Anda di halaman 1dari 6

uskaji keslingSabtu, 27 Februari 2010LIMBAH MEDISFARIADI,AMKLRumah sakit merupakan institusi

pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif.
Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah meningkatnya
derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah sampah dan limbah
medis maupun non medis yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu per-hatian
khusus. Oleh karenanya perlu upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk
melindungi masyarakat dan karyawan akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari
sampah maupun limbah rumah sakit. Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya
karena dapat bersifat racun, infeksius dan juga radioaktif.Selain itu, karena kegiatan atau sifat
pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit menjadi depot segala macam penyakit yang ada di
masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni,
dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit. Ditempat
ini dapat terjadi penularan baik secara langsung (cross infection), melalui kontaminasi benda-benda
ataupun melalui serangga (vector borne infection) sehingga dapat mengancam kesehatan masyarakat
umum.KARAKTERISTIK LIMBAH RUMAH SAKITSampah dan limbah rumah sakit adalah semua
sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya.Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah
dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun
cair.Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau
sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan
beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan
tertentu.Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di
dalamnyadapat dikelompokkan sebagai berikut:1) Limbah benda tajamLimbah benda tajam adalah
obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong
atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas,
pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui
sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.2) Limbah infeksiusLimbah infeksius
mencakup pengertian sebagai berikut:•Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular (perawatan intensif)•Limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.3) Limbah
jaringan tubuhLimbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya
dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.4) Limbah sitotoksikLimbah sitotoksik adalah bahan
yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.5) Limbah farmasiLimbah farmasi ini dapat berasal dari
obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat,
obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan
selama produksi obat-obatan.6) Limbah kimiaLimbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari
penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan
riset.7) Limbah radioaktifLimbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara
lain:Tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau
gas.Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis
atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien,
sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan
lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia
dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung
pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang
ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat
patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan
anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti
BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lainlain.PENGARUH LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP
LINGKUNGAN DAN KESEHATANPengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :•Gangguan kenyamanan dan estetika Ini
berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bauphenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia
organik.•Kerusakan harta benda dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif,karat),air
yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah
sakit.•Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat,
bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.•Gangguan terhadap kesehatan manusia ini
dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam
seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.•Gangguan genetik dan reproduksi
meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa
dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya
pestisida, bahan radioaktif.PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKITA) Limbah padatUntuk
memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan limbah.
Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah klinis dikategorikan menjadi 5golongan sebabagi
berikut :Golongan A :1) Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah.2)
Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.3) Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun
tidak), bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan
dreesing.Golongan B :Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam
lainnya.Golongan C :Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam
golonganA.Golongan D :Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.Golongan E :Pelapis
Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.Pelaksanaan pengelolaanDalam
pelaksanaan pengelolaan limbah klinis perlu dilakukan pemisahan penampungan, pengangkutan, dan
pengelolaan limbah pendahuluan.1) PemisahanGolongan A1.1. Dressing bedah yang kotor, swab dan
limbah lain yang terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak
penampungan limbah klinis yang mudah dijangkau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada
tempat produksi sampah Kantongplastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali
atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan
ditampung sementara di bak sampah klinis. Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat
bila mencapai tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah tersebut
kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :a) Sampah dari haemodialisisSampah hendaknya
dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan autoclaving, tetapi kantung harus dibuka dan
dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus secara efektif. (Catatan: Autoclaving
adalah pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan tujuan sterilisasi terutama untuk limbah
infeksius).b) Limbah dari unit lain :Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak
mungkin bisa menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.1.2.
Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus disetujui oleh pimpinan yang
bertanggungjawab, kepala Bagian Sanitasi dan Dinas Kesehatan c/q Sub Din PKL setempat.1.3.
Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak limbah klinis atau
kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan dengan incinerator.1.4. Perkakas laboratorium yang
terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Incinerator harus dioperasikan di bawah
pengawasan bagian sanitasi atau bagian laboratorium.Golongan B1.5. Syringe, jarum dan cartridges
hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup.1.6. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan
benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu)
hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan dimasukkan
dengan incinerator.2) Penampungan2.1. Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai
dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau
pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut
hendaknya :•Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.•Di lokasi/tempat yang strategis,
merata dengan ukuran yang disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode
warna yang telah ditentukan secara terpisah.•Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai
yang tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci.•Aman dari orang-orang yang tidak
bertanggungjawab; dari binatang, dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.•Terjangkau oleh
kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)2.2. Sampan yang tidak berbahaya dengan penanganan
pendahuluan (jadi bisa digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain
sambilmenunggu pengangkutan.3) Pengangkutan3.1. Kereta atau troli yang digunakan untuk
pengangkutan sampah klinis harus didesain sedemikian rupa sehingga :•Permukaan harus licin, rata
dan tidak tembus•Tidak akan menjadi sarang serangga•Mudah dibersihkan dan dikeringkan•Sampan
tidak menempel pada alat angkut•Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali 3.2. Bila tidak
tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ke tempat lain :•Harus disediakan bak
terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut. Dan harus dilakukan upaya untuk mencegah
kontaminasi sampah lain yang dibawa.•Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan
tidak terjadi kebocoran atau tumpah.LIMBAH CAIRLimbah rumah sakit mengandung bermacam-
macam mikroorganisme, bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit
Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:a) Kolam Stabilisasi Air Limbah
(Waste Stabilization Pond System) Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah
lahan, karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya dianjurkan untuk
rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih mempunyai lahan yang cukup.Sistem ini
terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana yakni :1. Pump Swap (pompa air kotor).2.
Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.3. Bak Klorinasi4. Control room (ruang kontrol)5. Inlet6.
Incinerator antara 2 kolam stabilisasi7. Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.b) Kolam
oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)Sistem ini terpilih untuk pengolahan air
limbah rumah sakit di kota, karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat
atau elips, dan air limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak
dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk
mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi
sebelum dibuang ke selokan umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan
dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur).Sistem kolam oksidasi ini terdiri
dari :1. Pump Swap (pompa air kotor)2. Oxidation Ditch (pompa air kotor)3. Sedimentation Tank (bak
pengendapan)4. Chlorination Tank (bak klorinasi)5. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur,
biasanya 1-2 petak).6. Control Room (ruang kontrol)c) Anaerobic Filter Treatment SystemSistem
pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui filter/saringan, air limbah tersebut
sebelumnya telah mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff tank). Proses anaerobic filter
treatment biasanya akan meng-hasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan
senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses oksidasinya. Oleh sebab itu
sebelum effluent dialirkan ke bak klorida ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan
kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang
dibutuhkan pada proses klorinasi nanti. Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen
antara lain sebagai berikut :KESIMPULAN- Rumah sakit merupakan penghasil limbah medis atau
klinis yang cukup besar den dapat membahayakan kesehatan karyawan,1. Pump Swap (pompa air
kotor)2. Septic Tank (inhaff tank)3. Anaerobic filter.pasien, pengunjung, den petugas yang menangani
limbah klinis dan lingkungan.4. Stabilization tank (bak stabilisasi)5. Chlorination tank (bak klorinasi)-
Limbah rumah sakit perlu dikelola dengan baik den benar.6. Sludge drying bed (tempat pengeringan
lumpur)7. Control room (ruang kontrol)Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga
tergantung dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka kontruksi Anaerobic Filter
Treatment System dapat disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, misalnyaPengelolaan Sampah
Medis di Negeri ”Tirai Bambu”JAKARTA – Ide pemerintah Cina untuk memperhatikan pembuangan
limbah medis bisa menjadi gambaran keseriusan negara itu membasmi wabah SARS. Hal ini juga
mengisyaratkan lemahnya sistem pengolahan limbah medis secara keseluruhan. Bisa juga menjadi
peringatan bagi Indonesia yang sistem pengolahan limbah medisnya tergolong buruk.Regulasi baru
mengenai kantung pengaman dan sistem label untuk limbah medis di Cina menarik dicermati. Ini
merupakan regulasi pertama mengenai kesehatan yang dikeluarkan pemerintah Cina. Regulasi ini
mengatur penggolongan jenis sampah medis yang berpotensi menularkan penyakit. Juga sistem
labelisasi baru yang berkaitan dengan bidang ini.Rencananya, sampah jenis ini akan ditaruh dalam
kantong plastik terpisah berwarna merah dan diberi label khusus dengan tanda bahaya. Selain itu,
setiap kantong juga diusahakan berasal dari perpaduan berbagai teknologi plastik yang ada sekarang.
Ini berarti tidak hanya terbuat dari bahan PVC, yang banyak dipergunakan untuk jas hujanatau rumah
tembus pandang di kebun.”Sampah medis, kalau tidak ditaruh di kantong yang baik, malah bisa
menjadi sarang berkembang biaknya virus penyakit,” ucap Liu Youbing, dari organisasi SEPA –
sebuah organisasi milik pemerintah Cina yang berurusan dengan perlindungan lingkungan belum
lama ini.Sampah MedisTeknologi pengelolaan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan,
hanya berkisar antaramasalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang juga terbukti memiliki
nilai negatif besar.Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang
dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Dan kadang ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil
akhir dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-sungai. Sehingga dapat dipastikn sungai tersebut
mulai mengandung polusi zat medis.Sedangkan insenerator, yang menerapkan teknik pembakaran
pada sampah medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS
menemukan bahwa teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker
pada tubuh.Hal menarik dalam masalah ini adalah ditemukannya teknik pembakaran baru dengan
menggunakan sinar matahari. Selain menutup kemungkinan timbulnya asap penyebab dioksin,juga
menghemat ongkos operasi yang perlu dikeluarkan. Modelnya sederhana. Berupa kotak serupa
microwave, terdiri dari dua buah kotak saling mengisi yang dilapisi aluminium foil. Selembar kaca mika
transparan menjadi penutup dan dua buah cermin saling berhadapan menjadi reflektor yang paling
sukses mengantarkan panas ke kotak.Dengan waktu 20 menit, temperatur yang tercipta bisa
mencapai 150 derajat Celcius. Sebuah titik panas yang dianggap bisa memusnahkan bakteri.Di India,
teknologi pembakaran menggunakan tenaga surya seperti ini juga mulai dilakukan. Kabar terakhir,
seperti dilansir BBC News, rumah sakit Choitram di India memutuskan mencoba melakukan uji
potensial peralatan ini guna pengolahan sampah medis IndonesiaSementara itu, Direktur RS Cipto
Mangunkusumo, dr Merdias Almatsier, menyatakan bahwa kendala pengelolaan limbah rumah sakit di
Indonesia terkait masalah kurangnya dana.”Kebanyakan penanganan limbah rumah sakit ini sekarang
menggunakan tangki septik,” ujarnya.Baru beberapa tahun terakhir mulai digunakan insenerator untuk
mengurus sampah medis berpotensi menyebabkan infeksi. ”Sedangkan untuk sampah yang bersifat
non-infeksius, diserahkan ke Dinas Kebersihan DKI Jakarta,” ujar Almatsier. Menurut data dalam
sehari rumahsakit ini bisa menghasilkan sampah hingga 12 meter kubik, yang terdiri dari jenis potensi
infeksi dan noninfeksi.Menurut Almatsier memang teknik pengelolaan sampah medis seperti ini sudah
sangat ketinggalan zaman. ”Ini disebabkan minimnya dana operasional yang dikucurkan pemerintah,”
ucapnya. Akibatnya juga banyak limbah endapan tangki septik tersebut yang akhirnya dibuang ke
sungai, sehingga. makin menambah masalah polusi terhadap sungai. Namun, saat ditanyakan
mengenai masalah tersebut, Almatsier mengakui bahwa pencemaran memang mungkin timbul dari
pihak RS Ciptomangunkusumo. Tapi menurutnya, sungai di belakang rumah sakit tersebut memang
tidak pernah bersih dari dahulu.(str-sulunhttp://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0123/
kes1.htmlg prasetyo)Limbah Rumah Sakit Belum Dikelola dengan BaikLimbah rumah sakit, khususnya
limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah
infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis
dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis.Kepala Pusat
Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Universitas Indonesia Dr Setyo Sarwanto DEA mengutarakan
hal itu kepada Pembaruan, Kamis pekan lalu, di Jakarta. Ia mengatakan, rata-rata pengelolaan limbah
medis di rumah sakit belum dilakukan dengan benar. Limbah medis memerlukan pengelolaan khusus
yang berbeda dengan limbah nonmedis. Yang termasuk limbah medis adalah limbah infeksius, limbah
radiologi, limbah sitotoksis, dan limbah laboratorium.Limbah infeksius misalnya jaringan tubuh yang
terinfeksi kuman. Limbah jenis itu seharusnya dibakar, bukan dikubur, apalagi dibuang ke septic tank.
Pasalnya, tangki pembuangan seperti itu di Indonesia sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai
tempat pembuangan limbah. Ironisnya, malah sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki
pembuang-an seperti itu.Septic tank yang benar, ujar Setyo, terdiri atas dua bidang. Pertama, sebagai
penampung, dan kedua sebagai tempat penguraian limbah. Setelah limbah terurai, disalurkan melalui
pipa ke tanah yang di dalamnya berisi pasir dan kerikil. Tujuannya agar aman terhadap
lingkungan.Kenyataannya, banyak tangki pembuangan sebagai tempat pembuangan limbah yang
tidak memenuhi syarat. IHal itu akan menyebabkan pencemaran, khususnya pada air tanah yang
banyak dipergunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Setyo menyebutkan, buruknya
pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah
sakit. Sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang diterbitkan Departemen
Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan benar.Berdasarkan peraturan itu,
limbah nonmedis dibungkus dengan plastik berwarna hitam, sementara limbah medis dibungkus
dengan plastik berwarna seperti kuning, merah. Tetapi, karena harga plastik pun mahal, sudah tidak
ada lagi pembedaan kemasan limbah rumah sakit,sehingga limbah medis pun bercampur dengan
limbah nonmedis. Limbah nonmedis diperlakukan sama dengan limbah padat lainnya. Artinya, dikelola
Dinas Kesehatan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah seperti di Bantar Gebang
Bekasi."Percampuran limbah itu membuat sering ditemukan limbah medis di TPA, seperti botol infus,
jarum suntik. Bagi pemulung plastik limbah medis, itu dianggap bisa didaur ulang, sehingga mereka
mengumpulkan alat suntik itu. Sedangkan hewan di sekitar itu, misalnya kucing memakan limbah
medis yang mengandung berbagai kuman yang akan berisiko pada manusia bila kucing tersebut
menggigit. Itu membuat masalah limbah medis semakin besar," katanya. Ia menjelaskan, untuk limbah
medis yang infeksius, berupa cairan, seharusnya dibakar dengan insinerator yang benar. Artinya,
insinerator menggunakan suhu lebih dari 1.200 derajat Celsius, dan dilengkapi dengan pengisap
pencemar/gas berbahaya yang muncul dari hasil pembakaran.Abu dari hasil pembakaran distabilkan
agar unsur logam dalam bentuk partikel yang terdapat pada abu tidak menjadi bahan
toksik/karsinogen. Dengan perkataan lain, limbah infeksius diberlakukan sebagai limbah bahahan
berbahaya (B3). Ia mencontohkan, tumor yang sudah diangkat dari pasien hendaknya dibakar dengan
insinerator."Bukan dibakar dengan pembakaran biasa," ia menegaskan. Tetapi, pengelolaan abu dari
pembakaran insinerator baru dapat dilakukan satu perusahaan swasta yang berlokasi di Cileungsi.
Kondisi itu membuat permasalahan pengelolaan limbah medis infeksius di daerah. Untuk limbah
radiologi, ujarnya, dilakukan oleh Badan Tenaga Atom Nasional (Batan). Setyo juga menjelaskan, dari
sekitar 107 rumah sakit di Jakarta, baru sekitar 10 rumah sakit yang mempunyai insinerator, dan itu
pun tidak semuanya insinerator yang benar.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama
Departemen Kesehatan pada 1997 pernah melakukan survei pengelolaan limbah di 88 rumah sakit di
luar Kota Jakarta. Berdasarkan kriteria WHO, pengelolaan limbah rumah sakit yang baik bila
persentase limbah medis 15 persen. Tetapi, di Indonesia mencapai 23,3 persen. Survei juga
menemukan rumah sakit yang memisahkan limbah 80,7 persen, melakukan pewadahan 20,5 persen,
pengangkutan 72,7 persen. Sedangkan pengelolaan limbah dengan insinerator untuk limbah infeksius
62 persen, limbah toksik 51,1 persen, limbah radioaktif di Batan 37 persen. (N-
4)Sumber:http://www.suarapembaruan.com/News/2003/10/20/index.htmlLimbah Medis Rumah Sakit
Harus DimusnakanMEDAN (Berita): Limbah medis yang berasal dari rumah sakit atau Puskesmas
harus dimusnakan. Sebab, hal itu dilakukan guna menghindari penyakit menular berbahaya yang
bersumber dari barang bekas.Hal ini diungkapkan Kadis Kesehatan kota Medan, Dr dr Umar Zein
DTM&H SpPD KPTI menegaskan, seluruh limbah medis yang diperoleh dari rumah sakit dan
Puskesmas di Medan harus dimusnakan. “Limbah medis seperti jarum suntik harus dimusnakan
karena dianggap mengandung virus atau penyakit menular berbahaya. Sedangkan untuk limbah
medis seperti tabung infus yang tergolong non organik dapat didaurulang. Jika rumah sakit atau
Puskesmas tidak memiliki fasilitas pemusnahan maka umumnya akan dikirimkan ke RSUPM,
Tembakau Deli dan rumah sakit lain yang memiliki fasilitas pemusnahan limbah medis.Sedangkan
kalau dibilang limbah medis padat seperti jarum suntik, digunakan dan dimanfaatkan beberapa pihak
untuk dijual kembali, “Itu tidak diperbolehkan. Bahkan bisa dikenakan teguran hingga sanksi,” ujar
Umar Zein. Sementara itu, Direktur RSU Sari Mutiara, dr Deli Theo SPpK yang dikonfirmasi Berita,
Selasa [31/03] menuturkan, “limbah medis padat seperti jarum suntik setiap beberapa waktu akan
dimusnakan di sebuah lahan pemusnahan.Lahan tersebut menurut Theo, sengaja disediakan
pihaknya yang berlokasi dibelakang rumah sakit RSU Sari Mutiara untuk pemusnahan limbah medis
berjenis padat seperti jarum suntik. Sedangkan untuk limbah medis padat berjenis daging yang
diperoleh dari pasien yang menjalankan operasi seperti kanker, tumor dan operasi kecil lain akan
dikirim ke fakultas kedokteran USU.“Kalau limbah medis seperti jarum suntik sudah pasti kita
musnahkan. Karena jarum suntik salah satu alat yang dapat menyebabkan penyebaran virus atau
penyakit menular berbahaya. Sedangkan limbah medis padat lainnya seperti daging yang diperoleh
dari operasi pasien di rumah sakit akan dikirimkan ke Fakultas Kedokteran USU. Kemungkinan untuk
bahan praktek,” tutur Theo sembari menegaskan pihaknya memiliki lahan khusus untuk pemusnahan
limbah medis padat itu.Theo juga menambahkan limbah medis non organik seperti botol infus akan
dikumpulkan untuk diperjual belikan kembali pada seorang penampung. “Limbah medis seperti botol
infus akan kita tampung disebuah tempat kemudian nantinya akan ada seseorang yang mengutip
barang itu. Kita jual barang tersebut karena bisa didaur ulang,” ungkapnya lagi.Namun, RSU Bina
Kasih melalui staf marketingnya, Drs Martua Manihuruk menyatakan seluruh limbah medis yang
bersumber dari rumah sakit yang terletak kawasan Medan Sunggal ini membuangnya pada suatu
tempat. ” Limbah itu tidak kita musnahkan. Kita kumpulkan kemudian akan kita buang dengan bantuan
seorang pemungut sampah. “Saya juga tidak tahu kalau itu harus dimusnakan atau dikemanakan,”
ucapnya.(pan)http://beritasore.com/2009/03/31/limbah-medis-rumah-sakit-harus-dimusnakan/
Pengelolaan Limbah MedisPemilahan sampah / limbah medis berdasarkan kategori. Perhatikan
perbedaan warna wadah.Pada umumnya 10 - 15% limbah yang dihasilkan oleh sarana pelayan
kesehatan, adalah limbah medis. Limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi oleh bakteri, virus,
racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan makhluk lain di sekitar lingkungannya.
Jadi limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah
bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah medis tersebut
terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus.KATEGORI
LIMBAH• Limbah InfeksiusLimbah yang dicurigai mengandung bahan patogen contoh kultur
laboratorium, limbah dari ruang isolasi, kapas, materi atau peralatan yang tersentuh pasien yang
terinfeksi, ekskreta• Limbah PatologisJaringan atau potongan tubuh manusia, contoh bagian tubuh,
darah dan cairan tubuh yang lain termasuk janin• Limbah Benda TajamLimbah benda tajam, contoh
jarum, peralatan infus, skalpel, pisau, potongan kaca• Limbah FarmasiLimbah yang mengandung
bahan farmasi contoh obat-obatan yang sudah kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi, item yang
tercemar atau berisi obat• Limbah GenotoksikLimbah yang mengandung bahan dengan sifat
genotoksik contoh limbah yang mengandung obat-obatan sitostatik (sering dipakai dalam terapi
kanker) zat kimia genotoksik. Produk bersifat genotoksik yang paling banyak digunakan untuk sarana
pelayanan kesehatan:1. Golongan Karsinogeniko Benzen2. Obat Sitotoksiko Azatioprin, Klorambusil,
Siklosporin, Siklofosfamid, Melfalan, Semustin, Tamoksifen, Tiotepa, Treosulfan3. Golongan yang
kemungkinan karsinogeniko Azacitidine, bleomycin, carmustine, chloramphenicol, chlorozotocin,
cisplatin, dacarbazine, daunorubicin, dihydroxymethylfuratrizine (e.g. Panfuran S—no longer in use),
doxorubicin, lomustine, methylthiouracil, metronidazole, mitomycin, nafenopin, niridazole, oxazepam,
phenacetin, phenobarbital, phenytoin, procarbazine hydrochloride, progesterone, sarcolysin,
streptozocin, trichlormethine• Limbah KimiaLimbah yang mengandung bahan kimia contoh reagen di
laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah tidak diperlukan, solven.
Limbah ini dikategorikan limbah berbahaya jika memiliki beberapa sifat (toksik, korosif (pH12), mudah
terbakar, reaktif (mudah meledak, bereaksi dengan air, rawan goncangan), genotoksik• Limbah
dengan kandungan logam berat tinggiBaterai, thermometer yang pecah, alat pengukur tekanan darah•
Wadah bertekananTabung gas anestesi, gas cartridge, kaleng aerosol, peralatan terapi pernafasan,
oksigen dalambentuk gas atau cair• Limbah Radioaktif• Limbah yang mengandung bahan radioaktif
contoh cairan yang tidak terpakai dari terapi radioaktif atau riset di laboratoriumSUMBER LIMBAH
MEDIS• Unit pelayanan kesehatan dasar• Unit pelayanan kesehatan rujukan• Unit pelayanan
kesehatan penunjang ( laboratorium)• Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )Diposting
olehwww.puskajikesling.co.iddi06.53

Anda mungkin juga menyukai