Anda di halaman 1dari 17

FARMASI LINGKUNGAN

Kelompok 8
a. Kartika Eka Paksi (201951115)
b. Nur hidayat (201951155)
c. Santika Bahari (201951186)
d. Selpia Handayani (201951190)
e. Sindy Elma Rahmawati (201951197)
f. Umiyatul Fatika (201951219)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal


(ISTA)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Limbah farmasi merupakan salah satu pencemaran yang sangat potensial. Pada saat
ini masih sering kita jumpai limbah farmasi yang kurang mendapatkan perhatian serius
dari berbagai rumah sakit maupun industri farmasi. Pengelolaan limbah yang masih
‘terpinggirkan’ dari pihak-pihak rumah sakit dan industri farmasi tentunya berdampak
buruk bagi masyarakat maupun lingkungan. Pada dasarnya, limbah farmasi merupakan
salah satu dari limbah medis berbahaya karena sifat toxicity, flammable, reactivity daan
corrosive, serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik
dan benardemi menghindari resiko-resiko yang akan terjadi.

Sangat disayangkan bahwa pengetahuan maupun pemahaman pihak-pihak terkait


mengenai peraturan dan persyaratan dalam pengelolaan limbah farmasi masih dirasa
minim sehingga sampai saat ini masih banyak sekali rumah sakit maupun industri
farmasi yang membuang air limbahnya ke saluran umum. Hal ini mengingat bahwa
kendala yang paling banyak dijumpai yakni teknologi yang ada saat ini masih cukup
mahal sedangkan dana yang tersedia untuk membangun unit alat pengolah limbah masih
sangat terbatas. Maka, perlu dikembangkan alat teknologi pengolahan air limbah yang
murah dan mudah pengoperasiannya.

Melalui makalah ini, akan dijabarkan secara lebih rinci mengenai limbah farmasi
dari segi golongannya, bahayanya bagi makhluk hidup maupun lingkungan, serta cara
dan teknologi pengolahan limbah farmasi agar tidak merusak lingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu farmasi lingkungan ?
2. Macam-macam limbah industri ?
3. Cara dan metode pengolahan limbah industri ?
4. Manfaat pengolahan limbah yang baik dan benar ?
5. Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan farmasi lingkungan
2. Menjelaskan macam-macam limbah industri
3. Menjelaskan pengolahan limbah industri
4. Menjelaskan manfaat mengelola limbah industri
5. Menjelaskan usaha untuk mengurangi dan menggulangi pencemaran lingkungan
BAB II
Pembahasan

A. Definisi

Ilmu farmasi tidak hanya berbicara tentang bagaimana membuat dan meracik obat
namun juga belajar tentang lingkungan. Pengertian lingkungan (=Ekologi) berasal dari
bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos berarti habitat atau tempat tinggal,
sedangkan logos berarti pengetahuan atau ilmu. Istilah ekologi merupakan sub ilmu
dasar Biologi seperti halnya komputer (Comput =menghitung; er = alat) yang merupakan
sub Statistika, Matematika dan Fisika Elektronik. Adapun istilah ekologi pertama kali
dikenalkan oieh seorang filusup hayati dari Jerman bernama Ernst Haeckei pada tahun
1866. Secara umum ekologi dapat diartikan sebagai ilmu/pengetahuan yang mempelajari
hubungan timbal balik antara mahluk hidup/organisme dengan lingkungannya.

Farmasi lingkungan bertujuan memberikan pengetahuan tentag limbah, limbah di


industri farmasi dan bagaimana memproduksi yang sehat dan pengolahan limbah.
Lingkungan sendiri secara tidak langsung sudah mengalami perubahan akibat
meningkatnya aktivitas manusia.banyaknya dan perkembangan industri mengakibatkan
kita berada di lingkungan yang mungkin sudah tercemari oleh limbah.
Pencemaran lingkungan bukan hal yang asing lagi di telinga kita. Pencemaran
ligkungan adalah suatu proses/keadaan dimana komposisi dan keadaan lingkungan
secara langsung/ tidak langsung mengalami perubahan akibat suatu aktivitas manusia,
sehingga peruntukannya pun menjadi berubah pula. Pencemaran dapat menimbulkan
dampak dan resiko terhadap kesehatan manusia, keseimbangan ekologi, kualitas bahan
dan estetika/keindahan.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pengetahuan yang cukup dan tepat agar hal ini
tidak menimbulkan masalah berkepanjangan. Di farmasi sendiri saya tidak melulu
belajar bagaimana cara membuat obat. Di jurusan ini saya juga belajar bagaimana
menangani limbah, khususnya berkaitan dengan sediaan farmasi. Mata kuliah ini
dinamakan Farmasi Lingkungan.

B. Limbah Farmasi

Limbah farmasi adalah limbah yang mencakup produk farmasi yang sudah
kadaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, atau terkontaminasi sehingga harus dibuang.
Contoh produk farmasi tersebut, antara lain :
1. Senyawa kimia dan produk botani yang digunakan dalam pengobatan
2. Sediaan farmasi (tablet, kapsul, sirup, injeksi, krim, infus, dll)
3. Produk diagnostik in vitro dan in vivo
4. Produk biologi seperti vaksin dan sera
Kategori ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk
menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan,
masker, selang penghubung dan ampul obat. Jadi limbah mediss dapat dikategorikan
sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan
beracun. Bahaya limbah farmasi yang umumnya sudah tekontaminasi oleh bakteri, virus,
racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan makhluk lain.

1. Limbah jarum suntik


Limbah jarum suntik yang berasal dari rumah sakit atau puskesmas harus
dimusnahkan karena bila pengelolaan limbahnya tidak benar. Jarum suntik dapat
menularkan penyakit kepada pasien lain, pengunjung RS, petugas kesehatan,
maupun masyarakat umum. Yang lebih berbahaya lagi yaitu, bila jarum suntik
tersebut pernah digunakan oleh pengidap HIV/AIDS kemudian digunakan kembali
oleh orang yang tidak terkena HIV/AIDS, maka orang tersebut akan terinfeksi HIV.
Sebenarnya ada cara praktis untuk menghancurkan jarum suntik yaitu dengan
menggunakan alat khusus berteknologi sederhana yang bernama needle destroyer.
Cara penggunaannyadengan memasukkan jarum suntik bekas kedalam lubang
alumunium didalam alat, maka mesin akan melelehkan jarum dan menjad steril.

2. Limbah obat
Obat palsu juga merupakan salah satu limbah medis atau limbah farmasi yang
berasal dari obat-obatan yang tidak digunakan lagi oleh pasien/masyarakat. Obat
palsu adalah obat yang diproduksi oleh pihak yang tidak berhak menurut undang-
undang, obat tidak terdaftar, obat dengan zat aktif kurang dari 80 %, obat anpa zat
aktif sama sekali, serta obat kadaluwarsayang dikemas kembali.
Idealnya obat-obat tersebut dibuang dengan menggunakan insinerasi suhu
tinggi (misalnya, lebih dari 1.200 C). Fasilitas insenerasi seperti itu yang dilengkapi
dengan pengendali emisi yang memadai biasa ditemukan di negara-negara industri.

Pengelolaan limbah farmasi dapat dilakukan dengan pemilihan teknologi yang


didasarkan pada :
1. Karakteristik limbah
Misalnya, kadungan senyawa organik (BOD dan COD), bahan padat tersuspensi,
derajat degradabilitas, dan jumlah limbah yang dibuang perharinya.
2. Mutu baku lingkungan
Misalnya dari tempat pembuangan limbahnya dan mutu baku limbah yang berlaku.
3. Biaya operasional pengolahan
4. Lahan yang harus disediakan
Catatan dalam pengelolaan limbah farmasi :
1. Bahan kontainer harus sesuai dengan karakter limbah
2. Semua kontainer (wadah) baik pada tahap penimbunan sampai pengelolaan harus
kuat, kedap air dan harus disimpan di area yang tertutup untuk melindungi resiko
bahaya dari limbah farmasi.
3. Adanya pemisahan area yang menghasilkan limbah farmasi dapat menyulitkan
dalam pengelolaan limbah baik dalam efektivitas kerja dan efisiensi biaya
4. Diperlukan pemilahan limbah-limbah yang mungkin dapat digunakan lagi seperti
disinfektan yang penggunaannya tidak terbatas.
5. Perlu adanya proteksi diri terhadap pekerja yang mengelola limbah farmasi agar
terhindar dari kecelakaan kerja.

C. Limbah Industri

Limbah merupakan sesuatu, baik dalam bentuk materi, makhluk hidup, energi
maupun informasi yang berada di suatu sistem, di tempat, dan pada waktu yang tidak
sesuai peruntukkannya. Ketidaksesuaian inilah yang menyebabkan limbah sebagai
sumber masalah, yaitu sebagai cemaran, tidak ekonomis, dan mengancam kehidupan.
Wujud limbah sendiri ada yang berupa limbat padat, limbah cair, limbah gas dan limbah
panas/radiasi. Keempat wujud limbah ini mempunyai karakteristik dan tingkat
bahaya/risiko yang berbeda, tergantung pada daya akumulatif dan kemampuannya
menekan aspek kehidupan.

1. Limbah di Industri Farmasi


Berdasarkan karakteristik produk yang dihasilkan, industri farmasi berbeda dengan
industri yang lain, sekalipun dengan industri kimia. Produk yang dihasilkan
mempunyai nilai terapetik bagi manusia dan atau hewan. Berdasarkan jenis dan
produk yang dihasilkan, industri farmasi dibagi menjadi industri farmasi sintesis
kimia, industri farmasi ekstraksi bahan alam, industri farmasi fermentasi, industri
farmasi formulasi/sediaan farmasi, dan riset dan pengembangan (R&D). Jenis,
komposisi, dan jumlah limbahnya sangat kompleks dan beragam tergantung pada
jenis dan proses yang terlibat di dalamnya. Limbah yang dihasilkan oleh suatu
industri farmasi dapat berupa senyawa asam, basa, garam dan katalis (logam berat,
sianida, dll), pelarut-pelarut, air limbah berupa air pencucian bahan dan peralatan,
deterjen, ampas bahan alam yang digunakan, uap pelarut, medium fermentasi, sel
dan misel dalam bentuk padat, produk yang gagal dan terbuang, tumpahan bahan-
bahan, debu (dari pencampuran dan pencetakan tablet), bahan kemasan yang tak
terpakai, dan lain-lain.
2. Limbah Medis
a. Limbah benda tajam, adalah materi padat yang memiliki sudut kurang dari 90
derajat, dapat menyebabkan luka irisatau tusuk. Misalnya : jarum suntik,
kacasediaan ( preparat glass ), infuset, ampul vial/obat.
b. Limbah infeksius, adalah limbah yang mengandung patogen (bakteri, virus
parasit dan jamur.) dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada
inang yang rentan. Misalnya : limbah hasil operasi , atau otopsi dari pasien yang
menderita penyakit menular, limbah pasien yang menderita penyakit menular
dari bagian isolasi, alat atau materi lain yang tersentuh orang sakit.
c. Limbah patologis, adalah limbah yang berasal dari jaringan tubuh
manusia.misalnya : janin, tubuh, darah, muntahan, urin, dan cairan tubuh yang
lain.
d. Limbah farmasi adalah limbah yang mengandung bahan-bahan farmasi.
Misalnya : mencakup produk farmasi, obat, vaksin serum yang udah
kadaluwarsa, tumpahan obat, termasuk juga sarung tangan, masker.
e. Limbah kimia, adalah limbah yang mengandung zat kimia yang berasal dari
aktifitas diagnostik, pemeliharaan kebersihan, dan pemberian desinfektan.
Misalnya zat kimia fotografis.
f. Limbah kemasan bertekananadalah limbah medis yang berasal dari kegiatan di
instansi yang memerlukan gasmisalnya : gas dalam tabung dan kaleng aerosol.
g. Limbah logam berat, adalah limbah medis yang mengandung logam berat dalam
konsentrasi tinggi termasuk dalam sub kategori limbah berbahaya dan biasanya
sangat beracun. Misalnya : limbah logam merkuri yang berasal dari bocoran
peralatan kedokteran ( termometer, alat pengukur tekanan darah ).

3. Limbah Padat
Limbah padat industri farmasi dapat bersumber dari :
a. Obat-obat kadaluarsa
b. Kegiatan produksi, meliputi: Kegagalan produksi, debu bahan formulasi yang
terkumpul dari dust collector dan vacuum cleaner, bekas kemasan bahan baku
dan bahan pembantu serta kemasan yang rusak
c. Kegiatan laboratorium, contohnya agar dari sampel kadaluarsa
d. Kegiatan kantin karyawan, terdiri dari kotoran/sampah dapur
e. Kegiatan administrasi perkantoran, terdiri dari arsip-arsip kadaluarsa
f. Sampah kebun/halaman

Adapun penanganan untuk limbah padat ini antara lain :

a. Limbah padat termasuk dalam limbah B-3 diolah kerjasama dengan pengolah
limbah B-3 padat misalnya PT. Prasada Pamunah Limbah Industri (PT. PPLI).
b. Limbah media agar diolah dengan cara disterilisasi dengan alat autoklaf,
ditampung dengan wadah tertutup, kemudian dikirim ke PT. PPLI.
c. Kotoran dan sampah dari kantin dan kebun, bekerjasama dengan Dinas
Kebersihan DKI Jakarta untuk dibuang ke TPA
d. Kertas berkas arsip dan berkas kemasan dihancurkan dan di daur ulang
bekerjasama dengan pihak ketiga.

4. Limbah cair
Limbah cair dapat berasal dari :
a. Kegiatan produksi
b. Kegiatan laboratorium
c. Kegiatan sarana penunjang
d. Limbah domestik pencucian
e. Limbah kantin

5. Limbah gas atau debu


Limbah gas/debu yang berasal dari :
a. Kegiatan sarana penunjang : Gas yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar
boiler.
b. Kegiatan produksi : Debu yang berasal dari kegiatan proses, antara lain dari
proses granulasi, proses pencetakan tablet, proses coating dan proses massa
kapsul.

Upaya pengelolaan limbah debu atau gas antara lain :

a. Limbah asap dan gas yang keluar dari boiler.


b. Limbah debu yang terjadi dalam proses produksi dikurangi dengan pemasangan
dust collector pada ruang-ruangan yang banyak menghasikan debu.
c. Pembersihan debu-debu dengan menggunakan vacuum cleaner, kemudian
ditampung dan dikumpulkan, untuk selanjutnya di tangani seperti limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun)

6. Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang disingkat dengan limbah b3 ini adalah
limbah yang jika diperhatikan secara sifatnya, konsentrasinya, termasuk jumlahnya
memiliki kecenderungan mencemari lingkungan sekitar, membahayan lingkungan
disekitar kita hingga menghambat/merusak keberlangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainya. Contoh Limbah B3 yang memiliki ciri-ciri seperti berikut ini:
a. Mudah meledak
Oksidasi tinggi dan mudah menyala/terbakar adalah contoh ciri-ciri dari salah
satu jenis limbah b3 yang pertama. Jadi, jika kita menemukan sesuatu yang
sekiranya tak terpakai tetapi memiliki tanda-tanda mudah meledak, oksidasi
tinggi dan mudah terbakar sudah masuk dalam kategori limbah bahan
berbahaya dan beracun. Seperti misalnya kaleng bekas gas, kaleng bekas obat
nyamuk, korek isi gas yang tak terpakai.
b. Beracun
Bahan bekas/limbah apa saja yang memiliki resiko meracuni manusia dan
makhluk hidup lainya, menyebabkan kesakitan pada makhluk hidup,
mematikan keseburan tanaman/lingkungan, menyebakan kecacatan/kesakitan
jika bersentuhan dengan kulit, mata, terminum dan lainya misalnya bekas cairan
pembersih lantai.
c. Korosif
Disebut korosif jika akan menimbulkan reaksi kimia jika limbah ini tersentuh
tangan sehingga terjadi ruam-ruam merah, rasa panas hingga menyebabkan
kerusakan kulit. Tak hanya itu, disebut juga korosif jika menyebabkan reaksi
berkarat pada besi ketika tersentuh besi. Limbah yang memiliki kadar PH asam
≤ 2 dan basa lebih dari 12.5 juga masuk dalam kategori korosif seperti
contohnya limbah b3 yang termasuk dalam kategori ini adalah pemutih pakaian,
pembersih porselen, dan cairan kimia lainya.
d. Infeksius
Karakteristik limbah b3 yang berikutnya juga limbah yang infeksius. Limbah
infeksius memang jarang ditemukan pada limbah rumah tangga. Tetapi, tempat-
tempat tertentu seperti rumah sakit dan klinik adalah sumber utama limbah b3
yang satu ini. Ada banyak sekali contoh dari limbah b3 infeksius ini seperti
misalnya jarum suntik, selang infus, verban bekas luka pasien, darah, dan hal-
hal lain yang sejenis.

Pengelolahan limbah b3 ini sendiri juga sudah diatur oleh peraturan dan nomor yang
sama dimana tujuan dari pengelolahan limbah ini adalah mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan dan menanggulangi akibat dari limbah b3 ini, serta
melakukan upaya penyelesaian dan pemulihan pada hal-hal yang sudah terlanjur
tercemar oleh limbah b3 ini dengan melakukan upaya paling maksimal agar kualitas
lingkungan dan kesehatan dapat kembali seperti semula.

D. Sistem Pengolahan Limbah


1. Limbah kantin diolah dengan cara pemisahan lemak pada instalasi penyaringan
khusus untuk lemak, dimana padatannya diambil secara berkala untuk mencegah
terjadinya penyumbatan pada pipa penyaluran limbah dan alat penyaringan.
2. Limbah domestik ditampung pada bak khusus, cairannya dialirkan ke Instalasi
Pengolahan Limbah Sentral, sedangkan padatannya diendapkan dan dilakukan
penyedotan setiap sekali setahun.
3. Limbah B3 dari sisa produksi dan debu dust colector disimpan digudang khusus
limbah B3, untuk penanganannya, industri bekerja sama dengan pihak ketiga.
4. Limbah sisa produksi Betalaktam ditampung pada kolam khusus, untuk selanjutnya
dilakukan treatment pemecahan cincin betalaktam dengan menambahkan larutan
NaOH Teknis, kemudian dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah Sentral.
5. Limbah Non-Betalaktam dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah Sentral
ditampung pada bak utama, disatukan dengan limbah lainnya, untuk kemudian
dialirkan ke bak 2 dan 3 yang berisi bakteri anaerob, kemudian dialirkan ke bak 4
untuk di aerasi dan penguraian oleh bakteri aerob, selanjutnya air pengolahan
limbah dialirkan ke bak sedimentasi, lalu ke bak yang berisi ikan sebagai indikator
hayati.

Sistem pengolahan limbah akan diperiksa berkala oleh Kementrian Lingkungan Hidup
untuk diberikan penilaian berupa :

1. Proper Hitam : Harus dilakukan penegakan hukum, karena ada indikasi kesengajaan
terkait kelalaian yang dapat membahayakan lingkungan.
2. Proper Merah : Dilakukan pembinaan, karena ada kekurangan terkait pengelolaan
limbah.
3. Proper Biru : Pengolahan limbah cukup bagus tapi masih ada kekurangan.
4. Proper Hijau : Pengolahan limbah disertai CSR.
5. Proper Emas : Pengolahan limbah sudah sangat baik.

E. Metode Pengolahan Limbah

1. Limbah Padat
a. Composting, yaitu penanganan limbah organik menjadi kompos yang bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk melalui proses fermentasi. Bahan baku untuk
membuat kompos adalah sampah kering maupun hijau dari sisa tanaman, sisa
makanan, kotoran hewan, sisa bahan makanan dll. Dalam proses pembuatan
kompos ini bahan baku akan mengalami dekomposisi / penguraian oleh
mikroorganisme. Proses sederhana pengomposan berlangsung secara anaerob
yang sering menimbulkan gas. Sedangkan proses pengomposan secara aerob
membutuhkan oksigen yang cukup dan tidak menghasilkan gas. Faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pengomposan yaitu :
 Ukuran bahan, semakin kecil ukuran bahan semakin cepat proses
pengomposan.
 Kandungan air, tumpukan bahan yang kurang mengandung air akan
berjamur sehingga proses penguraiannya lambat dan tidak sempurna. Tetapi
jika kelebihan air berubah menjadi anaerob dan tidak menguntungkan bagi
organisme pengurai.
 Aerasi, aerasi yang baik akan mempercepat proses pengomposan sehingga
perlu pembalikan atau pengadukan kompos.
 pH (derajat keasaman), supaya proses pengomposan berlangsung cepat, pH
kompos jangan terlalu asam maka perlu penambahan kapur atau abu dapur.
 suhu optimal pengomposan berlangsung pada 30 – 450 C
 perbandingan C dan N, proses pengomposan dapat dihentikan bila
komposisi C/N mendekati perbandingan C/N tanah yaitu 10 – 12
 kandungan bahan sampah seperti lignin, wax (malam) damar, selulosa yang
tinggi akan memperlambat proses pengomposan.
Cara pembuatan kompos, memalui cara :

 menggunakan komposter
 tumpukan terbuka (open windrow)
 cascing (menggunakan cacing)

Kompos dari bahan baku organik memiliki beberapa kegunaan antara lain :

 memperbaiki kualitas tanah


 meningkatkan kemampuan tanah dalam melakukan pertukaran ion
 membantu pengolahan sampah
 mengurangi pencemaran lingkungan
 membantu melestarikan sumber daya alam
 membuka lapangan kerja baru
 mengurangi biaya operasional bagi petani atau pecinta tanaman

b. Gas Bio, yaitu pengubahan sampah organik yang berasal dari tinja manusia
maupun kotoran hewan menjadi gas yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar
alternatif. Kandungan gas bio antara lain metana ( CH4) dalam komposisi yang
terbanyak, karbondioksida ( CO2 ), Nitrogen ( N2 ), Karbonmonoksida ( CO ),
Oksigen (O2), dan hidrogen sulfida (H2S). Gas metana murni adalah gas tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Supaya efektif, proses pengubahan ini
harus pada tingkat kelembaban yang sesuai, suhu tetap dan pH netral.

c. Makanan ternak ( Hog Feeding ), adalah pengolahan sampah organik menjadi


makanan ternak. Agar sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak
harus dipilih dan dibersihkan terlebih dulu agar tidak tercampur dengan sampah
yang mengandung logam berat atau bahan-bahan yang membahayakan
kesehatan ternak.

d. Empat R ( 4 R = replace, reduce, recycle dan reuse )


 Replace yaitu usaha mengurangi pencemaran dengan menggunakan barang-
barang yang ramah lingkungan. Contohnya memanfaatkan daun daripada
plastik sebagai pembungkus, menggunakan MTBE daripada TEL untuk anti
knocking pada mesin, tidak menggunakan CFC sebagai pendingin dan lain-
lain.
 Reduce yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan
meminimalkan produksi sampah. Contohnya membawa tas belanja sendiri
yang besar dari pada banyak kantong plastik, membeli kemasan isi ulang
rinso, pelembut pakaian, minyak goreng dan lain-lain daripada membeli
botol setiap kali habis, membeli bahan-bahan makanan atau keperluan lain
dalam kemasan besar daripada yang kecil-kecil.
 Recycle yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan mendaur
ulang sampah melalui penanganan dan teknologi khusus. Proses daur ulang
biasanya dilakukan oleh pabrik/industri untuk dibuat menjadi produk lain
yang bisa dimanfaatkan. Dalam hal ini pemulung berjasa sekaligus
mendapatkan keuntungan karena dengan memilah sampah yang bisa didaur
ulang bisa mendapat penghasilan.Misalnya plastik-plastik bekas bisa didaur
ulang menjadi ember, gantungan baju, pot tanaman dll.
 Reuse yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara
menggunakan dan memanfaatkan kembali barang-barang yang seharusnya
sudah dibuang. Misalnya memanfaatkan botol/kaleng bekas sebagai wadah,
memanfaatkan kain perca menjadi keset, memanfaatkan kemasan plastik
menjadi kantong belanja / tas dll

e. Insenerator, adalah alat yang digunakan untuk membakar sampah secara


terkendali pada suhu tinggi. Insenerator efisien karena sanggup mengurangi
volume sampah hingga 80 %. Residunya berupa abu sekitar 5 – 10 % dari total
volume sampah yang dibakar dan dapat digunakan sebagai penimbun tanah.
Kekurangan alat ini adalah mahal dan tidak bisa memusnahkan sampah logam.

f. Sanitary Landfill, adalah metode penanganan limbah padat dengan cara


membuangnya pada area tertentu. Ada 3 metode sanitary landfill, yaitu :
 Metode galian parit (trenc method), sampah dibuang ke dalam galian parit
yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit.
Sampah yang ditimbun dipadatkan dan diratakan. Setelah parit penuh,
dibuatlah parit baru di sebelah parit yang telah penuh tersebut.
 Metode area, sampah dibuang di atas tanah yang rendah, rawa, atau lereng
kemudian ditutupi dengan tanah yang diperoleh ditempat itu.
 Metode ramp, merupakan gabungan dari metode galian parit dan metode
area. Pada area yang rendah, tanah digali lalu sampah ditimbun tanah setiap
hari dengan ketebalan 15 cm, setelah stabil lokasi tesebut diratakan dan
digunakan sebagai jalur hijau (pertamanan), lapangan olah raga, tempat
rekreasi dll.

g. Penghancuran sampah (pulverisation), adalah proses pengolahan sampah


anorganik padat dengan cara menghancurkannya di dalam mobil sampah yang
dilengkapi dengan alat pelumat sampah sehingga sampah hancur menjadi
potongan-potongan kecil yang dapat dimanfaatkan untuk menimbun tanah yang
cekung atau letaknya rendah.

h. Pengepresan sampah ( reduction mode), yaitu proses pengolahan sampah


dengan cara mengepres sampah tesebut menjadi padat dan ringkas sehingga
tidak memakan banyak tempat.
2. Limbah Cair
Tujuan pengaturan pengolahan limbah cair ini adalah :
a. Untuk mencegah pengotoran air permukaan (sungai, waduk, danau, rawa dll)
b. Untuk melindungi biota dalam tanah dan perairan
c. Untuk mencegah berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor penyakit seperti
nyamuk, kecoa, lalat dll.
d. Untuk menghindari pemandangan dan bau yang tidak sedap

Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan cara-cara :

a. Cara Fisika, yaitu pengolahan limbah cair dengan beberapa tahap proses
kegiatan yaitu :
 Proses Penyaringan (screening), yaitu menyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar dan mudah mengendap.
 Proses Flotasi, yaitu menyisishkan bahan yang mengapung seperti minyak
dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya.
 Proses Filtrasi, yaitu menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi
dari dalam airatau menyumbat membran yang akan digunakan dalam proses
osmosis.
 Proses adsorbsi, yaitu menyisihkan senyawa anorganik dan senyawa organik
terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air
buangan tersebut, biasanya menggunakan karbon aktif.
 Proses reverse osmosis (teknologi membran), yaitu proses yang dilakukan
untuk memanfaatkan kembali air limbah yang telah diolah sebelumnya
dengan beberapa tahap proses kegiatan. Biasanya teknologi ini diaplikasikan
untuk unit pengolahan kecil dan teknologi ini termasuk mahal.

b. Cara kimia, yaitu pengolahan air buangan yang dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat,
senyawa fosfor dan zat organik beracun dengan menambahkan bahan kimia
tertentu yang diperlukan. Metode kimia dibedakan atas metode nondegradatif
misalnya koagulasi dan metode degradatif misalnya oksidasi polutan organik
dengan pereaksi lemon, degradasi polutan organik dengan sinar ultraviolet dll.

c. Cara biologi, yaitu pengolahan air limbah dengan memanfaatkan


mikroorganisme alami untuk menghilangkan polutan baik secara aerobik
maupun anaerobik. Pengolahan ini dianggap sebagai cara yang murah dan
efisien.
Metode pengolahan limbah cair, meliputi beberapa cara :

a. Dillution (pengenceran), air limbah dibuang ke sungai, danau, rawa atau laut
agar mengalami pengenceran dan konsentrasi polutannya menjadi rendah atau
hilang. Cara ini dapat mencemari lingkungan bila limbah tersebut mengandung
bakteri patogen, larva, telur cacing atau bibit penyakit yang lain. Cara ini boleh
dilakukan dengan syarat bahwa air sungai, waduk atau rawa tersebut tidak
dimanfaatkan untuk keperluan lain, volume airnya banyak sehingga
pengenceran bisa 30 -40 kalinya, air tersebut harus mengalir.
b. Sumur resapan, yaitu sumur yang digunakan untuk tempat penampungan air
limbah yang telah mengalami pengolahan dari sistem lain. Air tinggal
mengalami peresapan ke dalam tanah, dan sumur dibuat pada tanah porous,
diameter 1 – 2,5 m dan kedalaman 2,5 m. Sumur ini bisa dimanfaatkan 6 – 10
tahun.
c. Septic tank, merupakan metode terbaik untuk mengelola air limbah walaupun
biayanya mahal, rumit dan memerlukan tanah yang luas. Septic tank memiliki 4
bagian ruang untuk tahap-tahap pengolahan, yaitu :
 Ruang pembusukan, air kotor akan bertahan 1-3 hari dan akan mengalami
proses pembusukan sehingga menghasilkan gas, cairan dan lumpur
(sludge)
 Ruang lumpur, merupakan ruang empat penampungan hasil proses
pembusukan yang berupa lumpur. Bila penuh lumpur dapat dipompa keluar
 Dosing chamber, didalamnya terdapat siphon McDonald yang berfungsi
sebagai pengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar
merata
 Bidang resapan, bidang yang menyerap cairan keluar dari dosing chamber
serta menyaring bakteri patogen maupun mikroorganisme yang lain.
Panjang minimal resapan ini adalah 10 m dibuat pada tanah porous.
 Riol (parit), menampung semua air kotor dari rumah, perusahaan maupun
lingkungan. Apabila riol inidigunakan juga untuk menampung air hujan
disebut combined system. Sedang bila penampung hujannya dipisahkan
maka disebut separated system. Air kotor pada riol mengalami proses
pengolahan sebagai berikut :
- Penyaringan (screening), menyaring benda-benda yan mengapung di air
- Pengendapan (sedimentation), air limbah dialirkan ke dalam bak besar
secara perlahan supaya lumpur dan pasir mengendap.
- Proses biologi (biologycal proccess), menggunakan mikroorganisme
untuk menguraikan senyawa organik
- Saringan pasir (sand filter)
- Desinfeksi (desinfection), menggunakan kaporit untuk membunuh
kuman
- Dillution (pengenceran), mengurangi konsentrasi polutan dengan
membuangnya di sungai / laut.
3. Limbah Gas, Debu dan Partikel
Filter udara digunakan untuk menangkap debu / partikel yang keluar dari cerobong
atau stack. Berikut ini beberapa macam filter udara, meliputi :
a. Pengendapan siklon, adalah alat yang digunakan untuk mengendapkan debu
atau abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang
berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal
dari udara atau gas buang yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding
tabung siklon, sehingga partikel yang relatif berat akan jatuh ke bawah. Debu,
abu atau partikel yang dapat diendapkan oleh siklon adalah berukuran antara 5
– 40 mikro. Makin besar ukuran debu, semakin cepat partikel diendapkan.
b. Filter basah, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan udara kotor
dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara kotor
dari bagian bawah alat. Pada saat udara kotor kontak dengan air, maka debu
akan ikut semprotan air untuk turun ke bawah. Bila ingin hasil yang lebih baik,
dapat digabungkan pengendap siklon dengan filter basah. Penggabungan kedua
alat ini menghasilkan alat penangkap debu yang dinamakan pengendap siklon
filter basah.
c. Pengendap sistem Gravitasi, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan
udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 mikro atau
lebih. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengalirkan udara kotor ke alat,
sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba, debu akan
jatur terkumpul ke bawah akibat gaya beratnya sendiri. Kecepatan pengendapan
tergantung pada dimensi alat yang digunakan.
d. Pengendap elektrostatik, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan
udara kotor dalam jumlah (volume) besar dan waktu yang singkat, sehingga
udara yang keluar dari alat ini relatif bersih. Alat ini berupa tabung silinder,
dimana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan tengahnya ada sebuah
kawat, yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan
negatif. Adanya tegangan yang berbeda akan menimbulkan corona discharga di
daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah-olah
mengalami ionisasi. Kotoran menjadi ion negatif yang akan ditarik dinding
tabung, sedangkan udara bersih akan berada di tengah silinder kemudian
terhembus keluar.

4. Penanganan Limbah Suara


Bising merupakan polusi pendengaran. Suara-suara yang sangat bising dapat
mengganggu pendengaran dan juga membuat orang tidak nyaman. Sumber
kebisingan dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali dengan :
a. Mematikan atau menghilangkan sumber suara / sumber kebisingan
b. Memasang alat peredam suara
c. Pengendalian pada jejak propagasi, mengganti bahan baku ruangan dengan
bahan yang dapat meredam suara
d. Pengendalian pada penerima suara, yaitu dengan melakukan upaya
perlindungan pada pendengaran manusia, seperti tutup / sumbat telinga.
F. Manfaat Penanganan Limbah yang Baik dan Benar
Dipandang dari sudut sanitasi, penanganan limbah yang baik akan :
1. Menjamin kenyamanan bag semua orang.
2. Menjamin tempat tinggal / tempat kerja yang bersih
3. Mencegah timbulnya pencemaran lingkungan
4. Mencegah berkembangbiaknya hama penyakit dan vektor penyakit

Dampak positif pengolahan limbah :

1. Limbah dapat digunakan untuk menimbun lahan / dataran rendah


2. Limbah dapat digunakan untuk pupuk
3. Limbah dapat digunakan sebagai pakan ternak , baik langsung maupun mengalami
proses pengolahan lebih dulu
4. Mengurangi tempat perkembangbiakan penyakit / vektor penyakit
5. Mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit menular
6. Menghemat biaya pemeliharaan kesehatan karena masyarakat yang sehat

Dampak negatif bila limbah tidak dikelola dengan baik

1. Menjadi tempat berkembangbiaknya kuman penyakit / vektor penyakit


2. Menyebabkan gangguan kesehatan seperti sesak nafas, insomnia maupun stress
3. Lingkungan menjadi kotor, bau, saluran air tersumbat, banjir
4. Lingkungan menjadi tidak indah dipandang
5. Menurunkan minat orang datang ketempat tersebut
6. Menaikkan angka kesakitan bagi masyarakat
7. Membutuhkan dana besar untuk membersihkan lingkungan
8. Menurunkan pemasukan pendapatan daerah karena kurangnya wisatawan yang
berkunjung.

G. Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan


Meliputi 2 cara pokok, yaitu :
1. Pengendalian non teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran
lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundang-undangan yang dapat
merencanakan, mengatur, mengawasi segala bentuk kegiatan industri dan bersifat
mengikat sehingga dapat memberi sanksi hukum pagi pelanggarnya.
2. Pengendalian teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan
dengan cara-cara yang berkaitan dengan proses produksi seperti perlu tidaknya
mengganti proses, mengganti sumber energi/bahan bakar, instalasi pengolah limbah
atau menambah alat yang lebih modern /canggih. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Mengutamakan keselamatan manusia
b. Teknologinya harus sudah dikuasai dengan baik
c. Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Limbah farmasi merupakan salah satu dari limbah medis B3 yang mencakup produk
farmasi (obat-obatan, vaksin, sera, jarum suntik, dll) yang sudah kadaluarsa, tidak
digunakan, tumpah atau terkontaminasi sehingga harus dibuang. Produk farmasi yang
tidak memenuhi standar tersebut harus dikelola dan dibang dengan cara pengelolaan
limbah yang tepat.
Bila limbah farmasi tidak dikelola dengan tepat akan menimbulkan bahaya bagi
makhluk hidup dan lingkungan. Bahaya ini dapat berupa berbagai penyakit seperti
demam typoid, kolera, disentri dan hepatitis. Penyakit-penyakit tersebut karena adanya
virus, bakteri, racun bahkan bahan radioaktif. Bukan hanya penyakit yang merupakan
bahaya dari limbah farmasi, melainkan juga beredarnya obat palsu.
Pengelolaan limbah farmasi harus dilakukan secara bertahap dan benar, yakni :
penimbunan, penyimpana, penampungan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan
akhir.

B. Saran
Limbah farmasi seharusnya ditangani secara tepat agar tidak membahayakan
lingkungan. Tak hanya itu, pemerintah juga sebaiknya ikut ambil aih dalam hal
mengawasi pengelolaan limbah farmasi. Pemerintah harus mengawasi limbah farmasi
secara sungguh-sungguh. Jangan sampai terjadi pembuangan limbah yang asal-asalan
(langsung dibuang ke tempat sampah) tanpa mempertimbangkan resiko-resiko yang akan
terjadi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Salmiyatun (2003), panduan pembuanga limbah perbekalan farmasi, EGC : Jakarta

Instalasi pengolahan limbah industri http://ritariata.blogspot.com/2010/01/instalasi-


pengolahan-limbah-industri.html

Pengelolaan limbah farmasi


http://ardhikesehatanlingkungan.blogspot.com/2010/12/pengelolaan-limbah-farmasi.html

Ayo peduli limbah farmasi http://www.ylki.or.id/ayo-peduli-limbah-farmasi.html

Buku Farmasi Lingkungan dan AMDALSummary of Pharmaceutical Environment and EIA


Book

https://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2014/02/sistem-pengolahan-limbah-industri.html

https://apotekerbercerita.com/2011/07/03/farmasi-lingkungan-penerapan-teknologi-bersih/

https://utamisubardo.wordpress.com/2013/04/21/pengolahan-dan-penanganan-limbah/

http://pengolahanairlimbah.com/pengolahan-air-limbah-industri-farmasi/

https://www.slideshare.net/FirdaKhaerini/makalah-limbah-farmasi

http://mediak3.com/limbah-b3-dan-contohnya/

Anda mungkin juga menyukai