LABORATORIUM
27 Oktober 2021
Tim SKB Pranata Laboratorium Kesehatan
LIMBAH
Hasil suatu sisa kegiatan/usaha yang mengandung bahan berbahaya/tidak karena sifat,
konsentrasinya, jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan /merusak lingkungan hidup, Kesehatan, kelangsungan hidup Manusia dan
makhluk lain.
Limbah Laboratorium merupakan sisa buangan akhir dari hasil kegiatan di laboratorium.
Limbah tersebut dapat berbentuk padat, cair, maupun gas. Setiap bentuk dari limbah akan
memiliki teknik pengelolaan yang berbeda pula. Laboratorium sebagai penyedia jasa
layanan publik, menghasilkan limbah dengan berbagai karakteristik sebagai hasil dari
aktifitasnya. Secara umum dikategorikan atau sering dikenal dengan sebutan limbah medis
dan non medis.
SUMBER LIMBAH
LABORATORIUM
Bahan baku yang sudah kadaluarsa, contohnya Reagensia expired, bahan kimia yang tak
terpakai.
Bahan habis pakai,misalnya, Media biakan, alcohol swab, kapas, spuit, pot sputum, pot
urin, pot faeces, tabung vakum.
Produk proses di laboratorium, misalnya darah, urin, faeces, limbah alat laboratorium
dan cairan tubuh lainnya.
JENIS LIMBAH
MENURUT SIFATNYA
1. Limbah Umum
Merupakan limbah domestik, bahan pengemas, limbah dari cucian serta
materi lain yang tidak membahayakan pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Pengolahan limbah ini tidak diperlukan pengolahan khusus,
dan dapat disatukan dengan limbah non medis.
limbah non medis, yaitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan memasak
(instalasi gizi), kegiatan administrasi, pembersihan lingkungan termasuk
taman dan halaman, dan unit lainnya yang rata-rata menghasilkan limbah
limbah kertas, plastik dan botol.
JENIS LIMBAH
MENURUT SIFATNYA
2. Limbah infeksius
limbah atau suatu benda yang kemudian dikategorikan limbah setelah kontak
dengan organisme patogen yang berpotensi melakukan penularan penyakit pada
manusia.
Limbah infeksius mencakup
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif)
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
Contohnya : limbah pembedahan, bekas media biakan bakteri, limbah ruang
isolasi, Cairan tubuh manusia (darah, sekresi vagina, cairan serebrospinal, cairan
pleural, cairan peritoneal, cairan pericardial, cairan amniotic).
JENIS LIMBAH
MENURUT SIFATNYA
5. Limbah sitotoksik
Bahan yang terkontaminasi obat sitotoksik yang digunakan untuk kemoterapi
kanker berpotensi mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan sel
hidup. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam
incenerator dengan suhu diatas 1000 derajat celcius.
JENIS LIMBAH
MENURUT SIFATNYA
7. Limbah kimia
Limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis,
veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
8. Limbah Plastik
Bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan
kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan
juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
BENTUK
LIMBAH
Limbah Padat
Semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan laboratorium yang
terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
Limbah medis padat terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
laboratorium di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
BENTUK
LIMBAH
Limbah Cair
Semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan Laboratorium yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif
yang berbahaya bagi kesehatan.
Limbah Gas
Semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
laboratorium seperti insenerator, dapur, dan perlengkapan generator.
PENANGANAN
LIMBAH
Pemadatan adalah cara yang efisien dalam penyimpanan limbah padat yang bisa
dibuang ke landfill / TPA, namun pemadatan tidak boleh dilakukan untuk limbah
infeksius dan limbah benda tajam.
PEMISAHAN
LIMBAH
Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil adalah
kunci pembuangan yang baik. Dengan limbah berada dalam kantong atau
kontainer yang sama untuk penyimpanan, pengangkutan, dan pembuangan akan
mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dan penanganannya.
Limbah
Padat Non Medis
Pewadahan harus dilapisi kantong plastik WARNA HITAM sebagai pembungkus
dan diberi lambang “domestik” warna putih. Pengolahan dan pemusnahan
limbah padat non medis harus dilakukan sesuai kebijakan serta peraturan
yang berlaku. Limbah padat organik dapat dimusanahkan dengan cara
dibakar, maupun dibuat kompos. Untuk limbah padat Non organik dapat
dilakukan daur ulang.
PENGOLAHAN Pemisahan jarum dan syringes HARUS
LIMBAH INFEKSIUS disediakan suatu wadah yang anti
bocor, anti tusuk untuk menampung
dan mengumpulkan limbah benda
Pemusnahan limbah infeksius dapat tajam yang tertutup dan tidak mudah
dilakukan dengan metode pemanasan terbuka.
(autoclave) atau dengan metode SAFETY BOX
pembakaran (insenerator). Insenerasi
bahan infeksius dapat digunakan
hanya jika alat insenerasi berada di
bawah pengawasan laboratorium dan
dilengkapi dengan alat pengontrol
suhu dan ruangan bakar sekunder.
PENGOLAHAN
LIMBAH INFEKSIUS
Benda tajam harus diolah dengan insenerator bila memungkinkan, dan dapat diolah
bersama dengan limbah infeksius lainnya. Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat
dibuang ke tempat pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.
Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan media dari laboratorium harus disterilisasi
dengan pengolahan panas dan basah (autoclave)
Limbah cair infeksius seperti urin dari laboratorium boleh dibuang melalui wastafel yang
telah terhubung ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) setelah dilakukan desinfeksi
terlebih dahulu.
Bagi laboratorium yang tidak mempunyai insenerator, maka limbah medis padatnya harus
dimusnahkan melalui kerjasama dengan pihak lain yang mempunyai insenerator untuk
dilakukan pemusnahan.
Limbah laboratorium mengandung
PENGOLAHAN
bermacam-macam mikroorganisme, bahan-
LIMBAH CAIR
bahan organik dan anorganik.
Kolam oksidasi air limbah
Kolam Stabilisasi Air Limbah
Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah
Sistem pengelolaan ini cukup rumah sakit di kota, karena tidak memerlukan
efektif dan efisien, karena kolam lahan yang luas. Bisa juga dipakai pada
stabilisasi memerlukan lahan yang laboratorium swasta.
cukup luas; maka biasanya
dianjurkan untuk rumah sakit di Anaerobic Filter Treatment System.
luar kota (pedalaman) yang Sistem pengolahan melalui proses pembusukan
biasanya masih mempunyai lahan anaerob melalui filter/saringan, air limbah
yang cukup luas. tersebut sebelumnya telah mengalami
pretreatment dengan septic tank (inchaff tank).
PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR
Suatu proses pembebasan bahan – bahan dan alat – alat dari semua jenis
mikroorganisme (virus, bakteri/kuman, jamur, parasit).
DESINFEKSI
Desinfeksi adalah proses sterilisasi dengan menggunakan bahan – bahan
kimia.
METODE
STERILISASI
a.Natrium hipoklorit
1. Bersifat oksidatif kuat, korosif dan aktif terhadap semua mikro
organisme.
2. Konsentrasi larutan natrium hipoklorit 5,25
3. Konsentrasi yang umum digunakan untuk disinfeksi adalah 1 %.
4. Konsentrasi 10 % tumpahan darah atau bahan biologis yang
banyak.
5. Kekuatan di dalam larutan makin lama makin menurun
STERILISASI CARA KIMIA
b. Formaldehid
1. Dapat dipakai untuk semua mikroorganisme.
2. Tidak efektif pada suhu rendah (dibawah 20°C). Efektif pada
kelembaban Relatif tinggi (70%).
3. Konsentrasi formalin pekat (37%).
4. Formaldehid dengan konsentrasi 5% dalam air dapat digunakan
sebagai disinfektan cair dan dianjurkan untuk dipakai terhadap
virus Ebola dan virus hepatitis B.
5. Gas formaldehid dan formalin dapat digunakan untuk
dekontaminasi ruangan (fumigasi)
STERILISASI CARA KIMIA
2. Pembakaran
Pembakaran dilakukan untuk alat-alat dari bahan logam atau kaca dengan cara
dilewatkan di atas api bunsen namun tidak sampai memijar.
Contohnya:
a) Melewatkan mulut tabung yang berisi kultur bakteri di atas api bunsen
b) Memanaskan kaca objek di atas api busnen sebelum digunakan
c) Memanaskan pinset sebelum digunakan untuk meletakkan disk antibiotic pada
cawan petri yang telah ditanam bakteri untuk pemeriksaan uji kepekaan antibiotik.
STERILISASI CARA FISIKA
Sterilisasi Kering
3. Dry Heat Oven
Mensterilkan alat-alat gelas seperti erlenmeyer, petridish, tabung reaksi, labu takar, gelas
takar. Dilakukan di dalam oven suhu 150-170°C (pada umumnya). Alat-alat tersebut
terlebih dahulu dibungkus menggunakan kertas sebelum dilakukan sterilisasi. Untuk
mematikan spora dibutuhkan waktu 2 jam pada suhu 180°C.
4. Insinerator
Bahan-bahan infeksius seperti jarum bekas suntikan yang ditampung dalam safety box
biohazard, darah, dilakukan sterilisasi dengan menggunakan insinerator. Hasil
pemanasan dengan suhu 8700-9800 derajat Celsius akan menghasilkan polutan berupa
asap atau debu. Hal ini yang menjadi kelemahan dari sterilisasi dengan metode
insenerasi. Namun, metode ini dapat meyakinkan bahwa bahan infeksius dapat
dieliminasi dengan baik dibandingkan dengan metode lainnya.
STERILISASI CARA GAS
Etilen oksida
1. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang tidak tahan panas seperti
tabung polietilen, alat elektronik dan kedokteran, zat biologik dan
obat-obatan
2. Merupakan zat pengalkidi (alkylating agent);
3. Bekerja aktif terhadap semua bentuk mikroorganisme termasuk
spora dan kuman tahan asam;
4. Zat ini bekerja terhadap DNA dan RNA;
5. Indikator kualitas sterilisasi = spora Bacillus subtilis varniger
(globigii).
STERILISASI CARA PENYARINGAN
Merupakan metode sterilisasi yang dipakai untuk larutan yang tidak tahan panas seperti
serum, plasma atau tripsin.
Digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang sensitive terhadap panas seperti
radioisotope, kimia toksik.
Filtrasi berupa cairan : menggunakan prinsip melewatkan larutan pada membran
selulosa asetat atau selulosa nitrat.
Filtrasi berupa udara : menggunakan high-efficiency particulate air (HEPA) untuk
menyaring organisme dengan ukuran lebih besar dari 0.3 µm dari ruang biology savety
cabinet (BSCs)
Jenis penyaringan yang lama (Berkefeld, Chamberlain, Seitz) saat ini telah diganti dengan
penyaring (filter) membran yang terbuat dari selulosa berpori.
a. Penyaring (filter) ini mengabsorpsi hanya sedikit cairan yang difiltrasi sehingga
berguna untuk sterilisasi.
b. Ukuran penyaring (filter) yang digunakan untuk sterilisasi adalah 0,22 µm karena
ukuran ini lebih kecil dari bakteri.
STERILISASI CARA PENYINARAN
Penyinaran ultra violet
1. Untuk mengendalikan infeksi yang ditularkan melalui udara
2. Bersifat mutagenik
3. Sinar ultra violet (UV) merusak DNA
4. Panjang gelombang yang paling efektif untuk membunuh bakteri adalah 240-
280 nm.
5. Dosis letal untuk bakteri berkisar antara 1800-6500 mikrowatt/cm2 Spora
bakteri membutuhkan dosis 10 kali lebih besar.
6. Sinar UV tidak dapat menembus benda padat dan kurang mampu menembus
cairan.
7. Efek samping: merusak retina mata dan sel-sel yang bermitosis sehingga tidak
diperbolehkan bekerja dibawah sinar UV.
STERILISASI CARA PENYINARAN