Anda di halaman 1dari 5

PENGELOLAAN LIMBAH B3 RUMAH SAKIT

Oleh : Erlen Gustina,SKM


Semakin bertambahnya jumlah rumah sakit di Indonesia membuat jumlah produksi limbah
medis yang dihasilkan semakin banyak. Pengelolaan limbah B3 di rumah sakit diperlukan
karena apabila limbah B3 tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan cidera,penyakit
nosokomial dan pencemaran lingkungan.
Semua limbah yang ada di rumah sakit dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam hal ini
dapat berbentuk cair, padat, maupun gas yang mengandung mikroorganisme pathogen
bersifat infeksius, bahan kimia beracun, sebagian dapat bersifat radioaktif. Sehingga
dengan begitu banyaknya jenis B3 yang ada di rumah sakit, membuat rumah sakit menjadi
salah satu industri yang diwajibkan mampu mengelola B3 dengan baik.
Jenis limbah dari pelayanan kesehatan dirumah sakit dapat dikelompokkan dalam
beberapa kategori utama yaitu
1. Limbah padat dihasilkan dari semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
Ada 2 jenis limbah padat akibat dari kegiatan rumah sakit :
a. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,limbah
patologi,limbah benda tajam,limbah farmasi,limbah sitotoksis,limbah
kimiawai,limbah radioaktif,limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.
b. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang di hasilkan dari kegiatan di rumah
sakitdi luar medis yang berasal dari dapur,taman dan halaman serta perkantoran yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
2. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
Semua jenis limbah ini mengandung limbah yang berpotensi infeksi. Limbah residu
insinerasi dapat dikategorikan sebagai limbah berbahaya jika insinerator rumah sakit tidak
sesuai dengan kriteria, atau tidak dioperasikan sesuai dengan kriteria.
Yang dimaksud dengan B3 adalah singkatan dari Bahan Berbahaya dan Beracun,
merupakan suatu zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun
campuran, yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan secara langsung
maupuntidak langsung. B3 bersifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif
dan iritasi. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pengolahan dan pembuangan
limbah B3. Penerimaan B3, harus disertai dengan Material Safety Data Sheet (MSDS).
MSDS adalah lembar petunjuk yang berisi informasi B3 mengenai sifat fisika B3, sifat
kimia, cara penyimpanan, jenis bahaya, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan
darurat,cara pengelolaan limbah B3 dan sebagainya.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di rumah sakit dapat di bagi dua yaitu :
1. B3 Medis
Contoh B3 Medis berasal dari :
 Antiseptik dan Desinfektan
- Cidex , Presept Tablet, Phisohex
- Wash bensin, Lysol, Karbol
 Semua obat yang diperoleh dari Instalasi Farmasi.
 Obat- obat kanker
 Reagensia terdiri dari Reagensia untuk Laboratorium dan Farmasi, Aseton,
Larutan amonia, dietil eter, HCl pekat 35%, NaOH crystal, KOH crystal, H2SO4
(asam sulfat), Phenol crystal, asam asetat, asam formiat, asam sitrat, methanol,
xylol.
 Gas Medis yaitu O2, N2, CO2, Acetylen, N2O.
2. B3 Non Medis
Contoh B3 non medis berasal dari :
 Desinfektan yaitu desinfektan linen, Ultra clorox rain clean bleach, Chlor bleach,
Cidezyme, Detergent enzimatic, SOUR, Detergen.
 Pembersih yaitu softener, Foamy Hand Soap, Rugbee shampoo, Magic Glass,
Forward, Floor Kleen, Marble Kleen, Waxstrip, Hygenc.
 Gas non medis yaitu Elpiji.
 Insektisida, Peptisida Nuvet 200 EC, Protect safe 0,005 BB, Inseckil 50 EC
 Solar, Diesel Fuel, Freon (bahan pendingin), Chemical NAJCO (untuk boiler), Air
Accu, Oil, Oil Lubricant, Emulsifier.
Jenis limbah yang dapat menyebabkan penyakit menular (infectious waste)
atau limbah biomedis biasanya sekitar 10 – 15 % dari seluruh volume limbah
kegiatan pelayanan kesehatan seperti :
 Limbah human anatomical seperti jaringan tubuh manusia, bagian-bagian
tubuh,organ tubuh tetapi tidak termasuk rambut, muka dan gigi.
 Limbah tubuh hewan seperti jaringan-jaringan tubuh, organ, darah,bangkai, bagian
yang sudah terkontaminasi dengan darah, tetapi tidak termasuk bulu,kuku dan gigi.
 Limbah laboratorium mikrobiologi seperti jaringan tubuh, mikroorganisme, vaksin,
atau bahan peralatan laboratorium yang berkontak dengan bahan- bahan tersebut.
 Limbah darah dan cairan manusia atau bahan/peralatan yang terkontaminasi
dengannya. Tidak termasuk dalam kategori ini adalah urin dan tinja.
 Limbah-limbah benda tajam seperti jarum suntik, gunting, pecahan kaca dan
sebagainya.
Adapun sasaran pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagaimana kita menangani
limbah berbahaya, menyingkirkan lalu memusnahkannya sebisa mungkin, tetapi
higienis dan tidak membahayakan lingkungan setempat. Untuk limbah yang
sifatnya umum, cara penanganannyaidentik dengan limbah domestik yang lain.
Dapat didaur ulang sebisa mungkin lalu diterapkan pada setiap kesempatan.
Sedangkan bahan-bahan tajam yang tidak terinfeksi harus dibungkus secara baik
sehingga tidak membuat celaka pekerja yang menangani dan dapat dibuang seperti
limbah umum, sedangkan bahan-bahan tajam yang terinfeksi diperlakukan sebagai
limbah berbahaya.Ada 2 macam limbah yang harus dipisahkan yaitulimbah
infeksius dan limbah patologis . Karena limbah infeksius yang beresiko tinggi perlu
diserilisasikan (autoclave) terlebih dahulu sebelum disingkirkan ketempat
pembuangan akhir. Limbah darah yang tidak terinfeksi dapat dimasukkan ke dalam
saluran limbah kota dan dibilas dengan air, sedang yang terinfeksi harus
diperlakukan sebagai limbah berbahaya. Kontainer-kontainer dibawah tekanan
(aerosol dan sebagainya) tidak boleh dimasukkan ke dalam insinerator.
Limbah yang telah dipisahkan dimasukkan kedalam kantong yang kuat sehingga terhindar
dari pengaruh luar ataupun dari limbahnya sendiri dan tahan air atau dimasukkan dalam
kontainer-kontainer logam. Kantong-kantong yang digunakan dibedakan dengan warna
yang seragam dan jelas, diisi secukupnya agar dapat ditutup degan mudah dan rapat.
Disamping warna yang seragam, kantong tersebut diberi label atau simbol yang sesuai.
Kontainer harus ditutup dengan baik sebelum diangkut. Apabila menggunakan kantong
terlebih dahulu harus masuk autoclave, maka kantong-kantong itu harus bisa ditembus
oleh uap sehingga sterilisasi dapat berlangsung sempurna.
Jenis pengolahan limbah rumah sakit adalah:

1. Limbah umum sejenis limbah domestik yang dihasilkan dari kegiatan yang ada di
rumah sakit seperti bahan pengemas, makanan non-infectious, limbah dari cuci
serta materi lain yang tidak membahayakan pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Pengolahan limbah ini tidak diperlukan pengolahan secara khusus dan
dapat disatukan dengan limbah domestik. Semua makanan jika telah dari dapur
adalah limbah apabila tidak dikonsumsi lagi maka sisa makanan dapat dikatakan
bagian dari penyakit menular untuk itu perlu di strerilisasi (autoclave) terlebih
dahulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir.
2. Limbah patologis terdiri dari jaringan-jaringan, bangkai binatang, organ, bagian
tubuh, plasenta, darah dan cairan tubuh. Pengolahan limbah dapat dilakukan
dengan cara sterilisasi, insinerasi, kemudian sampah di timbun pada suatu lubang
kemudian di tutup (landfilling).
3. Limbah radioaktif dapat bersifat padat, cair maupun gas yang terkontaminasi
dengan radionuklisida, dan dihasilkan dari analisis in-vitro terhadap jaringan tubuh
dan cairan, atau analisis in-vivo terhadap organ tubuh dalam pelacakan atau
lokalisasi tumor, maupun dihasilkan dari prosedur therapetis. Bahan radioaktif
yangdigunakan dalam kegiatan kesehatan/medis ini biasanya tergolong mempunyai
daya radioaktivitas level rendah, yaitu di bawah 1 megabecquerel (MBq).
4. Limbah kimia dapat berupa padatan, cairan maupun gas misalnya berasal dari
pekerjaan diagnostik atau penelitian , pembersihan / pemeliharaan atau prosedur
desinfeksi. Bagi limbah kimia yang tidak berbahaya, penanganannya adalah identik
dengan limbah lainnya yang tidak termasuk kategori berbahaya. Solven organik
lainnya yang tidak toksik atau tidak mengeluarkan produk toksik bila dibakar dapat
digunakan sebagai bahan bakar.
Asam-asam khromik dapat digunakan untuk membersihkan peralatan gelas di
laboratorium, atau didaur ulang untuk mendapatkan khromnya
Limbah logam - merkuri dari termometer, manometer dan sebagainya dikumpulkan
untuk didaur-ulang ; limbah jenis ini dilarang untuk diinsinerasi karena akan
menghasilkan gas toksik
5. Dapat direklamasi secara elektrostatis baterai-baterai bekas dikumpulkan sesuai
jenisnya untuk didaur ulan seperti ; merkuri, kadmium, nikel dan timbal.Insinerator
merupakan sarana yang paling sering digunakan dalam menangani limbah jenis ini,
baik secara on-site maupun off-site; insinerator tersebut harus dilengkapi dengan
sarana pencegah pencemaran udara, sedang residunya yang mungkin mengandung
logam-logam berbahaya dibuang ke landfill yang sesuai. Solven yang tidak
diredistilasi harus dipisahkan antara solven yang berhalogen dan
nonhalogen; solven berhalogen membutuhkan penanganan khusus dan solven non-
halogen dapat dibakar pada on-site insinerator. Limbah cytotoxic dan obat-
obatan genotoxic atau limbah yang terkontaminasi harus dipisahkan, dikemas dan
diberi tanda serta dibakar pada insinerator; limbah jenis ini tidak
di autoclave karena disamping tidak mengurangi toksiknya juga dapat berbahaya
bagi operator.
6. Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious); mengandung mikroorganisme
patogen yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan
manusia akan dapat menimbulkan penyakit. Katagori yang termasuk limbah ini
antara lain jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium, dari
ruang bedah atau dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular , atau dari
pasien yang diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien yang menjalani
haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung tangan dan sebagainya) atau
materi yang berkontak dengan binatang yang sedang diinokulasi dengan penyakit
menular atau sedang menderita penyakit menular. Pengolahan limbah ini
memerlukan sterilisasi terlebih dahulu atau langsung ditangani pada
insinerator. Autoclavetidak dibutuhkan bila limbah tersebut telah diwadahi dan
ditangani secara baik sebelum diinsinerasi.
7. Benda-benda tajam; berupa jarum suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah,
gunting kuku dan sebagainya yang dapat menyebabkan orang tertusuk (luka) dan
terjadi infeksi. Benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh cairan tubuh darah
dan bahan sitotoksik atau bahan mikrobiologi sebelum dibakar dalam insinerator
harus dikemas dalam kemasan yang aman supaya dapat melindungi petugas dari
bahaya tertusuk.
8. Limbah farmasi: berupa produk-produk kefarmasian, obat-obatan dan bahan
kimiawi yang dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah,
kadaluwarsa atau terkontaminasi atau harus dibuang karena sudah tidak digunakan
lagi.
9. Kontainer-kontainer di bawah tekanan; berupa tabung yang mengandung gas dan
aerosol yang dapat meledak bila diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan karena
kecelakaan (tertusuk dan sebagainya). Pengolahannya dengan cara landfilling atau
didaur-ulang.

Daftar Pustaka :
https://e-journal.unair.ac.id/JKL/article/download/6721/5777
https://dindadinda2511.blogspot.com/2017/09/mengenal-b3-di-rumah-sakit-html
https://environment-indonesia.com/training/pengelolaan-limbah-b3-rumah-sakit/

Anda mungkin juga menyukai