Anda di halaman 1dari 30

LIMBAH MEDIS

NAMA KELOMPOK

01 Andi Jansen Millenanto


191313251356 04
Cahya Ananta Lariksa
191313251359

02 05
Anwar Musaddad Esa Dahil Helsinky
191313251357 191313251363

03 Berlina Nitya Sitaresmi


191313251358
Definisi Limbah Medis
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan
penunjang lainnya yang secara umum dibagi dalam dua kelompok besar yaitu limbah medis dan
non medis baik padat maupun cair

Limbah medis yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna
termasuk dari limbah pertamanan. Limbah medis cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun
yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila
tidak dikelola dengan baik.

Tujuan Pengelolaan Limbah Medis


Pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan yang bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah rumah
sakit
Syarat-Syarat Pengelolaan Limbah Medis
1. Penghasil limbah medis dan yang sejenis harus menjamin keamanan dalam memilah-milah
jenis sampah, pengemasan, pemberian label, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, dan
pembuangan.
2. Penghasil limbah medis hendaknya mengembangkan dan secara periodik meninjau kambali
strategi pengelolaan limbah secara menyeluruh
3. Menekan produksi sampah hendaknya menjadi bagian integral dari strategi pengelolaan
4. Pemisahan sampah sesuai sifat dan jenisnya (kategori) adalah langkah awal prosedur
pembuangan yang benar.
5. Limbah radioaktif harus diamankan dan dibuang sesuai dengan peraturan yang berlaku oleh
instansi yang berwenang.
6. Insinerator adalah metode pembuangan yang disarankan untuk limbah tajam, infeksius dan
jaringan tubuh dan dalam suhu tinggi 110°C untuk memusnahkan limbah sitotoksik
7. Insinerator harus digunakan dan dipelihara sesuai dengan spesifikasi desain. Mutu emisi udara
harus dipantau dalam rangka menghindari pencemaran udara.

8. Sanitary landfill mungkin diperlukan dalam keadaan tertentu bila sarana insinerator tidak
mencukupi.

9. Pemilihan incinerator “on site” atau “off site” perlu memerhatikan semua faktor yang
mungkin terkena dampak pencemaran udara.

10. Disarankan menggunakan warna standar dalam pengodean untuk kantong


pembuangan dan container sampah.
Jenis Limbah Medis

1. Limbah Medis Padat


Penggolongan kategori limbah medis padat dapat diklasifikasikan berdasarkan potensi bahaya yang
tergantung di dalamnya, serta volume dan sifat persistensinya yang menimbulkan masalah antara
lain:

a. Limbah Benda Tajam


Limbah benda tajam adalah alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, pisau bedah. Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan
yang dapat menyebabkan infeksi atau cidera karena mengandung bahan kimia beracun
atau radio aktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar bila benda tajam
tadi digunakan untuk pengobatan pasien infeksi atau penyakit infeksi.
b. Limbah Infeksius c. Limbah Patologi (Jaringan
Tubuh )
limbah yang berkaitan dengan pasien
yang memerlukan isolasi penyakit Jaringan tubuh yang meliputi
menular (perawatan intensif) dan limbah organ, anggota badan, darah dan
laboratorium. Namun beberapa institusi cairan tubuh yang terbuang dari
memasukkan juga bangkai hewan proses bedah atau autopsi.
percobaan yang terkontaminasi atau
yang diduga terkontaminasi oleh
organisme pathogen ke dalam kelompok
limbah infeksius
d. Limbah Sitotoksis e. Limbah Farmasi

bahan yang terkontaminasi atau dengan obat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat
sitotoksis selama peracikan, pengangkutan yang terbuang karena batch yang tidak
atau tindakan terapi sitotoksis dan harus memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
dimusnahkan melalui incinerator pada suhu terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh
lebih dari 1.000ºC. Tempat pengumpul pasien atau oleh masyarakat, obat-obat yang
sampah sitotoksis setelah dikosongkan lalu tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan
dibersihkan dan didesinfeksi dan limbah yang dihasilkan selama produksi
obat- obatan.
f. Limbah Kimia g. Limbah Radioaktif

limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan yaitu bahan yang terkontaminasi dengan
kimia dalam tindakan medis, veterenary, radio isotop yang berasal dari
laboratorium, proses sterilisasi atau riset. penggunaan medis atau riset
Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia radionuklida
yang termasuk dalam limbah farmasi dan
sitotoksik.
2. Limbah Medis Cair

Limbah cair rumah sakit umumnya mengandung senyawa polutan organic yang cukup
tinggi dan dapat diolah dengan proses pengelolaan secara biologis, baik yang berasal dari
buangan domestik maupun buangan limbah medis klinis. Sementara itu, limbah yang
berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat dan bila dialirkan ke
dalam pengolahan secara biologis akan menganggu proses pengelolaan. Limbah ini harus
dipisahkan dan ditampung kemudian diolah secara kimia-fisika baru dialirkan bersama-
sama dengan limbah cairan lainnya dan diolah dengan pengelolaan biologis
Teknologi Pengelolaan Limbah Medis
Konsep pengelolaan lingkungan yang memandang pengelolaan lingkungan sebagai sebuah system dengan
berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environment
Management System), melalui pendekatan ini, pengelolaan lingkungan tidak hanya meliputi bagaimana cara
mengolah limbah sebagai by product (output), tetapi juga mengembangkan strategi-strategi manajemen
dengan pendekatan sistematis untuk meminimasi limbah dari sumbernya dan meningkatkan efisiensi
pemakaian sumber daya sehingga mampu mencegah pencemaran dan meningkatkan performa lingkungan .
Adapun caranya diantaranya adalah
1. Reduksi limbah pada sumbernya (source reduction)
2. Minimisasi limbah
3. Produksi bersih dan teknologi bersih
4. Pengelolaan kualitas lingkungan menyeluruh (Total Quality Environmental Management/TQEM)
5. Continous Quality Improvement (CQI)
Pengelolaan Limbah Medis
1. Pemilahan 2. Pewadahan
Sampah medis harus dikumpulkan bersamaan
Pemilahan sampah sesuai jenis dan
baik yang
karakteristiknya merupakan langkah awal
terkontaminasi ataupun yang tidak. Sampah
prosedur pembuangan yang benar.
medis benda tajam harus dimasukan ke
Pemilahan sampah medis yang berbahaya
dalam wadah yang Sampah medis benda tajam
dari semua sampah pada tempat penghasil
hendaknya ditempatkan dalam kontainer
sampah merupakan kunci pembuangan yang
benda tajam yang dirancang cukup kuat, tahan
baik. Pemilahan sampah harus sesuai jenis
tusukan dan diberi label dengan benar.
dan karateristiknya sehingga akan
mengurangi kemungkinan kesalahan petugas
dalam penanganannya
3. Pemanfaatan Kembali dan 4. Pengumpulan dan pengangkutan
daur ulang

Peralatan medis dapat dimanfaatkan kembali setelah Pengumpulan dari tiap ruangan dilakukan
melalui proses sterilisasi. Bahan atau alat yang dapat setiap hari dan diangkut ke lokasi
dimanfaatkan kembali setelah proses sterilisasi meliputi penampungan dengan menggunakan
pisau bedah (scapel), jarum hipodermik, syringes, botol, gerobak atau troli khusus yang tertutup Alat
dan wadah kaca. Setelah pemakaian, peralatan tersebut pengangkut tidak boleh memiliki sudut yang
harus dikumpulkan di tempat yang terpisah dari tempat tajam yang dapat menusu kantong atau
peralatan sekali pakai, kemudian dicuci dengan hati-hati. kontainer sampah. Kantong atau kontainer
harus diganti segera dengan yang baru dan
harus selalu tersedia di setiap lokasi
penghasil sampah medis.
5. Tempat Penampungan 6. Pengolahan dan pemusnahan limbah medis
Sementara

Limbah medis dan disimpan di Tempat Sampah medis harus diolah dengan
Penampungan Sementara Tempat insinerator bila memungkinkan, dan dapa
Penampungan Sementara Limbah medis diolah bersama dengan sampah infeksiu
dilakukan disinfeksi. Limbah medis khusus lainnya. Setelah dimusnakan dengan
agar disimpan di Tempat Penampungan insinerator, abu yang dihasilkan harus dapa
Sementara sebelum dilakukan pemusnahan. dipendam, Perlu diperhatikan lokas
penempatan insinerator yang berkaitan
dengan jalur
pengangkutan sampah, jalur pembuangan
abu, dan sarana gedung untuk melindung
insinerator dari bahaya kebakaran.
7. Pembuangan dan pemusnahan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Setelah diinsenerasi, sampah medis yang benda tajam sudah menjadi sampah yang tidak
berisiko dan pada akhirnya dapat dibuang ke lokasi landfill. Selain itu sampah benda tajam
yang infeksius juga dapat diolah terlebih dahulu dalam proses encapsulation,yaitu sampah
dimasukan dalam kontainer kemudian ditambahkan zat yang membuat sampah tidak dapat
bergerak kemudian kontainer ditutup. Kegiatan pemusnahan merupakan tahap akhir dari
proses pengolahan sampah medis benda tajam. Sampah medis benda tajam yang dimusnakan
dengan incinerator akan menghasilkan abu, abu tersebut akan diangkut ke luar rumah sakit
dengan menggunakan sarana angkutan dinas kebersihan atau pihak swasta
8. Hal- hal yang perlu di perhatikan dalam pengelolaan limbah medis

1. Penghasil limbah medis dan yang sejenis harus menjamin keamanan dalam memilah-milah
jenis sampah, pengemasan, pemberian label, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, dan
pembuangan.
2. Penghasil limbah medis hendaknya mengembangkan dan secara periodik meninjau kembali
strategi pengolahan limbah secara menyeluruh.
3. Menekan produksi sampah hendaknya menjadi bagian integral dari strategi pengelolaan .
4. Pemisahan sampah sesuai sifat dan jenisnya adalah langkah awal prosedur pembuangan yang
benar.
5. Limbah radioaktif harus diamanakan dan dibuang sesuai dengan peraturan yang berlaku oleh
instansi berwenang.
6. Incinerator adalah metode pembuangan yang hanya disarankan untuk limbah tajam, infeksius,
dan jaringan tubuh.
7. Incinerator dengan suhu tinggi disarankan untuk memusnahakan limbah citotoksis
(110°C)
8. Incinerator harus digunakan dan dipelihara sesuai dengan spesifikasi desain. Mutu emisi
udara harus dipantau dalam rangka menghindari pencemaran udara.
9. Sanittary landfill mungkin diperlukan dalam keadaan tertentu bila sarana incinerator
tidak mencukupi .
10. Perlu diperhatikan bahwa program latihan karyawan atau staf RS menjadi bagian
integral dalam strategi pengelolaan limbah.
Pencegahan dari Bahaya Limbah Medis
Rumah sakit harus menjamin pekerja sektor kesehatan pada semua tingkat serta disediakan
informasi dan pelatihan yang mereka perlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran mereka (ILO dan WHO, 2005:71).

 Upaya-upaya pencegahan bahaya limbah medis :


a. Pelatihan untuk petugas dalam pengetahuan sampah rumah sakit
b. Perlindungan
c. Imunisasi
d. Pemeriksaan kesehatan
e. Pencatatan dan pelaporan
Penanganan Limbah di Sumber Limbah
1. Penanganan yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga kebersihan
lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta
menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.
2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis
komponen, konsentrasi, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi
biaya pengolahan limbah.
3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat
menurut waktu yang telah dijadwalkan
4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu cukup
untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak
menimbulkan gangguan lingkungan dan tempat penyimpanan harus terkontrol
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi
6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang potensi
untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi,
Dampak Pengelolaan Limbah Medis Terhadap
Kesehatan dan Lingkungan
Dampak Positif

1. Pengaruh baik dari pengelolaan limbah rumah sakit akan memberikan dampak postif terhadap
kesehatan masyarakat, lingkungan dan rumah sakit itu sendiri.

2. Meningkatkan pemeliharaan kondisi yang bersih dan rapi, juga meningkatkan pengawasan
pemantauan dan peningkatan mutu rumah sakit sekaligus akan dapat mencegah penyebaran
penyakit (infeksi nosokomial).

3. Keadaan lingkungan yang saniter serta esetetika yang baik akan menimbulkan rasa nyaman bagi
pasien, petugas dan pengunjung rumah sakit tersebut.

4. Keadaan lingkungan yang bersih juga mencerminkan keberadaan sosial budaya masyarakat
disekitar rumah sakit

5. Adanya pengelolaan limbah yang baik maka akan berkurang juga tempat berkembang biaknya
serangga dan tikus sehingga populasi kepadatan vektor sebagai mata rantai penularan penyakit
dapat dikurangi
Dampak Negatif

Kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat di rumah sakit selain memberikan kesembuhan juga
bisa menghasilkan hasil sampingan, yang berarti berupa berupa cairan, dan gas yang banyak
mengandung kuman phatogen, zat kimia, yang beracun,zat radioaktif dan zat lain. Apabila
pengelolaan bahan buangan tidak dilaksanakan dengan baik secara sanitasi, maka akan
menyebabkan gangguan terhadap kelompok masyarakat disekitar rumah sakit serta lingkungan
didalam dan di luar rumah sakit.

Agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan di RS memasuki media
lingkungan melalui air, (air kotor dan air minum), udara, makanan, alat atau benda, serangga,
tenaga kesehatan, dan media lainnya. Melalui media ini agen penyakit tersebut akan dapat
ditularkan kepada kelompok masyarakat sehingga perlunya pengawasan mutu media ini
terhadap kemungkinan akan adanya kontaminasi oleh agen penyakit yang dihasilkan
oleh kegiatan pelayanan kesehatan di RS, hendaknya dikelola dengan cermat sehingga
media tersebut bebas dari kontaminasi.
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Tindakan Tenaga Kesehatan Dalam Membuang
Limbah Medis
1. Predisposing Factor(factor pemudah

a. Tingkat pengetahuan, Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan factor yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang.
b. Sikap, Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek.Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku.
c. Umur, umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. umur seseorang besar perannya dalam mempengaruhi kinerja
seseorang. Umur menyangkut perubahan-perubahan yang dirasakan individu sehubungan dengan
pengalaman maupun perubahan kondisi fisik dan mental seseorang, sehingga nampak dalam
aktivitas sehari-hari.
d. Tingkat Pendidikan, pendidikanmmerupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Pendidikan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan seseorang. ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan tindakan membuang limbah medi. Tingkat pendidikan mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam mencerna dan memahami suatu masalah, selanjutnya pemahaman
akan masalah bisa membentuk sikap seseorang dan dipengaruhi oleh lingkungannya akan
menghasilkan perilaku (tindakan) nyata sebagai reaksi.
e. Masa kerja, Masa kerja merupakan keselurahan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa
yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Makin lama tenaga kerja bekerja, makin banyak
pengalaman yang dimiliki tenaga kerja yang bersangkutan. Tenaga Kesehatan dengan masa kerja
yang lama akan lebih banyak pengalaman dan lebih baik tindakannya dalam membuang sampah
medis padat.
f. Motivasi, motivasi sebagai interaksi antara perilaku dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan,
menurunkan atau mempertahankan perilaku. Adanya motivasi dari lingkungan sekitar berhubungan
dengan perilaku tenaga kesehatan dalam membuang limbah medis .
2. Enabling Factor ( factor pemungkin)
a. Ketersedian Fasilitas, ketersediaan fasilitas merupakan faktor pendukung terwujudnya
perilaku atau tindakan.Yang dimaksud faktor pendukung adalah tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya tempat penampungan
sampah medis benda tajam. Fasilitas tempat pembuangan sampah medis benda tajam.
terdapat hubungan ketersediaan fasilitas pembuangan dengan perilaku responden dalam
membuang limbah medis. Dengan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan perawatakan mudah
memanfaatkannya, karena betapapun positifnya sikap mental yang dimiliki jika sarananya
tidak tersedia, mereka tidak akan berperilaku baik dengan membuang sampah medis padat
pada tempatnya.
b. Alat Pelindung Diri (APD) pada pengelolaan Limbah

Dalam pengelolaan limbah medis, alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi diri
terhadap faktor bahaya percikan pembakaran sampah, debu dan benda-benda kecil beterbangan .
a. Mata, dengan menggunakan Googles, penutup mata
b. Alat pernafasan, menggunakan respirator atau masker khusus
c. Lengan, tangan, dan jari dengan menggunakan sarung tangan dan pakaian berlengan panjang
d. Tungkai dan kaki, dengan menggunakan pelindung-pelindung betis, tungkai dan mata kaki.
Dalam hal ini dapat menggunakan sepatu boots
3. Reinforcing factor ( factor penguat)

a. Kepala Ruang, Kepala ruang sebagai contoh acuan dalam berperilaku terutama dalam membuang
sampah medis benda tajam. Jika seorang kepala ruang memiliki perilaku yang positif maka
bawahannya akan memiliki perilaku yang positif pula.
b. Adanya peraturan, Undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah
daerah, yang terkait dengan kesehatan merupakan faktor pendorong dan faktor penguat untuk
terjadinya perilaku atau Tindakan. Untuk melakukan tindakan dalam membuang sampah medis
yang baik dan benar, bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas
saja, melainkan undang-undang ataupun protap untuk memperkuat tindakan perawat dalam
membuang sampah medis.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai