Anda di halaman 1dari 43

K3 DI LABORATORIUM

15 November 2021
SKB Pranata Laboratorium
Kesehatan
SAHABAT CPNS GEL 2
LIMBA
H

Hasil suatu sisa kegiatan/usaha yang mengandung bahan berbahaya/tidak karena


sifat, konsentrasinya, jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan /merusak lingkungan hidup, Kesehatan, kelangsungan hidup
Manusia dan makhluk lain.

Limbah Laboratorium merupakan sisa buangan akhir dari hasil kegiatan di


laboratorium. Limbah tersebut dapat berbentuk padat, cair, maupun gas. Setiap
bentuk dari limbah akan memiliki teknik pengelolaan yang berbeda pula
PENANGANAN
LIMBAH

Prinsip pengelolaan limbah adalah pemisahan dan


pengurangan volume. Jenis limbah harus diidentifikasi dan
dipilah-pilah dan mengurangi keseluruhan volume limbah
secara berkesinambungan. Untuk memudahkan mengenal
jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan
penggolongan limbah.
PENGGOLONGAN
LIMBAH MEDIS

2. Golongan B
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan
1. Golongan A gelas dan benda-benda tajam lainnya.
Semua jaringan tubuh ditampung dalam bak tahan benda tajam
sisa Patologi
laboratorium yang bilamana penuh hendaknya diikat
plasenta anatomi,
dan dan ditampung didalam bak sampah klinis
laboratoriu Peralata sebelum diangkut dan dimasukan dengan
m
hendaknya n yang pada
ditampung incinerator.
bak limbah medis terinfeks
atau 3. Golongan C
i
kantong lain yang tepat lalu Limbah dari ruang laboratorium,
dimusnahkan dengan contohnya limbah alat hematologi, limbah
insinerator. kimia analyzer, limbah tabung darah,
limbah urin dan faeces.
PENAMPUNGAN
LIMBAH
Sarana penampungan limbah harus memadai, diletakkan pada tempat yang
pas, aman dan hygienis. Sampah klinis hendaknya diangkut sesering
mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan
oleh dinas kebersihan, sampah tersebut hendaknya disimpan dalam
kontainer yang memenuhi syarat, diletakan pada tempat kering/mudah
dikeringkan, lantai yang tidak rembes, aman dari orang-orang yang
tidak bertanggungjawab, dan terjangkau oleh kendaraan pengumpul
sampah (bila mungkin).
Pemadatan adalah cara yang efisien dalam penyimpanan limbah padat
yang bisa dibuang ke landfill / TPA, namun pemadatan tidak boleh
dilakukan untuk limbah infeksius dan limbah benda tajam.
PEMISAHAN
LIMBAH

Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil


adalah kunci pembuangan yang baik. Dengan limbah berada dalam
kantong atau kontainer yang sama untuk penyimpanan, pengangkutan, dan
pembuangan akan mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dan
penanganannya.

Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah, gunakan kantong


berkode (umumnya menggunakan kode warna). Namun penggunaan kode
JANGAN sampai menimbulkan kebingungan dengan sistem lain yang
mungkin juga menggunakan kode warna, misalnya kantong untuk linen
biasa, linen kotor, dan linen terinfeksi di fasilitas kesehatan.
LABEL YANG DISARANKAN UNTUK LIMBAH MEDIS
PADAT
KODE WARNA YANG DISARANKAN UNTUK LIMBAH
KLINIS
NO WARNA KANTONG JENIS LIMBAH
1 HITAM limbah rumah tangga biasa, tidak
digunakan untuk menyimpan
atau mengangkut limbah klinis.

2 KUNING Semua jenis limbah yang akan dibakar


3 MERAH Limbah Radioaktif

4 UNGU Digunakan untuk limbah sitotoksis

5 KUNING STRIP HITAM Limbah yang sebaiknya dibakar


tetapi bisa juga dibuang di sanitary
landfill
6 COKLAT Limbah farmasi
PENGOLAH
AN
LIMBAH
Limbah
Padat Non Medis
Pewadahan harus dilapisi kantong plastik WARNA HITAM sebagai
pembungkus dan diberi lambang “domestik” warna putih. Pengolahan
dan pemusnahan limbah padat non medis harus dilakukan sesuai
kebijakan serta peraturan yang berlaku. Limbah padat organik
dapat dimusanahkan dengan cara dibakar, maupun dibuat kompos.
Untuk limbah padat Non organik dapat dilakukan daur ulang.
PENGOLAHA Pemisahan jarum dan syringes
N LIMBAH HARUS disediakan suatu wadah
INFEKSIUS yang anti bocor, anti tusuk untuk
menampung dan mengumpulkan
Pemusnahan limbah infeksius limbah benda tajam yang tertutup
dapat dilakukan dengan metode dan tidak mudah terbuka.
pemanasan (autoclave) atau SAFETY BOX
dengan metode pembakaran
(insenerator). Insenerasi bahan
infeksius dapat digunakan hanya
jika alat insenerasi berada di
bawah pengawasan laboratorium
dan dilengkapi dengan alat
pengontrol suhu dan ruangan
bakar sekunder.
PENGOLAHAN
LIMBAH INFEKSIUS

Benda tajam harus diolah dengan insenerator bila memungkinkan, dan dapat diolah
bersama dengan limbah infeksius lainnya. Setelah insinerasi atau disinfeksi,
residunya dapat dibuang ke tempat pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika
residunya sudah aman.
Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan media dari laboratorium harus
disterilisasi
dengan pengolahan panas dan basah (autoclave)
Limbah cair infeksius seperti urin dari laboratorium boleh dibuang melalui wastafel
yang telah terhubung ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) setelah dilakukan
desinfeksi terlebih dahulu.
Bagi laboratorium yang tidak mempunyai insenerator, maka limbah medis padatnya
harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan pihak lain yang mempunyai
insenerator untuk dilakukan pemusnahan.
Limbah laboratorium mengandung
PENGOLAH
bermacam-macam mikroorganisme,
AN
bahan- bahan organik dan anorganik.
LIMBAH
CAIR Kolam oksidasi air limbah
Kolam Stabilisasi Air
Sistem ini terpilih untuk pengolahan air
Limbah Sistem limbah rumah sakit di kota, karena tidak
pengelolaan ini cukup memerlukan lahan yang luas. Bisa juga
efektif dan efisien, karena dipakai pada laboratorium swasta.
kolam stabilisasi
memerlukan lahan yang cukup Anaerobic Filter Treatment
luas; maka System.
biasanya dianjurkan anaerob melalui filter/saringan,
Sistem pengolahan melalui prosesair limbah
untuk rumah sakit di tersebut
pembusukansebelumnya telah mengalami
luar kota (pedalaman) pretreatment dengan septic tank (inchaff
yang biasanya masih tank).
PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR

limbah cair harus dilakukan pengolahan, dimana pengolahannya melalui


Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang pada prinsipnya saluran tidak
boleh terbuka (saluran tertutup), kedap air, tidak ada penghalang (limbah harus
mengalir dengan lancar) serta memenuhi baku mutu buangan akhir (effluent)
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum
dibuang ke lingkungan.
PENGOLAH
AN
LIMBAH
Limbah
Radioaktif

Ada 2 sistem pengelolaan limbah radioaktif:


1) Dilaksanakan seluruhnya oleh pemakai secara
perorangan dengan memakai proses peluruhan, penguburan
atau pembuangan.

2) Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah


radioaktif seperti Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).
STERILISASI

Suatu proses pembebasan bahan – bahan dan alat – alat dari


semua jenis mikroorganisme (virus, bakteri/kuman, jamur, parasit).

DESINFE
KSI
Desinfeksi adalah proses sterilisasi dengan menggunakan bahan
– bahan kimia.
METODE
STERILISASI

Sterilisasi Metode Kimia


Sterilisasi Metode Fisika
Sterilisasi Metode Gas
Sterilisasi Metode Penyaringan
Sterilisasi Metode Penyinaran
STERILISASI CARA KIMIA

a.Natrium hipoklorit
1. Bersifat oksidatif kuat, korosif dan aktif terhadap semua
mikro organisme.
2. Dapat melepaskan larutan ikatan klorin
3. Konsentrasi larutan natrium hipoklorit 5,25
4. Konsentrasi yang umum digunakan untuk disinfeksi
adalah 1 %.
5. Konsentrasi 10 % tumpahan darah atau bahan biologis
yang banyak.
6. Kekuatan di dalam larutan makin lama makin menurun
STERILISASI CARA KIMIA
b. Formaldehid
1. Dapat dipakai untuk semua mikroorganisme.
2. Tidak efektif pada suhu rendah (dibawah 20°C). Efektif
pada kelembaban Relatif tinggi (70%).
3. Konsentrasi formalin pekat (37%).
4. Formaldehid dengan konsentrasi 5% dalam air dapat
digunakan sebagai disinfektan cair dan dianjurkan untuk
dipakai terhadap virus Ebola dan virus hepatitis B.
5. Gas formaldehid dan formalin dapat digunakan
untuk dekontaminasi ruangan (fumigasi)
STERILISASI CARA KIMIA
c. Fenol (Asam karbol)
1. Efektif untuk semua bentuk mikroorganisme kecuali
spora.
2. Digunakan sebagai pengganti natrium hipoklorit.
3. Turunan fenol merupakan disinfektan kuat
misalnya heksaklorofen.
4. Memberikan efek yang bervariasi terhadap virus.
STERILISASI CARA KIMIA
d. Iodium
1. Cara kerjanya seperti natrium hipoklorit.
2. Permukaan tempat kerja dapat dibersihkan dengan larutan
iodium 0,075 g/l (75 ppm)
3. Iodium yang dilarutkan dalam etil alkohol dapat membunuh
spora.
4. Konsentrasi 0,45 g/l (450 ppm) dapat dipakai untuk disinfeksi
mikro organisme kelompok risiko empat.
5. Formula yang sering dijumpai = povidone-iodine (konsentrasi
10% mengandung yodium 1%).
6. Jangan digunakan terhadap aluminium dan tembaga
STERILISASI CARA KIMIA
e. Alkohol
1. Merusak struktur lipid dengan cara penetrasi ke dalam daerah
hidrokarbon dan denaturasi protein sel.
2. Alkohol rantai pendek menyebabkan kerusakan membran yang lebih
besar dari pada alkohol rantai panjang.
3. Umum digunakan : etanol dan isopropanol.
4. Alkohol alifatik tidak dapat membunuh spora
5. Aktif terhadap bakteri (kecuali bentuk spora), jamur dan virus
berselubung.
6. Paling efektif pada konsentrasi 70-90%.
7. Campuran dengan disinfeksi lain akan memperkuat daya disinfektan
alkohol, misalnya alkohol 70% ditambah formaldehid 100 g/l atau
alkohol ditambah zat klor aktif 2g/l.
STERILISASI CARA KIMIA
f. Glutaraldehid
1. Untuk membunuh bakteri dan spora, 10x lebih kuat dari
pada formaldehid.
2. Relatif kurang toksik dibandingkan formaldehid
3. Sering digunakan untuk sterilisasi alat bedah
4. bentuk larutan dengan konsentrasi 20 g/l (2%) dan umumnya
perlu diaktifkan dengan menambah bikarbonat. Larutan akan
bersifat alkalis dan harus digunakan dalam 2 minggu. Jika
larutan menjadi keruh harus dibuang
5. Efek samping: bersifat iritatif, toksik dan mutagenik. Hindari
kontak dengan kulit, mata dan saluran napas.
Jenis Desinfektan Dan Cara Penggunaannya
Keterangan:
+ : sangat efektif
± : kurang efektif
0 : tidak efektif atau tidak dapat digunakan
STERILISASI CARA
FISIKA
 Sterilisasi Tyndalisasi yaitu pemanasan basah pada
suhu 100°C selama 30 menit yang dilakukan
• Untuk
Basahmensterilkan bahan-bahan selama 3 hari berturut-turut untuk cairan atau
yang mengandung cairan atau setengah padat yang mudah rusak oleh
perbenihan-perbenihan yang tidak panas. Konsep kerja metode ini mirip dengan
tahan panas sampai 100°C. mengukus. Bahan yang mengandung air dan
• Sterilisasi otoklaf suhu 121°C tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih
tepat disterilkan dengan metode ini.
selama (pada umumnya). 20
•Kain kasa dan kapas sterilisasi 30
t
meni Indikator kualitas sterilisasi Autoclave yaitu
menit. spora Bacillus stearothermophilus.
Lazimnya mikroba ini tersedia secara
• Jika dididihkan : 15 menit komersial dalam bentuk spore strip. Kertas
• Jika dikukus : 30 menit spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan
disterilkan. Setelah proses sterilisasi lalu
• KEDUA CARA TIDA DAPA ditumbuhkan pada media. Jika media tetap
TERSEBUT K T bening maka menunjukkan autoklaf telah
MEMBUNUH SPORA bekerja dengan baik.
STERILISASI CARA FISIKA
 Sterilisasi Kering
1. Pemijaran
Metode ini dengan memanaskan alat biasanya berupa ose di atas api bunsen
sampai ujung ose memijar.
• 2. Pembakaran
• Pembakaran dilakukanuntuk alat-alat dari bahan logam atau kaca dengan cara
dilewatkan di atas api bunsen namun tidak sampaimemijar.
• Contohnya:
a) Melewatkan mulut tabung yang berisi kultur bakteri di atas api bunsen
b) Memanaskan kaca objek di atas api busnen sebelum digunakan
c) Memanaskanpinset sebelum digunakan untuk meletakkan disk antibiotic
pada cawan petri yang telah ditanam bakteri untuk pemeriksaan uji kepekaan
antibiotik.
STERILISASI CARA FISIKA
 Sterilisasi Kering
3. Dry Heat Oven
Mensterilkan alat-alat gelas seperti erlenmeyer, petridish, tabung reaksi, labu
takar, gelas takar. Dilakukan di dalam oven suhu 150-170°C (pada umumnya).
Alat-alat tersebut terlebih dahulu dibungkus menggunakan kertas sebelum
dilakukan sterilisasi. Untuk mematikan spora dibutuhkan waktu 2 jam pada suhu
180°C.

4. Insinerator
Bahan-bahan infeksius seperti jarum bekas suntikan yang ditampung dalam
safety box biohazard, darah, dilakukan sterilisasi dengan menggunakan
insinerator.
asap Hasil Hal
atau debu. pemanasan dengankelemahan
ini yang menjadi suhu 8700-9800 derajat Celsiusmetod
dari sterilisasi akan
menghasilkan polutan berupaNamun, metode
dengan insenerasi. ini dapat infeksiu e dapa
meyakinkan
dieliminasi bahwa
dengan baik bahan dengan metode
dibandingkan s t
lainnya.
STERILISASI CARA GAS

Etilen oksida
1. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang tidak tahan panas
seperti tabung polietilen, alat elektronik dan kedokteran, zat
biologik dan obat-obatan
2. Merupakan zat pengalkidi (alkylating agent);
3. Bekerja aktif terhadap semua bentuk mikroorganisme
termasuk spora dan kuman tahan asam;
4. Zat ini bekerja terhadap DNA dan RNA;
5. Indikator kualitas sterilisasi = spora Bacillus subtilis
varniger (globigii).
STERILISASI CARA PENYARINGAN
 Merupakan metode sterilisasi yang dipakai untuk larutan yang tidak tahan panas
seperti serum, plasma atau tripsin.
 Digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang sensitive terhadap panas seperti
radioisotope, kimia toksik.
 Filtrasi berupa cairan : menggunakan prinsip melewatkan larutan pada
membran
selulosa asetat atau selulosa nitrat.
 Filtrasi berupa udara : menggunakan high-efficiency particulate air (HEPA) untuk
menyaring organisme dengan ukuran lebih besar dari 0.3 µm dari ruang biology
savety cabinet (BSCs)
 Jenis penyaringan yang lama (Berkefeld, Chamberlain, Seitz) saat ini telah diganti
dengan
penyaring (filter) membran yang terbuat dari selulosa berpori.
a. Penyaring (filter) ini mengabsorpsi hanya sedikit cairan yang difiltrasi
sehingga
berguna untuk sterilisasi.
b. Ukuran penyaring (filter) yang digunakan untuk sterilisasi adalah 0,22 µm
STERILISASI CARA PENYINARAN
Penyinaran ultra violet
1. Untuk mengendalikan infeksi yang ditularkan melalui udara
2. Bersifat mutagenik
3. Sinar ultra violet (UV) merusak DNA
4. Panjang gelombang yang paling efektif untuk membunuh bakteri
adalah 240- 280 nm.
5. Dosis letal untuk bakteri berkisar antara 1800-6500 mikrowatt/cm2
Spora bakteri membutuhkan dosis 10 kali lebih besar.
6. Sinar UV tidak dapat menembus benda padat dan kurang mampu
menembus cairan.
7. Efek samping: merusak retina mata dan sel-sel yang bermitosis
sehingga tidak diperbolehkan bekerja dibawah sinar UV.
STERILISASI CARA PENYINARAN

Radiasi sinar gamma


Digunakan untuk sterilisasi alat rumah sakit dalam jumlah besar.
Sumber radiasi yang dipakai adalah Co60 dan Cs137 dengan
dosis radiasi bervariasi antara 2,5-4,5 Mrad. Efisiensi sterilisasi
tergantung pada jenis bahan, suhu, konsentrasi dan resistensi
mikroorganisme terhadap radioaktif.
DEKONTAMINASI
Dekontaminasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi
dan/atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang,
peralatan, bahan, dan ruang melalui disinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik
maupun kimiawi. Dapat dilakukan dengan cara penyemprotan atau fumigasi.
Dekontaminasi ruang laboratorium memerlukan gabungan antara desinfeksi cair
dan fumigasi.

Permukaan tempat kerja didekontaminasi dengan disinfektan cair, sedangkan


untuk
ruangan dan alat didalamnya digunakan fumigasi.

fumigasi dilakukan dengan memanaskan paraformaldehid (10,8 gr/m3) yang


dicampur dengan 2 bagian KMnO4, atau dengan mendidihkan formaldehid (35
ml/m3).
DEKONTAMINASI

Fumigasi dapat juga dilakukan dengan gas formaldehid yang


didapat dengan cara memanaskan paraformaldehid (10,8
gr/m3) yang dicampur dengan air. Semua jendela dan pintu
harus tertutup rapat sebelum difumigasi. Lama fumigasi
minimum 8 jam pada pada suhu 21°C dan kelembaban
kurang dari 70%.
Beberapa Faktor Dalam Memilih Alat :

1. Kebutuhan
2. Tujuan pemeriksaan
3. Vendor
4. Kecepatan hasil
5. Reagen yang dibutuhkan
6. Sistem alat
7. Nilai ekonomis
8. Terdaftar atau mendapat rekomendasi resmi
Alat laboratorium, bahaya yang dapat dicegah,
keamanan yang di dapat
PEMECAHAN MASALAH KERUSAKAN ALAT

Trouble shooting adalah suatu kegiatan untuk mencari penyebab


terjadinya kerusakan atau ketidak normalan yang terjadi pada suatu alat
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan:
1. Tetap tenang dan jangan panik
2. Pastikan masalahnya. Jangan membuat asumsi tentang
kemungkinan permasalahan
3. Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan supervisor/atasan
atau hubungi agen untuk menanyakan masalah tersebut.
4. Tempelkan label bahwa alat rusak.
5. Catatlah semua tindakan/upaya perbaikan pada catatan khusus
Contoh Trouble Shooting Fotometer
KALIBRASI ALAT LABORATORIUM
 Kalibrasi merupakan proses pengecekkan dan pengaturan akurasi dari alat
ukur dengan cara membandingkan suatu standar yang tertelusur dengan
standar Nasional maupun Internasional dan bahan-bahan acuan yang
tersertifikasi
 Manfaat Kalibrasi :
1. Menjamin nilai ukuran
2. Menghindari cacat produk
3. Menjaga kondisi alat ukur agar sesuai dengan spesifikasinya
4. Menghindari resiko bahaya dan meminimalisir kecelakaan kerja
Kapan kalibrasi diperlukan?

 Alat baru
 Setiap waktu tertentu sesuai dengan standar yang
ditetapkan alat umumnya setiap 3 bulan atau setiap 6
bulan
 Ketika alat mengalami goncangan atau getaran yang
berpotensi mengubah kalibrasi
 Ketika hasil pengamatan dipertanyakan
CONTOH KALIBRASI
ALAT LABORATORIUM
 Inkubator
Caranya adalah dengan mencatat
suhu pada monitor setiap sebelum
mulai bekerja
Jika penyimpangan suhu lebih dari 2
derajat, maka pengatur suhu perlu
di setel kembali
Autoclave
 Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan :
a) Autoclave indicator tape
Cara: Bacillus stearothermophilus
Rekatkan indicator tape secara melingkar pada Cara:
kemasan yang akan disterilisasi. Pada otoklaf yang Masukkan Bacillus stearothermophilus dalam
besar, kemasan diletakkan pada bagian atas dan bentuk liofilisasi dalam otoklaf
bagian bawah otoklaf. Atur suhu, waktu dan tekanan
- Atur suhu, waktu dan tekanan Hidupkan otoklaf
Hidupkan otoklaf Setelah selesai, ambil Bacillus ste
Setelah selesai, baca indicator tape dengan arothermophilus
melihat perubahan warna yang terjadi pada garis- dan tanam pada agar darah (Blood agar) dan
garis diagonal. Bila proses sterilisasi berjalan inkubasi pada suhu 40°-60°C selama 24-48 jam.
dengan baik, garis-garis diagonal berubah warna • Proses sterilisasi berjalan baik bila tidak ada
dari putih menjadi coklat kehitam-hitaman pertumbuhan Bacillus stearothermophilus.

Anda mungkin juga menyukai