yang paling ideal adalah 115/75 mmHg (Agoes ,
2011).

6
Pada lansia akan terjadi berbagai kemunduran organ tubuh, oleh sebab itu
lansia mudah sekali terkena penyakit seperti hipertensi. Hipertensi yang sering terjadi
pada lansia adalah hipertensi sitolik yaitu jika tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan
tekanan diastolik < 90 mmHg.

C. Tanda gejala hipertensi


Pada sebagian besar hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersama dandipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi.
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah

D. Klasifikasi
 Hipertensi esensial (primer)
Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95%.
Hipertensi ini terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat
ketidakteraturan mekanisme control homcostatik normal,dapatjuga disebut
hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti genetic,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, system renin-angiotensin,
defek dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti obesitas dan merokok.
 Hipertensi sekunder
Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya 5% dari seluruh kasus tekanan darah tinggi.
Hampi semua hipertensi sekunder berhubungan dengan gangguan sekresi
hormone dan fungsi ginjal. Penyebab spesifik hipertensi ini antara lain
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiperaldesteronisme primer, sindroma cushing, feokromositoma, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Umumnya hipertensi

7
sekunder dapat di sembuhkan dengan penatalaksanaan penyebabnya secara
tepat.

Berdasarkan filestyle, prevalensi hipertensi tertinggi dialami oleh orang yang


melakukan aktivitas fisik (49,8%) dan konsumsibuah dan sayur (49,9%), tidak
melakukan aktivitas fisik berat (49,6%), aktivitas fisik sedang (54,5%), dan berjalan
kaki/bersepedah kayuh (53,2%), tidak pernah mengkonsumsi makanan asin (51,6%)
dan minuman beralkohol (49,8%), mengkonsumsi makanan/minuman manis 1-2x
perminggu (54,0%), jeroan ˃1 kali per hari (62,1%), dan minuman berkafein 1 kali
perhari (52,3%). Sebeblumnya merokok (68,8%), dan stress (52,9%). (Riskesdes,
2017).

Menurut Smeltzer (2001), hipertensi pada usia lanjut diklasifikasikan sebagai berikut:
 Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
 Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.

E. Penyebab
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi risiko yang
tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor).
Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin,
ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas,
kurang olah raga atau aktivitas, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar
kalium rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan (Suhadak,
2010).
Faktor yang mempengaruhi hipertensi Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko
hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Faktor yang tidak dapat diubah
 Usia
Tekanan darah akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia,
mencapai puncaknya pada pubertas kemudian cenderung akan menurun.
Pada lansia elastisitas arteri menurun dan arteri menjadi kaku. Hal ini

8
meningkatkan tekanan sistolik karena dinding pembuluh darah secara
fleksibel tidak mampu retraksi maka tekanan diastolic menjadi lebih
tinggi.
 Faktor genetic
Penelitian menyebutkan kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada
pasienkembar monozigot daripada heterozigot menyokong pendapat
bahwa faktor genetic mempunyai pengaruh terhadap timbulnya hipertensi.
 Jenis kelamin
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pria memiliki tekanan darah
lebih tinggi daripada wanita pada rentang usia yang sama (Reckelhoff,
2001). Setelah pubertas, wanita biasanya mempunyai tekanan darah lebih
rendah daripada laki-laki pada usia yang sama. Hal ini terjadi akibat
perbedaan hormonal. Wanita lebih cenderung mempunyai tekanan darah
tinggi dari sebelumnya setelah menopause.
 Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri hipertensi
banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada Kaukasia atau
Amerika Hispanik.

2. Faktor yang dapat diubah


Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain
yaitu :
 Merokok Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi
karena dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di dalam
otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh darah dan
memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih
tinggi (Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).
 Kurang aktifitas fisik Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
Kurangnya aktifitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk

9
penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan
kematian secara global (Iswahyuni, S., 2017).
 Konsumsi Alkohol Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan
karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah
menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa darah lebih kuat lagi
agar darah sampai ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K., Suba, B.,
Wongkar, D., 2013). Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol
dapat meningkatkan tekanan darah.
 Kebiasaan minum kopi Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung
koroner, termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah
karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah
satu zat yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein
didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon
adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi kafein
dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam (Indriyani
dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).
 Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam Garam
merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak. Konsumsi
garam secara berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut
Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. (2018), natrium
merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang berfungsi
menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan
hipertensi.
 Kebiasaan konsumsi makanan lemak Menurut Jauhari (dalam Manawan
A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I, 2016), lemak didalam makanan atau
hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan kholesterol darah,
terutama lemak hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang
tinggi bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.

10
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Kasus

Ny. A berusia 60th datang ke PMB Bidan O pada tanggal 8 November 2021
pukul 10.00 WIB. Ibu mengeluh sering mengalami nyeri pada bagian tengkuk, tidak
memiliki riwayat penyakit apapun , tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
hormonal , sering mengonsumsi ikan laut ikan asin, jengkol , pete dan kadang minum
air rebusan belimbing tidak pernah mengonsumsi obat hipertensi bekerja menjadi ibu
rumah tangga setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan hasil tekanan darah 160/90
mmHg , nadi 65x/menit, pernapasan 24x/menit suhu 36,5c berat badan 50kg tb
160cm, penglihatan jelas, pemeriksaan abdomen tidak adanya nyeri ulu hati,
ekstermitas normal. Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada kasus
tersebut?

11
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus

A. Kasus
Ny. A berusia 60th datang ke PMB Bidan O pada tanggal 8 November 2021
pukul 10.00 WIB. Ibu mengeluh sering mengalami nyeri pada bagian tengkuk, tidak
memiliki riwayat penyakit apapun, tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
hormonal, sering mengonsumsi ikan laut, ikan asin, jengkol, pete dan kadang minum
air rebusan belimbing tidak pernah mengonsumsi obat hipertensi, ibu bekerja menjadi
ibu rumah tangga setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan hasil tekanan darah
160/90 mmhg, nadi 65x/menit, pernapasan 24x/menit suhu 36,5c berat badan 50kg
tinggi badan 160cm, penglihatan jelas, pemeriksaan abdomen tidak adanya nyeri ulu
hati, ekstermitas normal.
B. Pengkajian Kasus pada Kebidanan
1. Data Subjektif
a. Ibu mengeluh sering mengalami nyeri pada bagian tengkuk.
b. Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun baik dirinya
sendiri maupun keluarganya.
c. Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi hormonal
apapun seperti, pil KB , suntik KB maupun implant.
d. Ibu mengatakan sehari-hari mengosumsi ikan laut, ikan asin, jengkol,
petai dan kadang meminum air rebusan daun belimbing.
e. Ibu mengatakan tidak pernah mengosumsi obat hipertensi yang di berikan
pada saat posyandu lansia.
f. Ibu mengatakan sehari-hari hanya melakukan pekerjaan rumah.
2. Data Objektif
Keadaan umum ibu baik dan kesadaran : composmentis Tekanan darah :
160/90 mmHg Denyut nadi: 65 x/menit Pernapasan : 24 x/menit Suhu: : 36,5o
C, BB : 50 kg, TB : 160 cm, penglihatan : masih jelas, penglihatan : masih
jelas, abdomen : tidak ada nyeri ulu hati, ektremitas : normal
3. Analisis
Ny.A umur 60 tahun dengan tekanan darah 160/100 mmHg

12
4. Penatalaksanaan
a. Informasi hasil pemeriksaan
b. Ajarkan kepada pasien cara melakukan senam hipertensi
c. Jelaskan kepada pasien tentang manfaat senam hipertensi
d. Edukasi mengenai nyeri pada tengkuk
e. Edukasi mengenai bahaya hipertensi
f. Edukasi mengenai cara pencegahan hipertensi
g. Edukasi mengenai pemenuhan nutrisi pada lansia dengan hipertensi
h. Jadwalkan kunjungan ulang

C. Pengkajian Kasus pada Keperawatan

1. Diagnosa
Resiko terjadinya hipertensi yg menyebabkan nyeri di tengkuk
2. implementasi
 Memantau tekanann darah sebagai observasi awal
 Mengkaji penyebab terjadinya nyeri tengkuk
 Membantu/menganjurkan pasien untuk mengurangi makanan atau minuman
yg menyebabkan terjadinya hipertensi da nyeri tengkuk
 Menganjurkan tehnik relaksasi
 Kolaborasi dengan dokter
 Memberikan obat penurun hipertensi
 Memantau respon obat
3. Evaluasi
Subjektif :
- Ny. A mengatakan nyeri tengkuk
- Ny. A mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun
- Ny. A mengatakan tdk pernah menggunakan alat kontrasepsi hormonal
- Ny.A mengatakan sering mengkonsumsi
Objektif :
- Ny. A tampak mengeluh
- Ny. A terlihat merasa kesakitan akibat nyeri tengkuk
- Tanda tanda vital
- Ny. A mengatakan penglihatan jelas
- Ny. A mengatakan tidak adanya nyeri ulu hati

13
- Ekstrmitas Ny. A terlihat normal
Analisis :
Masalah belum teratasi
Penatalaksanaan :
Lanjutkan intervensi dan berkolaborasi dengan dokter

D. Pengkajian Kasus Pada Kesehatan Masyarakat

Dilihat dari kebiasaan makan Ny. A yang bisa memicu Hipertensi dan hasil tekanan
darah yang menunjukan hipertensi kasus ini sudah termasuk kuratif, dari segi
kesehatan masyarakat selain untuk menganjurkan berobat ke dokter, Ny. A berhak
mendapatkan penjelasan mengenai hal-hal atau kebiasaan untuk mengurangi
konsumsi ikan laut, jengkol dan pete karena jika terus dibiarkan dan biasakan
mengkonsumsi ditakutkan memicu dan memperparah hipertensinya. Untuk
mengurangi penyakit hipertensinya Ny. A dianjurkan untuk rutin mengecek
kesehatannya setiap bulan, menjaga pola hidup dan makan-makanan yang bisa
membantu menurunkan atau mencegah hipertensi contohnya : sayuran hijau, yoghurt,
kentang, pisang, buah berry, delima, kiwi dan lainnya.

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Interprofessional Education (IPE) atau pendidikan antar profesi merupakan
salah satu konsep pendidikan yang terintegritas untuk peningkatan kemampuan
kolaborasi. Perkembangan penyakit pada masa kini dan masa yang akan datang
memerlukan penanganan yang komprehensif dari berbagai profesi tenaga kesehatan
terutama pada penyakit hipertensi yang disinyalir sekitar 24,6% orang di dunia
menderita hipertensi sedangkan di Indonesia terbanyak di derita oleh usia lanjut
dengan prevalesni 45,9%. Dengan adanya kolaborasi antar mahasiswa profesi dalam
memecahkan kasus hipertensi dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda diharapkan
saling berbagi ilmu, menumbuhkan sikap saling percaya, saling menghargai dan
menghormati serta saling tergantung dan saling melengkapi satu sama lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andria, K. M. (2013). Hubungan antara perilaku olahraga, stress dan pola makan
dengan tingkat hipertensi pada lanjut usia di posyandu lansia Kelurahan Gebang Putih
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes, 1(2), 111-117.
Warijan, W., Marsum, M., Indriyawati, N., & Jannah, M. (2018). PRAKTEK KERJA
NYATA INTER PROFESSIONAL COLLABORATION (PKN-IPC) MAMPU
MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT. LINK, 14(2), 60-
67.
Andria, K. M. (2013). Hubungan antara perilaku olahraga, stress dan pola makan
dengan tingkat hipertensi pada lanjut usia di posyandu lansia Kelurahan Gebang Putih
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes, 1(2), 111-117.
Manuntung, N. A., & Kep, M. (2019). Terapi perilaku kognitif pada pasien
hipertensi. Wineka Media.
Hasnawati, S. (2021). Hipertensi. PENERBIT KBM INDONESIA.
Hipertensi. (2004). Indonesia: Gramedia Pustaka Utama.
Ariga, R. A. (2020). Buku Ajar Implementasi Manajemen Pelayanan Kesehatan Dalam
Keperawatan. Deepublish.

16

Anda mungkin juga menyukai