Anda di halaman 1dari 22

Pengelolaan Limbah B3 Rumah Sakit

Menurut Departemen Kesehatan, limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung
mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif.
Dengan melihat deskripsi tersebut, limbah yang berasal dari rumah sakit ini dapat dikategorikan
sebagai limbah B3 (limbah bahan berbahaya dan beracun).
Limbah rumah sakit sendiri berupa campuran yang heterogen sifat-sifatnya. Seluruh jenis limbah ini
dapat mengandung limbah berpotensi infeksi. Kadangkala, limbah residu insinerasi dapat
dikategorikan sebagai limbah berbahaya bila insinerator sebuah rumah sakit tidak sesuai
dengan kriteria, atau tidak dioperasikan sesuai dengan kriteria.
Untuk mengoptimalkan upaya penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran limbah yang
dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas pengelolaan limbah sendiri yang
ditetapkan KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit yaitu:
1. Fasilitas Pengelolaan Limbah padat Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi limbah
dimulai dari sumber dan harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya, beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis
mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak
yang berwenang.
2. Fasilitas Pengolahan Limbah Cair Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang
sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan
dan penyimpanannya. Rumah sakit harus memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah sendiri.
Limbah dari pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kategori utama, yaitu limbah umum, limbah patologis (jaringan tubuh), limbah
radioaktif, limbah kimiawi, limbah berpotensi menular (infectious), benda-benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksik, dan kontainer dalam tekanan. Dari sekian banyak jenis limbah klinis
tersebut, maka yang membutuhkan sangat perhatian khusus adalah limbah yang dapat menyebabkan
penyakit menular (infectious waste) atau limbah biomedis. Limbah ini biasanya hanya 10 15 %
dari seluruh volume limbah kegiatan pelayanan kesehatan. Jenis dari limbah ini secara spesifik
adalah:
Limbah human anatomical: jaringan tubuh manusia, organ, bagian-bagian tubuh, tetapi tidak
termasuk gigi, rambut dan muka.
Limbah tubuh hewan: jaringan-jaringan tubuh, organ, bangkai, darah, bagian terkontaminasi
dengan darah, dan sebagainya, tetapi tidak termasuk gigi, bulu, kuku.
Limbah laboratorium mikrobiologi: jaringan tubuh, stok hewan atau mikroorganisme,
vaksin, atau bahan atau peralatan laboratorium yang berkontak dengan bahan- bahan
tersebut.
Limbah darah dan cairan manusia atau bahan/peralatan yang terkontaminasi
dengannya. Tidak termasuk dalam kategori ini adalah urin dan tinja.
Limbah-limbah benda tajam seperti jarum suntik, gunting, pecahan kaca dan sebagainya.
Sasaran pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagaimana menangani limbah
berbahaya, menyingkirkan dan memusnahkannya seekonomis mungkin, namun higienis dan
tidak membahayakan lingkungan. Untuk limbah yang bersifat umum, penanganannya adalah
identik dengan limbah domestik yang lain. Daur ulang sedapat mungkin diterapkan pada
setiap kesempatan. Bahan-bahan tajam yang tidak terinfeksi harus dibungkus secara baik serta tidak
akan mencelakakan pekerja yang menangani dan dapat dibuang seperti limbah umum,
sedangkan bahan-bahan tajam yang terinfeksi diperlakukan sebagai limbah berbahaya.
Limbah yang harus dipisahkan dari yang lain adalah limbah patologis dan infeksius.
Limbah infeksius beresiko tinggi perlu ditangani terlebih dahulu dalam autoclave sebelum
menuju pengolahan selanjutnya atau sebelum disingkirkan di landfill. Limbah darah yang tidak
terinfeksi dapat dimasukkan ke dalam saluran limbah kota dan dibilas dengan air, sedang yang
terinfeksi harus diperlakukan sebagai limbah berbahaya. Kontainer-kontainer dibawah tekanan
(aerosol dan sebagainya) tidak boleh dimasukkan ke dalam insinerator.
Limbah yang telah dipisahkan dimasukkan kantong-kantong yang kuat (dari pengaruh luar ataupun
dari limbahnya sendiri) dan tahan air atau dimasukkan dalam kontainer-kontainer logam. Kantong-
kantong yang digunakan dibedakan dengan warna yang seragam dan jelas, dan diisi secukupnya
agar dapat ditutup degan mudah dan rapat. Disamping warna yang seragam, kantong tersebut diberi
label atau simbol yang sesuai. Kontainer harus ditutup dengan baik sebelum diangkut. Bila
digunakan kantong dan terlebih dahulu harus masuk autoclave, maka kantong-kantong itu harus
bisa ditembus oleh uap sehingga sterilisasi dapat berlangsung sempurna. Limbah radioaktif juga
harus mempunyai tanda-tanda yang standar dan disimpan untuk menunggu masa aktifnya
terlampaui sebelum dikategorikan limbah biasa atau limbah berbahaya lainnya.
Secara umum jenis pengolahan limbah rumah sakit adalah:
1. Limbah umum; sejenis limbah domestik, bahan pengemas, makanan binatang non-
infectious, limbah dari cuci serta materi lain yang tidak membahayakan pada kesehatan
manusia dan lingkungan. Pengolahan limbah ini tidak diperlukan pengolahan khusus, dan
dapat disatukan dengan limbah domestik. Seluruh makanan yang telah meninggalkan dapur
pada prinsipnya adalah limbah bila tidak dikonsumsi dan sisa makanan dari bagian penyakit
menular perlu di autoclave terlebih dahulu sebelum dibuang ke landfill.
2. Limbah patologis; terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta, bangkai
binatang, darah dan cairan tubuh. Pengolahan limbah ini dilakukan dengan sterilisasi,
insinerasi, lalu dilanjutkan dengan landfilling. Insinerasi merupakan metode yang sangat
dianjurkan, kantong-kantong yang digunakan untuk membungkus limbah juga harus
diinsinerasi.
3. Limbah radioaktif; dapat berfase padat, cair maupun gas yang terkontaminasi dengan
radionuklisida, dan dihasilkan dari analisis in-vitro terhadap jaringan tubuh dan cairan,
atau analisis in-vivo terhadap organ tubuh dalam pelacakan atau lokalisasi tumor,
maupun dihasilkan dari prosedur therapetis. Bahan radioaktif yang digunakan dalam
kegiatan kesehatan/medis ini biasanya tergolong mempunyai daya radioaktivitas level
rendah, yaitu di bawah 1 megabecquerel (MBq). Limbah radioaktif dari rumah sakit dapat
dikatakan tidak mengandung bahaya yang signifikan bila ditangani secara baik. Penanganan
limbah dapat dilakukan di dalam area rumah sakit itu sendiri, dan umumnya disimpan untuk
menunggu waktu paruhnya telah habis, untuk kemudian disingkirkan sebagai limbah non-
radioaktif biasa.
4. Limbah kimia; dapat berupa padatan, cairan maupun gas misalnya berasal dari
pekerjaan diagnostik atau penelitian, pembersihan / pemeliharaan atau prosedur
desinfeksi. Bagi limbah kimia yang tidak berbahaya, penanganannya adalah identik dengan
limbah lainnya yang tidak termasuk kategori berbahaya. Konsep penanganan limbah kimia
yang berbahaya adalah identik dengan penjelasan sebelumnya yang terdapat dalam diktat ini
tentang limbah berbahaya. Beberapa kemungkinan daur-ulang limbah kimiawi berbahaya
misalnya :
Solven semacam toluene, xylene, acetone dan alkohol lainnya yang dapat diredistilasi
Solven organik lainnya yang tidak toksik atau tidak mengeluarkan produk toksik bila
dibakar dapat digunakan sebagai bahan bakar
Asam-asam khromik dapat digunakan untuk membersihkan peralatan gelas di
laboratorium, atau didaur ulang untuk mendapatkan khromnya
Limbah logam merkuri dari termometer, manometer dan sebagainya dikumpulkan untuk
didaur-ulang ; limbah jenis ini dilarang untuk diinsinerasi karena akan
menghasilkan gas toksik
Larutan-larutan pemerosesan dari radioaktif yang banyak mengandung silver
dapat direklamasi secara elektrostatis
Baterai-baterai bekas dikumpulkan sesuai jenisnya untuk didaur-ulang seperti :
merkuri, kadmium, nikel dan timbal.
Insinerator merupakan sarana yang paling sering digunakan dalam menangani limbah
jenis ini, baik secara on-site maupun off-site; insinerator tersebut harus dilengkapi dengan
sarana pencegah pencemaran udara, sedang residunya yang mungkin mengandung logam-
logam berbahaya dibuang ke landfill yang sesuai. Solven yang tidak diredistilasi harus
dipisahkan antara solven yang berhalogen dan nonhalogen; solven berhalogen membutuhkan
penanganan khusus dan solven non- halogen dapat dibakar pada on-site insinerator. Limbah
cytotoxic dan obat-obatan genotoxic atau limbah yang terkontaminasi harus dipisahkan,
dikemas dan diberi tanda serta dibakar pada insinerator; limbah jenis ini tidak di autoclave
karena disamping tidak mengurangi toksiknya juga dapat berbahaya bagi operator. Beberapa
jenis limbah kimia berbahaya juga dihasilkan dari bagian pelayanan alat-alat kesehatan,
misalnya: disinfektan, oli dari trafo dan kapasitor atau dari mikroskop yang mengandung
PCB dan sebagainya, sehingga perlu ditangani sesuai jenisnya
5. Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious); mengandung mikroorganisme
patogen yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan
dapat menimbulkan penyakit. Katagori yang termasuk limbah ini antara lain jaringan dan
stok dari agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau dari autopsi
pasien yang mempunyai penyakit menular , atau dari pasien yang diisolasi, atau materi
yang berkontak dengan pasien yang menjalani haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun,
sarung tangan dan sebagainya) atau materi yang berkontak dengan binatang yang
sedang diinokulasi dengan penyakit menular atau sedang menderita penyakit
menular. Pengolahan limbah ini memerlukan sterilisasi terlebih dahulu atau langsung
ditangani pada insinerator. Autoclave tidak dibutuhkan bila limbah tersebut telah diwadahi
dan ditangani secara baik sebelum diinsinerasi.
6. Benda-benda tajam; berupa jarum suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah, gunting kuku
dan sebagainya yang dapat menyebabkan orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi. Benda-
benda ini mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi atau bahan
sitotoksik. Limbah ini harus dikemas dalam kemasan yang dapat melindungi petugas dari
bahaya tertusuk, sebelum dibakar dalam insinerator.
7. Limbah farmasi: berupa produk-produk kefarmasian, obat-obatan dan bahan kimiawi yang
dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah, kadaluwarsa
atau terkontaminasi atau harus dibuang karena sudah tidak digunakan lagi. Obat-obatan yang
tidak digunakan dan masa kadaluwarsanya masih lama dikembalikan pada apotik,
sedangkan yang tidak terpakai dan sudah mendekati atau sudah lewat masa
kadaluwarsanya ditangani secara khusus misalnya diinsinerasi atau di landfilling atau
dikembalikan ke pemasok.
8. Kontainer-kontainer di bawah tekanan; berupa tabung yang mengandung gas dan aerosol
yang dapat meledak bila diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan karena kecelakaan
(tertusuk dan sebagainya). Pengolahannya dengan cara landfilling atau didaur-ulang.
Limbah B3 dan Limbah Medis
Filed under Kesehatan Lingkungan
3

Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Medis Cair Rumah Sakit


Sebagaimana kita ketahui, dampak negatif dari aspek kesehatan lingkungan, sebuah sarana
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit juga dapat menjadi sumber masalah bagi lingkungan.
Kondisi ini terutama jika limbah yang dihasilkan sebagai akibat aktifitas pelayanan kesehatan tidak
dikelola dengan baik. Sebagaimana diungkapkan Said (1999), rumah sakit dalam menjalankan
fungsi operasionalnya menghasilkan limbah, baik itu limbah domestik, limbah padat, limbah cair

dan limbah gas serta limbah radioaktif.


Kondisi diatas disebabkan karena berbagai kegiatan di rumah sakit berpotensi menghasilkan
berbagai karakteristik dan jenis limbah. dan berpotensi menghasilkan dampak yang digolongkan
sebagai limbah yang mengandung Bahan Berbahaya Beracun (B3), yang berbahaya terhadap
kehidupan manusia, seperti pembuangan bekas jarum suntik, bekas jarum infus, yang dapat
merupakan vektor pembawa bibit penyakit (Selamet, 2000).
Beberapa kegiatan lain yang menghasilkan limbah, adalah kegiatan radiologi, kedokteran nuklir,
pengobatan cancer dan limbah laboratorium yang sebagian merupakan limbah dengan kandungan
B3. Dengan kata lain limbah cair B3 dapat memberikan dampak pada kesehatan akibat kontak
dengan B3 atau terpapar oleh pencemar melalui berbagai cara maka dampak kesehatan yang timbul
bervariasi dari ringan, sedang sampai berat bahkan sampai menimbulkan kematian, tergantung dari
dosis dan waktu perjalanan. Jenis penyakit yang ditimbulkan, pada umumnya merupakan penyakit
non infeksi antara lain : keracunan, kerusakan organ, kanker, hypertensi, asma brochioli, pengaruh
pada janin yang dapat mengakibatkan lahir cacat (cacat bawaan), kemunduran mental, gangguan
pertumbuhan baik fisik maupun psikis, gangguan kecerdasan dan lain-lain (Salvato, 1982).
Tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengelolaan limbah cair adalah
tindakan pencegahan. Tindakan tersebut dilakukan dalam bentuk pengurangan volume atau bahaya
dari limbah yang dikeluarkan ke lingkungan. Tindakan itu dikenal dengan istilah minimasi limbah.
Keuntungan yang diperoleh dari upaya minimisasi limbah adalah sebagai berikut: penggunaan
sumberdaya alam lebih efisien, efisiensi produksi meningkat, mencegah atau mengurangi
terbentuknya limbah dan bahan pencemar pada umumnya, mencegah pindahnya pencemar antar
media, mengurangi terjadinya resiko kesehatan manusia dan lingkungan, mendorong dikembangkan
dan dilaksanakannya teknologi bersih dan produk akrab lingkungan. Mengurangi biaya pentaatan
hukum, terhindar dari biaya pembersihan lingkungan, meningkatakan daya saing di pasar
internasional, pendekatan pengaturan bersifat fleksibel dan sukarela (Soemantojo, 1994).
Pengelolaan limbah cair merupakan upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya
limbah, setelah keluar dari proses produksi (end of pipe) melalui proses fisik, kimia dan biologi.
Pengelolaan limbah yang sesuai standar baku mutu lingkungan perlu di informasikan kepada
masyarakat agar tidak menimbulkan persepsi yang negatif yang pada akhirnya akan merugikan
rumah sakit itu sendiri. Menurut Soemantojo (1994), tujuan utama dari pengelolaan limbah cair
rumah sakit untuk mendegadrasikan pencemarannya, sehingga kualitas efluen yang dihasilkan
memenuhi syarat-syarat tertentu.
Limbah, limbah cair dan limbah B3
Limbah merupakan sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Sedangkan, limbah bahan berbahaya dan
beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup
lain.
Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun, dan radioaktivitas. Baku mutu limbah cair rumah
sakit adalah batas maksimal limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari suatu
kegiatan rumah sakit.
Sebagaimana diperkirakan WHO (1999), bahwa sekitar 10%-25% limbah yang dihasilkan oleh
rumah sakit merupakan limbah yang telah terkontaminasi oleh infectious agent dan potensial
mambahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Kejadian infeksi nosokomial, juga sering
terjadi di Rumah Sakit. Sebagai contoh, keberadaan alat suntik jika pengelolaan pembuangannya
tidak benar, berpotensi besar dapat menularkan penyakit kepada pasien lain, pengunjung rumah
sakit dan puskesmas, petugas kesehatan, maupun masyarakat umum.
Hal tersebut juga diungkapkan Selamet (2000), bahwa dalam melakukan fungsinya, rumah sakit
menghasilkan berbagai buangan dan sebagian daripadanya merupakan limbah berbahaya dan
beracun, diantaranya adalah :
1. Limbah infeksius, yang terdiri atas exkreta, spesimen laboratorium bekas balutan, jaringan
busuk dan lain-lain. Limbah tajam, yang terdiri atas pecahan peralatan gelas seperti
thermometer, jarum bekas dan alat suntik, limbah plastik, bekas kemasan obat dan barang,
cairan infus, spuit sekali pakai/disposable perlak.
2. Limbah jaringan tubuh, seperti sisa amputasi, plasenta yang tidak etis dibuang sembarang.
3. Limbah sitotoxik, yakni sisa obat pembunuh sel yang digunakan untuk mengobati penyakit
kanker.
4. Limbah kimia dari laboratorium, rumah obat. Limbah radioaktif, limbah cucian pakaian,
limbah dapur dan limbah cair domestik.
Karakteristik limbah cair rumah sakit sangat penting untuk diketahui, terutama dalam kaitannya
dengan dampak yang ditimbulkan, serta upaya pengendaliannya. Limbah cair diuji berdasarkan zat-
zat yang terkandung didalamnya dan dikelompokan atas tiga kategori kualitas karateristik fisik,
kimia dan biologi
Menurut Soemantojo (1992), tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan
pengelolaan limbah cair adalah tindakan pencegahan. Tindakan tersebut dilakukan dalam bentuk
pengurangan volume atau bahaya dari limbah yang dikeluarkan ke lingkungan. Tindakan itu dikenal
dengan istilah minimasi limbah. Minimasi meliputi beberapa tindakan dengan urutan prioritas
sebagai berikut; Reduksi pada sumbernya (reduce); Pemanfaatan limbah yang terdiri dari kegiatan
penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycling) dan pemulihan kembali (recovery); Pengolahan
limbah; Pembuangan limbah cair sisa pengolahan.
Pendekatan konsep minimasi limbah dibandingkan dengan pendekatan konsep end-of-pipe akan
lebih rendah biaya dan minimal resiko dibandingkan konsep end-of-pipe yang dapat menimbulkan
permasalahan sebagai berikut : pengolahan limbah cair, padat, atau gas memiliki resiko pindahnya
polutan dari suatu media ke media lingkungan lainnya, dimana dapat menimbulkan masalah
lingkungan yang sama gawatnya, atau berakhir sebagai sumber pencemar secara tak langsung pada
media yang sama. Walaupun tidak setinggi biaya pemulihan kerusakan lingkungan, pengolahan
limbah memerlukan biaya tambahan pada proses produksi, sehingga biaya per satuan produk naik.
Hal ini juga akan menyebabkan para pengusaha enggan mengoperasikan peralatan pengolahan
limbah yang telah dimiliki.
Pengembangan teknologi pengolahan limbah tidak mendorong upaya ke arah pengurangan limbah
pada sumbernya serta kurang menjanjikan pemanfaatan limbah lebih jauh. Teknologi pengolahan
limbah yang ada saat ini belum berhasil atau sangat berfluktuasi dalam efisiensi. Effluent yang
diolah masih mengandung bahan pencemar.
Pendekatan pengendalian pencemaran memerlukan berbagai perangkat peraturan, selain menuntut
tersedianya biaya dan sumberdaya manusia yang handal dalam jumlah memadai untuk
melaksanakan pemantauan, pengawasan, dan penegakan hukum, lemahnya kontrol sosial,
terbatasnya sarana dan prasarana, serta kurangnya jumlah kemampuan tenaga pengawas
menyebabkan hukum sulit untuk ditegakkan. Terkait dengan hal ini, antra lain kemudian ditetapkan
baku mutu lingkungan, sebagai sebuah instrument pengelolaan lingkungan hidup.
Fungsi Baku Mutu Lingkungan adalah untuk menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar
dan untuk mengetahui telah terjadi perusakan atau pencemaran lingkungan. Untuk keperluam ini
juga digunakan nilai ambang batas (NAB), yang merupakan batas-batas daya dukung, daya
tenggang dan daya toleransi atau kemampuan lingkungan. Nilai ambang batas tertinggi dan
terendah dari kandungan zat-zat, mahluk hidup atau komponen-komponen lain dalam setiap
interaksi yang berkenaan dengan lingkungan khususnya yang mempengaruhi mutu lingkungan.
Dapat dikatakan lingkungan tercemar apabila kondisi lingkungan telah melewati ambang batas
(batas maksimum dan batas minimum) yang telah ditetapkan berdasarkan baku mutu lingkungan.
Baku mutu lingkungan ini diatur sesuai peraturan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup Nomor KEP-03/MENKLH/I I/1991 tentang baku mutu air pada sumber air, baku mutu
limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan baku mutu air laut. (Bapedal,
2001).

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 18/1999 Jo. PP No.85/1999, antara lain disebutkan bahwa
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), merupakan sisa atau suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
persentasinya dan/atau jumlah, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup kesehatan.
Referrence, antara lain : Said. 1999. Pengololaan Air Limbah Rumah Sakit, BPPT; Salvato, A.J.
1982. Environmental and Engineering and Sanitasion Thrid Edition; Selamet, J. 2000. Kesehatan
Lingkungan. GMU Press; Sumantojo, W.R. 1992. Minimisasi Limbah; dan Pembangunan;
BAPEDAL. 2001. Himpunan Peraturan tentang Pengelolaan Limbah B3

3 thoughts on Limbah B3 dan Limbah Medis


1. miftah
04/08/2015 at 9:20 pm
Mungkin bg saudara yg minta d bantu mengenai ipal(instalasi pengolahan air limbah)
silahkan hub.085236636187 atao d miftahgaprol@gmail.com.
Reply
2. Aloysius Ashari
28/03/2017 at 9:47 pm
mohon informasi bagaimana caranya rsud dapat menyusun standar baku pengolahan
limabahnya.
Reply
Mustafa
30/05/2017 at 9:47 pm
RSUD harus bermitra dengan pihak pengolahan pemanfaatan dan pemusnahan
limbah yang memiliki izin resmi dan fasilitasnya,bukan pihak RS yang
melakukannyanya.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Pengertian
1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam
bentuk padat, cair dan gas.
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai
akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah Sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
4. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di
luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan
pembuatan obat citotoksik.
7. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara
rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup
untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
8. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan sangat
infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi
atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
9. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
10. Minimisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan
kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle).

Persyaratan

Limbah Medis Padat

Minimisasi Limbah
Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dan beracun.
Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.
Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan,
pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah.
Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak
dimanfaatkan kembali.
Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah
untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi sesuai
Tabel I.10 Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus
stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

Tabel I.10

Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali

Waktu
Metode Sterilisasi Suhu
Kontak

Sterilisasi dengan 160C


panas 120 menit
170C
-Sterilisasi kering dalam 60 menit
oven Poupinel 121C
30 menit
-Sterilisasi basah dalam
otoklaf

Sterilisasi dengan
bahan kimia

Ethylene oxide (gas)


3-8 jam
Glutaraldehyde (cair) 50C-60C
30 menit

Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah
sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik
dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi pada Tabel
I.10.
Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan
label seperti pada Tabel I.10
Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang
dihasilkan dari proses film sinar X.
Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label
bertuliskan Limbah Sitotoksis.

Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Medis Padat di


Lingkungan Rumah Sakit
Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli
khusus yang tertutup.
Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling
lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.

Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit


Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.
Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.

Tabel I.11

Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

Warna
kontainer/

No Kategori kantong Lambang Keterangan


plastik

Merah Kantong boks


1 Radioaktif
timbal dengan

simbol radioaktif
Katong plastik
kuat,
Kuning
anti bocor, atau
2
Sangat
Infeksius kontainer yang

dapat disterilisasi

dengan otoklaf

Limbah Kuning Plastik kuat dan


infeksius,
3 patologi anti bocor atau
dan
anatomi kontainer

Kontainer
4 Ungu plastik
Sitotoksis
kuat dan anti
bocor

Limbah Kantong plastik


5 kimia dan Coklat
farmasi atau kontainer

Pengolahan dan Pemusnahan


Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir
limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan
kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan
menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan

Limbah Non Medis Padat


Pemilahan dan Pewadahan
Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat dan
ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
Tempat pewadahan
1. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna hitam
sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang domestik warna putih.
2. Bila kepadatan lalat di sekitar tempat limbah padat melebihi 2 (dua) ekor per-block
grill, perlu dilakukan pengendalian lalat.
3. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan
Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor per-block
grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan pengendalian.
Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang pengganggu
yang lain minimal satu bulan sekali.

Pengolahan dan Pemusnahan


Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.

Limbah Cair
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan harus
memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Kep58/MENLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.

Limbah Gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat dengan insinerator
mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MenLH/3/1995 tentang Baku
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

Tata Laksana
Limbah Medis Padat
Minimisasi Limbah
Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.
Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.
Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan perawatan dan
kebersihan.
Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah bahan
berbahaya dan beracun.
Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa.
Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor.

Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang


Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
Tempat pewadahan limbah medis padat :
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang
terpisah dengan limbah padat non-medis.
Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi
limbah.
Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety box)
seperti botol atau karton yang aman.
Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung
kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan disinfektan apabila
akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah dipakai dan
kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.
Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi meliputi pisau
bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringes, botol gelas, dan kontainer.
Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi adalah
radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti pins, needles, atau
seeds.
Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene oxide, maka tanki
reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi ethylene oxide. Oleh karena gas
tersebut sangat berbahaya maka sterilisasi harus dilakukan oleh petugas yang terlatih.
Sedangkan sterilisasi dengan glutaraldehyde lebih aman dalam pengoperasiannya tetapi
kurang efektif secara mikrobiologi.
Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran spongiform
encephalopathies.
Tempat Penampungan Sementara
Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar limbahnya
selambat-lambatnya 24 jam.
Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis padatnya harus
dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai
insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada
suhu ruang.
Transportasi
Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus
diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.
Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang.
Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri :
1. Topi/helm;
2. Masker;
3. Pelindung mata;
4. Pakaian panjang (coverall);
5. Apron untuk industri;
6. Pelindung kaki/sepatu boot; dan
7. Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).
Pengolahan, Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat

Limbah Infeksius dan Benda Tajam


1. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari
laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave
sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara disinfeksi.
2. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan, dan dapat diolah bersama
dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.
3. Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat pembuangan B3 atau
dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.

Limbah Farmasi
1. Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik (pyrolytic
incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air
limbah atau inersisasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan
yang khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.
2. Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor, sedangkan
bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan, supaya dimusnahkan
melalui insinerator pada suhu di atas 1.000 0

Limbah Sitotoksis
1. Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfill)
atau ke saluran limbah umum.
2. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan penghasil atau
distributornya, insinerasi pada suhu tinggi, dan degradasi kimia. Bahan yang belum dipakai
dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila
tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah kedaluarsa atau tidak
lagi dipakai.
3. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200C dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan
sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya
ke udara.
4. Insinerator pirolitik dengan 2 (dua) tungku pembakaran pada suhu 1.200C dengan
minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 1.000C dengan waktu tinggal 5 detik di tungku
kedua sangat cocok untuk bahan ini dan dilengkapi dengan penyaring debu.
5. Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas. Insinerasi juga
memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain untuk dekomposisi panas limbah kimiawi
yang beroperasi dengan baik pada suhu di atas 850C.
6. Insinerator dengan satu tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat untuk pembuangan
limbah sitotoksis.
7. Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi senyawa tidak beracun
dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi juga untuk pencucian tempat urin,
tumpahan dan pakaian pelindung.
8. Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium permanganat (KMnO4)
atau asam sulfat (H2SO4), penghilangan nitrogen dengan asam bromida, atau reduksi dengan
nikel dan aluminium.
9. Insinerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna untuk pengolahan
limbah, tumpahan atau cairan biologis yang terkontaminasi agen antineoplastik. Oleh karena
itu, rumah sakit harus berhati-hati dalam menangani obat sitotoksik.
10. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi atau
inersisasi dapat dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.

Limbah Bahan Kimiawi

Pembuangan Limbah Kimia Biasa


Limbah kimia biasa yang tidak bisa didaur ulang seperti gula, asam amino, dan garam tertentu dapat
dibuang ke saluran air kotor. Namun demikian, pembuangan tersebut harus memenuhi persyaratan
konsentrasi bahan pencemar yang ada seperti bahan melayang, suhu, dan pH.

Pembuangan Limbah Kimia Berbahaya Dalam Jumlah Kecil


Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya
dibuang dengan insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).

Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar


Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah untuk limbah berbahaya.
Pembuangannya lebih ditentukan kepada sifat bahaya yang dikandung oleh limbah tersebut. Limbah
tertentu yang bisa dibakar seperti banyak bahan pelarut dapat diinsinerasi. Namun bahan pelarut
dalam jumlah besar seperti pelarut halogenida yang mengandung klorin atau florin tidak boleh
diinsinerasi kecuali insineratornya dilengkapi dengan alat pembersih gas.
1. Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya tersebut ke
distributornya yang akan menanganinya dengan aman, atau dikirim ke negara lain yang
mempunyai peralatan yang cocok untuk mengolahnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan limbah kimia berbahaya:
Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus dipisahkan untuk menghindari reaksi
kimia yang tidak diinginkan.
Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun karena dapat mencemari
air tanah.
Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar tidak boleh dikapsulisasi karena sifatnya yang
korosif dan mudah terbakar.
Limbah padat bahan kimia berbahaya cara pembuangannya harus dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada instansi yang berwenang.
Limbah dengan Kandungan Logam Berat Tinggi
1. Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau
diinsinerasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh
dibuang ke landfill karena dapat mencemari air tanah.
2. Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai fasilitas pengolah
limbah dengan kandungan logam berat tinggi. Bila tidak memungkinkan, limbah
dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai pembuangan akhir untuk limbah
industri yang berbahaya. Cara lain yang paling sederhana adalah dengan kapsulisasi
kemudian dilanjutkan dengan Bila hanya dalam jumlah kecil dapat dibuang dengan
limbah biasa.
Kontainer Bertekanan
1. Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah dengan daur
ulang atau penggunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat
dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam
bentuk cair dan dikemas dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah bahan kimia
berbahaya untuk pembuangannya.
2. Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah pembakaran atau insinerasi
karena dapat meledak.
Kontainer yang masih utuh
Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan ke penjualnya adalah:
Tabung atau silinder nitrogen oksida yang biasanya disatukan dengan peralatan anestesi.
Tabung atau silinder etilin oksida yang biasanya disatukan dengan peralatan sterilisasi
Tabung bertekanan untuk gas lain seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida, udara
bertekanan, siklopropana, hidrogen, gas elpiji, dan asetilin.
Kontainer yang sudah rusak
Kontainer yang rusak tidak dapat diisi ulang harus dihancurkan setelah dikosongkan kemudian baru
dibuang ke landfill.

Kaleng aerosol
Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang bersama dengan limbah biasa dalam kantong
plastik hitam dan tidak untuk dibakar atau diinsinerasi. Limbah ini tidak boleh dimasukkan ke
dalam kantong kuning karena akan dikirim ke insinerator. Kaleng aerosol dalam jumlah banyak
sebaiknya dikembalikan ke penjualnya atau ke instalasi daur ulang bila ada.

Limbah Radioaktif
1. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan dan strategi
nasional yang menyangkut peraturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga
yang terlatih.
2. Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang terbuka untuk
keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang
terlatih khusus di bidang radiasi.
3. Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioaktif yang aman
dan melakukan pencatatan.
4. Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring dosis dan
kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan menjamin pelacakan limbah
radioaktif dalam pengiriman maupun pembuangannya dan selalu diperbarui datanya
setiap waktu.
5. Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan ketersediaan pilihan
cara pengolahan, pengkondisian, penyimpanan, dan pembuangan. Kategori yang
memungkinkan adalah:
Umur paruh (half-life) seperti umur pendek (short-lived), (misalnya umur
paruh <100 hari), cocok untuk penyimpanan pelapukan,
Aktifitas dan kandungan radionuklida,
Bentuk fisika dan kimia,
Cair : berair dan organik,
Tidak homogen (seperti mengandung lumpur atau padatan yang melayang),
Padat : mudah terbakar/tidak mudah terbakar (bila ada) dan dapat
dipadatkan/tidak mudah dipadatkan (bila ada),
Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang dihabiskan,
Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan berbahaya
(patogen, infeksius, beracun).

Setelah pemilahan, setiap kategori harus disimpan terpisah dalam kontainer, dan kontainer
limbah tersebut harus :
Secara jelas diidentifikasi,
Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan
Sesuai dengan kandungan limbah,
Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman,
Kuat dan saniter.

Informasi yang harus dicatat pada setiap kontainer limbah :


Nomor identifikasi,
Radionuklida,
Aktifitas (jika diukur atau diperkirakan) dan tanggal pengukuran,
Asal limbah (ruangan, laboratorium, atau tempat lain),
Angka dosis permukaan dan tanggal pengukuran,
Orang yang bertanggung jawab.
1. Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus dengan kantong plastik transparan yang
dapat ditutup dengan isolasi plastik.
2. Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (PP Nomor 27 Tahun 2002) dan kemudian diserahkan kepada
BATAN untuk penanganan lebih lanjut atau dikembalikan kepada negara distributor. Semua
jenis limbah medis termasuk limbah radioaktif tidak boleh dibuang ke tempat pembuangan
akhir sampah domestik (landfill) sebelum dilakukan pengolahan terlebih dahulu sampai
memenuhi persyaratan.

Limbah Padat Non Medis

Pemilahan Limbah Padat Non Medis


Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah yang dapat dimanfaatkan
dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali
Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah dan limbah kering

Tempat Pewadahan Limbah Padat Non Medis


Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila 2/3 bagian
kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan
vektor penyakit atau binatang penganggu.

Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat penampungan sementara
menggunakan troli tertutup.
Tempat Penampungan Limbah Padat Non Medis Sementara
Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara dipisahkan antara limbah
yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Tempat
tersebut tidak merupakan sumber bau, dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi
saluran untuk cairan lindi.
Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup dan selalu dalam
keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah dibersihkan.
Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat.
Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.
Pengolahan Limbah Padat
Upaya untuk mengurangi volume, merubah bentuk atau memusnahkan limbah padat dilakukan pada
sumbernya. Limbah yang masih dapat dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk
limbah padat organik dapat diolah menjadi pupuk.

Lokasi Pembuangan Limbah Padat Akhir


Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang dikelola oleh
pemerintah daerah (Pemda), atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan
radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya.
1. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air, dan
limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan.
2. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama
secara kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila
belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.
3. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah yang
dihasilkan.
4. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus
dilengkapi/ditutup dengan grill.
5. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai ketentuan yang berlaku melalui
kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
6. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap bulan sekali
untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat radioaktif,
pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN.
8. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif yang
dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.

Limbah Gas
1. Monitoring limbah gas berupa NO2, SO2, logam berat, dan dioksin dilakukan minimal satu
kali setahun.
2. Suhu pembakaran minimum 1.000oC untuk pemusnahan bakteri patogen, virus, dioksin, dan
mengurangi jelaga.
3. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
4. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas oksigen
dan dapat menyerap debu.

Prosedur Pengelolaan Limbah Medis


Filed under Kesehatan Lingkungan
0
Standar dan Prosedur Pengelolaan Limbah
Medis Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan diantaranya melaksanakan kegiatan dalam
katagori diagnosa dan pengobatan, perawatan, bahkan tindakan rehabilitasi. Rumah sakit dari aspek
kesehatan lingkungan dapat berpotensi, antara lain :
1. Dapat menjadi media pemaparan atau penularan bagi para pasien, petugas maupun
pengunjung oleh agent (komponen penyebab) penyakit yang terdapat di dalam lingkungan
rumah sakit (Darpito, 2003).
2. Sebagai penghasil sampah dan limbah yang berdampak bagi kesehatan masyarakat dan
lingkungan sekitar.
Sebagaimana rekan-rekan Sanitarian ketahui, dasar pelaksanaan penyehatan lingkungan rumah sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan sesuai Permenkes 1204 tahun 2004 antara lain :
1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit.
2. Hygiene sanitasi makanan dan minuman.
3. Penyehatan air.
4. Pengelolaan limbah.
5. Penyehatan tempat pencucian linen (laundry).
6. Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu.
7. Dekontaminasi melalui sterilisasi dan disinfeksi.
8. Pengamanan dampak radiasi.
Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk mewujudkan lingkungan rumah sakit baik
in door ataupun out door yang aman, nyaman, dan sehat bagi para pasien, pekerja, pengunjung dan
masyarakat di sekitar rumah sakit, kejadian pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan yang
ditimbulkan oleh rumah sakit dapat ditekan sekecil mungkin atau bila mungkin dihilangkan.
Pengelolaan limbah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap limbah
mulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber, pengangkutan, penyimpanan serta tahap
pengolahan akhir yang berarti pembuangan atau pemusnahan.
Tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengelolaan limbah dari tindakan
preventif dalam bentuk pengurangan volume atau bahaya dari limbah yang dikeluarkan ke
lingkungan. Atau minimasi limbah. Beberapa usaha minimasi meliputi beberapa tindakan seperti
usaha reduksi pada sumbernya, pemanfaatan limbah,daur ulang, pengolahan limbah, serta
pembuangan limbah sisa pengolahan.

Sedangkan tata lakana penanganan limbah medis sesuai permenkes meliputi kegiatan Minimisasi
dan Pemilahan Limbah dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
Usaha Minimisasi Limbah
1. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.
2. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
3. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.
4. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan petugas
kesehatan dan kebersihan.
5. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah bahan
berbahaya dan beracun.
6. Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
7. Menggunakan bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa.
8. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
9. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan pada saat diantar oleh distributor.
Pemilahan Limbah
Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan dengan kandungan logam berat yang
tinggi.
Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil limbah adalah kunci
pembuangan yang baik.
Tempat Penampungan Sementara
Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar limbahnya
selambat-lambatnya 24 jam.
Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis harus dimusnahkan
melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator
untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.
Transportasi
Kantong limbah medis sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan
dalam kontainer yang kuat dan tertutu p.
Pengangkutan limbah keluar rumah sakit menggunakan kenderaan khusus.
Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang.
Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri:
Topi/helm, Masker, Pelindung mata, Pakaian panjang (coverall), Apron untuk industri,
Pelindung kaki/sepatu boot dan sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty
gloves).
Pengumpulan Limbah Medis
Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus
yang tertutup.
Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48
jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
Persyaratan Pewadahan Limbah Medis
Syarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain :
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah
dengan limbah non-medis.
Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi
limbah.
Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus (safety box) seperti
botol atau karton yang aman.
Sayarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol, jeregen
atau karton yang aman.
Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung kontak
dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan
dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah di pakai dan kontak
langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.
Label dan Wadah Limbah Medis
Standar lain yang harus dipenuhi dalam pewadahan limbah medis ini menyangkut penggunaan label
yang sesuai dengan kategori limbah. Detail warna dan lambah label pada wadah limbah medis
sebagai berikut :
Standar pewadahan dan penggunaan kode dan label limbah medis ini berfungsi untuk memilah-
milah limbah diseluruh rumah sakit sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di tempat sumbernya :
Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut ini
1. Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk limbah medis
(warna kuning) dan satunya lagi untuk non-medis (warna hitam).
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis.
3. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah non-
medis.
4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah medis dan perlu
dinyatakan aman sebelum dibuang.
Sedangkan persyaratan yang ditetapkan sebagai tempat pewadahan limbah non-medis sebagai
berikut :
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila 2/3 bagian
kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan
vektor penyakit atau binatang pengganggu.

1. Pemisahan limbah
Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
Semua limbahberesiko tinggi hendaknya diberi label jelas
Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan ke
mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang. Di beberapa negara, kantung
plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas yang tahan
bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini
dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna
dibangsal dan unit-unit lain.
2. Penyimpanan limbah
v Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian. Kemudian diikat
bagian atasnya dan diberi label yang jelas
v Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun menjauhi
badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan
v Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang samatelah
dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai
v Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak sebelum
diangkut ke tempat pembuangannya
3. Penanganan limbah
v Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup
v Kantung dipegang pada lehernya
v Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan yang
kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut
v Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk membungkus
kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging)
v Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya di
dalma kantung yang salah
v Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung limbah
4. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode warnanya.Limbah bagian
bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke
insinerator.Pengankutan dengan kendaran khusus (mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan
Umum) kendaraan yang digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan
dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan
menggunakan larutan klorin.
5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat penimbunan
sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun
dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak
sampai membusuk.
Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding dengan limbah
cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan bangunan
khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan agar
(Agustiani dkk, 2000) :
Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak);
Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama 24 jam.
Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman padao
gen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer. Ruang perawatan
dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan bebas kuman patogen. Kadar gas dan
bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan.
Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri.insinerator berukuran kecil
atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 1500o C atau lebih tinggi dan mungkin dapat
mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu
rumah sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah
rumah sakityang berasal dari rumah sakitlain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki
beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun bukan klinik,
termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai (Rostiyanti dan Sulaiman, 2001).
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam.
Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi yang berikut (Djoko, 2001) :
Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.
Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm.
Tambahkan lapisan kapur.
Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5
meter dibawah permukaan tanah.
Akhirnya lubang tersebut harus dituutup dengan tanah.

Anda mungkin juga menyukai