NIM : 0432950717081
SOAL
JAWABAN
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah
sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan non klinis baik padat
maupun cair.
o Limbah non medis : sampah makanan, kertas, maupun alat lain yang tidak kontak
langsung dengan penderita
o Sumber limbah medis :
Unit pelayanan kesehatan dasar
Unit pelayanan kesehatan rujukan
Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium )
Unit pelayanan kesehatan penunjang ( farmasi )
klasifikasi
Limbah benda tajam : obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.
Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera
melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radio aktif. Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan yang dapat
menyebabkan infeksi atau cidera karena mengandung bahan kimia beracun atau
radio aktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar bila benda tajam
tadi digunakan untuk pengobatan pasien infeksi atau penyakit infeksi. Contohnya
jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau
bedah
Limbah patologis : jaringan tubuh yang terbuang dari proses bedah atau autopsi.
Contoh bagian tubuh, darah dan cairan tubuh yang lain termasuk janin.
Limbah farmasi : Limbah yang mengandung bahan farmasi, contoh dapat
berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang
tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang
dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi
diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama
produksi obat- obatan.
Limbah genotoksik : limbah yang mengandung bahan dengan sifat genotoksik
contoh limbah yang mengandung obat-obatan sitostatik (sering dipakai dalam
terapi kanker), yaitu zat karsinogenik (benzen,antrasen), zat sitotoksik,
(tamoksifen, semustin) zat yang mungkin bersifat karsoinogenik
(chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin).
Limbah kimia : limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset. Pembuangan
limbah kimia kedalam saluran air kotor dapat menimbulkan korosi. Sementara
bahan kimia lainnya dapat menimbulkan ledakan. Limbah kimia yang tidak
berbahaya dapat dibuang bersama-sama dengan limbah umum. Contoh reagen di
laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah tidak
diperlukan, solven. Limbah ini dikategorikan limbah berbahaya jika memiliki
beberapa sifat (toksik, korosif (pH 12), mudah terbakar, reaktif (mudah meledak,
bereaksi dengan air, rawan goncangan).
Limbah alat yang mengandung logam berat : contohnya Baterai, pecahan
termometer, tensimeter.
Limbah radioaktif : bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari
antara lain :
1. Tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bacterilogis dapat
berbentuk cair, padat atau gas.
2. Penanganan, penyimpanan dan pembuangan bahan radioaktif harus
memenuhi peraturan yang berlaku.
Wadah bertekanan tinggi : Tabung gas anestesi, gas cartridge, kaleng aerosol,
peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam bentuk gas atau cair.
Limbah infeksius : memiliki pengertian sebagai limbah yang berkaitan dengan
pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan
limbah laboratorium. Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut :
1. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif).
2. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan mikrobiologi dari rumah
sakit atau ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Namun beberapa
institusi memasukkan juga bangkai hewan percobaan yang terkontaminasi
atau yang diduga terkontaminasi oleh organisme pathogen ke dalam
kelompok limbah infeksius.
Limbah sitotoksis : bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi
dengan obat sitotoksis selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
sitotoksis dan harus dimusnahkan melalui incinerator pada suhu lebih dari
1.000ºC. Tempat pengumpul sampah sitotoksis setelah dikosongkan lalu
dibersihkan dan didesinfeksi.
a. Limbah umum :Tidak diperlukan pengolahan khusus, dan dapat disatukan dengan
limbah domestik
b. Limbah patologis : Pengolahan yang dilakukan adalah dengan sterilisasi, insinerasi
dilanjutkan dengan landfilling.Kantong yang digunakan untuk membungkus limbah juga
harus diinsinerasi
c. Limbah radioaktif : Limbah radioaktif dari rumah sakit dapat dikatakan tidak
mengandung bahaya yang signifikan bila ditangani secara baik. Umumnya
radioaktifdisimpan untuk menunggu waktu paruhnya telah habis, untuk kemudian
disingkirkan sebagai limbah non-radioaktif biasa
d. Limbah kimia: Bagi limbah kimia yang tidak berbahaya, penanganannya adalah
identik dengan limbah lainnya yang tidak termasuk katagori berbahaya.Beberapa
kemungkinan daur-ulang limbah kimiawi berbahaya misalnya dengan redistilasi solven
(toluene, xylene, alcohol), membakar solven organic yang tidak toksik, mendaur ulang
batere, logam-merkuri dari thermometer, elektrostatis larutan-larutan pemrosesan
Insinerator merupakan sarana yang paling sering digunakan dalam menangani limbah
jenis ini.
e. Limbah cytotoxic dan obat-obatan genotoxic atau limbah yang terkontaminasi harus
dipisahkan, dikemas dan diberi tanda serta dibakar pada insinerator
f. Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious) :Memerlukan sterilisasi
terlebih dahulu atau langsung ditangani pada insinerator ; autoclave tidak dibutuhkan bila
limbah tersebut telah diwadahi dan ditangani secara baik sebelum diinsinerasi.
g. Benda-benda tajam : Dikemas dalam kemasan yang dapat melindungi petugas dari
bahaya tertusuk, sebelum dibakar dalam insinerator
h. Limbah farmasi :Obat-obatan yang tidak digunakan dikembalikan pada apotik atau
pemasok, sedangkan yang tidak dipakai lagi ditangani secara khusus misalnya
diinsinerasi atau di landfilling
i. Kontainer-kontainer di bawah tekanan : di landfilling atau didaur-ulang.
Tahap awal dalam pengelolaan limbah medis adalah melakukan pencegahan pada
sumbernya. Upaya pencegahan pencemaran dan minimisasi limbah yang sering dikenal
dengan Produksi Bersih (Cleaner Production) akan memberikan keuntungan bagi
pengelola dan lingkungan. Dengan berkurangnya jumlah limbah yang harus
dimusnahkan dengan incinerator maka akan mengurangi jumlah biaya operasionalnya
dan akan mengurangi emisi yang dikeluarkan ke lingkungan. Berikut adalah beberapa
upaya dalam melakukan pencegahan timbulan limbah:
- Pelaksanaan ‘House Keeping’ yang baik, dengan menjaga kebersihan lingkungan,
mencegah terjadinya ceceran bahan. Dengan pelaksanaan good house keeping yang
baik di laboratorium dan kamar rawat akan menghindarkan terjadinya ceceran bahan
kimia ataupun racikan obat.
- Pemakaian air yang efisien akan mengurangi jumlah air yang masuk kedalam
instalasi pengolahan limbah cair (IPLC).
- Pelaksanaan preventif maintenance, yang ketat akan menghindarkan terjadinya
kerusakan alat yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah limbah yang terjadi.
- Pengelolaan bahan-bahan atau obat-obatan yang tepat, rapi dan selalu terkontrol
sehingga tidak terjadi ceceran dan kerusakan bahan atau obat, berarti mengurangi
limbah yang terjadi.
Tahap selanjutnya terhadap limbah yang tidak bisa dihindari adalah langkah
segregasi atau pemilahan. Pemilahan dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan limbah
berdasarkan karakteristiknya. Limbah domestik harus terpisah dari limbah B3 ataupun
limbah infeksius. Hal ini bertujuan agar jumlah ataupun limbah yang harus ditreatmen
secara khusus (limbah B3) tidak terlalu besar (minimal). Limbah kimia dari laboratorium
dan sisa racikan obat harus memiliki tempat penampungan tersendiri agar tidak
mengkontaminasi limbah cair lainnya yang bukan limbah B3.
Tahap ketiga adalah pemanfaatan limbah. Limbah yang masih bisa dimanfaatkan
agar dipisahkan dari limbah yang tercemar oleh limbah B3 ataupun limbah infeksius.
Limbah domestik yang dapat didaur ulang ataupun dimanfaatkan harus dipisah dalam
tempat terpisah. Limbah domestik berupa kertas/karton, plastik, gelas dan logam masih
mempunyai nilai jual untuk di reuse. Begitu pula dengan limbah domestik berupa sampah
organik bisa untuk kompos. Limbah plastik bekas pengobatan lainnya seperti bekas infus
yang tidak terkontaminasi limbah B3 atau limbah infeksius dapat didaur ulang. Pada saat
ini hanya sekitar 19% limbah domestik dari rumah sakit yang sudah dimanfaatkan untuk
didaur ulang. Limbah berbahaya dan beracun sendiri tidak menutup kemungkinan untuk
dapat dimanfaatkan ataupun untuk direuse. Beberapa limbah kimia yang dapat
dimanfaatkan kembali antara lain adalah limbah radiologi seperti fixer dan developer
dengan dikirimkan ke pihak ke-3 yang berizin.
Depkes RI. Buku Pedoman Umum Hygene Sarana dan Bangunan Umum. Depkes : jakarta, 1992