Anda di halaman 1dari 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGELOLAAN LIMBAH DI RUMAH SAKIT


Dosen Pengampu : Susi Tentrem Roestyati Talib, S.Kep, Ns, M.Kes.

Disusun Oleh :
Nama : Ryanda Fikri Husein
NIM : P1337420519031
Kelas : Wisanggeni 1

PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020
PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT

Pengertian: 1. Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair, dan gas.
2. Limbah Padat Rumah Sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non-
medis.
3. Limbah Medis Padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi.
4. Limbah Padat Non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan dirumah
sakit diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
5. Limbah Cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikriorganisme, bahan kimia beracun
dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah Gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti insenerator, dapur, perlengkapan generator,
anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.
7. Limbah Infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang tidak
secara rutin ada dilingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi
yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.wadah limbah kuning
8. Limbah Sangat Infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan
sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan, dan bahan lain yang diinokulasi ,
terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
9. Limbah Citotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat citotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan
untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.wadah limbah berwarna
ungu.
10.Minimasi Limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce),
menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle)
Tujuan: Sebagai acuan penerapan langkah pengelolaan limbah rumah sakit

Kebijakan Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Prosedur A. Secara umum;


 Pemilahan limbah rumah sakit dilakukan pada setiap sumber dan ruangan
instalasi yang berpotensi menghasilkan limbah.
 Pemilahan dilakukan berdasarkan parameter yang sudah ditentukan yang
digolongkan dalam limbah berbahaya dan limbah tidak berbahaya.
 Pemilahan dapat dilakukan oleh petugas RTP, petugas medis (dokter dan
perawat) dan petugas non-medis (tekhnisi/praktisi) yang memiliki pengetahuan
tentang limbah berbahaya.
 Hasil pemilahan harus didokumentasikan dan dibuat petunjuk pelaksanaan
penanganannya yang harus ditempel pada ruangan instalasi yang berpotensi
menghasilkan limbah.

B. Limbah Farmasi
Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor,
sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan,
dapat dimusnahkan menggunakan insinerator atau diolah ke perusahaan
pengolahan limbah B3.
C. Limbah Sitotoksis
• Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan dilarang dibuang dengan cara
penimbunan (landfill) atau dibuang ke saluran limbah umum.
• Pengolahan dilaksanakan dengan cara dikembalikan keperusahaan atau
distributornya, atau dilakukan pengolahan dengan insinerasi. Bahan yang belum
dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan
kedistributor.
• Insinerasi pada suhu tinggi 1.000 oC s/d 1.200 °C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat
menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.

D. Limbah Bahan Kimiawi


• Pengolahan limbah kimia biasa dalam jumlah kecil maupun besar harus diolah
ke perusahaan pengolahan limbah B3 apabila rumah sakit tidak memiliki
kemampuan dalam mengolah limbah kimia ini.
• Limbah kimia dalam bentuk cair harus di tampung dalam kontainer yang kuat,
terbuat dari bahan yang mampu memproteksi efek dari karakteristik atau sifat
limbah bahan kimia tersebut.
• Bahan kimia dalam bentuk cair sebaiknya tidak dibuang ke jaringan pipa
pembuangan air limbah, karena sifat toksiknya dapat mengganggu proses
biologi dalam unit pengolah air limbah (IPAL)
• Untuk limbah bahan pelarut dalam jumlah besar seperti pelarut halogenida
yang mengandung klorin atau florin tidak boleh diolah dalam mesin insinerator,
kecuali insineratornya dilengkapi dengan alat pembersih gas.
• Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia tersebut ke
distributornya. .

E. Limbah dengan Kandungan Logam Berat Tinggi


• Limbah dengan kandungan merkuri atau kadmium dilarang diolah di mesin
insinerator, karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun.
• Cara pengolahan yang dapat dilakukan adalah menyerahkan ke perusahaan
pengolahan limbah B3. Sebelum dibuang, maka limbah disimpan sementara di
TPS Limbah B3 dan diawasi secara ketat.

F. Limbah Radioaktif
• Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang terbuka untuk
keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang
terlatih khusus di bidang radiasi.
• Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioaktif yang
aman dan melakukan pencatatan.
• Petugas proteksi radiasi secara rutin mengukur dan melakukan pencatatan
dosis radiasi limbah radioaktif (limbah radioaktif sumber terbuka). Setelah
memenuhi batas aman (waktu paruh minimal), diperlakukan sebagai limbah
medis.
• Memiliki instrumen kalibrasi yang tepat untuk monitoring dosis dan
kontaminasi. Sistem pencatatan yang ketat akan menjamin keakuratan dalam
melacak limbah radioaktif dalam pengiriman maupun pengolahannya.
Unit Terkait 1. Petugas RTP
2. Petugas Medis (Dokter dan Perawat)
3. Petugas Tekhnis dan Praktisi

Dokumen Terkait
SPO PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS INFEKSIUS

PENGERTIAN Mengelola limbah infeksius.

TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi..

PROSEDUR 1. Masing – masing ruangan yang menghasilkan limbah medik infeksius seperti
Instalasi Rawat Inap, Kamar Bersalin, Patologi Anatomi, Laboratorium Klinik,
ICU, HD.
a. Tempat / bak sampah khusus limbah medik infeksius volume 100 -200 L
(merah).
b. Bak harus tertutup dan dilengkapi kantong plastik.
c. Kereta dorong untuk mengangkut limbah infeksius.
2. Pengangkatan limbah medik dari masing – masing ruangan kepusat
pemusnah limbah infeksius.
a. Dilakukan oleh tenaga / pramu rumah tangga atau tenaga lain yang
ditunjuk.
b. Pengangkutan dilakukan minimal 1 kali dalam 24 jam.
c. Waktu pengiriman limbah medik kelokasi pusat pemusnahan (Inecerator)
jam 08.00 s/d 16.00 WIB.
3. Pemusnahan limbah medis Infeksius.
a. Pengoperasian Inecerator dilakukan oleh tenaga instalasi sanitasi.
b. Panas pembakaran Inecerator dilakukan oleh tenaga instalasi sanitasi,
c. Hasil akhir dari pembakaran limbah medik yang berupa abu dan padatan
kering dimasukkan / ditanam kedalam yang telah dipersiapkan.
4. Pengawasan lapangan / infeksi dimasing – masing ruang penghasil limbah
medik dilakukan secara berkala minimal 1 minggu sekali.
5. Pencatatan / inventarisasi limbah medik yang akan dimusnakan dilakukan
setiap hari.
6. Rekapitulasi jumlah limbah medik yang akan dimusnahkan inecerator
minimal setiap bulan.

Referensi
PENGELOLAAN SAMPAH PADAT NON MEDIS

Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan oleh setiap unit kerja
Pengertian yang berasal dari ruang perawatan, dapur, perkantoran, taman dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
Memastikan kegiatan pengelolaan limbah padat non medis dilakukan sesuai dengan
Tujuan program kesehatan lingkungan yaitu tidak membahayakan terhadap lingkungan dan
manusia.
 Unit penghasil limbah non medis sampai dengan petugas cleaning service dan
kesehatan lingkungan memantau pelaksanaan pengelolaan limbah non medis
padat.
 Petugas cleaning service melaksanakan pengelolaan limbah non medis padat
Kebijakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di rumah sakit dan diawasi oleh petugas
kesehatan lingkungan.
 Direktur rumah sakit melakukan kerjasama dengan pihak dinas kebersihan
sebagai pengangkut limbah padat non medis untuk dilakukan pembuangan ke
TPA.
1. Unit - unit penghasil limbah non medis padat melakukan pembuangan limbah
non medis padat di tempat yang telah disediakan yaitu sampah non medis padat
pada kontainer yang telah dilapisi plastik hitam.
2.    Petugas cleaning service melakukan pengambilan limbah non medis padat  dari
masing - masing unit penghasil limbah non medis padat dengan cara kantong
plastiknya diikat dengan kuat dan diangkut dengan menggunakan troly tertutup
khusus limbah non medis minimal 3 kali dalam sehari dan tempat sampahnya
dilapisi plastik baru.
3.    Petugas cleaning service mengumpulkan limbah non medis padat di dalam
container khusus untuk limbah padat non medis yang tertutup di TPS rumah
sakit.
4.    Petugas cleaning service dan petugas dinas kebersihan melakukan serah terima
limbah non medis dan diawasi oleh petugas kesling.
5.    Petugas pengangkut limbah padat non medis melakukan pengangkutan
menggunakan kendaraan sampah dan membawa ke tempat pembuangan akhir
( TPA ).
6.    Petugas kesling mengisi laporan pengangkutan limbah non medis padat.
1.      Semua unit di lingkungan rumah sakit
UNIT TERKAIT
2.      Dinas kebersihan
DOKUMEN TERKAIT1.      Laporan pengangkutan limbah padat non medis.

Anda mungkin juga menyukai