Anda di halaman 1dari 4

Limbah Farmasi

Limbah Farmasi adalah limbah yang mencakup produk farmasi yang


sudah kadaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, atau terkontaminasi sehingga
harus dibuang. Contoh produk farmasi tersebut, antara lain:
1. Senyawa kimia dan produk botani yang digunakan dalam pengobatan
2. Sediaan farmasi (tablet, kapsul, sirup, injeksi, salep, krim, infus, dll)
3. Produk diagnostik in vitro dan in vivo
4. Produk biologi seperti vaksin dan sera.
Kategori ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan
untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi
residu, sarung tangan, masker, selang penghubung dan ampul obat.
Jadi limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan
masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk
mencegah terjadinya dampak negatif limbah medis tersebut terhadap
masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan secara
khusus. Dampak negatif limbah medis terhadap masyarakat dan lingkungan
terjadi akibat pengelolaan yang kurang baik.
Limbah medis jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
patogen yang dapat berakibat buruk terhadap manusia dan lingkungan.
Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah
medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis,
karena limbah nonmedis diperlakukan sama dengan limbah padat lainnya.
Artinya, dikelola Dinas Kesehatan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir
(TPA) limbah. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan
limbah medis.
Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya ini, namun lemahnya
peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah farmasi mengakibatkan
hanya sedikit pihak farmasi yang memiliki IPAL khusus pengolahan limbah
cairnya sampai saat ini.

Sumber Limbah Farmasi


Pada hakikatnya, limbah farmasi bersumber dari :
1. Limbah padat
Contoh: debu atau serbuk obat dari sistem pengendalian debu (dust
collector), obat rusak atau kadaluarsa (tablet), bungkus obat, botol obat
yang beresidu, aluminium foil, jarum suntik dan bekas pembalut.
Adapun kegiatan produksi yang menyebabkan munculnya limbah padat
tersebut diantaranya:

Kegagalan produksi,

Debu bahan formulasi yang terkumpul dari dust collector dan


vacuum cleaner

Bekas kemasan bahan baku dan kemasan yang rusak

2. Limbah cair
Contoh: Bekas reagensia di laboratorium, bekas cucian peralatan produksi,
tumpahan bahan, dan sebagainya.
Adapun kegiatan produksi yang menyebabkan munculnya limbah cair
tersebut diantaranya:

Pencucian mesin, alat-alat produksi, kemasan (botol), dan lain-lain.

Sanitasi ruangan

3. Limbah gas
Contoh: Debu selama proses produksi, uap lemari asam di Laboratorium,
uap solvent proses film coating, asam steam boiler, generator listrik dan
incinerator.
Adapun kegiatan produksi yang menyebabkan munculnya limbah cair
tersebut diantaranya:

Dari proses granulasi

Dari proses pencetakan tablet

Dari proses coating

Dari proses masa kapsul

4. Limbah suara atau getaran

Contoh: Suara dan getaran dari mesin-mesin pabrik, genset, dan steam
boiler.
Bahaya Limbah Farmasi
Limbah cair, seperti limbah farmasi, yang dihasilkan umumnya banyak
mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan

bagi

kesehatan

masyarakat

sekitar.

Limbah

medis

kebanyakan sudah terkontaminasi oleh bakteri, virus, racun dan bahan


radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan makhluk lain di sekitar
lingkungannya dan dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab
penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kolera, disentri dan hepatitis.
1. Limbah jarum suntik
Limbah jarum suntik yang juga merupakan limbah medis B3 tidak
boleh dianggap sepele keberadaannya. Bayangkan jika setiap hari ada
ratusan jarum suntik yang harus dibuang karena fungsinya yang sekali
pakai. Kemudian kemanakah jarum-jarum suntik itu setelah dipakai?
Limbah jarum suntik yang berasal dari rumah sakit atau Puskesmas
harus dimusnahkan karena bila pengelolaan limbahnya tidak benar, jarum
suntik dapat menularkan penyakit kepada pasien lain, pengunjung RS,
petugas kesehatan, maupun masyarakat umum. Yang lebih berbahaya lagi
yaitu, bila jarum suntik tersebut pernah digunakan oleh pengidap
HIV/AIDS kemudian digunakan kembali oleh orang yang tidak terkena
HIV/AIDS, maka orang tersebut akan terkena infeksi HIV. Jarum suntik
ini juga merupakan salah satu rute masuknya HIV ke tubuh manusia.
Sebenarnya ada cara praktis untuk menghancurkan jarum suntik
yaitu dengan menggunakan alat khusus berteknologi sederhana yang
bernama needle destroyer. Cara penggunaannya dengan memasukkan
jarum suntik bekas ke dalam lubang aluminium di dalam alat, maka mesin
akan melelehkan jarum dan menjadi steril.
2. Limbah obat

Obat palsu juga merupakan salah satu limbah medis atau limbah
farmasi yang berasal dari obat-obat yang tidak digunakan lagi oleh
pasien/masyarakat, obat-obat yang tidak dibutuhkan lagi oleh institusi
terkait, obat-obat yang dibuang karena kemasannya telah terkontaminasi,
serta merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses produksi obatobatan. Obat-obatan tersebut seharusnya dimusnahkan karena sudah tidak
memiliki khasiat dalam menyembuhkan, bahkan bisa membahayakan.
Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh pihak yang tidak berhak
menurut undang-undang. Obat tidak terdaftar, obat dengan zat aktif di
bawah 80% , obat tanpa zat aktif sama sekali, serta obat kadaluarsa yang
dikemas kembali. Minimnya pengetahuan masyarakat dalam membedakan
antara obat asli dan palsu merupakan salah satu faktor pemicu masih
beredarnya obat palsu dan kadaluarsa. Selain itu, penawaran obat dengan
harga yang relatif murah juga menjadi daya tarik tersendiri bagi
masyarakat.
Idealnya obat-obatan dibuang dengan menggunakan insinerasi suhu
tinggi (misalnya, lebih dari 1.200C). Fasilitas insinerasi seperti itu, yang
dilengkapi dengan pengendali emisi yang memadai biasa ditemukan di
negara-negara industri. Biaya pembuangan limbah farmasi dengan cara
tersebut di Kroasia dan Bosnia dan Herzegovina berkisar antara US$
2.2/kg hingga US$ 4.1/kg. Untuk menginsinerasi jumlah limbah farmasi
yang ada di Kroasia akan membutuhkan biaya antara US$ 4.4 juta hingga
US$ 8.2 juta.

Anda mungkin juga menyukai