RUMAH SAKIT
Rumah
sakit
(RS)
merupakan
tempat
untuk
menyembuhkan orang sakit. Namun, RS pun bisa
menjadi sumber penyakit karena di sana banyak
penderita berbagai penyakit, baik menular maupun tak
menular. Karena itu, pengelolaan limbah di RS sangat
diperlukan, terutama mekanisme agar buangan dari RS
tak berdampak bagi para pekerja RS dan lingkungan
sekitarnya.
limbah medis tajam seperti alat suntik. Karena
berhubungan langsung dengan penderita, alat itu
mengandung mikroorganisme, atau bibit penyakit. Bila
pengelolaan pembuangannya tidak benar, alat suntik
dapat menularkan penyakit kepada pasien lain,
pengunjung RS dan puskesmas, petugas kesehatan,
maupun
masyarakat
umum.
Green Hospital
Dalam mendorong pengelolaan lingkungan rumah sakit yang ramah
lingkungan (Green Hospital), Kementerian Negara Lingkungan Hidup
mendorong Rumah Sakit agar dalam pengelolaannya tidak hanya
bersifat reaktif tetapi juga bersifat proaktif. Masih banyak rumah sakit
yang dalam mengelola lingkungannya hanya mengandalkan terhadap
kecanggihan teknologi end of pipe treatment dan belum
memaximalkan opsi atau pilihan pencegahan dan minimisasi limbah.
Agar mencapai green hospital maka rumah sakit ddidorong untuk
tidak hanya mengelola limbahnya sesuai degan peraturan saja tetapi
juga menerapkan prisip 3R (Reuse, Recycle, Recovery) terhadap
limbah yang dihasilkannya serta melakukan penghematan dalam
penggunaan sumber daya alam dan energi seperti penghematan air,
listrik, bahan kimia, obat-obatan dan lain lain. Disamping itu
pengelola juga didorong untuk terus meningkatkan pengelolalaan
kesehatan lingkungan rumah sakitnya.
Limbah Medis
Limbah medis termasuk dalam kategori limbah
berbahaya dan beracun (LB3) sesuai dengan PP 18
thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah
spesifik dengan kode limbah D 227. Dalam kode
limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah
rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah
B3 adalah limbah klinis, produk farmasi
kadaluarsa, peralatan laboratorium
terkontaminasi, kemasan produk farmasi,
limbah laboratorium, dan residu dari proses
insinerasi.
Kondisi di Jakarta
Data hasil pengawasan di DKI Jakarta
per Juni 2005 menunjukkan bahwa
dari 77 Rumah Sakit yang diawasi :
Hanya 32 RS (40 %) yang mempunyai
alat ukur debit
Hanya 27 RS (35 %) yang melakukan
swapantau
Hanya 25 RS (32 %) yang memenuhi
BMAL
Incinerator
Pengelolaan
limbah
infeksius
dengan
menggunakan incinerator (membakar pada suhu
1300
1500C)harus
memenuhi
beberapa
persyaratan seperti yang tercantum dalam
Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan
tersebut mengatur tentang kualitas incinerator dan
emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang
diperbolehkan
untuk
digunakan
sebagai
penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi
pembakaran dan efisiensi penghancuran /
penghilangan (Destruction Reduction Efisience)
yang tinggi.
1.
2.
3.
4.
Parameter
DRE
POHCs
Polychlorinated biphenil (PCBs)
Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs)
Polychlorinated dibenzo-p-dioksin
Baku
99.99%
99.9999%
99.9999%
99.9999%
Partikel
Sulfur dioksida (SO2)
Nitrogen dioksida (NO2)
Hidrogen Fluorida (HF)
Karbon Monoksida (CO)
Hidrogen Chlorida (HCl)
Total Hidrocarbon (sbg
CH4)
Arsen (As)
Kadmiun (Cd)
Kromium (Cr)
Timbal (Pb)
Merkuri (Hg)
Talium (Tl)
50
250
300
10
100
70
35
1
0.2
1
5
0.2
0.2
Jenis-jenis limbah
a. Limbah Klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien
secara rutin, pembedahan dan di unit-unit
resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya
dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi
kuman dan populasi umum dan staff rumah
sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang
jelas sebagai resiko tinggi. contoh limbah jenis
tersebut ialah perban atau pembungkus yang
kotor, cairan badan, anggota badan yang
diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas,
kantung urin dan produk darah.
b. Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan
sebaiknya diotoklaf sebelum keluar dari unit
patologi. Limbah tersebut harus diberi label
biohazard.
c. Limbah Bukan Klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus
atau kantong dan plastik yang tidak berkontak
dengan cairan badan. Meskipun tidak
menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup
merepotkan karena memerlukan tempat yang
besar untuk mengangkut dan mambuangnya.
d. Limbah Dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan
dan air kotor. Berbagai serangga seperti
kecoa, kutu dan hewan mengerat
seperti tikus merupakan gangguan bagi
staff maupun pasien di rumah sakit.
e. Limbah Radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan
persoalan pengendalian infeksi di
rumah sakit, pembuangannya secara
aman perlu diatur dengan baik.
Pengemasan Limbah