Menurut Departemen Kesehatan, limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung
mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif.
Dengan melihat deskripsi tersebut, limbah yang berasal dari rumah sakit ini dapat dikategorikan
sebagai limbah B3 (limbah bahan berbahaya dan beracun).
Limbah rumah sakit sendiri berupa campuran yang heterogen sifat-sifatnya. Seluruh jenis limbah ini
dapat mengandung limbah berpotensi infeksi. Kadangkala, limbah residu insinerasi dapat
dikategorikan sebagai limbah berbahaya bila insinerator sebuah rumah sakit tidak sesuai
dengan kriteria, atau tidak dioperasikan sesuai dengan kriteria.
Untuk mengoptimalkan upaya penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran limbah yang
dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas pengelolaan limbah sendiri yang
ditetapkan KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit yaitu:
1. Fasilitas Pengelolaan Limbah padat Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi limbah
dimulai dari sumber dan harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya, beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis
mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak
yang berwenang.
2. Fasilitas Pengolahan Limbah Cair Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang
sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan
dan penyimpanannya. Rumah sakit harus memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah sendiri.
Limbah dari pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kategori utama, yaitu limbah umum, limbah patologis (jaringan tubuh), limbah
radioaktif, limbah kimiawi, limbah berpotensi menular (infectious), benda-benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksik, dan kontainer dalam tekanan. Dari sekian banyak jenis limbah klinis
tersebut, maka yang membutuhkan sangat perhatian khusus adalah limbah yang dapat menyebabkan
penyakit menular (infectious waste) atau limbah biomedis. Limbah ini biasanya hanya 10 15 %
dari seluruh volume limbah kegiatan pelayanan kesehatan. Jenis dari limbah ini secara spesifik
adalah:
Limbah human anatomical: jaringan tubuh manusia, organ, bagian-bagian tubuh, tetapi tidak
termasuk gigi, rambut dan muka.
Limbah tubuh hewan: jaringan-jaringan tubuh, organ, bangkai, darah, bagian terkontaminasi
dengan darah, dan sebagainya, tetapi tidak termasuk gigi, bulu, kuku.
Limbah laboratorium mikrobiologi: jaringan tubuh, stok hewan atau mikroorganisme,
vaksin, atau bahan atau peralatan laboratorium yang berkontak dengan bahan- bahan
tersebut.
Limbah darah dan cairan manusia atau bahan/peralatan yang terkontaminasi
dengannya. Tidak termasuk dalam kategori ini adalah urin dan tinja.
Limbah-limbah benda tajam seperti jarum suntik, gunting, pecahan kaca dan sebagainya.
Sasaran pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagaimana menangani limbah
berbahaya, menyingkirkan dan memusnahkannya seekonomis mungkin, namun higienis dan
tidak membahayakan lingkungan. Untuk limbah yang bersifat umum, penanganannya adalah
identik dengan limbah domestik yang lain. Daur ulang sedapat mungkin diterapkan pada
setiap kesempatan. Bahan-bahan tajam yang tidak terinfeksi harus dibungkus secara baik serta tidak
akan mencelakakan pekerja yang menangani dan dapat dibuang seperti limbah umum,
sedangkan bahan-bahan tajam yang terinfeksi diperlakukan sebagai limbah berbahaya.
Limbah yang harus dipisahkan dari yang lain adalah limbah patologis dan infeksius.
Limbah infeksius beresiko tinggi perlu ditangani terlebih dahulu dalam autoclave sebelum
menuju pengolahan selanjutnya atau sebelum disingkirkan di landfill. Limbah darah yang tidak
terinfeksi dapat dimasukkan ke dalam saluran limbah kota dan dibilas dengan air, sedang yang
terinfeksi harus diperlakukan sebagai limbah berbahaya. Kontainer-kontainer dibawah tekanan
(aerosol dan sebagainya) tidak boleh dimasukkan ke dalam insinerator.
Limbah yang telah dipisahkan dimasukkan kantong-kantong yang kuat (dari pengaruh luar ataupun
dari limbahnya sendiri) dan tahan air atau dimasukkan dalam kontainer-kontainer logam. Kantong-
kantong yang digunakan dibedakan dengan warna yang seragam dan jelas, dan diisi secukupnya
agar dapat ditutup degan mudah dan rapat. Disamping warna yang seragam, kantong tersebut diberi
label atau simbol yang sesuai. Kontainer harus ditutup dengan baik sebelum diangkut. Bila
digunakan kantong dan terlebih dahulu harus masuk autoclave, maka kantong-kantong itu harus
bisa ditembus oleh uap sehingga sterilisasi dapat berlangsung sempurna. Limbah radioaktif juga
harus mempunyai tanda-tanda yang standar dan disimpan untuk menunggu masa aktifnya
terlampaui sebelum dikategorikan limbah biasa atau limbah berbahaya lainnya.
Secara umum jenis pengolahan limbah rumah sakit adalah:
1. Limbah umum; sejenis limbah domestik, bahan pengemas, makanan binatang non-
infectious, limbah dari cuci serta materi lain yang tidak membahayakan pada kesehatan
manusia dan lingkungan. Pengolahan limbah ini tidak diperlukan pengolahan khusus, dan
dapat disatukan dengan limbah domestik. Seluruh makanan yang telah meninggalkan dapur
pada prinsipnya adalah limbah bila tidak dikonsumsi dan sisa makanan dari bagian penyakit
menular perlu di autoclave terlebih dahulu sebelum dibuang ke landfill.
2. Limbah patologis; terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta, bangkai
binatang, darah dan cairan tubuh. Pengolahan limbah ini dilakukan dengan sterilisasi,
insinerasi, lalu dilanjutkan dengan landfilling. Insinerasi merupakan metode yang sangat
dianjurkan, kantong-kantong yang digunakan untuk membungkus limbah juga harus
diinsinerasi.
3. Limbah radioaktif; dapat berfase padat, cair maupun gas yang terkontaminasi dengan
radionuklisida, dan dihasilkan dari analisis in-vitro terhadap jaringan tubuh dan cairan,
atau analisis in-vivo terhadap organ tubuh dalam pelacakan atau lokalisasi tumor,
maupun dihasilkan dari prosedur therapetis. Bahan radioaktif yang digunakan dalam
kegiatan kesehatan/medis ini biasanya tergolong mempunyai daya radioaktivitas level
rendah, yaitu di bawah 1 megabecquerel (MBq). Limbah radioaktif dari rumah sakit dapat
dikatakan tidak mengandung bahaya yang signifikan bila ditangani secara baik. Penanganan
limbah dapat dilakukan di dalam area rumah sakit itu sendiri, dan umumnya disimpan untuk
menunggu waktu paruhnya telah habis, untuk kemudian disingkirkan sebagai limbah non-
radioaktif biasa.
4. Limbah kimia; dapat berupa padatan, cairan maupun gas misalnya berasal dari
pekerjaan diagnostik atau penelitian, pembersihan / pemeliharaan atau prosedur
desinfeksi. Bagi limbah kimia yang tidak berbahaya, penanganannya adalah identik dengan
limbah lainnya yang tidak termasuk kategori berbahaya. Konsep penanganan limbah kimia
yang berbahaya adalah identik dengan penjelasan sebelumnya yang terdapat dalam diktat ini
tentang limbah berbahaya. Beberapa kemungkinan daur-ulang limbah kimiawi berbahaya
misalnya :
Solven semacam toluene, xylene, acetone dan alkohol lainnya yang dapat diredistilasi
Solven organik lainnya yang tidak toksik atau tidak mengeluarkan produk toksik bila
dibakar dapat digunakan sebagai bahan bakar
Asam-asam khromik dapat digunakan untuk membersihkan peralatan gelas di
laboratorium, atau didaur ulang untuk mendapatkan khromnya
Limbah logam merkuri dari termometer, manometer dan sebagainya dikumpulkan untuk
didaur-ulang ; limbah jenis ini dilarang untuk diinsinerasi karena akan
menghasilkan gas toksik
Larutan-larutan pemerosesan dari radioaktif yang banyak mengandung silver
dapat direklamasi secara elektrostatis
Baterai-baterai bekas dikumpulkan sesuai jenisnya untuk didaur-ulang seperti :
merkuri, kadmium, nikel dan timbal.
Insinerator merupakan sarana yang paling sering digunakan dalam menangani limbah
jenis ini, baik secara on-site maupun off-site; insinerator tersebut harus dilengkapi dengan
sarana pencegah pencemaran udara, sedang residunya yang mungkin mengandung logam-
logam berbahaya dibuang ke landfill yang sesuai. Solven yang tidak diredistilasi harus
dipisahkan antara solven yang berhalogen dan nonhalogen; solven berhalogen membutuhkan
penanganan khusus dan solven non- halogen dapat dibakar pada on-site insinerator. Limbah
cytotoxic dan obat-obatan genotoxic atau limbah yang terkontaminasi harus dipisahkan,
dikemas dan diberi tanda serta dibakar pada insinerator; limbah jenis ini tidak di autoclave
karena disamping tidak mengurangi toksiknya juga dapat berbahaya bagi operator. Beberapa
jenis limbah kimia berbahaya juga dihasilkan dari bagian pelayanan alat-alat kesehatan,
misalnya: disinfektan, oli dari trafo dan kapasitor atau dari mikroskop yang mengandung
PCB dan sebagainya, sehingga perlu ditangani sesuai jenisnya
5. Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious); mengandung mikroorganisme
patogen yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan
dapat menimbulkan penyakit. Katagori yang termasuk limbah ini antara lain jaringan dan
stok dari agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau dari autopsi
pasien yang mempunyai penyakit menular , atau dari pasien yang diisolasi, atau materi
yang berkontak dengan pasien yang menjalani haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun,
sarung tangan dan sebagainya) atau materi yang berkontak dengan binatang yang
sedang diinokulasi dengan penyakit menular atau sedang menderita penyakit
menular. Pengolahan limbah ini memerlukan sterilisasi terlebih dahulu atau langsung
ditangani pada insinerator. Autoclave tidak dibutuhkan bila limbah tersebut telah diwadahi
dan ditangani secara baik sebelum diinsinerasi.
6. Benda-benda tajam; berupa jarum suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah, gunting kuku
dan sebagainya yang dapat menyebabkan orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi. Benda-
benda ini mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi atau bahan
sitotoksik. Limbah ini harus dikemas dalam kemasan yang dapat melindungi petugas dari
bahaya tertusuk, sebelum dibakar dalam insinerator.
7. Limbah farmasi: berupa produk-produk kefarmasian, obat-obatan dan bahan kimiawi yang
dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah, kadaluwarsa
atau terkontaminasi atau harus dibuang karena sudah tidak digunakan lagi. Obat-obatan yang
tidak digunakan dan masa kadaluwarsanya masih lama dikembalikan pada apotik,
sedangkan yang tidak terpakai dan sudah mendekati atau sudah lewat masa
kadaluwarsanya ditangani secara khusus misalnya diinsinerasi atau di landfilling atau
dikembalikan ke pemasok.
8. Kontainer-kontainer di bawah tekanan; berupa tabung yang mengandung gas dan aerosol
yang dapat meledak bila diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan karena kecelakaan
(tertusuk dan sebagainya). Pengolahannya dengan cara landfilling atau didaur-ulang.
Limbah B3 dan Limbah Medis
Filed under Kesehatan Lingkungan
3
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 18/1999 Jo. PP No.85/1999, antara lain disebutkan bahwa
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), merupakan sisa atau suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
persentasinya dan/atau jumlah, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup kesehatan.
Referrence, antara lain : Said. 1999. Pengololaan Air Limbah Rumah Sakit, BPPT; Salvato, A.J.
1982. Environmental and Engineering and Sanitasion Thrid Edition; Selamet, J. 2000. Kesehatan
Lingkungan. GMU Press; Sumantojo, W.R. 1992. Minimisasi Limbah; dan Pembangunan;
BAPEDAL. 2001. Himpunan Peraturan tentang Pengelolaan Limbah B3
Pengertian
1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam
bentuk padat, cair dan gas.
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai
akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah Sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
4. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di
luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan
pembuatan obat citotoksik.
7. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara
rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup
untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
8. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan sangat
infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi
atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
9. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
10. Minimisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan
kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle).
Persyaratan
Minimisasi Limbah
Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dan beracun.
Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.
Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan,
pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah.
Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak
dimanfaatkan kembali.
Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah
untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi sesuai
Tabel I.10 Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus
stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.
Tabel I.10
Waktu
Metode Sterilisasi Suhu
Kontak
Sterilisasi dengan
bahan kimia
Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah
sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik
dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi pada Tabel
I.10.
Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan
label seperti pada Tabel I.10
Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang
dihasilkan dari proses film sinar X.
Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label
bertuliskan Limbah Sitotoksis.
Tabel I.11
Warna
kontainer/
simbol radioaktif
Katong plastik
kuat,
Kuning
anti bocor, atau
2
Sangat
Infeksius kontainer yang
dapat disterilisasi
dengan otoklaf
Kontainer
4 Ungu plastik
Sitotoksis
kuat dan anti
bocor
Limbah Cair
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan harus
memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Kep58/MENLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.
Limbah Gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat dengan insinerator
mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MenLH/3/1995 tentang Baku
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
Tata Laksana
Limbah Medis Padat
Minimisasi Limbah
Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.
Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.
Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan perawatan dan
kebersihan.
Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah bahan
berbahaya dan beracun.
Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa.
Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor.
Limbah Farmasi
1. Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik (pyrolytic
incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air
limbah atau inersisasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan
yang khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.
2. Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor, sedangkan
bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan, supaya dimusnahkan
melalui insinerator pada suhu di atas 1.000 0
Limbah Sitotoksis
1. Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfill)
atau ke saluran limbah umum.
2. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan penghasil atau
distributornya, insinerasi pada suhu tinggi, dan degradasi kimia. Bahan yang belum dipakai
dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila
tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah kedaluarsa atau tidak
lagi dipakai.
3. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200C dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan
sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya
ke udara.
4. Insinerator pirolitik dengan 2 (dua) tungku pembakaran pada suhu 1.200C dengan
minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 1.000C dengan waktu tinggal 5 detik di tungku
kedua sangat cocok untuk bahan ini dan dilengkapi dengan penyaring debu.
5. Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas. Insinerasi juga
memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain untuk dekomposisi panas limbah kimiawi
yang beroperasi dengan baik pada suhu di atas 850C.
6. Insinerator dengan satu tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat untuk pembuangan
limbah sitotoksis.
7. Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi senyawa tidak beracun
dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi juga untuk pencucian tempat urin,
tumpahan dan pakaian pelindung.
8. Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium permanganat (KMnO4)
atau asam sulfat (H2SO4), penghilangan nitrogen dengan asam bromida, atau reduksi dengan
nikel dan aluminium.
9. Insinerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna untuk pengolahan
limbah, tumpahan atau cairan biologis yang terkontaminasi agen antineoplastik. Oleh karena
itu, rumah sakit harus berhati-hati dalam menangani obat sitotoksik.
10. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi atau
inersisasi dapat dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.
Kaleng aerosol
Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang bersama dengan limbah biasa dalam kantong
plastik hitam dan tidak untuk dibakar atau diinsinerasi. Limbah ini tidak boleh dimasukkan ke
dalam kantong kuning karena akan dikirim ke insinerator. Kaleng aerosol dalam jumlah banyak
sebaiknya dikembalikan ke penjualnya atau ke instalasi daur ulang bila ada.
Limbah Radioaktif
1. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan dan strategi
nasional yang menyangkut peraturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga
yang terlatih.
2. Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang terbuka untuk
keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang
terlatih khusus di bidang radiasi.
3. Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioaktif yang aman
dan melakukan pencatatan.
4. Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring dosis dan
kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan menjamin pelacakan limbah
radioaktif dalam pengiriman maupun pembuangannya dan selalu diperbarui datanya
setiap waktu.
5. Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan ketersediaan pilihan
cara pengolahan, pengkondisian, penyimpanan, dan pembuangan. Kategori yang
memungkinkan adalah:
Umur paruh (half-life) seperti umur pendek (short-lived), (misalnya umur
paruh <100 hari), cocok untuk penyimpanan pelapukan,
Aktifitas dan kandungan radionuklida,
Bentuk fisika dan kimia,
Cair : berair dan organik,
Tidak homogen (seperti mengandung lumpur atau padatan yang melayang),
Padat : mudah terbakar/tidak mudah terbakar (bila ada) dan dapat
dipadatkan/tidak mudah dipadatkan (bila ada),
Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang dihabiskan,
Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan berbahaya
(patogen, infeksius, beracun).
Setelah pemilahan, setiap kategori harus disimpan terpisah dalam kontainer, dan kontainer
limbah tersebut harus :
Secara jelas diidentifikasi,
Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan
Sesuai dengan kandungan limbah,
Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman,
Kuat dan saniter.
Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat penampungan sementara
menggunakan troli tertutup.
Tempat Penampungan Limbah Padat Non Medis Sementara
Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara dipisahkan antara limbah
yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Tempat
tersebut tidak merupakan sumber bau, dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi
saluran untuk cairan lindi.
Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup dan selalu dalam
keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah dibersihkan.
Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat.
Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.
Pengolahan Limbah Padat
Upaya untuk mengurangi volume, merubah bentuk atau memusnahkan limbah padat dilakukan pada
sumbernya. Limbah yang masih dapat dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk
limbah padat organik dapat diolah menjadi pupuk.
Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan
radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya.
1. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air, dan
limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan.
2. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama
secara kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila
belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.
3. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah yang
dihasilkan.
4. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus
dilengkapi/ditutup dengan grill.
5. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai ketentuan yang berlaku melalui
kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
6. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap bulan sekali
untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat radioaktif,
pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN.
8. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif yang
dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.
Limbah Gas
1. Monitoring limbah gas berupa NO2, SO2, logam berat, dan dioksin dilakukan minimal satu
kali setahun.
2. Suhu pembakaran minimum 1.000oC untuk pemusnahan bakteri patogen, virus, dioksin, dan
mengurangi jelaga.
3. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
4. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas oksigen
dan dapat menyerap debu.
Sedangkan tata lakana penanganan limbah medis sesuai permenkes meliputi kegiatan Minimisasi
dan Pemilahan Limbah dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
Usaha Minimisasi Limbah
1. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.
2. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
3. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.
4. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan petugas
kesehatan dan kebersihan.
5. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah bahan
berbahaya dan beracun.
6. Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
7. Menggunakan bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa.
8. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
9. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan pada saat diantar oleh distributor.
Pemilahan Limbah
Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan dengan kandungan logam berat yang
tinggi.
Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil limbah adalah kunci
pembuangan yang baik.
Tempat Penampungan Sementara
Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar limbahnya
selambat-lambatnya 24 jam.
Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis harus dimusnahkan
melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator
untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.
Transportasi
Kantong limbah medis sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan
dalam kontainer yang kuat dan tertutu p.
Pengangkutan limbah keluar rumah sakit menggunakan kenderaan khusus.
Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang.
Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri:
Topi/helm, Masker, Pelindung mata, Pakaian panjang (coverall), Apron untuk industri,
Pelindung kaki/sepatu boot dan sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty
gloves).
Pengumpulan Limbah Medis
Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus
yang tertutup.
Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48
jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
Persyaratan Pewadahan Limbah Medis
Syarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain :
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah
dengan limbah non-medis.
Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi
limbah.
Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus (safety box) seperti
botol atau karton yang aman.
Sayarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol, jeregen
atau karton yang aman.
Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung kontak
dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan
dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah di pakai dan kontak
langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.
Label dan Wadah Limbah Medis
Standar lain yang harus dipenuhi dalam pewadahan limbah medis ini menyangkut penggunaan label
yang sesuai dengan kategori limbah. Detail warna dan lambah label pada wadah limbah medis
sebagai berikut :
Standar pewadahan dan penggunaan kode dan label limbah medis ini berfungsi untuk memilah-
milah limbah diseluruh rumah sakit sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di tempat sumbernya :
Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut ini
1. Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk limbah medis
(warna kuning) dan satunya lagi untuk non-medis (warna hitam).
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis.
3. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah non-
medis.
4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah medis dan perlu
dinyatakan aman sebelum dibuang.
Sedangkan persyaratan yang ditetapkan sebagai tempat pewadahan limbah non-medis sebagai
berikut :
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila 2/3 bagian
kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan
vektor penyakit atau binatang pengganggu.
1. Pemisahan limbah
Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
Semua limbahberesiko tinggi hendaknya diberi label jelas
Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan ke
mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang. Di beberapa negara, kantung
plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas yang tahan
bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini
dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna
dibangsal dan unit-unit lain.
2. Penyimpanan limbah
v Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian. Kemudian diikat
bagian atasnya dan diberi label yang jelas
v Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun menjauhi
badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan
v Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang samatelah
dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai
v Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak sebelum
diangkut ke tempat pembuangannya
3. Penanganan limbah
v Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup
v Kantung dipegang pada lehernya
v Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan yang
kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut
v Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk membungkus
kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging)
v Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya di
dalma kantung yang salah
v Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung limbah
4. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode warnanya.Limbah bagian
bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke
insinerator.Pengankutan dengan kendaran khusus (mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan
Umum) kendaraan yang digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan
dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan
menggunakan larutan klorin.
5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat penimbunan
sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun
dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak
sampai membusuk.
Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding dengan limbah
cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan bangunan
khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan agar
(Agustiani dkk, 2000) :
Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak);
Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama 24 jam.
Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman padao
gen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer. Ruang perawatan
dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan bebas kuman patogen. Kadar gas dan
bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan.
Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri.insinerator berukuran kecil
atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 1500o C atau lebih tinggi dan mungkin dapat
mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu
rumah sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah
rumah sakityang berasal dari rumah sakitlain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki
beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun bukan klinik,
termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai (Rostiyanti dan Sulaiman, 2001).
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam.
Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi yang berikut (Djoko, 2001) :
Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.
Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm.
Tambahkan lapisan kapur.
Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5
meter dibawah permukaan tanah.
Akhirnya lubang tersebut harus dituutup dengan tanah.