Kelompok 8
a. Kartika Eka Paksi (201951115)
b. Nur hidayat (201951155)
c. Santika Bahari (201951186)
d. Selpia Handayani (201951190)
e. Sindy Elma Rahmawati (201951197)
f. Umiyatul Fatika (201951219)
Limbah farmasi merupakan salah satu pencemaran yang sangat potensial. Pada saat
ini masih sering kita jumpai limbah farmasi yang kurang mendapatkan perhatian serius
dari berbagai rumah sakit maupun industri farmasi. Pengelolaan limbah yang masih
‘terpinggirkan’ dari pihak-pihak rumah sakit dan industri farmasi tentunya berdampak
buruk bagi masyarakat maupun lingkungan. Pada dasarnya, limbah farmasi merupakan
salah satu dari limbah medis berbahaya karena sifat toxicity, flammable, reactivity daan
corrosive, serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik
dan benardemi menghindari resiko-resiko yang akan terjadi.
Melalui makalah ini, akan dijabarkan secara lebih rinci mengenai limbah farmasi
dari segi golongannya, bahayanya bagi makhluk hidup maupun lingkungan, serta cara
dan teknologi pengolahan limbah farmasi agar tidak merusak lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu farmasi lingkungan ?
2. Macam-macam limbah industri ?
3. Cara dan metode pengolahan limbah industri ?
4. Manfaat pengolahan limbah yang baik dan benar ?
5. Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan farmasi lingkungan
2. Menjelaskan macam-macam limbah industri
3. Menjelaskan pengolahan limbah industri
4. Menjelaskan manfaat mengelola limbah industri
5. Menjelaskan usaha untuk mengurangi dan menggulangi pencemaran lingkungan
BAB II
Pembahasan
A. Definisi
Ilmu farmasi tidak hanya berbicara tentang bagaimana membuat dan meracik obat
namun juga belajar tentang lingkungan. Pengertian lingkungan (=Ekologi) berasal dari
bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos berarti habitat atau tempat tinggal,
sedangkan logos berarti pengetahuan atau ilmu. Istilah ekologi merupakan sub ilmu
dasar Biologi seperti halnya komputer (Comput =menghitung; er = alat) yang merupakan
sub Statistika, Matematika dan Fisika Elektronik. Adapun istilah ekologi pertama kali
dikenalkan oieh seorang filusup hayati dari Jerman bernama Ernst Haeckei pada tahun
1866. Secara umum ekologi dapat diartikan sebagai ilmu/pengetahuan yang mempelajari
hubungan timbal balik antara mahluk hidup/organisme dengan lingkungannya.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pengetahuan yang cukup dan tepat agar hal ini
tidak menimbulkan masalah berkepanjangan. Di farmasi sendiri saya tidak melulu
belajar bagaimana cara membuat obat. Di jurusan ini saya juga belajar bagaimana
menangani limbah, khususnya berkaitan dengan sediaan farmasi. Mata kuliah ini
dinamakan Farmasi Lingkungan.
B. Limbah Farmasi
Limbah farmasi adalah limbah yang mencakup produk farmasi yang sudah
kadaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, atau terkontaminasi sehingga harus dibuang.
Contoh produk farmasi tersebut, antara lain :
1. Senyawa kimia dan produk botani yang digunakan dalam pengobatan
2. Sediaan farmasi (tablet, kapsul, sirup, injeksi, krim, infus, dll)
3. Produk diagnostik in vitro dan in vivo
4. Produk biologi seperti vaksin dan sera
Kategori ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk
menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan,
masker, selang penghubung dan ampul obat. Jadi limbah mediss dapat dikategorikan
sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan
beracun. Bahaya limbah farmasi yang umumnya sudah tekontaminasi oleh bakteri, virus,
racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan makhluk lain.
2. Limbah obat
Obat palsu juga merupakan salah satu limbah medis atau limbah farmasi yang
berasal dari obat-obatan yang tidak digunakan lagi oleh pasien/masyarakat. Obat
palsu adalah obat yang diproduksi oleh pihak yang tidak berhak menurut undang-
undang, obat tidak terdaftar, obat dengan zat aktif kurang dari 80 %, obat anpa zat
aktif sama sekali, serta obat kadaluwarsayang dikemas kembali.
Idealnya obat-obat tersebut dibuang dengan menggunakan insinerasi suhu
tinggi (misalnya, lebih dari 1.200 C). Fasilitas insenerasi seperti itu yang dilengkapi
dengan pengendali emisi yang memadai biasa ditemukan di negara-negara industri.
C. Limbah Industri
Limbah merupakan sesuatu, baik dalam bentuk materi, makhluk hidup, energi
maupun informasi yang berada di suatu sistem, di tempat, dan pada waktu yang tidak
sesuai peruntukkannya. Ketidaksesuaian inilah yang menyebabkan limbah sebagai
sumber masalah, yaitu sebagai cemaran, tidak ekonomis, dan mengancam kehidupan.
Wujud limbah sendiri ada yang berupa limbat padat, limbah cair, limbah gas dan limbah
panas/radiasi. Keempat wujud limbah ini mempunyai karakteristik dan tingkat
bahaya/risiko yang berbeda, tergantung pada daya akumulatif dan kemampuannya
menekan aspek kehidupan.
3. Limbah Padat
Limbah padat industri farmasi dapat bersumber dari :
a. Obat-obat kadaluarsa
b. Kegiatan produksi, meliputi: Kegagalan produksi, debu bahan formulasi yang
terkumpul dari dust collector dan vacuum cleaner, bekas kemasan bahan baku
dan bahan pembantu serta kemasan yang rusak
c. Kegiatan laboratorium, contohnya agar dari sampel kadaluarsa
d. Kegiatan kantin karyawan, terdiri dari kotoran/sampah dapur
e. Kegiatan administrasi perkantoran, terdiri dari arsip-arsip kadaluarsa
f. Sampah kebun/halaman
a. Limbah padat termasuk dalam limbah B-3 diolah kerjasama dengan pengolah
limbah B-3 padat misalnya PT. Prasada Pamunah Limbah Industri (PT. PPLI).
b. Limbah media agar diolah dengan cara disterilisasi dengan alat autoklaf,
ditampung dengan wadah tertutup, kemudian dikirim ke PT. PPLI.
c. Kotoran dan sampah dari kantin dan kebun, bekerjasama dengan Dinas
Kebersihan DKI Jakarta untuk dibuang ke TPA
d. Kertas berkas arsip dan berkas kemasan dihancurkan dan di daur ulang
bekerjasama dengan pihak ketiga.
4. Limbah cair
Limbah cair dapat berasal dari :
a. Kegiatan produksi
b. Kegiatan laboratorium
c. Kegiatan sarana penunjang
d. Limbah domestik pencucian
e. Limbah kantin
6. Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang disingkat dengan limbah b3 ini adalah
limbah yang jika diperhatikan secara sifatnya, konsentrasinya, termasuk jumlahnya
memiliki kecenderungan mencemari lingkungan sekitar, membahayan lingkungan
disekitar kita hingga menghambat/merusak keberlangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainya. Contoh Limbah B3 yang memiliki ciri-ciri seperti berikut ini:
a. Mudah meledak
Oksidasi tinggi dan mudah menyala/terbakar adalah contoh ciri-ciri dari salah
satu jenis limbah b3 yang pertama. Jadi, jika kita menemukan sesuatu yang
sekiranya tak terpakai tetapi memiliki tanda-tanda mudah meledak, oksidasi
tinggi dan mudah terbakar sudah masuk dalam kategori limbah bahan
berbahaya dan beracun. Seperti misalnya kaleng bekas gas, kaleng bekas obat
nyamuk, korek isi gas yang tak terpakai.
b. Beracun
Bahan bekas/limbah apa saja yang memiliki resiko meracuni manusia dan
makhluk hidup lainya, menyebabkan kesakitan pada makhluk hidup,
mematikan keseburan tanaman/lingkungan, menyebakan kecacatan/kesakitan
jika bersentuhan dengan kulit, mata, terminum dan lainya misalnya bekas cairan
pembersih lantai.
c. Korosif
Disebut korosif jika akan menimbulkan reaksi kimia jika limbah ini tersentuh
tangan sehingga terjadi ruam-ruam merah, rasa panas hingga menyebabkan
kerusakan kulit. Tak hanya itu, disebut juga korosif jika menyebabkan reaksi
berkarat pada besi ketika tersentuh besi. Limbah yang memiliki kadar PH asam
≤ 2 dan basa lebih dari 12.5 juga masuk dalam kategori korosif seperti
contohnya limbah b3 yang termasuk dalam kategori ini adalah pemutih pakaian,
pembersih porselen, dan cairan kimia lainya.
d. Infeksius
Karakteristik limbah b3 yang berikutnya juga limbah yang infeksius. Limbah
infeksius memang jarang ditemukan pada limbah rumah tangga. Tetapi, tempat-
tempat tertentu seperti rumah sakit dan klinik adalah sumber utama limbah b3
yang satu ini. Ada banyak sekali contoh dari limbah b3 infeksius ini seperti
misalnya jarum suntik, selang infus, verban bekas luka pasien, darah, dan hal-
hal lain yang sejenis.
Pengelolahan limbah b3 ini sendiri juga sudah diatur oleh peraturan dan nomor yang
sama dimana tujuan dari pengelolahan limbah ini adalah mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan dan menanggulangi akibat dari limbah b3 ini, serta
melakukan upaya penyelesaian dan pemulihan pada hal-hal yang sudah terlanjur
tercemar oleh limbah b3 ini dengan melakukan upaya paling maksimal agar kualitas
lingkungan dan kesehatan dapat kembali seperti semula.
Sistem pengolahan limbah akan diperiksa berkala oleh Kementrian Lingkungan Hidup
untuk diberikan penilaian berupa :
1. Proper Hitam : Harus dilakukan penegakan hukum, karena ada indikasi kesengajaan
terkait kelalaian yang dapat membahayakan lingkungan.
2. Proper Merah : Dilakukan pembinaan, karena ada kekurangan terkait pengelolaan
limbah.
3. Proper Biru : Pengolahan limbah cukup bagus tapi masih ada kekurangan.
4. Proper Hijau : Pengolahan limbah disertai CSR.
5. Proper Emas : Pengolahan limbah sudah sangat baik.
1. Limbah Padat
a. Composting, yaitu penanganan limbah organik menjadi kompos yang bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk melalui proses fermentasi. Bahan baku untuk
membuat kompos adalah sampah kering maupun hijau dari sisa tanaman, sisa
makanan, kotoran hewan, sisa bahan makanan dll. Dalam proses pembuatan
kompos ini bahan baku akan mengalami dekomposisi / penguraian oleh
mikroorganisme. Proses sederhana pengomposan berlangsung secara anaerob
yang sering menimbulkan gas. Sedangkan proses pengomposan secara aerob
membutuhkan oksigen yang cukup dan tidak menghasilkan gas. Faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pengomposan yaitu :
Ukuran bahan, semakin kecil ukuran bahan semakin cepat proses
pengomposan.
Kandungan air, tumpukan bahan yang kurang mengandung air akan
berjamur sehingga proses penguraiannya lambat dan tidak sempurna. Tetapi
jika kelebihan air berubah menjadi anaerob dan tidak menguntungkan bagi
organisme pengurai.
Aerasi, aerasi yang baik akan mempercepat proses pengomposan sehingga
perlu pembalikan atau pengadukan kompos.
pH (derajat keasaman), supaya proses pengomposan berlangsung cepat, pH
kompos jangan terlalu asam maka perlu penambahan kapur atau abu dapur.
suhu optimal pengomposan berlangsung pada 30 – 450 C
perbandingan C dan N, proses pengomposan dapat dihentikan bila
komposisi C/N mendekati perbandingan C/N tanah yaitu 10 – 12
kandungan bahan sampah seperti lignin, wax (malam) damar, selulosa yang
tinggi akan memperlambat proses pengomposan.
Cara pembuatan kompos, memalui cara :
menggunakan komposter
tumpukan terbuka (open windrow)
cascing (menggunakan cacing)
Kompos dari bahan baku organik memiliki beberapa kegunaan antara lain :
b. Gas Bio, yaitu pengubahan sampah organik yang berasal dari tinja manusia
maupun kotoran hewan menjadi gas yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar
alternatif. Kandungan gas bio antara lain metana ( CH4) dalam komposisi yang
terbanyak, karbondioksida ( CO2 ), Nitrogen ( N2 ), Karbonmonoksida ( CO ),
Oksigen (O2), dan hidrogen sulfida (H2S). Gas metana murni adalah gas tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Supaya efektif, proses pengubahan ini
harus pada tingkat kelembaban yang sesuai, suhu tetap dan pH netral.
a. Cara Fisika, yaitu pengolahan limbah cair dengan beberapa tahap proses
kegiatan yaitu :
Proses Penyaringan (screening), yaitu menyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar dan mudah mengendap.
Proses Flotasi, yaitu menyisishkan bahan yang mengapung seperti minyak
dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya.
Proses Filtrasi, yaitu menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi
dari dalam airatau menyumbat membran yang akan digunakan dalam proses
osmosis.
Proses adsorbsi, yaitu menyisihkan senyawa anorganik dan senyawa organik
terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air
buangan tersebut, biasanya menggunakan karbon aktif.
Proses reverse osmosis (teknologi membran), yaitu proses yang dilakukan
untuk memanfaatkan kembali air limbah yang telah diolah sebelumnya
dengan beberapa tahap proses kegiatan. Biasanya teknologi ini diaplikasikan
untuk unit pengolahan kecil dan teknologi ini termasuk mahal.
b. Cara kimia, yaitu pengolahan air buangan yang dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat,
senyawa fosfor dan zat organik beracun dengan menambahkan bahan kimia
tertentu yang diperlukan. Metode kimia dibedakan atas metode nondegradatif
misalnya koagulasi dan metode degradatif misalnya oksidasi polutan organik
dengan pereaksi lemon, degradasi polutan organik dengan sinar ultraviolet dll.
a. Dillution (pengenceran), air limbah dibuang ke sungai, danau, rawa atau laut
agar mengalami pengenceran dan konsentrasi polutannya menjadi rendah atau
hilang. Cara ini dapat mencemari lingkungan bila limbah tersebut mengandung
bakteri patogen, larva, telur cacing atau bibit penyakit yang lain. Cara ini boleh
dilakukan dengan syarat bahwa air sungai, waduk atau rawa tersebut tidak
dimanfaatkan untuk keperluan lain, volume airnya banyak sehingga
pengenceran bisa 30 -40 kalinya, air tersebut harus mengalir.
b. Sumur resapan, yaitu sumur yang digunakan untuk tempat penampungan air
limbah yang telah mengalami pengolahan dari sistem lain. Air tinggal
mengalami peresapan ke dalam tanah, dan sumur dibuat pada tanah porous,
diameter 1 – 2,5 m dan kedalaman 2,5 m. Sumur ini bisa dimanfaatkan 6 – 10
tahun.
c. Septic tank, merupakan metode terbaik untuk mengelola air limbah walaupun
biayanya mahal, rumit dan memerlukan tanah yang luas. Septic tank memiliki 4
bagian ruang untuk tahap-tahap pengolahan, yaitu :
Ruang pembusukan, air kotor akan bertahan 1-3 hari dan akan mengalami
proses pembusukan sehingga menghasilkan gas, cairan dan lumpur
(sludge)
Ruang lumpur, merupakan ruang empat penampungan hasil proses
pembusukan yang berupa lumpur. Bila penuh lumpur dapat dipompa keluar
Dosing chamber, didalamnya terdapat siphon McDonald yang berfungsi
sebagai pengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar
merata
Bidang resapan, bidang yang menyerap cairan keluar dari dosing chamber
serta menyaring bakteri patogen maupun mikroorganisme yang lain.
Panjang minimal resapan ini adalah 10 m dibuat pada tanah porous.
Riol (parit), menampung semua air kotor dari rumah, perusahaan maupun
lingkungan. Apabila riol inidigunakan juga untuk menampung air hujan
disebut combined system. Sedang bila penampung hujannya dipisahkan
maka disebut separated system. Air kotor pada riol mengalami proses
pengolahan sebagai berikut :
- Penyaringan (screening), menyaring benda-benda yan mengapung di air
- Pengendapan (sedimentation), air limbah dialirkan ke dalam bak besar
secara perlahan supaya lumpur dan pasir mengendap.
- Proses biologi (biologycal proccess), menggunakan mikroorganisme
untuk menguraikan senyawa organik
- Saringan pasir (sand filter)
- Desinfeksi (desinfection), menggunakan kaporit untuk membunuh
kuman
- Dillution (pengenceran), mengurangi konsentrasi polutan dengan
membuangnya di sungai / laut.
3. Limbah Gas, Debu dan Partikel
Filter udara digunakan untuk menangkap debu / partikel yang keluar dari cerobong
atau stack. Berikut ini beberapa macam filter udara, meliputi :
a. Pengendapan siklon, adalah alat yang digunakan untuk mengendapkan debu
atau abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang
berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal
dari udara atau gas buang yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding
tabung siklon, sehingga partikel yang relatif berat akan jatuh ke bawah. Debu,
abu atau partikel yang dapat diendapkan oleh siklon adalah berukuran antara 5
– 40 mikro. Makin besar ukuran debu, semakin cepat partikel diendapkan.
b. Filter basah, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan udara kotor
dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara kotor
dari bagian bawah alat. Pada saat udara kotor kontak dengan air, maka debu
akan ikut semprotan air untuk turun ke bawah. Bila ingin hasil yang lebih baik,
dapat digabungkan pengendap siklon dengan filter basah. Penggabungan kedua
alat ini menghasilkan alat penangkap debu yang dinamakan pengendap siklon
filter basah.
c. Pengendap sistem Gravitasi, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan
udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 mikro atau
lebih. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengalirkan udara kotor ke alat,
sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba, debu akan
jatur terkumpul ke bawah akibat gaya beratnya sendiri. Kecepatan pengendapan
tergantung pada dimensi alat yang digunakan.
d. Pengendap elektrostatik, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan
udara kotor dalam jumlah (volume) besar dan waktu yang singkat, sehingga
udara yang keluar dari alat ini relatif bersih. Alat ini berupa tabung silinder,
dimana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan tengahnya ada sebuah
kawat, yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan
negatif. Adanya tegangan yang berbeda akan menimbulkan corona discharga di
daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah-olah
mengalami ionisasi. Kotoran menjadi ion negatif yang akan ditarik dinding
tabung, sedangkan udara bersih akan berada di tengah silinder kemudian
terhembus keluar.
A. Kesimpulan
Limbah farmasi merupakan salah satu dari limbah medis B3 yang mencakup produk
farmasi (obat-obatan, vaksin, sera, jarum suntik, dll) yang sudah kadaluarsa, tidak
digunakan, tumpah atau terkontaminasi sehingga harus dibuang. Produk farmasi yang
tidak memenuhi standar tersebut harus dikelola dan dibang dengan cara pengelolaan
limbah yang tepat.
Bila limbah farmasi tidak dikelola dengan tepat akan menimbulkan bahaya bagi
makhluk hidup dan lingkungan. Bahaya ini dapat berupa berbagai penyakit seperti
demam typoid, kolera, disentri dan hepatitis. Penyakit-penyakit tersebut karena adanya
virus, bakteri, racun bahkan bahan radioaktif. Bukan hanya penyakit yang merupakan
bahaya dari limbah farmasi, melainkan juga beredarnya obat palsu.
Pengelolaan limbah farmasi harus dilakukan secara bertahap dan benar, yakni :
penimbunan, penyimpana, penampungan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan
akhir.
B. Saran
Limbah farmasi seharusnya ditangani secara tepat agar tidak membahayakan
lingkungan. Tak hanya itu, pemerintah juga sebaiknya ikut ambil aih dalam hal
mengawasi pengelolaan limbah farmasi. Pemerintah harus mengawasi limbah farmasi
secara sungguh-sungguh. Jangan sampai terjadi pembuangan limbah yang asal-asalan
(langsung dibuang ke tempat sampah) tanpa mempertimbangkan resiko-resiko yang akan
terjadi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
https://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2014/02/sistem-pengolahan-limbah-industri.html
https://apotekerbercerita.com/2011/07/03/farmasi-lingkungan-penerapan-teknologi-bersih/
https://utamisubardo.wordpress.com/2013/04/21/pengolahan-dan-penanganan-limbah/
http://pengolahanairlimbah.com/pengolahan-air-limbah-industri-farmasi/
https://www.slideshare.net/FirdaKhaerini/makalah-limbah-farmasi
http://mediak3.com/limbah-b3-dan-contohnya/