Anda di halaman 1dari 14

NAMA : SISKA PURNAMA ASIH

NIM : 0432950717081

PRODI : S1 FARMASI ( SORE )

TINGKAT : III / SEMESTER VI

TUGAS : MATA KULIAH PATIENT SAFETY

SOAL

1. Sebutkan pembagian limbah-limbah medis


2. Alur pengolahan limbah medis
3. Cara penanganan limbah medis

JAWABAN

Berdasarkan Depkes RI 1992 :

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah
sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan non klinis baik padat
maupun cair.

o Limbah non medis : sampah makanan, kertas, maupun alat lain yang tidak kontak
langsung dengan penderita
o Sumber limbah medis :
 Unit pelayanan kesehatan dasar
 Unit pelayanan kesehatan rujukan
 Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium )
 Unit pelayanan kesehatan penunjang ( farmasi )

1. Pembagian Limbah Medis

klasifikasi

Limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan potensi bahaya yang terkandung


didalamnya, maupun berdasarkan bentuknya (cair dan padat)

klasifikasi limbah medis padat :

Penggolongan kategori limbah medis padat dapat diklasifikasikan berdasarkan


potensi bahaya yang tergantung di dalamnya, serta volume dan sifat persistensinya yang
menimbulkan masalah :

 Limbah benda tajam : obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.
Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera
melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radio aktif. Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan yang dapat
menyebabkan infeksi atau cidera karena mengandung bahan kimia beracun atau
radio aktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar bila benda tajam
tadi digunakan untuk pengobatan pasien infeksi atau penyakit infeksi. Contohnya
jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau
bedah
 Limbah patologis : jaringan tubuh yang terbuang dari proses bedah atau autopsi.
Contoh bagian tubuh, darah dan cairan tubuh yang lain termasuk janin.
 Limbah farmasi : Limbah yang mengandung bahan farmasi, contoh dapat
berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang
tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang
dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi
diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama
produksi obat- obatan.
 Limbah genotoksik : limbah yang mengandung bahan dengan sifat genotoksik
contoh limbah yang mengandung obat-obatan sitostatik (sering dipakai dalam
terapi kanker), yaitu zat karsinogenik (benzen,antrasen), zat sitotoksik,
(tamoksifen, semustin) zat yang mungkin bersifat karsoinogenik
(chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin).
 Limbah kimia : limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset. Pembuangan
limbah kimia kedalam saluran air kotor dapat menimbulkan korosi. Sementara
bahan kimia lainnya dapat menimbulkan ledakan. Limbah kimia yang tidak
berbahaya dapat dibuang bersama-sama dengan limbah umum. Contoh reagen di
laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah tidak
diperlukan, solven. Limbah ini dikategorikan limbah berbahaya jika memiliki
beberapa sifat (toksik, korosif (pH 12), mudah terbakar, reaktif (mudah meledak,
bereaksi dengan air, rawan goncangan).
 Limbah alat yang mengandung logam berat : contohnya Baterai, pecahan
termometer, tensimeter.
 Limbah radioaktif : bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari
antara lain :
1. Tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bacterilogis dapat
berbentuk cair, padat atau gas.
2. Penanganan, penyimpanan dan pembuangan bahan radioaktif harus
memenuhi peraturan yang berlaku.
 Wadah bertekanan tinggi : Tabung gas anestesi, gas cartridge, kaleng aerosol,
peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam bentuk gas atau cair.
 Limbah infeksius : memiliki pengertian sebagai limbah yang berkaitan dengan
pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan
limbah laboratorium. Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut :
1. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif).
2. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan mikrobiologi dari rumah
sakit atau ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Namun beberapa
institusi memasukkan juga bangkai hewan percobaan yang terkontaminasi
atau yang diduga terkontaminasi oleh organisme pathogen ke dalam
kelompok limbah infeksius.
 Limbah sitotoksis : bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi
dengan obat sitotoksis selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
sitotoksis dan harus dimusnahkan melalui incinerator pada suhu lebih dari
1.000ºC. Tempat pengumpul sampah sitotoksis setelah dikosongkan lalu
dibersihkan dan didesinfeksi.

Limbah Medis Cair


Limbah cair rumah sakit umumnya mengandung senyawa polutan organik
yang cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengelolaan secara biologis,
baik yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah medis klinis.
Sementara itu, untuk limbah yang berasal dari laboratorium biasanya
banyak mengandung logam berat dan bila dialirkan ke dalam pengolahan secara
biologis akan menganggu proses pengelolaan. Limbah ini harus dipisahkan dan
ditampung kemudian diolah secara kimia-fisika baru dialirkan bersama-sama
dengan limbah cairan lainnya dan diolah dengan pengelolaan biologis.
Pengelolaan air limbah dapat menggunakan teknologi pengelolaan secara
biologis atau gabungan antara proses biologis dengan proses kimia-fisika. Proses
secara biologis dapat dilakukan secara aerobik (dengan udara) dan anaerobik
(tanpa udara) atau kombinasi antara aerobik dan anaerobik. Proses biologis
biasanya digunakan untuk pengelolaan air limbah dengan BOD yang tidak terlalu
besar. Pengelolaan limbah secara aerobik dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
rosesbiologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), biologis dengan
biakan melekat (attached culture) dan proses pengelolaan dengan sistem
lagoon atau kolam. Salah satu contoh proses pengelolaan menggunakan
sistem lagoon adalah dengan kolam aerasi kolam atau kolam stabilisasi
(stabilization pond). Contoh proses pengelolaan limbah cair proses biologis
dengan biakan tersuspensi yaitu proses lumpur aktif standar/konversional
(standar activated sludge), step aeration, oxidation, ditch (kolam oksidasi sistem
parit). Untuk proses biologis dengan biakan melekat dapat dilakukan dengan
trickling filter atau 17 biofilter, Rotating Biological Contactor (RBC), Contactor
Aeration (CA). Teknologi pengelolaan limbah cair yang sering digunakan di
rumah sakit yaitu proses lumpur aktif (activated sludge process), reaktor putar
biologis (rotating biological contactor/RBC), proses aerasi kontak (contact
aeration process), proses pengolahan dengan biofilter “Up Flow” dan pengelolaan
dengan sistem biofilter anerobik-erobik.

2. Alur pengolahan limbah medis


Pengelolaan Limbah Non B3

Pengelolaan Limbah Tabung Gas


Pengelolaan Limbah Benda Tajam

Pengelolaaan Limbah Radioaktif

Pengelolaan Limbah Patologis


Persyaratan sanitasi dapat digunakan untuk memenuhi pengolahan limbah yang
baik serta efektif. Pengelolaan limbah dengan baik dapat dilakukan guna memanfaatkan
sisa limbah. Tidak mengkontaminasi udara, air /tanah, tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan kebakaran, dan sebagainya merupakan beberapa syarat pengelolaan limbah
yang baik.
Pengelolaan limbah medis yaitu rangkaian kegiatan mencakup segregasi,
pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan penimbunan limbah medis.
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008,
pengelolaan sampah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Beberapa bagian penting dalam
pengelolaan limbah rumah sakit yaitu pengurangan limbah, pelabelan dan pengemasan,
transportasi, penyimpanan, pengolahan dan pembuangan limbah. Proses pengelolaan ini
harus menggunakan cara yang benar serta memperhatikan aspek kesehatan, ekonomis,
dan pelestarian lingkungan.
Persyaratan pengolahan limbah medis padat diatur dalam Kepmenkes yaitu
(Kepmenkes, 2004):
1) Pengurangan Limbah, Pengurangan limbah dilakukan sebagai upaya untuk
mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan
(Kepmenkes, 2004)
a) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumber.
b) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan
kimia yang berbahaya dan beracun.
c) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan
farmasi.
d) Setiap perlatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai
dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui
sertifikasi dari pihak yang berwenang.
2) Penilaian, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
a) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah.
b) limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah
yang tidaka dimanfaatkan kembali.
c) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperlihatkan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk, dan tidak mudah dibuka sehingga yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
d) Jarum dan syringes harus dipisahkan seehingga tidak dapat digunakan
kembali.
e) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui
proses strerilisasi, untuk menguji efekstifitas sterilisasi panas harus
dilakukan tes Bacillus stearithermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus
dilakukan tes Bacillus Subtilis.
f) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan
kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai
(disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali
setelah melalui proses sterilisasi.
g) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah harus sesuai yang sudah ditentukan. Tabel 2.3
Pewadahan limbah medis (Sumber: Kepmenkes, 2004)
h) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk
pemulihan perak yang dihasilka dari proses film sinar X.
i) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan
diberi label bertuliksan “Limbah Sitotoksis”.

3) Pengumpulan, Pengankutan, dan Penyimpanan Limbah Medis Padat di


Lingkungan Rumah Sakit

a) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah


menggunakan troli khusus yang tertutup.
b) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada
musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam
(Kepmenkes, 2004)

4) Pengumpulan, Pengemasan, dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit

a) Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.

b) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan


khusus.

5) Pengelolaan dan Pemusnahan

a) Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat


pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.

b) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat


disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat
yang, dengan pemanasan menggunakan autoclave atau dengan
pembakaran menggunakan incinerator.

3. Cara penanganan limbah medis

Cara Penanganan Limbah Medis yang Tepat

Penanganan limbah medis memerlukan perhatian khusus, terutama harus


memperhatikan jenis-jenisnya. Masing-masing kelompok limbah medis tersebut
membutuhkan penanganan sendiri-sendiri. Bahkan, mengemas limbah medis pun telah
ada aturannya. Misalnya kantong warna hitam digunakan untuk limbah umum, kantong
warna kuning untuk semua jenis limbah infectious yang harus masuk incinerator,limbah
kimia/farmasi kedalam kantong plastik berwarna coklat, dan warna merah untuk limbah
radio aktif. Peraturan sederhana dalam cara mengemas limbah medis ini bila dilanggar
justru akan berakibat fatal.
Secara umum jenis pengolahan limbah rumah sakit adalah :

a. Limbah umum :Tidak diperlukan pengolahan khusus, dan dapat disatukan dengan
limbah domestik
b. Limbah patologis : Pengolahan yang dilakukan adalah dengan sterilisasi, insinerasi
dilanjutkan dengan landfilling.Kantong yang digunakan untuk membungkus limbah juga
harus diinsinerasi
c. Limbah radioaktif : Limbah radioaktif dari rumah sakit dapat dikatakan tidak
mengandung bahaya yang signifikan bila ditangani secara baik. Umumnya
radioaktifdisimpan untuk menunggu waktu paruhnya telah habis, untuk kemudian
disingkirkan sebagai limbah non-radioaktif biasa
d. Limbah kimia: Bagi limbah kimia yang tidak berbahaya, penanganannya adalah
identik dengan limbah lainnya yang tidak termasuk katagori berbahaya.Beberapa
kemungkinan daur-ulang limbah kimiawi berbahaya misalnya dengan redistilasi solven
(toluene, xylene, alcohol), membakar solven organic yang tidak toksik, mendaur ulang
batere, logam-merkuri dari thermometer, elektrostatis larutan-larutan pemrosesan
Insinerator merupakan sarana yang paling sering digunakan dalam menangani limbah
jenis ini.
e. Limbah cytotoxic dan obat-obatan genotoxic atau limbah yang terkontaminasi harus
dipisahkan, dikemas dan diberi tanda serta dibakar pada insinerator
f. Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious) :Memerlukan sterilisasi
terlebih dahulu atau langsung ditangani pada insinerator ; autoclave tidak dibutuhkan bila
limbah tersebut telah diwadahi dan ditangani secara baik sebelum diinsinerasi.
g. Benda-benda tajam : Dikemas dalam kemasan yang dapat melindungi petugas dari
bahaya tertusuk, sebelum dibakar dalam insinerator
h. Limbah farmasi :Obat-obatan yang tidak digunakan dikembalikan pada apotik atau
pemasok, sedangkan yang tidak dipakai lagi ditangani secara khusus misalnya
diinsinerasi atau di landfilling
i. Kontainer-kontainer di bawah tekanan : di landfilling atau didaur-ulang.
Tahap awal dalam pengelolaan limbah medis adalah melakukan pencegahan pada
sumbernya. Upaya pencegahan pencemaran dan minimisasi limbah yang sering dikenal
dengan Produksi Bersih (Cleaner Production) akan memberikan keuntungan bagi
pengelola dan lingkungan.  Dengan berkurangnya jumlah limbah yang harus
dimusnahkan dengan incinerator maka akan mengurangi jumlah biaya operasionalnya
dan akan mengurangi emisi yang dikeluarkan ke lingkungan. Berikut adalah beberapa
upaya dalam melakukan pencegahan timbulan limbah:
-     Pelaksanaan ‘House Keeping’ yang baik, dengan menjaga kebersihan lingkungan,
mencegah terjadinya ceceran bahan. Dengan pelaksanaan good house keeping yang
baik di laboratorium dan kamar rawat akan menghindarkan terjadinya ceceran bahan
kimia ataupun racikan obat.
-     Pemakaian air yang efisien akan mengurangi jumlah air yang masuk kedalam
instalasi pengolahan limbah cair (IPLC).
-     Pelaksanaan preventif maintenance, yang ketat akan menghindarkan terjadinya
kerusakan alat yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah limbah yang terjadi.
-     Pengelolaan bahan-bahan atau obat-obatan yang tepat, rapi dan selalu terkontrol
sehingga tidak terjadi ceceran dan kerusakan bahan atau obat, berarti mengurangi
limbah yang terjadi.
 
Tahap selanjutnya terhadap limbah yang tidak bisa dihindari adalah langkah
segregasi atau pemilahan. Pemilahan dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan limbah
berdasarkan karakteristiknya. Limbah domestik harus terpisah dari limbah B3 ataupun
limbah infeksius. Hal ini bertujuan agar jumlah ataupun limbah yang harus ditreatmen
secara khusus (limbah B3) tidak terlalu besar (minimal). Limbah kimia dari laboratorium
dan sisa racikan obat harus memiliki tempat penampungan tersendiri agar tidak
mengkontaminasi limbah cair lainnya yang bukan limbah B3.  
 
Tahap ketiga adalah pemanfaatan limbah. Limbah yang masih bisa dimanfaatkan
agar dipisahkan dari limbah yang tercemar oleh limbah B3 ataupun limbah infeksius.
Limbah domestik yang dapat didaur ulang ataupun dimanfaatkan harus dipisah dalam
tempat terpisah. Limbah domestik berupa kertas/karton, plastik, gelas dan logam masih
mempunyai nilai jual untuk di reuse. Begitu pula dengan limbah domestik berupa sampah
organik bisa untuk kompos. Limbah plastik bekas pengobatan lainnya seperti bekas infus
yang tidak terkontaminasi limbah B3 atau limbah infeksius dapat didaur ulang. Pada saat
ini hanya sekitar 19% limbah domestik dari rumah sakit yang sudah dimanfaatkan untuk
didaur ulang. Limbah berbahaya dan beracun sendiri tidak menutup kemungkinan untuk
dapat dimanfaatkan ataupun untuk direuse. Beberapa limbah kimia yang dapat
dimanfaatkan kembali antara lain adalah limbah radiologi seperti fixer dan developer
dengan dikirimkan ke pihak ke-3 yang berizin.

Insinerasi adalah teknologi pengolahan sampah dan limbah yang melibatkan


proses pembakaran bahan organik. Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur
tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan termal Insinerasi material sampah
mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan
panas.Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti
sampah medis  dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana patogen danracun
kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi.

Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah,


dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk B3 (toksik menjadi non toksik,
infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relative tidak luas,
pengoperasiaanya tidak tergantung iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi
tanah yang rendah. Kerugiannya tidak semua jenis sampah bisa dimusnahkan terutama
dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi
dengan pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).
Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun
dilahan yang terendah. Sedangkan gas/partikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah
melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai.
REFERENSI

Depkes RI. Buku Pedoman Umum Hygene Sarana dan Bangunan Umum. Depkes : jakarta, 1992

Kepmenkes RI. No1204/Menkes/SK/x/2004, Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan


Rumah Sakit, Depkes: Jakarta, 2006.

”STUDI TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH KAB. BARRU Oleh YAHAR PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR 2011”

Anda mungkin juga menyukai