Anda di halaman 1dari 9

PENGELOLAAN LIMBAH

a) Risiko Limbah Rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain sebagai sarana pelayanan
kesehatan adalah tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, dapat menjadi tempat sumber
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan, juga menghasilkan limbah yang dapat menularkan penyakit. Untuk menghindari
risiko tersebut maka diperlukan pengelolaan limbah di fasilitas pelayanan kesehatan.

b) Jenis Limbah Fasilitas pelayanan kesehatan harus mampu melakukan minimalisasi limbah
yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara
mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah
(recycle)

Tujuan Pengelolaan Limbah

1) Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan dari penyebaran infeksi dan cidera.

2) Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah infeksius, limbah


kimiawi dan farmasi) dengan aman.

d) Proses Pengelolaan Limbah Proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan,
labeling, pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan/pemusnahan.

1) Identifikasi jenis limbah: Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas.
Sedangkan kategori limbah medis padat terdiridari benda tajam, limbah infeksius, limbah
patologi, limbah sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik, limbah farmasi,
limbah dengan kandungan logam berat, limbah kimia, dan limbah radioaktif.

2) Pemisahan Limbah Pemisahan limbah dimulai pada awal limbah dihasilkan dengan
memisahkan limbah sesuai dengan jenisnya. Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya, antara
lain:
Limbah infeksius: Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh masukkan kedalam
kantong plastik berwarna kuning. Contoh: sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan,
organ, bagian dari tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah yang terdiri dari serum, plasma,
trombosit dan lain-lain), diapers dianggap limbah infeksius bila bekas pakai pasien infeksi
saluran cerna, menstruasi dan pasien dengan infeksi yang di transmisikan lewat darah atau cairan
tubuh lainnya.

Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan tubuh, masukkan ke
dalam kantong plastik berwarna hitam. Contoh: sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah
kantor. –

Limbah benda tajam: Limbah yang memiliki permukaan tajam, masukkan kedalam wadah tahan
tusuk dan air. Contoh: jarum, spuit, ujung infus, benda yang berpermukaan tajam.

− Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair (spoelhoek)

Wadah tempat penampungan sementara limbah infeksius berlambang biohazard.

Wadah limbah di ruangan:

− Harus tertutup

− Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki

− Bersih dan dicuci setiap hari

− Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat

− Jarak antar wadah limbah 10-20 meter, diletakkan di ruang tindakan dan tidak boleh di bawah
tempat tidur pasien

− Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh


https://www.sehatq.com/artikel/limbah-medis-ini-segala-hal-yang-perlu-diketahui

Limbah medis adalah sisa-sisa atau sampah yang dihasilkan dari kegiatan di fasilitas kesehatan
seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik. Contoh limbah medis antara lain darah, kasa bekas
pakai, jarum suntik bekas, hingga jaringan yang diambil saat operasi.

Berikut ini jenis-jenis limbah medis menurut organisasi kesehatan dunia (WHO).

1. Limbah infeksius

Limba medis infeksius adalah limbah yang mengandung darah atau cairan tubuh yang biasanya
berasal dari prosedur medis tertentu, seperti operasi atau pengambilan sampel di laboratorium.

Limbah ini juga bisa berasal dari berbagai bahan sekali pakai yang digunakan untuk menyerap
darah atau cairan tubuh, seperti kain kasa atau selang infus.

Baik darah maupun cairan tubuh, seperti air liur, keringat, dan urine, bisa saja mengandung
bakteri, virus, maupun sumber penyakit lain yang bisa menular. Oleh karena itu, limbah ini
disebut sebagai limbah infeksius.

2. Limbah patologis

Limbah patologis adalah limbah medis yang berupa jaringan manusia, organ dalam tubuh,
maupun bagian-bagian tubuh lainnya. Limbah ini biasanya dihasilkan setelah prosedur operasi
dilakukan.

3. Limbah benda tajam

Pada beberapa prosedur perawatan penyakit, alat-alat yang tajam seperti jarum suntik, pisau
bedah sekali pakai, maupun silet akan digunakan.

Bekas alat yang tajam tersebut, harus dibuang di kotak tersendiri berwarna kuning terang dan
bertuliskan khusus untuk benda tajam. Perlakuan untuk limbah medis yang satu ini memang
perlu dilakukan dengan sangat hati-hati.
4. Limbah kimia

Selain yang bersifat biologis, limbah medis juga bisa bersifat kimia. Contoh limbah kimia dari
fasilitas kesehatan adalah cairan reagen yang digunakan untuk tes laboratorium dan sisa cairan
disinfektan.

Baca Juga: Zero Waste, Gaya Hidup Minim Sampah untuk Selamatkan Bumi

5. Limbah farmasi

Limbah medis yang satu ini juga perlu dikelola dengan baik. Sebab jika dibuang sembarangan,
maka bukan tidak mungkin ada orang-orang tak bertanggung jawab yang menyalahgunakannya.

Contoh limbah farmasi di fasilitas kesehatan adalah obat-obat yang sudah kedaluwarsa, maupun
yang sudah tidak layak konsumsi karena adanya kontaminasi. Selain obat, vaksin yang tak
terpakai juga masuk sebagai kategori limbah farmasi.

6. Limbah sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah buangan atau sisa produk dari barang-barang beracun yang sifatnya
sangat berbahaya karena bisa memicu kanker hingga menyebabkan mutasi gen. Contoh limbah
sitotoksik adalah obat yang digunakan untuk kemoterapi.

7. Limbah radioaktif

Limbah radioaktif adalah limbah yang berasal dari prosedur radiologi, seperti rontgen, CT Scan,
maupun MRI. Limbah tersebut bisa berupa cairan, alat, maupun bahan lain yang digunakan yang
sudah terpapar dan bisa memancarkan gelombang radioaktif.

8. Limbah biasa

Sebagian besar limbah medis merupakan limbah biasa yang dihasilkan dari kegiatan harian
di fasilitas kesehatan rumah sakit, seperti makanan untuk pasien, bungkus plastik alat medis, dan
lain-lain.
Risiko limbah medis

Jika tidak dikelola dengan benar, limbah medis bisa membahayakan, terutama bagi para petugas
medis dan petugas kebersihan rumah sakit. Berikut ini beberapa risiko yang mungkin timbul.

 Luka atau sayatan akibat tertusuk jarum suntik bekas atau pisau bedah bekas
 Paparan racun yang membahayakan kesehatan
 Luka bakar kimiawi
 Peningkatan, polusi udara apabila limbah medis dimusnahkan dengan cara dibakar
 Risiko terkena paparan radiasi berlebih tanpa pengaman
 Peningkatan risiko penyakit berbahaya seperti HIV dan hepatitis

Pengelolaan limbah medis

Protokol pengelolaan limbah medis telah diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Berdasdarkan peraturan tersebut, limbah yang termasuk dalam limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3), harus menjalani tahap-tahap khusus sebelum dibbuang. Berikut ini beberapa poin
singkat yang secara umum tertulis di dalam payung hukum tersebut.

 Limbah infeksius dan benda tajam perlu melalui proses sterilisasi terlebih dahulu sebelum
akhirnya dibakar menggunakan alat khusus dan dibuang.
 Limbah farmasi padat dalam jumlah besar, harus dikembalikan kepada distributor. Sementara
jika jumlahnya kecil atau tidak memungkinkan untuk dikembalikan, harus dihancurkan atau
diserahkan ke perusahaan khusus pengolahan limbah B3.
 Limbah sitotoksik, logam maupun kimiawi harus diolah dengan cara khusus sebelum dibuang.
Bila fasilitas kesehatan tidak mampu melakukannya, limbah harus diserahkan kepada perusahaan
khusus pengolahan limbah B3.
 Limbah kimia dalam bentuk cair harus disimpan dalam kontainer yang kuat.
 Limbah medis yang berbentuk cair tidak boleh dibuang langsung ke saluran pembuangan.

Adapun limbah infeksius tersebut berupa masker bekas, sarung tangan bekas, perban bekas, tisu
bekas, plastik bekas minuman dan makanan, kertas bekas makanan dan minuman, alat suntik
bekas, set infus bekas, Alat Pelindung Diri bekas, sisa makanan pasien.

Jenis limbah B3 yang ditemukan antara lain, limbah medis berupa jarum suntik bekas, ampul
bekas, botol/plastik infus bekas, selang infus bekas, jarum infus bekas, obat kadaluwarsa, dan
hasil sampel pengambilan darah", ujarnya saat memimpin Tim di lapangan

TATA CARA PENGURANGAN DAN PEMILAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA


DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN A. Umum Pengelolaan
limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan dimaksudkan agar Limbah B3 yang dihasilkan
sesedikit mungkin dan bahkan diusahakan sampai nol, yang dilakukan dengan cara mengurangi
dan/atau menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat racun. Limbah yang dihasilkan dari fasilitas
pelayanan kesehatan meliputi limbah padat, limbah cair, dan limbah gas, yang meliputi limbah :
a. dengan karakteristik infeksius; b. benda tajam; c. patologis; d. bahan kimia kedaluwarsa,
tumpahan, atau sisa kemasan; e. radioaktif; f. farmasi; g. sitotoksik; h. peralatan medis yang
memiliki kandungan logam berat tinggi; dan tabung gas atau kontainer bertekanan. Termasuk
dalam kelompok limbah infeksius yaitu: 1. darah dan cairan tubuh, 2. Limbah laboratorium yang
bersifat infeksius, 3. Limbah yang berasal dari kegiatan isolasi, dan 4. Limbah yang berasal dari
kegiatan yang menggunakan hewan uji. -38- Limbah infeksius berupa darah dan cairan tubuh
meliputi: 1. darah atau produk darah: a. serum, b. plasma, dan c. komponen darah lainnya. 2.
cairan tubuh: a. semen, b. sekresi vagina, c. cairan serebrospinal, d. cairan pleural, e. cairan
peritoneal, f. cairan perikardial, g. cairan amniotik, dan h. cairan tubuh lainnya yang
terkontaminasi darah. Tidak termasuk dalam kelompok cairan tubuh yaitu: a. urin, kecuali
terdapat darah, b. feses, kecuali terdapat darah, dan c. muntah, kecuali terdapat darah. Limbah
benda tajam merupakan Limbah yang dapat menusuk dan/atau menimbulkan luka dan telah
mengalami kontak dengan agen penyebab infeksi, antara lain jarum hipodermis; 1. jarum
intravena; 2. vial; 3. lanset (lancet); 4. siringe; 5. pipet pasteur; 6. kaca preparat; 7. skalpel; 8.
pisau; dan 9. kaca. Termasuk dalam kelompok Limbah sitotoksik yaitu Limbah genotoksik yang
merupakan Limbah bersifat sangat berbahaya, mutagenic (menyebabkan mutasi genetik),
teratogenik (menyebabkan kerusakan embrio atau fetus), dan/atau karsinogenik (menyebabkan
kanker). 1. Genotoksik berarti toksik terhadap asam deoksiribo nukleat (ADN), dan 2. Sitotoksik
berarti toksik terhadap sel.

Pemilahan. Pemilahan merupakan tahapan penting dalam pengelolaan Limbah. Beberapa alasan
penting untuk dilakukan pemilahan antara lain: a. Pemilahan akan mengurangi jumlah Limbah
yang harus dikelola sebagai Limbah B3 atau sebagai Limbah medis karena Limbah non-infeksius
telah dipisahkan; b. Pemilahan akan mengurangi Limbah karena akan menghasilkan alur Limbah
padat (solid waste stream) yang mudah, aman, efektif biaya untuk daur ulang, pengomposan,
atau pengelolaan selanjutnya; c. Pemilahan akan mengurangi jumlah Limbah B3 yang terbuang
bersama Limbah nonB3 ke media lingkungan. Sebagai contoh adalah memisahkan merkuri
sehingga tidak terbuang bersama Limbah nonB3 lainnya; dan d. Pemilahan akan memudahkan
untuk dilakukannya penilaian terhadap jumlah dan komposisi berbagai alur Limbah (waste
stream) sehingga memungkinkan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki basis data,
mengidentifikasi dan memilih upaya pengelolaan Limbah sesuai biaya, dan melakukan penilaian
terhadap efektifitas strategi pengurangan Limbah.

Pemilahan pada sumber (penghasil) Limbah merupakan tanggung jawab penghasil Limbah.
Pemilahan harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumber Limbah dan harus tetap dilakukan
selama penyimpanan, pengumpulan, dan pengangkutan. Untuk efisiensi pemilahan Limbah dan
mengurangi penggunaan kemasan yang tidak sesuai, penempatan dan pelabelan pada kemasan
harus dilakukan secara tepat. Penempatan kemasan secara bersisian untuk limbah non-infeksius
dan Limbah infeksius akan menghasilkan pemilahan limbah yang lebih baik. Pemilahan Limbah
medis wajib dilakukan sesuai dengan kelompok Limbah

1. Kedap air dan udara;

2. Mudah dibersihkan; 3. Harga terjangkau;

4. Ringan dan mudah diangkat; 5. Bentuk dan warna estetis;

6. Memiliki tutup supaya higienis;

7. Mudah diperoleh; dan

8. Volume pewadahan untuk sampah yang dapat digunakan ulang, untuk sampah yang dapat
didaur ulang, dan untuk sampah lainnya minimal 3 hari serta 1 hari untuk sampah yang mudah
terurai.

Tabel 2 - Karakteristik Wadah Sampah Menurut SNI 19-2454-2002 No. Karakteristik Wadah
Pola Pewadahan Individual Pola Pewadahan Komunal 1 Bentuk Kotak, silinder, kontainer, bin
(tong) yang bertutup, kantong plastik Kotak, silinder, kontainer, bin (tong) yang bertutup 2 Sifat
Ringan, mudah dipindahkan dan dikosongkan Ringan, mudah dipindahkan dan dikosongkan 3
Bahan Logam, plastik, fiberglass, kayu, bambu, rotan Logam, plastik, fiberglass, kayu, bambu,
rotan 4 Volume − Permukiman dan toko kecil : (10 – 40) L − Kantor, toko besar, hotel, rumah
makan: (100 – 500) L − Pinggir jalan dan taman: (30 –40) L − Permukiman dan pasar: (100 –
1000) L 5 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi, pengelola
sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup. Sedangkan sampah
anorganik adalah sampah yang berasal dari benda tak hidup. 

jika jenis sampah anorganik adalah sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kaca,


logam, dan sebagainya, maka sampah organik adalah kebalikannya, yakni sampah yang
mudah mengalami pembusukan, seperti sampah sisa dapur, sampah sayuran dan buah-
buahan, dan lainnya

Anda mungkin juga menyukai