Anda di halaman 1dari 27

PENGELOLAAN

LIMBAH MEDIS RUMAH SAKIT

FEBRY TALAKUA, ST., MPH


Ilmu Kesehatan Lingkungan
STIKES PAPUA SORONG
Pendahuluan

 Disadari bahwa limbah layanan medis


dapat menimbulkan dapak negatif
terhadap kesehatan dan keselamatan
dari petugas, pemulung dan
masyarakat

 Limbah layanan medis dapat menjadi


tempat berbiaknya mikro-organisme
dan sarang vektor penyakit (tikus)

 Secara garis besar dibagi menjadi


sampah medis dan sampah non -
medis
Jumlah Sampah

 Langkap pokok pengelolaan


sampah adalah mengukur
produksi sampah karena
menentukan jumlah dan
volume sarana penyimpanan
dan pembuangan sampah,
seperti pemilihan ukuran
incinerator, alat angkut, dll.

 Pengukuran jumlah sampah


dapat menggunakan ukuran
berat atau ukuran volume
Berat dan Volume Sampah Rumah Sakit

 Diperkirakan produksi Sampah


domestik adalah 2 Kg/pasien/hari
sedang di Negara AS = 3,25
Kg/pasien/hari

 Volume sampah diperlukan untuk


menentukan ukuran bak dan sarana
pengangkutan, sehingga perlu
survei pada Rumah Sakit setempat

 Meningkatnya produksi sampah RS


karena peningkatan penggunaan
barang disposable
Pengangkutan Sampah

 Pengangkutan dalam ruangan memakai kereta, sedangkan


untuk bangunan bertingkat dapat dibantu dgn menyediakan
cerobong sampah atau lift pada sudut ruangan

 Kereta sampah digunakan supaya dapat dipisahkan antara


sampah medis dan sampah non-medis, karena berkaitan
dengan metode pembuangan dan pemusnahannya

 Dalam strategi pengelolaan sampah RS perlu ditetapkan


lebih dulu prosedur standar (PROTAP) pengelolaan sampah
yang harus dipatuhi oleh semua fihak yang terlibat
Sarana Pengangkutan
Sangat diharapkan kendaraan
yang dipakai mengangkut
sampah medis dan sejenisnya
hanya untuk itu saja

Mudah diangkut dan dibongkar


serta mudah dibersihkan dan
dilengkapi alat pengumpul
kebocoran

Harus dipasang tanda atau kode


untuk sampah medis/klinis
Metode Pembuangan

 Sebagian besar limbah medis / klinis


dibuang dengan metode incinerator
atau setelah sterilisasi (autoclave atau
bahan kimia hipoklorit / permanganat)
dengan sanitary landfill

 Evaluasi keberhasilan pengelolaan


sampah bisa dilihat dengan indikator :
- akumulasi sampah tak terangkut
- peningkatan populasi lalat
- adanya keluhan masyarakat, pasien,
pengunjung atau petugas rumah sakit
Limbah Layanan Medis
 Rumah sakit merupakan penghasil limbah medis/klinis terbesar,
sehingga perlu pengolahan pendahuluan sebelum diangkut ke
tempat pengumpulan dan pemusnahan

 Limbah atau sampah medis/klinis adalah limbah yang berasal dari


pelayanan medis, perawata, gigi, veterinary, farmasi atau
sejenisnya, pengobatan, perawatan, pendidikan dan penelitian
yang menggunakan bahan beracun dan infeksius

 Jenis limbah klinis :


- benda tajam - limbah farmasi
- limbah infeksius - limbah kimia
- limbah jar tubuh - limbah radioaktif
- limbah sitotoksik
Kategori Limbah Medis / Klinis
 Golongan A : a. Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi;
b. Bahan linen kasus penyakit infeksi
c. Seluruh jar tubuh manusia, hewan dari lab, dan hal
lain yang berkaitan dengan swab dan dressing

 Golongan B : Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan


benda tajam lainnya

 Golongan C : Limbah lab dan post partum, kecuali yg masuk gol. A

 Golongan D : Limbah bh kimia dan farmasi tertentu

 Golongan E : Pelapis disposable bed-pan , urinoir, Incontinence pad


(pembalut / pempers) dan Stamag bags ( Kantung tempat
kotoran di tubuh )
Pemilahan dan Pengurangan
Sampah Medis

 Alur limbah harus diidentifikasi dan dipilah


 Reduksi volume limbah merupakan proses
yang kontinyu
 Pemisahan limbah B3 dari limbah lainnya
pada tempat penghasil adalah kunci
pembuangan yang paling baik
 Dengan limbah berada didalam kantong dan
kontainer yang sama untuk penyimpanan,
pengumpulan dan pembuangan akan
mengurangi kemungkinan kesalahan
petugas dalam penanganan
Penampungan Sampah Medis

 Sarana penampungan limbah


medis harus memadai,
diletakkan pada tempat yang
pas, aman, dan higienis

 Pemadatan adalah cara yang


efisien dalam penyimpanan
sampah medis yang bisa
dibuang di sanitary landfill,
namun pemadatan tidak boleh
dilakukan pada limbah
infeksius dan benda tajam
Pemisahan Sampah Medis
 Untuk memudahkan berbagai macam sampah/limbah medis yang
dbuang, maka harus dilakukan pemisahan dengan memakai kantong
plastik berwarna (kode warna)

Warna Kantong Jenis Sampah/Limbah


Hitam Limbah rumah tangga biasa, tidak digunakan untuk
menyimpan atau mengangkut limbah medis

Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar di incinerator

Kuning dgn strip Jenis sampah medis yang sebaiknya dibakar tapi bisa juga
Hitam dibuang di sanitary landfill bila dilakukan cara pengumpulan
terpisahdan pengaturan pembuangan
Biru Muda atau Limbah untuk di autoclav (atau sejenis) sebelum
transparan dgn strip pembuangan akhir
Biru Tua
Standarisasi Kantong dan Kontainer
Pembuangan Limbah medis

 Karena terdapat berbagai macam kantong dan kontainer serta


logo (simbol) yang dipergunakan untuk pembuangan sampah
medis, maka perlu Standardisasi Nasional warna dan kode
masing-masing jenis sampah medis

 Keseragaman akan memberikan keuntungan sbb :


- mengurangi biaya dan waktu pelatihan petugas
- meningkatkan keamanan petugas dalam/luar RS
- pengurangan biaya produksi kantong dan kontainer

 Dimana kantong dan kontainer harus kuat, bermutu, tidak mudah


robek dan tidak bereaksi dgn sampah yang disimpan di dalamnya
Kode Simbol/Piktogram Standard
 Sampah Infeksius
Kantong berwarna kuning dengan simbol
biohazard yang berwarna hitam (international)

 Sampah Citotoksik
Kantong berwarna ungu dengan simbol limbah
sititoksik (pembelahan sel fase telofase)

 Sampah Radioaktif
Kantong berwarna merah dengan simbol trefoil
(bhs lain : trifolium, three-leaved plant
(international)

Domestik  Sampah Umum


Kantong warna hitam dengan simbol tulisan
“Domestik” warna putih
Pengelolaan Sampah Medis
Golongan A
 Dressing bedah dan limbah medis lainnya ditampung dlm bak
penampungan limbah medis, dilengkapi dengan kantong
plastik diikat kuat kalau ¾ isi sudah penuh, maksimal 1 hari
sekali diangkut, dimusnahkan dgn incinerator

 Prosedur yg digunakan disetujui Pimpinan , Kepala Bagian


Sanitasi dan Dinas Kesehatan

 Semua jaringan tubuh, placenta dll ditampung bak medis


dalam kantong yang tepat untuk dimusnahkan dgn incinerator

 Alat laboratorium yang terinfeksi dimusnahkan dengan


incinerator dan incinerator dioperasikan dibawah pengawasan
bagian sanitasi Rumah Sakit
Pengelolaan Sampah Medis

Golongan B
 Jarum, dan cartridge
hendaknya dibuang dalam
keadaan tertutup

 Sampah ini hendaknya


ditampung dalam bak tahan
benda tajam yang bilamana
penuh ( atau dengan interval
maksimal tidak lebih dari 1
minggu) hendaknya diikat dan
ditampung dalam bak sampah
medis sebelum diangkut dan
dimusnahkan dengan
incinerator
Pengelolaan Sampah Medis
Golongan C

 Pembuangan sampah medis


yang berasal dari unit
patologi kimia, haematologi,
transfusi darah,
mikrobiologi, histologi dan
post partum serta unit
sejenisnya (binatang
percobaan) dibuat dalam
kode pencegahan infeksi
dalam lab klinis dan ruang
post mortum dan publikasi
lainnya
Pengelolaan Sampah Medis
Golongan D

 Barang-barang yang lebih


atau produk medis baru
sebagian digunakan
hendaknya dikembalikan
kepada petugas yang
bertanggung jawab di
bagian Farmasi Rumah
Sakit
Pengelolaan Sampah Medis

Golongan E
 Kecuali yang berasal dari
ruangan dengan risiko tinggi,
isi sampah medis golongan E
ini bisa dibuang melalui
saluran air “sluicer”, WC atau
unit pembuangan

 Sampah yang tidak dapat


dibuang melalui saluran air
hendaknya disimpan dalam
bak penampungan sampah
medis dan dimusnahkan
dengan incinerator
Transportasi Sampah Medis
Kereta atau Trolli
 Permukaan harus licin, rata
dan tidak tembus
 Tidak akan menjadi sarang
serangga
 Mudah dibersihkan dan
dikeringkan
 Sampah tidak menempel di alat
angkut
 Sampah mudah diisikan, diikat
dan dituang kembali
Kalau Tidak Tersedia Sarana
Transportasi Limbah Medis
 Harus disediakan bak terpisah
dari sampah biasa dalam bak
truck pengangkut sampah,
dan dilakukan upaya
mencegah kontaminasi
sampah lain yang dibawa

 Harus dapat dijamin bahwa


sampah dalam keadaan aman
dan tidak terdapat kebocoran
atau tumpahan
Tempat Penampungan Sementara (TPS)

 Sampah medis hendaknya diangkut sesering mungkin,


dikatakan penuh itu kalau 2/3 atau ¾ kantong penuh

 Sementara menunggu pengangkutan, hendaknya :


- Simpan dalam kontainer memenuhi syarat
- Lokasi strategis, dalam kantong warna dan kode terpisah
- Taruh di tempat yg kering dan ada sarana pencuci
- Aman dari orang yang tak bertanggung jawab
- Terjangkau kendaraan pengangkut sampah

 Sampah medis yang tidak berbahaya dapat ditampung


bersama sampah lain sambil menunggu pemusnahan
Peringatan
 Peringatan bahaya dari
kontainer bertekanan,
seperti kaleng aerosol
hendaknya tidak
dimasukkan ke dalam
kantong sampah yg akan
dimusnahkan dengan
incinerator !!
Kebijakan Pembuangan
Sampah Medis/Klinis
 Rumah Sakit hendaknya menetapkan peraturan
standard (protap) yang jelas untuk penanganan,
penampungan, pengangkutan, dan pembuangan
limbah medis/klinis

 Protap tersebut harus disesuaikan dengan kondisi


lokal serta perlu untuk diikuti dengan latihan sesuai
dengan kategori dan fungsi tenaga yang ada

 Perlu ditetapkan seorang petugas yang bertanggung


jawab dalam pelaksanaan dan untuk pengembangan
program sanitasi rumah sakit
Latihan Penanganan dan Pembuangan

 Semua petugas yg kerja di tempat penghasil sampah medis


(penyimpan dan pengumpul) harus mendapat informasi dan
pelatihan dalam pengelolaannya serta pemakaian APD
- memeriksa apakah kantong telah tertutup
- menangani kantong dgn pegang lehernya saja
- tahu prosedur mengatasi tumpahan
- memastikan pengikat kantong tidak putus selama proses

 Petugas yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan perlu


menjamin bahwa :
- pemungut, sopir dan petugas lain sadar akan bahayanya
- menguasai prosedur standard kalau ada tumpahan
Sekian
Terima Kasih atas perhatian Anda

Anda mungkin juga menyukai